Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH TERAPI OKUPASI TERHADAP HARGA DIRI RENDAH

PASIEN GANGGUAN JIWA DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO


PROVINSI JAWA TENGAH

Enjela Popy Agita*) ; Rr Sri Endang Pujiastuti ; Rodhi Hartono

Jurusan Keperawatan ; Poltekkes Kemenkes Semarang


Jl. Tirto Agung ; Pedalangan ; Banyumanik ; Semarang

Abstrak

Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, termasuk kehilangan
kepercayaan diri, tidak produktif, tidak berharga, tidak berguna, tidak ada harapan dan putus asa.
Tindakan yang dilakukan perawatan dalam mengurangi resiko masalah yang terjadi pada kasus
harga diri rendah salah satunya dengan terapi Okupasi. Terapi Okupasi dapat meningkatkan harga
diri, meningkatkan ketrampilan, mengekspresikan emosi, membuat pasien produktif dan
meningkatkan motivasi. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi Okupasi terhadap
peningkatan harga diri pada pasien gangguan jiwa harga diri rendah di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Jenis penelitian ini adalah pra eksperimen dengan rancangan
one group pre post test design, total sampel 35 responden, teknik sampel menggunakan purposive
sampling dan data penelitian di analisa menggunakan uji dependent t test. Nilai kepercayaan yang
dipakai dalam uji statistik yaitu 95 % dengan tingkat kemaknaan (alpha) 0,05. Hipotesis penelitian
diterima bila diperoleh nilai p < 0,05. Hasil uji statistik dependent t test diperoleh nilai p sebesar 0.000
(<0.05). Disimpulkan ada pengaruh terapi Okupasi terhadap harga diri pada pasien gangguan jiwa
harga diri rendah di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

Kata kunci : Terapi Okupasi, harga diri rendah, harga diri

Abstract

[THE EFFECT OF OCCUPATIONAL THERAPY IN LOW SELF-ESTEEM TO CLIENTS OF


MENTAL DISORDERS IN DR. AMINO GONDOHUTOMO MENTAL HOSPITAL PROVINCE
OF CENTRAL JAVA] Low self-esteem is a negative feeling towards himself, including loss of self-confidence,
unproductive, worthless, useless, no hope and despair. Actions taken care of in reducing the risk of problems
that occur in the case of low self-esteem one of them with occupational therapy. Occupational therapy can
improve self-esteem, improving skills, expressing emotions, making the patient more productive and improve
motivation. The purpose of this study to determine the effect of therapy Occupational to improved of self-esteem
in clients low self-esteem mental disorders who will be in Dr. Amino Gondohutomo Mental Hospital Province
of Central Java. The research is a pre-experimental design with one group pre-post test design. the total sample
of 35 respondents, the sampling method was purposive sampling and research data analyzed using dependent t
test test. The value of the trust that is used in a statistical test that is 95% of the significance level (alpha) of
0.05. The study hypothesis is accepted when the obtained value of p <0.05. Statistical test results obtained
dependent t test p value of 0.000 (<0.05). It can be concluded, there is Occupational therapy effect of self-esteem
on mental patients of low self esteem in Dr. Amino Gondohutomo Mental Hospital Province of Central Java.

