Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

REVIEW JURNAL

DISUSUN OLEH:
LUSI INDRIANI
B0223521

KEPERAWATAN
STIKES BINA BANGSA MAJENE
2023
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
PADA WANITA MENOPAUSE DI GSJA FAMILY MINISTRY KEDIRI

Nama penulis : Dian Taviyanda, Kili Astarani dan Heru Suwardianto


Tahun : 2 Agustus 2023
Halaman : Vol (9) 286-291
Tujuan penelitian : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh
Pendidikan Kesehatan terhadap tingkat kecemasan pada Wanita
menopause.
Metode penelitian : penelitian ini menggunakan penelitian Pra- Eksperimental desain
dengan one group pre-test post-test design.
Populasi dan sampel : populasi dalam peneitian ini Wanita menopause di GSJA Family
Minstry Kediri yang terdiri dari 35 sampel dengan metode
pengambilan sampel menggunakan Teknik purposive sampling
Hasil penelitian : Berdasarkan hasil penelitian Tingkat kecemasan pada wanita yang
menopause sebelum diberikan pendidikan kesehatan lebih dari 50%
Tingkat Kecemasan Berat sebanyak 18 Responden (51,4%) setelah
diberikan Pendidikan kesehatan didapatkan hasil sebagian besar
tingkat kecemasan ringan sebanyak 24 Responden (68,6%) dan Tidak
ada kecemasan sebanyak 8 responden (22,8%) Menopause merupakan
fase dimana wanita tidak mengalami menstruasi. Tingkat Kecemasan
pada wanita yang menopause sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan
didapatkan hasil tingkat kecemasan berat hal ini dapat dijelasakan
bahwa seseorang yang belum mendapatkan informasi tentang hal-hal
yang mempengaruhi kesehatannya dapat menimbulkan persepsi yang
beraneka ragam hal ini sejalan dengan teori dari Swarjana yang
menyatakan bahwa kecemasan atau kegelisahan akan meningkat
dikarenakan tidak mengetahui situasi yang dialami saat ini. Sedangkan
Tingkat Keceasan yang dialami oleh wanita yang menoposause setelah
diberikan Pendidikan kesehatan diddapatkan hasil sebagian besar
tingkat kecemasan ringan.
Perubahan tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause
setelah dilakukan Pendidikan Kesehatan tentang menopause
disebabkan karena dari faktor sikap individu itu sendiri. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa sikap yang ditunjukkan dalam menjalani masa
menopause sebagai bagian dari kehidupan normal setiap wanita juga
berpengaruh dalam mengurangi atau mengatasi kecemasan yang
dialaminya. Setiap individu yang memandang suatu permasalahan dari
sisi positif maka akan memberikan pengaruh positif kepada dirinya dan
individu yang memandang suatu permasalahan dari sisi negatif maka
akan memberikan pengaruh yang negatif pula kepada dirinya yang
nantinya hal iniakan mempengaruhi tindakannya. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa setelah dilakukan penyuluhan tentang menopause
ada 8 responden tidak mengalami kecemasan. Hal ini disebabkan
wanita telah mengetahui bahwa menopause merupakan peristiwa
alamiah dan konsekuensi dari proses penuaan, menurunnya fungsi
organ bahkan berhentinya produksi hormon estrogen. Sehingga ibu
menopause harus menghadapinya dengan penuh keikhlasan dan selalu
berpikir positif serta siap menghadapi gejolak-gejolak psikologis
akibat menopause. Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Wanita
Menopause Di GSJA Family Ministry setelah dilakukan uji statistik
wilcoxon didapatkan hasil ρ = 0,000 sehingga H0 ditolak.
Kesimpulan : Dari 35 responden yang dilakukan penelitian pada tanggal 15
Desember 2022 di GSJA Family Ministry Kediri, dapat diketahui
bahwa : 1. Tingkat Kecemasan Pada Wanita Menopause Di GSJA
Family Ministry Kediri didapatkan tingkat kecemsan Ringan 2.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Kecemasan Pada
