Anda di halaman 1dari 16

REVIEW JURNAL KUASI EKSPERIMEN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah eksperimen kuasi

Dosen Pengampu:
Dra. Sri Kusrohmaniah, M.Si., Ph.D

Disusun oleh:
Malvin Geoffrey Cristianto
(21/484829/PPS/4049)

PROGRAM STUDI MAGISTER (SAINS)


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2021
I. IDENTITAS JURNAL

Judul Jurnal Pengaruh Employee Assistance Service terhadap


Depression, Anxiety, dan Penggunaan Alkohol yang
Beresiko.
Nama Peneliti Melissa K. Richmond, PhD, Fred C. Pampel, PhD,
Randi C. Wood, LCSW, CEAP, and Ana P. Nunes,
PhD
Lembaga Penerbit Journal of Occupation and Environmental Medicine
Tahun 2016
Volume (Nomor) 58
Halaman 641-650

II. ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian terhadap pengaruh dari


Employee Assistance Programs (EAPs) untuk menurunkan depresi, kecemasan, dan
penggunaan alkohol yang berisiko dan apakah penurunan gejala klinis tersebut dapat
berujung pada performa kerja yang lebih baik. Penelitian ini adalah studi kuantitatif
dengan desain kuasi eksperimen. Partisipan berjumlah 344 individu yang berasal dari
20 area pemerintahan daerah. Partisipan dalam kelompok eksperimen berjumlah 156
dan pada kelompok kontrol sejumlah 188 individu. Partisipan dicocokkan
berdasarkan baseline demografi, psikososial, dan karakteristik kerja untuk
membedakan EAP dari non pengguna EAP. Survey follow-up dilakukan dari 2 hingga
12 bulan berikutnya. Hasil dari penelitian menunjukkan penurunan pada depresi dan
kecemasan tapi tidak pada penggunaan alkohol. Hasil dari penurunan depresi dan
kecemasan memediasi penurunan dan peningkatan pada absenteeism dan
presenteism. Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa program
EAP dapat menjadi metode yang efektif dalam meningkatkan kesehatan mental dan
performa kerja pegawai.
III. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Penelitian ini didasari atas kekhawatiran peneliti akan dampak depresi dan
kecemasan yang merupakan hal yang normal pada populasi karyawan. Kedua hal ini
memiliki pengaruh buruk terhadap kinerja karyawan dan memberikan tambahan
biaya bagi pemilik perusahaan. Depresi memiliki asosiasi dengan unemployment,
disabilitas jangka pendek, absenteeism, dan penurunan performa. Sedangkan
kecemasan dapat berpengaruh terhadap produktivitas karyawan dan organisasi.
Selain kedua hal tersebut faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap
lingkungan kerja adalah penggunaan alkohol yang tidak bertanggungjawab. Pekerja
yang kecanduan alkohol memiliki resiko berperilaku berbahaya saat kerja,
menciptakan tambahan cost, dan kecenderungan tinggi untuk absen, memiliki
performa rendah, berperilaku kasar, dan memiliki angka turnover yang tinggi.
Oleh sebab itu untuk mengatasi permasalahan kesehatan mental dan kecanduan
alkohol karyawan dibutuhkan suatu program intervensi yang tersistematis. Peneliti
mendasarkan pernyataan tersebut dengan bukti dari penelitian sebelumnya yang
menemukan bahwa intervensi yang universal dari perusahaan dapat menurunkan
gejala depresi pada karyawan. Salah satu bentuk program tersebut adalah Employee
Assistance Programs (EAPs). Bentuk pelaksanaan program ini adalah melalui
konseling individu terkait permasalahan karyawan. Apabila permasalahan telah
menjadi kecanduan maka EAP dapat membantu dengan menghubungkan ke terapis
dan memberikan support. Meskipun demikian masih sedikit penelitian yang meneliti
efektivitas program terhadap gejala gangguan mental, ketergantungan zat, serta
hubungannya terhadap performa kerja.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Karyawan yang mendapat EAP akan mengalami penurunan pada gejala
o Depresi
o Kecemasan
o Konsumsi alkohol yang berisiko
- Pengurangan pada depresi, kecemasa, dan konsumsi alkohol yang beresiko
dapat memediasi pengurangan pada absenteeism dan presenteeism.
IV. METODE PENELITIAN
1. Partisipan
Jumlah partisipan hingga akhir penelitian ini adalah 344 individu.
Partisipan merupakan karyawan dari 20 area pemerintahan. Perekrutan partisipan
dimulai dengan meminta perizinan terhadap kepala kantor. Kelompok eksperimen
direkrut dengan menawarkan program EAP dan meminta kesediaanya untuk
mengikuti penelitian. Partisipan pada kelompok kontrol hanya diminta
kesediaanya untuk mengikuti penelitian. Partisipan dalam penelitian ini memiliki
angka rata-rata umur 44.6 tahun (SD = 10.1, range = 21-72), telah bekerja
minimal sebanyak 8.3 tahun (SD = 7.44, range = 0.08 to 39.8), mayoritas adalah
perempuan, kulit putih, dan non-hispanic.
Pada awalnya terdapat 1156 individu yang mendaftar untuk mengikuti
program EAP, dari jumlah itu sebanyak 256 individu setuju untuk mengikuti
penelitian dan menyelesaikan survey. Jumlah itu kemudian direduksi untuk
meningkatkan generalisasi dengan populasi umum partisipan EAP, pada tahapan
ini jumlah partisipan pada kelompok eksperimen menjadi 239 orang. Terakhir
dari jumlah itu didapatkan wawancara follow up pada 156 karyawan. Partisipan
yang mengikuti hingga akhir memiliki demografi seperti berikut, memiliki
kecenderungan mengidentifikasi diri sebagai orang kulit putih, memiliki
pendidikan sedikit lebih tinggi, dan lebih tidak cemas, daripada mereka yang tidak
mengikuti wawancara follow up.
Dari 28.000 individu total pada departemen yang berpartisipasi, sebanyak
2903 karyawan setuju untuk mengikuti penelitian. Jumlah itu direduksi menjadi
340 untuk didapatkan generalisasi dengan populasi umum partisipan EAP.
Sebanyak 188 partisipan mengikuti tahapan akhir wawancara follow up.