Keywords : Occupational Therapy, Low Self-Esteem, Self-Esteem

1. Pendahuluan siap untuk menghadapi cepatnya perubahan


Kesehatan jiwa telah menjadi bagian masalah dan kemajuan teknologi baru, meskipun
kesehatan masyarakat yang dihadapi semua gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian
negara. Kecenderungan penderita dengan secara langsung namun akan menyebabkan
gangguan jiwa jumlahnya mengalami penderitanya menjadi tidak produktif dan
peningkatan. Salah satu pemicu terjadinya menimbulkan beban bagi keluarga penderita
berbagai masalah dalam kesehatan jiwa adalah dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
dampak modernisasi dimana tidak semua orang Gangguan jiwa menjadi permasalahan
tersendiri, sehingga ada beberapa keluarga dari
*) Penulis Korespondensi penyandang gangguan jiwa memilih
E-mail: popynz@gmail.com memasungnya, dengan alasan supaya tidak
mengganggu orang lain. Kejadian yang serupa untuk melakukan, atau dengan memodifikasi
banyak terjadi di masyarakat Indonesia. pekerjaan atau lingkungan untuk lebih
WHO tahun 2009 menyatakan bahwa mendukung keterlibatan kerja mereka, sehingga
gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit dapat meningkatkan produktifitas, ketrampilan
secara keseluruhan dan kemungkinan akan dan untuk meningkatkan kemandirian.
berkembang menjadi 25% ditahun 2030. Berdasarkan uraian diatas, peneliti memilih
Berdasarkan studi pendahuluan di RSJD dr. terapi Okupasi agar pasien harga diri rendah bisa
Amino Gondohutomo Semarang, Perawat berkarya untuk meningkatkan harga dirinya
dalam memberikan asuhan keperawatan harus dengan judul Pengaruh Terapi Okupasi
secara profesional dan mengutamakan Terhadap Harga Diri Rendah Pasien Gangguan
pelayanan kepada pasien. Hal ini terbukti Jiwa di RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi
dengan persiapan yang dilakukan pada pasien Jawa Tengah.
saat berada di ruangan. Data yang diperoleh
dari bagian catatan medik dari bidang 2. Metode
keperawatan menyebutkan jumlah penderita Penelitian ini merupakan pra experiment
gangguann jiwa pada tahun 2015 sebanyak 5.399 dengan menggunakan pre test-post test design.
kasus dalam waktu sembilan bulan yaitu bulan Penelitian ini dilakukan di RSJD Dr. Amino
Januari 2015 sampai September 2015. Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Waktu
Harga diri rendah adalah perasaan tidak penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4
berharga, rasa malu tidak berarti dan rendah Januari- 4 Februari 2017. Pendekatan sampling
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang menggunakan purposive sampling. klien dengan
negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan harga diri rendah diberi pre test tentang
dirinya. Harga diri rendah jika tidak segera peningkatan harga diri, kemudian diberi
ditangani sudah tentu akan berdampak pada perlakuan berupa Terapi Okupasi peningkatan
gangguan jiwa yang lebih komplek sehingga harga diri sebanyak 3 kali/60 menit selama 3
muncul perilaku maladaptif lainnya seperti hari dan dilakukan post test. Selama observasi
menarik diri, halusinasi dan resiko perilaku menggunakan instrument berupa kuesioner.
kekerasan, sebagai akibat dari kondisi pada Data hasil observasi dianalisa menggunakan uji
klien yang tidak dilakukan peanganan lebih dependent t-test dengan program SPSS 23 for
lanjut. windows dengan nilai signifikansi (kesalahan)
WHO tahun 2009 menyatakan bahwa adalah diperoleh nilai alpha ≤ 0.05.
gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit Peneliti tidak lupa menggunakan etika
secara keseluruhan dan kemungkinan akan penelitian. Setiap penelitian yang menggunakan
berkembang menjadi 25% ditahun 2030. subjek manusia harus mengikuti aturan etik
Berdasarkan studi pendahuluan di RSJD dr. dalam hal ini adalah persetujuan. Sebelum
Amino Gondohutomo Semarang, Perawat melakukan penelitian, maka peneliti
dalam memberikan asuhan keperawatan harus memberikan surat ijin permohonan penelitian
secara profesional dan mengutamakan kepada pihak RSJD Dr. Amino Gondohutomo
pelayanan kepada pasien. Hal ini terbukti Provinsi Jawa Tengah. Setelah mendapat ijin
dengan persiapan yang dilakukan pada pasien baru dilakukan uji etik terlebih dahulu. Setelah