Wanita Menopause Di GSJA Family Ministry didapatkan ada
pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan.
Kelebihan : dalam jurnal ini memiliki pembahasan yang rinci dan hasil penelitian
jelas.
Kekurangan : jurnal ini belum menjelaskan hipotesis yang di gunakan dalam
penelitian.
PENGARUH TERAPI DZIKIR TERHADAP TINGKAT STRESS KORBAN
BULLYING VERBAL PADA REMAJA AWAL USIA 12-16 TAHUN DI SMPN 1
KARANG BINTANG KABUPATEN ANAH BUMBU TAHUN 2023
Penulis : Alda, Bayu Purnama Atjama, Herdy Juniwan
Tahun : (2) Agustus 2023
Halaman : Vol.9 231-242
Tujuan penelitian : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi
dzikir terhadap stress korban bullying verbal.
Metode penelitian : penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimental
dengan rancangan without control time series design.
Populasi dan sampel : sampel yang igunakan dalam penelitian ini adalah 20 responden
dengan Teknik pengambilan sampel menggunakan Teknik purposive
samping.
Instrument penelitian : SOP terapi dan Kuesioner (PSS-10)
Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian pada table 5.3 di SMPN 1 Karang
Bintang pada awal sebelum diberikan terapi dzikir diketahui bahwa
seluruhnya (100%) responden mengalami stress berat. Dalam
penelitian ini, responden cenderung mengalami stress berat
dikarenakan seringnya responden mendapatkan perlakuaan yang tidak
menyenangkan dari teman-teman diarea sekolah seperti mengejek,
menggoda, menghina, mengolok-olok, mencela, mengancam, gossip,
penghinaan ras, mempermalukan didepan umum, menuduh, dll.
Akibatnya berdampak buruk bagi responden yang mengakibatkan
responden mengalami gangguan mental, seperti depresi, gangguan
kecemasan, merasa sedih dan kesepian. Adapun perubahan yang
dialami responden yaitu perubahan pola tidur dan makan,
berkuranganya ketertarikan untuk melakukan hobi dan aktivitas yang
disenangi, masalah kesehatan dan menurunya performa akademis.
Korban bullying seringkali tidak nyaman dalam kelas,menjadi tidak
percaya diri dan sering ketakutan. Sehingga sangat menghambat
korban dalam sekolah. Dampak dari tersebut subjek mengalami stress
sampai depresi. stress merupakan sebuah kekacauan emosional dan
mental seseorang yang disebabkan oleh factor dari luar yang
mengakibatkan sebuah ketegangan. Dzikir berarti ingat kepada Allah,
ingat ini tidak hanya sekedar menyebut nama Allah dalam lisan atau
dalam pikiran hati. Akan tetapi dzikir yang dimaksud adalah ingat akan
zat, sifat dan perbuatan- Nya kemudian memasrahkan hidup dan mati
kepada sehingga tidak takut maupun gentar menghadapi segala macam
bahaya dan cobaan. Zikir dalam pengertian mengingat Allah dapat
dilakukan kapan saja dan dimana saja, baik secara lisan maupun
tulisan. Karena pada hakikatnya, dzkir (ingat) adalah perbuatan hati.
Artinya aktivitas seorang hamba jangan sampai melupakan Allah baik
dalam setiap hembusan detak jantungnya (Astuti & Hartinah, 2019).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Muammar
Nazli & Chaizuran Meutia, 2020) yang berjudul Efektifitas Meditasi
Dzikir Terhadap Penurunan Stres Pada Lansia Dengan Hipertensi yang
didapatkan bahwa sebelum diberikan terapi meditasi dzikir sebagian
kecil (20,4%) lansia mengalami stress berat, setengahnya (52,8%)
lansia mengalami stress sedang dan hampir setengah (26,8%) lansia
mengalami stress ringan. Menurut Khaidir (2018) jenis kelamin
berperan terhadap terjadinya stres. Ada perbedaan respon antara laki-
laki dan perempuan saat menghadapi konflik. Otak perempuan
memiliki kewaspadaan yang negatif terhadap adanya konflik dan stres,
pada perempuan konflik memicu hormon negatif sehingga
memunculkan stres, gelisah, dan rasa takut. Sedangkan laki- laki
