Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP


PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN
PADA LANSIA DI LINGKUNGAN MUNDUK ANYAR,
TEGALCANGKRING, KABUPATEN JEMBRANA

NI LUH DEWI RISMA ASTRIANI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut World Health Organisation (WHO), lanjut usia adalah

seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lanjut usia

merupakan kelompok umur manusia yang telah memasuki tahapan akhir

dari fase kehidupan dan terjadi suatu proses yang disebut aging process

atau proses penuaan. Proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah

baik secara fisik, biologis, sosial ekonomi, maupun mental. Masalah

mental dan emosional sama halnya dengan masalah fisik yang dapat

mengubah perilaku lansia. Masalah mental yang sering dijumpai pada

lansia adalah depresi, stres, dan kecemasan (Pae, 2017).

Program Epidemiological Catchment Area (ECA) dari National

Institute of Mental Health menemukan bahwa prevalensi gangguan

kecemasan satu bulan pada seseorang yang berusia 65 tahun keatas adalah

5,5%. Gangguan kecemasan dimulai pada masa dewasa awal atau

pertengahan, namun beberapa tampak pertama kalinya pada usia 60 tahun.

(Hardi et al., 2018). Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi

ganggunan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala seperti

depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14

juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia (Kemenkes RI, 2016).

Pada data Riskesdas 2018 memunjukkan prevalensi ganggunan mental


emosional mencapai 9,8% dari jumlah penduduk Indonesia (Kemenkes RI,

2018). Ini menunjukan bahwa penduduk Indonesia terjadi peningkatan

angka gangguan mental emosional pada data tahun 2013 dengan 2018.

Prevalensi penduduk yang mengalami gangguan mental emosional di Bali

adalah 4,4% dan penyakit gangguan mental emosional pada kabupaten

Jembrana 9,5% (Kemenkes RI, 2013).

Kecemasan dan ketakutan yang dialami oleh lansia disebabkan oleh

perasaaan cemas akan perubahan fisik dan fungsi anggota tubuh, cemas

akan kekuatan sosial, cemas akan tersingkir dari kehidupan sosial, takut

penyakit, takut akan kematian serta takut kekurangan uang (BKKBN,

2012). Kecemasan apabila tidak ditangani dengan baik akan

mengakibatkan berbagai masalah pada lansia, masalah yang dialami lansia

seperti sulit tidur, berkurangnya kemampuan untuk bersosialisasi dengan

orang lain, meningkatnya kesepian (lonelinees), menurunnya kepuasan

hidup (life satisfaction) dan kualitas hidup (quality of life). Kondisi

tersebut jika berlangsung dalam waktu lebih lama dapat menyebabkan

lansia menjadi kelelahan bahkan kematian (Miler, 2012).

Upaya yang dilakukan pada lansia yang mengalami kecemasan dapat

diatasi dengan beberapa cara yaitu dengan terapi farmakologi dan non

farmakologi. Terapi farmakologi seperti obat anti cemas dapat membantu

menurunkan kecemasan tetapi obat-obatan tersebut akan berdampak

kurang baik apabila dikonsumsi terus menerus terutama pada lanjut usia.

Sedangkan terapi non farmakologi salah satunya dengan terapi tertawa.


Terapi tertawa adalah cara alami untuk menghadapi sakit mental dan

perasaan tertekan. Penyakit karena faktor mental seperti stress, depresi,

dan kecemasan sangat baik diberikan terapi tertawa, karena hormon-

hormon kebahagiaan yang keluar dapat mengurangi bahkan

menghilangkannya (Artana, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh

Widyastuti (2019) menyatakan bahwa adanya pengaruh terapi tertawa

terhadap penurunan tingkat kecemasan pada narapidana golongan B1 pada

Lembaga Pemasyarakatan Tulung Agung Jawa Timur.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Lingkungan Munduk Anyar,

Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana didapatkan

data jumlah keseluruhan lansia ada 52 orang. Hasil wawancara dari 10

lansia didapatkan 6 lansia yang mengalami kecemasan. Tiga orang lansia

merasa cemas terhadap kondisi fisik yang sudah menurun, seperti

penglihatan yang tidak berfungsi dengan baik dan mengalami penurunan

pendengaran sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Dua orang lansia

merasa cemas dan gelisah ditinggal jauh oleh anaknya yang bekerja di luar

kota ataupun di luar negeri, dan satu orang lansia merasa cemas karena

penyakitnya. Sedangkan empat orang lansia tidak mengalami kecemasan

karena mereka dapat menerima keadaan fisik yang sudah mengalami

penurunan. Kepala Lingkungan Munduk Anyar mengatakan belum pernah

dilakukannya terapi tertawa untuk mengurangi kecemasan lansia.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat


Kecemasan Pada Lansia Di Lingkungan Munduk Anyar, Tegalcangkring,

Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana”.