saat berada di ruangan. Data yang diperoleh lolos uji etik baru bisa melaksanakan penelitian
dari bagian catatan medik dari bidang dengan memperhatikan etika penelitian yang
keperawatan menyebutkan jumlah penderita meliputi Informed consent (Lembar persetujuan)
gangguann jiwa pada tahun 2015 sebanyak 5.399 dan Anonymity (Tanpa nama).
kasus dalam waktu sembilan bulan yaitu bulan
Januari 2015 sampai September 2015. 3. Hasil dan Pembahasan
Salah satu terapi yang digunakan untuk Hasil Penelitian
meningkatkan harga diri rendah yaitu terapi a. Karakteristik Demografi Responden
Okupasi. World Federation Of Occupational Therapy Tabel 1. Karakteristik demografi responden
(WFOT), Terapi Okupasi sebagai bentuk berdasarkan jenis kelamin (n=35)
pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada Jenis Frekuen Persentas
individu atau kelompok bertujuan kelamin si e
memungkinkan orang untuk berpartisipasi Laki-laki 17 48,6
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari untuk Perempuan 18 51,4
meningkatkan kemampuan mereka untuk Total 35 100
terlibat dalam pekerjaan mereka diharapkan
Tabel 1. Hasil distribusi frekuensi d. Karakteristik Demografi Responden
karakteristik menunjukkan bahwa karakteristik Berdasarkan Pekerjaan
jenis kelamin kelompok terbesar adalah Tabel 4. Karakteristik demografi responden
responden laki-laki yaitu 17 responden (48,6%), berdasarkan Pekerjaan (n=35)
kemudian disusul oleh jenis kelamin perempuan Pekerjaan Frekuen Presenta
sebanyak 18 (51,4%). si se
Ibu Rumah
9 25.7
b. Karakteristik Demografi Responden Tangga
Berdasarkan Umur Wiraswasta 6 17.1
Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik Buruh/Peta
berdasarkan umur responden (n=35) 20 57.1
ni
Umur Frekue Presen Total 35 100.0
nsi tase
Remaja Akhir
2 5.7 Tabel 4. Hasil distribusi frekuensi
17-25 Tahun
Dewasa Awal karakteristik demografi berdasarkan pekerjaan
23 65.7 menunjukkan bahwa pekerjaan terbanyak yaitu
26-35 Tahun
Dewasa ditempati oleh Buruh/Petani sebanyak 20
Akhir 36-45 9 25.7 responden (57,1 %), Ibu Rumah tangga sebanyak
Tahun 9 responden (25,7 %), kemudian diikuti oleh
Lansia Awal paling sedikit wiraswasta sebanyak 6 responden
1 2.9 (17,1%).
46-55 Tahun
Total 35 100.0
e. Karakteristik Demografi Responden
Tabel 2. Hasil distribusi frekuensi Berdasarkan Status Perkawinan
karakteristik demografi responden berdasarkan Tabel 5. Karakteristik demografi responden
umur, menunjukkan bahwa kategori dewasa berdasarkan status (n=35)
awal dengan 23 responden (65,3%), dewasa Status Frekuen Presen
akhir dengan 9 responden (25,7%), remaja akhir si tase
dengan 2 responden (5,7%), dan paling sedikit Menikah 21 60.0
adalah lansia awal dengan 1 responden (2,9%). Belum
14 40.0
Menikah
c. Karakteristik Demografi Responden Total 35 100.0
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 3. Karakteristik demografi responden Tabel 5. Hasil distribusi frekuensi
berdasarkan pendidikan (n=35) karakteristik demografi berdasarkan status
Pendidikan Freku Presen menunjukkan bahwa status terbanyak yaitu
ensi tase menikah sebanyak 21 responden (60,0%),
SD 14 40.0 sedangan status belum menikah sebanyak
SMP 14 40.0 14 responden (40,0%).
SMA 7 20.0
Total 35 100.0 f. Distribusi frekuensi lama waktu
responden mengalami gangguan jiwa
Tabel 4.3 Hasil distribusi frekuensi Tabel 6. Distribusi frekuensi berdasarkan
karakteristik demografi berdasarkan tingkat lama waktu mengalami gangguan jiwa
responden (n=35)
pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berpendidikan SD sebanyak 14 Tahun Frekuensi Presentase
responden (40,0%), kemudian diikuti SMP < 1Tahun 0 0
sebanyak 14 responden (40,0%), dan SMA 2-4Tahun 29 82.9
sebanyak 7 responden (20,0%). 5-8Tahun 6 17.1
Total 35 100.0
Tabel 9. menunjukan bahwa tingkat
Tabel 6. Hasil distibusi frekuensi harga diri responden sebelum dilakukan terapi
berdasarkan lamanya didiagnosa gangguan jiwa Okupasi adalah antara 20 – 35 (harga diri rendah)
terbanyak yaitu 2-4 tahun sebanyak 29 dengan nilai rerata 26.40 dan SD sebesar 3.19.
responden (82,9%), dan diikuti oleh yang Sedangkan sesudah dilakukan terapi Okupasi
terendah 5-8 tahun sebanyak 6 responden menjadi 69 – 79 (harga diri tinggi) dengan rerata
(17,1%). skor 73.82 dan SD sebesar 2.35.

g. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan j. Distribusi Normalitas Data Harga Diri


Pengobatan Sebelum dan Sesudah Terapi Okupasi
Tabel 7. Distribusi frekuensi karakteristik Tabel 10. Hasil uji normalitas pengaruh
responden berdasarkan pengobatan (n=35) terapi okupasi terhadap peningkatan harga diri
Jenis Frekuensi Presentase (n=35)
Rutin Kontrol 25 71.4 Shapiro-Wilk
Tidak Rutin Kontrol 10 28.6
Total 35 100.0 Statistic Df Sig.

Tabel 7. Hasil distibusi frekuensi Harga Diri Pre


.968 35 .388
berdasarkan pengobatan rutin kontrol sebanyak
25 responden (71.4%), dan tidak rutin control Harga Diri post
.976 35 .626
sebanyak 10 responden (28.6%).

h. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tabel 10. dapat diketahui bahwa nilai
Berapa Kali Rawat Inap significant pada harga diri sebelum perlakuan
Tabel 8. Distribusi frekuensi responden sebesar 0.388 dan sesudah perlakuan sebesar
berdasarkan lamanya didiagnosa gangguan jiwa 0.626. Yang berarti bahwa sebaran data baik
(n=35) sebelum dan sesudah semuanya normal karena
Kategori Frekuensi Presentase lebih dari 0.05.
1kali 5 14.3
2-4 kali 19 54.3 k. Distribusi Analisis Bivariat Variabel Harga
5-7 kali 11 31.4 Diri dan Variabel Terapi Okupasi
Tabel 11. Distribusi analisis bivariat variabel
Total 35 100.0
harga diri dan variable terapi okupasi di ruang
Rehabilitasi RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Tabel 8. Hasil distibusi frekuensi
Provinsi Jawa Tengah, Februari 2017 (n=35)
menunjukkan bahwa karakteristik responden
Harga Rata- t-test p- Keputusan
berdasarkan berapa kali responden rawat inap
terbanyak 2-4 kali sebanyak 19 responden Diri rata value
(31.4%), kemudian 5-7 kali sebanyak 11
Pre 26.40 63.317 0.000 Ho ditolak
responden (14,3%), dan terendah 1 kali
sebanyak 5 responden (14,3%). test
Post 73.82
i. Distribusi Frekuensi Tingkat Harga Diri test
Sebelum dan Sesudah Terapi Okupasi
Tabel 9. distribusi frekuensi tingkat harga diri
responden sebelum dan sesudah terapi Okupasi Tabel 11. Berdasarkan hasil analisis data
(n=35) diperoleh nilai rata-rata harga diri responden
sebelum diberi terapi Okupasi sebesar 26.40 dan
Kecem Min maks Rata-rata SD setelah diberikan terapi menjadi 73.82. Hasil uji
asan statistik dependent t test diperoleh nilai p sebesar
Pre 20 35 26.40 3.19 0.000 (<0.05). Disimpulkan ada pengaruh terapi
Test Okupasi terhadap harga diri pada pasien
Post 69 79 73.82 2.35 gangguan jiwa harga diri rendah di RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
Test
l. Pengaruh Terapi Okupasi Terhadap untuk mengekspresikan perasaan yang tidak
Peningkatan Harga Diri terekspresikan.
Hasil uji statistic dependen t-test menunjukan Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan pengaruh antara bahwa penelitian yang saya lakukan ini
sebelum dan sesudah pemberian terapi okupasi terbukti bahwa terapi Okupasi dalam
dalam meningkatkan harga diri. meningkatkan harga diri pasien dengan harga
Hal ini ditunjukkan dengan data bahwa n diri rendah. Namun peneliti tidak membahas
jumlah masing-masing sampel kelompok dan menganalisis perlakuan yang dilakukan
adalah 35 responden dengan nilai korelasi sedetail mungkin karena variabel perlakuan
antara dua variabel tersebut hasilnya yaitu dianggap sama. karena tujuan penelitian ini
0,256 yang artinya korelasi cukup, sedangkan hanya sampai pada melihat pengaruh terapi