umumnya menikmati adanya konflik dan persaingan, bahkan
menganggap bahwa konflik dapat memberikan dorongan yang positif.
Dengan kata lain, ketika perempuan mendapat tekanan, maka
umumnya akan lebih mudah mengalami stress.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.5 di SMPN 1 Karang
Bintang diketahui bahwa sesudah diberikan terapi dzikir hampir
seluruhnya (80%) 16 remaja mengalami stres ringan dan sebagian kecil
(20%) 4 remaja mengalami stres sedang. Dalam penelitian ini
responden diberikan perlakuan berupa terapi dzikir 1x sehari selama 6
hari selama 2 minggu (3:2) untuk menurunkan stress. Hal tersebut
didukung dari pendapat Widuri (2014), yang menyatakan bahwa
penggunaan terapi dzikir akan menghasilkan perasaan yang lega pada
individu, hati tentram, tenang dan damai, serta tidak mudah diombang-
ambingkan oleh pengaruh lingkungan dan budaya global. hal ini
disebabkan dzikir secara alami menghasilkan pereda stress dan rasa
sakit. Hasil analisis statistic tersebut didukung dengan temuan nilai
penurunan tingkat stres yang dapat dilihat dari nilai sebelum dan
sesudah diberikan terapi dzikir. Sesudah diberikan terapi dzikir .
Kesimpulan : Sebelum pemberian terapi dzikir seluruhnya (100%) responden
mengalami stress berat akibat bullying. 2. Setelah pemberian terapi
dzikir hampir seluruhnya (80%) responden mengalami stress ringan
dan sebagian kecil (20%) responden mengalami stress sedang. 3. Ada
pengaruh terapi dzikir terhadap tingkat stress korban bullying verbal
pada remaja awal usia 12-16 tahun di SMPN 1 Karang Bintang
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2023.
Kelebihan : penulis menjalaskan secara rinci cara mendapatkan hasil
Kekuragan : populasi alam penelitian tidak di jelaskan.
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JULAH ANAK DENGAN POLA ASUH
DALAM KEJADIAN STUNTING
Penulis : Nurin Fauziyah, Fresty Africi dan Vide B. Dinasiti
Tahun : (2) Agustus 2023
Halaman : Vol.9 Halaman 200-205
Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini utuk menganalisis hubungan antara tingkat
Pendidikan dan jumlah anak dengan pola asuh.
Metode penelitian : Jenis penelitian yang dipakai adalah cross sectional.
Populasi dan sampel : Terdapat 30 sampel ibu dengan anak balita di posyandu desa Pelem
dengan Teknik pengmbilan sampel menggunakan nonprobabiliy
sampel dengan accidental sampling.
Hasil penelitian : Berdasarkan tabel hasil analisis multivariat dengan menggunakan
regresi logistik mendapatkan nilai p-value sebesar kurang dari α (0,05),
karena nilai p-value < 0,05 maka HO ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan jumlah anak (p = 0,049) dan tingkat
pendidikan (p = 0,013) terhadap pola asuh. Tingkat pendidikan akan
mempengaruhi seseorang dalam memperoleh informasi. Tingkat
pendidikan ibu yang tinggi akan mempermudah ibu dalam menerima
informasi seperti tentang gizi dan kesehatan. Ibu yang tingkat
pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah untuk menerima informasi
dari luar, jika dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya
lebih rendah. Asupan nutrisi yang dimakan oleh balita dalam
kesehariannya tergantung pada ibunya. Sehingga ibu mempunyai peran
yang sangat penting terhadap input nutrisi pada balitanya.
Analisis multivariat d engan menggunakan regresi logistik
mendapatkan nilai p-value < α (0,05), nilai p-value < 0,05 maka HO
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan jumlah anak (p
= 0,049) dan tingkat pendidikan (p = 0,013) terhadap pola asuh.
Tingkat pendidikan yang baik akan menghasilkan pola asuh yang baik.
Jumlah anak yang banyak berhubungan dengan pola asuh anak yang