B. Rumusan Masalah

Hasil dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut: adakah pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan

tingkat kecemasan pada lansia di Lingkungan Munduk Anyar,

Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi tertawa

terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di Lingkungan

Munduk Anyar, Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten

Jembrana.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat kecemasan pada lansia sebelum melakukan

terapi tertawa di Lingkungan Munduk Anyar, Tegalcangkring,

Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana.

b. Mengetahui tingkat kecemasan pada lansia setelah melakukan

terapi tertawa di Lingkungan Munduk Anyar, Tegalcangkring,

Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana.


c. Menganalisa pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat

kecemasan pada lansia di Lingkungan Munduk Anyar,

Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam

mengembangkan ilmu keperawatan khususnya penanganan non

farmakologi dalam mengatasi tingkat kecemasan pada lansia.

2. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang salah satu teknik

nonfarmakologi yang dapat diterapkan untuk mengatasi tingkat

kecemasan pada lansia.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

kegiatan proses belajar mengajar serta pengembangan pengetahuan

ilmu kesehatan dalam mengatasi lansia yang mengalami tingkat

kecemasan.

4. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam

mengembangkan ilmu keperawatan khususnya penanganan

nonfarmakologi dalam mengatasi tingkat kecemasan pada lansia.


E. Keaslian Penelitian

1. Amin, Mulfianda, Tharida (2019) tentang pengaruh terapi tertawa

terhadap penurunan skor depresi pada lansia di UPTD Rumoh

Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh. Desain

penelitian ini menggunakan eksperimen semu (quasi experimen)

dengan rancangan penelitian adalah pretest-posttest control group

design. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami

depresi sebanyak 15 lansia. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan total sampling yaitu mengambil seluruh

populasi menjadi sampel penelitian. Pengukuran skor depresi

menggunakan alat ukur BDI. Dari hasil penelitian dapat diketahui

bahwa sebelum diberikan terapi tertawa yaitu skor 22,20 dengan nilai

standar deviasi (SD) sebesar 7,193. Sedangkan nilai rata-rata depresi

setelah diberikan terapi tertawa yaitu 16,13 dengan nilai standar

deviasi (SD) sebesar 4,955. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai P

value 0,001 yang artinya ada perbedaan depresi sebelum dan setelah

diberikan terapi tertawa di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh

Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh Tahun 2019.

2. Samodara, Palandeng, Kallo (2015) tentang pengaruh terapi tertawa

terhadap stres psikologis pada lanjut usia di Panti Werdha Kota

Manado. Desain penelitian yang digunakan adalah pra eksperimental

dengan One group pretest-posttest design. Populasi pada penelitian ini

adalah semua lanjut usia yang mengalami stres yang berjumlah 37


orang, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling.

Kuesioner untuk mengukur tingkat stres lansia menggunakan

kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42). Uji statistik

dengan menggunakan uji T-test Paired Samples Test. Hasil analisa

statistik dengan menggunakan uji T-test Paired Samples Test

diperoleh P value= 0,000 < α = 0,05 pada taraf signifikan 95% atau

tingkat kemaknaan 5% maka Ha diterima, artinya ada pengaruh terapi

tertawa terhadap stres psikologis lansia di Panti Werdha Manado

3. Umamah & Mufarrihah (2018) tentang pengaruh terapi tertawa

terhadap tingkat kecemasan pada lanjut usia di UPTD Griya Werdha

Surabaya. Desain penelitian menggunakan analitik dengan pedekatan

pre eksperimental dengan pendekatan One group pretest-posttest

design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang

mengalami kecemasan berusia 60-74 tahun sebesar 36 orang dengan

besar sampel 33 responden yang di ambil melalui probability

sampling dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data

yang digunakan dengan kuisioner penilaian tingkat kecemasan DASS

42 (Depression Anxiety Stress Scale). Uji statistik menggunakan uji

Wilcoxon Signed Rank Test dengan tingkat kemaknaan α= 0,05. Hasil

penelitian menunjukkan sebelum diberikan terapi tertawa sebagian

besar 17 responden (51,5%) mengalami kecemasan sedang dan setelah

diberikan terapi tertawa didapatkan hampir seluruhnya 30 responden

(90,9%) mengalami kecemasan ringan. Hasil analisis ρ=0,000 dimana


ρ<0,05 berarti H0 ditolak artinya ada pengaruh terapi tertawa terhadap

tingkat kecemasan pada lanjut usia di UPTD Griya Werdha Surabaya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia (Lansia)