signifikan p 0,137< 0,05, t hitung > t tabel Okupasi dan hasilnya adalah terapi Okupasi
(63.371>0,005) dan nilai signifikan 0,000< 0,05 dalam meningkatkan harga diri pada pasien
maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya harga diri rendah.
ada pengaruh antara sebelum dan sesudah
perlakuan terapi okupasi dalam meningkatkan 1. Simpulan dan Saran
harga diri di RSJD Dr. Amino Gondohutomo a. Simpulan
Semarang. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah
Hal ini membuktikan bahwa terapi Okupasi dilakukan pada bulan 04 Januari sampai 04
berpengaruh terhadap peningkatan harga diri. Februari 2017, tentang pengaruh terapi Okupasi
Masing-masing responden mengalami terhadap harga diri rendah pada pasien
peningkatan harga diri ditandai dengan gangguan jiwa di RSJD Dr. Amino
berkurangnya tanda gejala yang dimiliki. Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat
Dari hasil uji analisis menunjukan bahwa disimpulkan sebagai berikut:
terapi Okupasi peningkatan harga diri 1. Hasil penelitian menunjukkan
memberikan pengaruh positif terhadap harga karakteristik responden berdasarkan jenis
diri pasien harga diri rendah sehingga dapat kelamin tertinggi adalah peremuan 18
memudahkan klien untuk bersosialisasi baik di responden (51,4%) dengan usia pada
lingkungan rumah sakit maupun di rumah. dewasa awal 23 responden (65,7%),
Hal ini sesuai dengan tujuan terapi Okupasi pendidikan SD dan SMP sebanyak 14
yaitu berfokus pada peningkatan harga diri responden (40,0%), pekerjaan
klien dengan gangguan persepsi, menarik diri buruh/petani 20 responden (57,1%), dan
dengan realita, inisiatif dan kurang ide, status perkawinan terbanyak yaitu
kooperatif, sehat fisik, dan dapat menikah sebanyak 21 responden (60,0%).
berkomunikasi verbal. Selain itu, fokus terapi 2. Hasil penelitian nilai rata-rata harga diri
Okupasi peningkatan harga diri adalah untuk pada pre perlakuan responden sebelum
meningkatkan harga diri yang ditandai dengan diberi terapi Okupasi sebesar 26.40 (harga
mengenali diri sendiri, menghargai diri sendiri, diri rendah).
tidak memusuhi diri sendiri dan berfikir positif 3. Hasil penelitian harga diri post perlakuan
dan rasional. Selain itu terapi Okupasi memiliki menunjukkan nilai rata-rata responden
manfaat yaitu: meningkatkan harapan, sesudah diberi terapi Okupasi sebesar 73.82
memberikan kesadaran tentang adanya (harga diri tinggi).
persamaan pikiran, perasaan, dan masalah. 4. Hasil penelitian ini didapatkan hasil
Berbagai masalah pengalaman untuk perhitungan statistic dengan menggunakan
menolong orang lain, membantu pengalaman dependent t-test didapatkan p value 0,005
belajar yang sebelumnya didapat dalam (<0,05), hal ini menunjukkan bahwa ada
keluarga, kesempatan untuk meningkatkan pengaruh terapi Okupasi terhadap harga
kemampuan atau keterampilan melalui diri rendah pada pasien gangguan jiwa di
perilaku imitasi pada kelompok, kesempatan RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi
untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap Jawa Tengah (P=0,000).
interaksi sosial dan keterampilan sosial, b. Saran
meningkatkan kemampuan hubungan yang Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas,
luas, sehingga tanggung jawab dan peneliti memberikan saran sebagai berikut:
kompleksitas dalam berhubungan meningkat. 1. RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Meningkatkan kemampuan anggota untuk Jawa Tengah