bisa menyebabkan kejadian stunting.
Kesimpulan : Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di
bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis yang ditandai
dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Tingkat
pendidikan dan jumlah anak berhubungan dengan pola asuh. Tingkat
pendidikan yang baik akan menghasilkan pola asuh yang baik. Jumlah
anak yang banyak berhubungan dengan pola asuh anak yang bisa
menyebabkan kejadian stunting. Penyebab terjadinya stunting pada
balita dibagi menjadi 4 kategori besar yaitu faktor keluarga dan rumah
tangga, makanan tambahan yang tidak adekuat, menyusui, dan infeksi.
Untuk selanjutnya perlu adanya penelitian faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya stunting pada balita selain tingkat
pendidikan.
Kelebihan : dari penelitian ini dapat di jelaskan dengan rinci hasil yang didaptkan
dalam penelitian
Kekurangan : populasi tidak dijelaskan dengan jenis penelitian tidak dijelaskan
dengan rinci.
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS DAN POLA MAKAN DENGAN
KEJADIAN DISPEPSIA PADA MAHASISWA STIKES FAATHIR HUSADA
TANGGERANG TAHUN 2022
Penulis : Siti Hamida, Abdul Karim dan Antonius Rino Vanchapo
Tahun : (2) Agustus 2023
Halaman : Vol. 9 Halaman 130-146
Tujuan penelitian : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubugan antara
tingkat stess dan pola makan dengan kejadian dyspepsia pada
mahasiswa.
Metode penelitian : Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengguakan survey
analitik dengan desain cross-sectional.
Populasi dan Sampel :Sampel yang digunakan sebanyak 45 orang dengan menggambil
semuah populasi dan Teknik pengambilan sampel menggunkan total
sampling/
Hasil penelitia : Berdasarkan hasil penelitian pada 45 mahasiswa STIKes Faathir
Husada Tangerang menunjukkan bahwa responden yang mengalami
mengalami dispepsia lebih banyak yang menderita stres dan
berdasarkan tabel-4.4 semakin tinggi tingkat stres semakin banyak
responden responden yang mengalami.dispepsia. Dan setelah
dilakukan analisis data menggunakan uji Chi-square pada SPSS
didapatkan hasil p value = 0.033 masih lebih kecil dari pada batas
kritis α = 0.05, yang artinya ada hubungan yang bermakna antara
tingkat stres dengan kejadian dispepsia (0,033<0,05).
Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunaan uji Chi-
Square antara pola makan dengan dispepsia pada tabel.4.5
menunjukkan bahwa p value = 0.07 tidak lebih kecil dari α = 0.05 yang
artinya tidak ada hubungan antara pola makan dengan dispepsia
(0.07>0.05). Tetapi ada perbandingan bermakna antara responden
dengan pola makan tidak teratur cenderung mengalami gejala dispepsia
yaitu 14 orang dan hanya 1 responden dengan pola makan tidak teratur
tidak mengalami gejala.dispepsia. Pada penelitian ini didapatkan hasil
kebiasaan pola makan buruk yang dilakukan mahasiswa diantaranya
sering melewatkan sarapan dan makan siang, jeda waktu makan yang
lama dan berbeda setiap harinya. Jeda waktu makan yang lama
menyebabkan pengosongan lambung yang lama atau tidak normal
kemudian akan mengiritasi dinding lambung dan menyebabkan
gangguan saluran pencernaan yaitu.dispepsia.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil yang penelitian berjudul Hubungan Antara Tingkat
Stres Dan Pola Makan Dengan Kejadian Dispepsia Pada Mahasiswa
Stikes Faathir Husada Tangerang Tahun 2022 Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tingat stres dengan
kejadian dispepsia dibuktikan dengan p value = 0,033 < α = 0.05. Dan
tidak terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian dispepsia
pada mahasiswa STIK Faathir Husada Tangerang. Dibuktikan dengan
p value = 0,07 = α = 0.05.