1.1. Definisi Lansia

Pengertian lanjut usia (lansia) menurut Undang-undang Nomor 13

Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia Bab 1 Pasal 1 Ayat 2

adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun keatas. Lansia

merupakan periode akhir dari rentang kehidupan manusia. Menjadi

tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui

tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. (referensi di

buku)

Lanjut usia merupakan merupakan istilah bagi individu yang telah

berusia 60 tahun atau seseorang yang telah memasuki periode dewasa

akhir atau usia tua, periode lansia merupakan penutup bagi rentang

kehidupan seseorang, dimana masa ini seseorang mengalami

kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap. (referensi di kk

kls)

Dapat disimpulkan lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun

ke atas dan merupakan periode akhir dari rentang kehidupan manusia,

dimana masa ini seseorang lansia mengalami kemunduran fisik,

mental dan sosial secara bertahap.


1.2. Batasan-Batasan Umur Lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan

sebagai berikut (refernsi di buku):

a. Usia pertengahan (milddle age) antara 45-59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

1.3. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial,

dan psikologis (Maryam et al., 2011):

a. Perubahan fisik

Perubahan fisik lansia meliputi perubahan pada sel, jumlah

berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan

intraseluler menurun. Perubahan pada kardiovaskuler, kemampuan

memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume),

elastis pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.

Perubahan pada respirasi, otot-otot pernafasan kekuatannya

menurun dan kaku. Perubahan pada persarafan, saraf panca indra

mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam

merespons dan waktu bereaksi. Perubahan pada muskuloskeletal,


cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk,

persendian kaku dan tremor. Perubahan pada vesika urinaria otot-

otot melemah terjadinya retensi urin. Gangguan pendengaran dan

penglihatan. Perubahan pada kulit, keriput, kulit kepala dan

rambut menipis. Perubahan pada memori, daya ingat yang

menurun terjadinya pikun.

b. Perubahan sosial

Perubahan sosial yang terjadi pada lansia yaitu kesendirian,

kehampaan, ketika lansia lainnya meninggal maka muncul

perasaan kapan akan meninggal, pensiun, pengasingan dari

lingkungan sosial, serangkaian kehilangan meliputi kehilangan

hubungan dengan teman dan keluarga.

c. Perubahan psikologis

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term

memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut

menghadapi kematian, perubahan keinginan, stress, depresi, dan

kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, I., Mulfianda, R., & Tharida, M. (2019). Pengaruh Terapi Tertawa terhadap

Penurunan Skor Depresi Pada Lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh

Sayang Ulee Kareng Kota Banda Aceh. Jurnal Abulyatama, 3(1), 455–464.

Artana, I. W. (2018). Lanjut Usia (Lansia) & Terapi Alternatif (N. M. D. A.

Martini (ed.)). Cv. Sastra Utama.

BKKBN. (2012). Pembinaan Mental Emosional Bagi Lansia. In Media


Pembelajaran BKL (Seri 4, pp. 1–15).

Hardi, F., Sutrisno, & Amrullah, A. E. (2018). Perubahan Kecemasan Lansia

Setelah diberikan Terapi Humor Tertawa. Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi,

6(2), 49–54.

Kemenkes RI. (2013). Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Bali

(S. Herman, N. L. Pratiwi, & A. Suprapto (eds.)). Lembaga Penerbitan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2016). Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat.

Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.

Miler. (2012). Nursing for Wellness in Older Adults. China: Wolters Kluwer

Health.

Pae, K. (2017). Perbedaan Tingkat Depresi Pada Lansia Yang Tinggal Di Panti

Werdha Dan Yang Tinggal Di Rumah Bersama Keluarga. Jurnal Ners

Lentera, 5(1), 21–32.

Samodara, C., Palandeng, H., & Kallo, V. (2015). Pengaruh Terapi Tertawa

Terhadap Stres Psikologis Pada Lanjut Usia Di Panti Werdha Kota Manado.

Jurnal Keperawatan UNSRAT, 3(2), 1–9.

Umamah, F., & Mufarrihah, N. (2018). Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap

Tingkat Kecemasan Pada Lansia. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 11(1), 43–50.

Widyastuti, C. (2019). Pengaruh Terapi Tawa Terhadap Penurunan Kecemasan

Pada Narapidana. Jurnal Psikologi Integratif, 7(1), 22–30.

https://doi.org/10.14421/jpsi.v7i1.1655

Anda mungkin juga menyukai