menggali eksistensi mereka, dan kesempatan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pada Lansia di Panti Wreda Tresna
terapi Okupasi efektif dalam meningkatkan Lamongan. Journals of Ners Community. 2012
harga diri khususnya pada pasien harga Juni; 3.
diri rendah yang menjalani rehabilitasi,
sehingga perlu dibuat kebijakan serta 8. Desi. Pemberdayaan Keluarga dan Kader
teknik pelaksanaanya agar semua perawat Kesehatan Jiwa dalam Penanganan Pasien
bisa melakukan pada pasien dengan harga Harga Diri Rendah Kronik dengan
diri rendah. Pendekatan Model Preceda L. Green Di RW
2. Peneliti selanjutnya 06, 07 dan 10 Tanah Baru Bogor Utara. Jurnal
a. Peneliti selanjutnya diharapkan Keperawatan Jiwa. 2013 November; 01: p.
memodifikasi penelitian tentang terapi 170-177.
Okupasi ini dengan memperluas
jangkauan penelitiannya di ruangan 9. Sunaryo. Psikologi untuk Keperawatan Ester
lain atau pada pasien selain harga diri M, editor. Jakarta: EGC; 2004.
rendah yang menjalani rehabilitasi dan
memperluas area penelitian. 10. Kusumawati. Buku Ajar Asuhan
b. Diperlukan penelitian lebih lanjut Keperawatan Jiwa. 1st ed. Jakarta: Salemba
mengenai mekanisme secara fisiologi Medika; 2010.
tentang bagaimana terapi Okupasi lebih
efektif dalam meningkatkan harga diri 11. Keliat, BA, Akemat (2011). Keperawatan
dan tentukan pula target peningkatan Kesehatan Jiwa Komunitas Budi Anna Keliat
harga diri sehingga mampu ANHHN, editor. Jakarta: ECG.
menjustifikasi seberapa efektif terapi
Okupasi yang diberikan. 12. Yosep I. Keperawatan Jiwa Bandung: Refika
Aditama; 2007.
Daftar pustaka
1. Nurohmah M. Terapi Gangguan Jiwa: Proses
13. Nanda. Panduan Diagnosa keperawatan
Terapi Humanis Di Pondok Pesantren Al-
NANDA 2005 - 2006 Definisi & Klasifikasi
Qodir Cangkringan Sleman-Yogyakarta.
Jakarta: Prima Medika; 2006.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Islam Sunan Kalijaga, Ilmu Kesejahteraan
14. Prabowo. Konsep & Aplikasi Asuhan
Sosial; 2015.
Keperawatan Jiwa Yogyakarta: Nuha
Medika ; 2014.
2. Nyumirah S. Peningkatan Kemampuan
Interaksi Sosial (Kognitif, Afektif, dan
15. Prabowo E. Konsep & Aplikasi Asuhan
Perilaku) Melalui Penerapan Terapi Perilaku
Keperawatan Jiwa Yogyakarta: Nuha
Kognitif Di RSJ Dr. Amino Gondohutomo
Medika; 2014.
Semarang. Universitas Indonesia. 2013
November; 1: p. 122.
16. Yusuf A. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Ganiajri F, editor. Jakarta: Salemba
3. Kemenkes. Kesehatan Jiwa. Riskesdas. 2013.
Medika; 2015.
4. Yosep, H. I., & Sutini, T., (2014). Buku Ajar
17. Dharma, Kusuma Kelana 2011. Metodologi
Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health
Penelitian Keperawatan: Panduan
Nursing. Bandung; Refika Aditama.
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil
5. Stuart, G. W., & Laraia, M.T., (2005). Penelitian. Jakarta. Trans InfoMedia.
Principle and practice of psychiatric nursing,
Edisi: 8. Philadelphia: Elseiver Mosby.
18. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu
6. Dewantari. Pengaruh Penerapan Terapi Keperawatan. 3rd ed. Jakarta: Salemba
Okupasi Terhadap Penurunan Stres Pada Medika; 2013.
Lansia Di Panti Wredha Damai Ranomuut 19. Notoadmojo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Manado. ejournal Keperawatan. 2015 Mei; 3. Penyakit Jakarta: Rieneka Cipta; 2007.