Kelebihan : hasil penelitian dijelaskan secara rinci


Kekurangan : dalam penelitian ini tidak dijelaskan dengan rinci dari metode
penelitian.
HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN PWNYAKIT KECACINGAN
PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR
Penulis : Maria Anita Yusiana, Sandy Kurniajati dan Yusita Sriwendari
Tahun : (2) Agustus 2023
Halaman : Vol. 9 Halaman 274-285
Tujuan penelitian : Tujuan dari penelitian ini untukmengetahui hubungan sanitasi
lingkungan dengan penyakit cacing pada anak SD .
Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian menggunakan literatur
riview dari 5 junal.
Hasil penelitian : Berdasarkan hasil penelitian dari kelima jurnal tersebut memang
terdapat angka prevalensi kecacingan yang cukup tinggi di beberapa
daerah di Indonesia dengan penderita utama adalah siswa Sekolah
Dasar (SD) dan spesies cacing yang menyerang adalah cacing STH.
Infeksi cacing STH adalah suatu penyakit kecacingan yang menyerang
manusia melalui aktivitas yang berkaitan dengan tanah, sebagian besar
kejadian kecacingan ini banyak menyerang pada anak usia dini dan
usia sekolah dasar 2-10 tahun. Sebagaimana sudah diungkapkan oleh
penelitian Renato, et al (2019) pada responden dengan kategori anak
berusia 214 tahun menunjukan bahwa kejadian kecacingan STH
sebanyak 25,18% berada pada anak usia 2-5 tahun. Penelitian juga
dilakukan Egbe, et al (2018) memiliki kategori responden anak berusia
5-15 tahun menunjukan kejadian kecacingan STH sebanyak 48,1%
berada pada anak usia 5-9 tahun.
Penyakit Kecacingan Berdasarkan ketiga jurnal yang
menyatakan adanya hubungan antara sanitasi lingkungan dengan
penyakit kecacingan ditinjau berdasarkan komponen rumah dan sarana
sanitasi (sarana air bersih, jamban, sarana pembuangan limbah dan
sarana pembuangan tempat sampah). Berdasarkan uji statistik terdapat
hubungan antara kondisi lantai dengan kejadian infeksi kecacingan
pada anak sekolah dasar p = 0,005 (p < 0,0,5).
Kesimpulan : Berdasarkan kelima jurnal yang telah dianalisis didapatkan
kesimpulan sebagai berikut : 1. Tingkat kebersihan dan kepedulian
warga terhadap kebersihan sanitasi lingkungan di rumah masih
sangatlah rendah. 2. Angka prevalensi kecacingan di Indonesia yang
menyerang anak sekolah dasar (SD) dikategorikan dalam level yang
tinggi. 3. Adanya hubungan korelasi yang signifikan antara sanitasi
lingkungan dengan penyakit kecacingan STH, walaupun ada 2 jurnal
yang menyatakan tidak ada hubungan bermakna.
Kelebihan : dari jurnal tersebut dapat diketahui secara rinci hasil dari peelitian
Kekurangan : tidak dijelaskan populasi dan sampel dari penelitian.

PENERAPAN TEPID SPOGE SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEJADIAN


KEJANG DEMAM PADA BALITA YANG MENGALAMI HIPETERMIA
Penulis : Sri Hartati, Eni Folendra Rosa,
Tahun : 5 Oktober 2023
Halaman : Vol (14), Halaman 29-35
Tujuan Penelitian : Tujuan peelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tepid spoge
sebagai upaya pencegahan kejadian kejang demam pada balita yang
mengalami hipetermia
Metode penelitian : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
dengan mengeksplorasi masalah hipertermia pada anak kejang demam
dengan implementasi tepid spoge menggunakan pendekatan asuhan
keperawatan.
Hasil penelitian : Pada tahap observasi didapatkan pasien tidak mengalami kejang
berulang kembali, dan suhu tubuh pasien menurun. Pada tahap
terapeutik didapatkan keluarga pasien telah memahami cara tindakan
teknik tepid sponge secara mandiri menggunakan alat yang diajarkan
dengan cara kompres hangat selama 15-20 menit. Pada tahap Edukasi
dengan pemberian edukasi keluarga sudah mengetahui dan paham
tentang pengertian, tujuan, manfaat, dan cara pencegahan kejang
sehingga disimpulkan bahwa pengetahuan keluarga meningkat.
Dari pelaksanaan manajemen kejang yang dilakukan yaitu pemberian
tepid sponge dapat menurunkan suhu tubuh dan kejang berulang pada
anak. Dari hasil studi kasus, teori dan penelitian diperoleh bahwa
hipertermi pada pasien anak digambarkan oleh data yang ada,
disimpulkan bahwa teori dan kenyataan memiliki kesamaan secara
umum pada pasien anak yang mengalami Hipertermi.
Berdasarkan hasil edukasi didapatkan antara kedua keluarga pasien
yaitu keluarga mengetahui dan paham tentang cara pencegahan kejang
pada anak kejang demam dari tahapan dalam melakukan pencegahan
kejang pada anak kejang demam serta tujuan dan manfaat dari cara
pencegahan kejang. Edukasi Kesehatan kepada keluarga pasien
menggunakan media leaflet, pemberian edukasi kesehatan ini dapat
menambah pengetahuan keluarga pasien tentang cara pencegahan
kejang untuk mengatasi Hipertermi dan kejang.
Kesimpulan : Dari studi ini dapat disimpulkan bahwa manajemen kejang melalui
pemberian tepid sponge dapat mengatasi kejadian kejang berulang
pada anak balita yang mengalami hipertermi.
Kelebihan : penelitian ini menjelaskan secara rinci hasil dari penelitian.
Kekurangan : penelitian ini tidak menjelaskan tentang populasi dan sampel yang
digunakan.

HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI


ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BANGKALA KOTA MEKASSAR
Penulis :Herti Haerani, Imran Pashar
Tahun : 28 Oktober 2023
Halaman : Vol (14) Halaman 97-103
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
tingkat stress dengan produksi asi pada ibu menyusui.
Metode penelitian : Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kuantitatif dengan desain korelasi dan pendekatan
cross sectional.
Populasi dan sampel : penelitian ini menggunakan 56 sampel.
Hasil peneitian : Hasil penelitian yang peneliti dilakukan di wilayah kerja puskesmas
Bangkala berdasarkan tingkat stres ibu menyusui terbanyak berada
pada tingkat stres sedang sebanyak 23 responden (41 %) sedangkan
yang paling sedikit berada pada tingkat stres ringan sebanyak 12
responden (21 %). Dan berdasarkan produksi ASI terbanyak berada
pada kategori tidak cukup sebanyak 43 responden (77 %) sedangkan
kategori cukup sebanyak 13 responden (23 %). Pada hasil penelitian,
menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat stres dengan produksi ASI
karena dari hasil analisis menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2tailed)
sebesar 0,000, nilai tersebut lebih kecil dari 0,05.Hasil uji mann
whitney menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000, nilai
tersebut lebih kecil dari 0,05. Artinya ada hubungan tingkat stres
dengan produksi ASI. Kesimpulan : Tingkat stres pada ibu yang
menyusui ASI eksklusif lebih banyak pada kategori stres sedang,
produksi ASI pada ibu yang menyusui ASI eksklusif lebih banyak
yang tidak cukup pemenuhan ASI untuk bayinya, dan ada hubungan
tingkat stres dengan produksi ASI.
Kesimpulan : Berdasarkan analisa diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
Tingkat stres pada ibu yang menyusui ASI eksklusif lebih banyak pada
kategori stres sedang, produksi ASI pada ibu yang menyusui ASI
eksklusif lebih.
Kelebihan : dari hasil penelitian ini di ketahui hasil dengan data-data yang di
jelaskan secara rinci.
Kekurangan : tidak adanya penjelasan tentang populasi.

TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM PADA PASIEN POAT OPERASI BENIGNA


PROSTAT HIPERPLASIA
Penulis : Eva Susanti, Bintang Ayu Lestari
Tahun :15 Oktober 2016
Halaman : Vol 14. Halaman 18-23
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemberian terapi relaksasi
nafas dalam untuk menurunkan nyeri akut pada pasien post operasi
benigna protest hiperplasi.
Metode Penelitian : Metode yang digunakan dalam peelitian ini adalah metode deskriptif
dengan bentuk studi kasus yang meliputi pendekatan asuhan
keperawatan.
Populasi dan sampel : Terdapat dua orang sampel dalam penelitian ini
Hasil Penelitia : Penulis melakukan pengkajian nyeri dengan PQRST pada pasien 1
dan 2 post operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH). Pengkajian
PQRST dilakukan untuk melihat perkembangan dari implementasi
yang sudah dilakukan. Perbandingan antara Pasien 1 dan Pasien 2
terletak pada skala nyeri dimana pada saat dilakukan pengkajian awal
Pasien 1 mengungkapkan skala nyeri 6, sedangkan Pasien 2
mengungkapkan skala nyeri 5. Hal ini dapat diakibatkan oleh
perbedaan ambang nyeri dan tingkat toleransi terhadap nyeri masing-
masing individu. Pasien mampu mengikuti dengan baik , tahap
tindakan relaksasi napas dalam yang dilakukan dengan posisi terbaring
di tempat tidur dan dilakukan dengan cara menarik napas selama 4
detik dari hidung dengan mulut tertutup kemudian menahannya selama
2 detik dan disusul dengan menghembuskan napas selama 8 detik
melalui mulut seperti gerakan meniup, dalam waktu 3 kali selama 15
menit dan di demonstrasikan langsung. Saat dilakukan tindakan
keperawatan relaksasi napas dalam, pasien kooperatif dan mampu
menerapkan apa yang diajarkan sehingga rasa nyeri perlahan
berkurang.
Setelah melakukan implementasi keperawatan yaitu terapi relaksasi
napas selama 3 hari maka didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
skala nyeri pada pasien 1 dan 2 untuk setiap harinya dimana untuk
pasien 1 pada hari pertama skala nyeri 6, hari kedua turun menjadi 4,
dan hari ketiga menjadi 2. Untuk pasien 2 pada hari pertama skala
nyeri 5, hari kedua 4, dan hari ketiga turun menjadi 2. Sehingga untuk
setiap harinya dilakukan evaluasi setelah implementasi untuk melihat
penurunan skala nyeri pada pasien 1 dan 2. Untuk pasien 1 dan 2 ini
terjadi penurunana nyeri sedang manjadi nyeri ringan. Tehnik relaksasi
napas dalam merupakan pernafasan pada abdomen dengan perlahan,
berirama, dan nyaman caranya pejamkan mata saat menarik nafas lalu
hembuskan lewat mulut.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa dengan pemberian terapi relaksasi
nafas dalam di dapatkan skala nyeri pada Tn.Z dan Tn.M mengalami
penurunan. Teknik terapi relaksasi nafas dalam, merupakan terapi non
farmakologi untuk mengatasi nyeri akut pada pasien post operasi
benigna prostat hiperplasia. Kesimpulan Tindakan keperawatan ini
dapat menjadi intervensi untuk mengurangi nyeri akut yang dirasakan
pasien.
Kesimpulan : Setelah dilakukan Implementasi keperawatan selama 3 hari dengan
teknik relaksasi napas dalam pada kedua pasien post operasi Benigna
Prostat Hiperplasia dengan masalah nyeri akut didapatkan bahwa nyeri
berkurang yaitu dari skala nyeri sedang ke skala nyeri ringan.
Kelebihan : Penelitian ini di jelaskan dari awal sampai hasil dengan rinci.
Kekurangan : Tidak dijelaskan lokasi penelitian dan populasinya.
PENGARUH EDUKASI KESEHATAN TERHADAP SELF CARE PASIEN
DIABETES MELITIUS TIPE 2
Penulis : Zakiah Rahman
Tahun : 26 Oktober 2023
Halaman : Vol. 19 Halaman 626-630
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui edukasi Kesehatan
berpengaruh terhadap self care pasien diabetel melitus tipe 2.
Metode Penelitian : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif dengan pre-eksperimental design yang melibatkan satu grup
pre-test dan satu group post-test.
Populasi dan sampel : jumlah sampel sebanyak 34 orang dengan Teknik pengaambilan
sampel consecutive sample.
Hasil penelitian : Hasil penelitian sebelum dilakukan edukasi kesehatan sebagian besar
responden memiliki status self care kurang sebanyak 21 orang (61,8%)
dan status self care baik sebanyak 13 orang (38,2%). Sedangkan
sesudah dilakukan edukasi kesehatan sebagian besar responden
memiliki status self care kurang sebanyak 14 orang (41,2%) dan status
self care baik sebanyak 20 orang (58,8%). Hasil penelitian ada
perbedaan self care pasien diabetes melitus tipe 2 sebelum dan sesudah
edukasi kesehatan dengan signifikan < 0,05 dengan p Value 0,008,
artinya ada pengaruh edukasi kesehatan terhadap self care pada pasien
diabetes melitus tipe 2. Hal ini menunjukkan edukasi kesehatan yang
diberikan kepada responden sangat bermanfaat untuk meningkatkan
perilaku self care pasien diabetes melitus tipe 2.Hasil penelitian
sebelum dilakukan edukasi kesehatan sebagian besar responden
memiliki status self care kurang sebanyak 21 orang (61,8%) dan status
self care baik sebanyak 13 orang (38,2%). Sedangkan sesudah
dilakukan edukasi kesehatan sebagian besar responden memiliki status
self care kurang sebanyak 14 orang (41,2%) dan status self care baik
sebanyak 20 orang (58,8%).
Kesimpulan : Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh edukasi
Kesehatan terhadap self care pasien diabetes melitus tipe 2.
Diharapkan dilakukannya edukasi kesehatan pada pasien diabetes
melitus tipe 2 dapat meningkatkan self care dan pengelolaan penyakit
pasien dalam mencegah terjadinya komplikasi. dan peneliti
selanjutnya yang akan melakukan penelitian terkait intervensi lain
dalam mencegah terjadinya komplikasi misalnya tentang perawatan
kaki, aktivitas fisik.
Kelebihan : Langkah-langkah penelitian dijelaskan dengan rinci.
Kekurangan : tidak ada penjelasan tentang populasi.