7. Khoiroh. Terapi Okupasi Training


Keterampilan Pengaruh Tingkat Depresi
20. Therapy WFOT. World Federation Of Kekerasan di Ruang Rawat Inap RSMM
Occupational Therapy. [Online]. 2016. 20 Bogor. FIK UI. 2010 Juli;1.
November 2016. http://www.wfot.org/.
32. Hasmila. Faktor Predisposisi Penderita
21. Ulrich. The Development Of Self-Esteem. Skizophrenia Di Poliklinik Rumah Sakit
University of Bern. 2014 Oktober. Jiwa Aceh. Idea Nursing Journal. 2015;VI.
22. Purwasih. Penatalaksanaan Pasien
Gangguan Jiwa Dengan Gangguan Konsep
Diri Rendah Di Ruang Gathotkoco RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Semarang. JPK. 2015
Januari.

23. Jonathon. From The Top Down Self Esteem


and Self Evaluation. USA. 2001.

24. Todd F. Development And Validation Of A


Scale For Measuring State Self Esteem.
Journal Of Personality And Social
Pshicology. 1991; 60. 898.

25. Abdul. Penerapan Terapi Latihan


Ketrampilan Sosial Pada Klien Isolasi Sosial
Dan Harga Diri Rendah Dengan Pendekatan
Model Hubungan International Peplau Di
RS Dr Marzoeki Mahdi Bogor. Akademi
Ngudi Waluyo. 2013 Mei; 1.

26. Wijayanti. Terapi Okupasi Aktivitas Waktu


Luang Terhadap Perubahan Gejala
Halusinasi Pendengaran Pada Pasien
Skizofrenia. Gema Keperrawatan. 2014.
27. Karmilawati. hubungan keaktifan okupasi
terapi dengan tingkat kreativitas pada
pasien skizofrenia di RSJD Surakarta. UMS.
2011 Maret.

28. Devi. Pengaruh Terapi Humor Terhadap


Penurunan Kecemasan pada Pasien Pre
Operasi dengan General Anastesi di Rumah
Sakit Telogorejo Semarang. Stikes
Telogorejo Semarang. 2014.

29. Santoso. Penggunaan Metode Pemeliharaan


Perempuan dan Konflik Di Tiga Kota. Jurnal
Masyarakat Budaya. 2010.

30. Abdul. Penerapan Terapi Latihan


Ketrampilan Sosial Pada Klien Isolasi Sosial
Dan Harga Diri Rendah Dengan Pendekatan
Model Hubungan International Peplau Di
RS Dr Marzoeki Mahdi Bogor. Akademi
Keperawatan Ngudi Waluyo. 2013 Mei; 1.

31. Dewi. Pengaruh Rational Emotive Behaviour


Theraphy Terhadap Klien Perilaku

Anda mungkin juga menyukai