PERSPEKTIF PENINGKATAN GIZI BALITA BAGI MASYARAKAT PENERIMA


BANTUAN SOSIAL
Penulis : Azzahroh Zanubatul Azkiya, Umi Solikhah
Tahun : 1 Mei 2023
Halaman : Vol. 6 No 1
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perspektif atau sudut
pandang peningkatan gizi balita bagi masyarakat penerima bantuan
sosial.
Metode Penelitian : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan tipe deskriptif
Populasi dan Sampel : sampel 20 orang
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menyatakan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan
yang tinggi akan lebih memperhatikan cara memasak, dan memilih
bahan makanan bagi anak. Sedangkan penilaian ibu terhadap anak
yang cukup gizinya di lihat dari aktivitas bermain anak.Saat kegiatan
wawancara berlangsung beberapa ibu mengatakan anak yang cukup
gizinya ialah anak yang banyak beraktivitas. "Aktif dalam bermain,
tidak gampang sakit, badannya terlihat segar, saat posyandu berat
badannya selalu naik." Dari hasil penuturan di atas ibu-ibu menilai
bahwa anak yang gizinya cukup pasti aktif dalam beraktivitas. Tumbuh
kembang anak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor
lingkungan, faktor herediter, dan faktor hormonal. Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan postnatal seprti faktor sosial ekonomi, nutrisi, status
kesehatan dan stimulasi dini yang tidak adekuat. Asupan makanan
yang kurang baik dapat mempengaruhi perkembangan prenatal mulai
dari awal kehamilan dan disepanjang usia anak-anak. Menurut dr.
Soedjatmiko. Agar proses tumbuhkembang dapat berjalan dengan
optimal, seorang anak harus mendapatkan pemenuhan gizi anak usia
dini dari 3 kebutuhan pokoknya, yaitu: Pertama adalah kebutuhan
fisik-biologis, berupa kebutuhan akan nutrisi dan tambahan (vitamin,
dll.), serta kebersihan fisik dan lingkungan. Kedua adalah kebutuhan
emosi berupa kasih kasih sayang, rasa aman dan nyaman, dihargai,
diperhatikan, serta didengar keinginan dan pendapatnya. Kebutuhan ini
memiliki peran yang sangat besar pada kemandirian dan kecerdasan
emosi anak. “Oleh sebab itu perbanyaklah memberi limpahan kasih
sayang dan kegembiraan bagi anak,” Jelas dr. Soedjatmiko. Ketiga
yang tak kalah penting adalah kebutuhan akan stimulasi yang
mencakup aktivitas bermain untuk merangsang semua indra, mengasah
motorik halus dan kasar, melatih ketrampilan berkomunikasi,
kemandirian, berpikir dan berkreasi. Stimulasi ini harus diberikan sejak
dini karena memiliki pengaruh yang besar pada ragam kecerdasan atau
multiple intelligences.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian di atas dapat
disimpulkan bahwa dalam upaya meningkatkan status gizi balita bisa
dilakukan dengan pembagian makanan tambahan berupa susu atau
biskuit pada saat posyandu. Anak yang gizinya cukup akan aktif dalam
bermain.
Kelebihan : penelitian ini di gambarkan dengan jelas.
Kekurangan : penelitian ini tidak menjelaskan dengan rinci lokasi dan populasi
penelitian.

Anda mungkin juga menyukai