2. Instrumen
Gejala depresi pada partisipan diukur menggunakan The Patient Health
Questionnaire (PHQ-8). Sedangkan kecemasan diukur menggunakan kuisioner
GAD-2. Terakhir gangguan konsumsi alkohol diukur menggunakan m Alcohol
Use Disorders Identification Test (AUDIT). Kuisioner ini bertujuan untuk
mengetahui jumlah alkohol yang dikonsumsi oleh individu, ketergantungan, dan
dampak negative.
Performa kerja diukur menggunakan 2 skala dengan 5 aitem dari Chestnut
Global Partners Workplace Outcome Suite: Absenteeism, Presenteeism, and
Workplace Distress. Tiap-tiap aitem mengukur isu yang berkaitan dengan kerja
selama 30 hari terakhir. Absenteeism mengukur jumlah jam yang dilewatkan oleh
karyawan sebagai akibat dari masalah personal atau kerja. Presenteeism
mengukur dampak performa akibat masalah personal atau kerja. Sedangkan aitem
workplace distress mengukur distress pada lingkungan pekerjaan.
Sebelum memulai penelitian jumlah partisipan direduksi untuk
mendapatkan generalisasi dengan peserta EAP pada umumnya. Generalisasi ini
didasarkan pada survey yang melihat baseline demografi partisipan.

3. Prosedur
Prosedur penelitian adalah sebagai berikut, setelah mendapat izin dari 19
pimpinan departemen peneliti memulai perekrutan partisipan. Perekrutan berjalan
selama selama 10 bulan (antara 1 Oktober 2013 dan 31 Juli, 2014). Terdapat 3
gelombang dalam penelitian ini. Gelombang 1 antara 1 Oktober 2013 dan 15
Januari 2014, gelombang 2 antara 16 Januari dan 30 April 2014, dan gelombang 3
antara 1 Mei dan 31 Juli 2014. Setiap awal gelombang email perekrutan dikirim
kepada seluruh karyawan.
Setiap ada partisipan yang mendaftar maka mereka akan diberikan
penjelasan terkait penelitian ini dan diminta persetujuannya, Partisipan dapat
mengisi survey baseline melalui telfon atau survey online sebelum program
dimulai. Setelah itu partisipan akan dipilih berdasarkan kriteria baseline dengan
analisis regresi logistic. Wawancara follow up dilakukan pada bulan April untuk
gelombang pertama, bulan Juli untuk gelombang kedua, dan September-Oktober
untuk gelombang ketiga. Saat proses ini terdapat error dari data yang telah ada,
peneliti kemudian membenarkan eror tersebut. Pengisian survey dapat dilakukan
secara online atau melalui telefon.
4. Analisis Statistika
Penelitian dianalisis menggunakan beberapa teknik analisis yaitu, statistik
deskriptif untuk membandingkan antara mean kelompok kontrol dan eksperimen
serta pretest. Uji T dilakukan untuk memastikan perbedaan yang signifikan.
Cohen’s d juga dianalisis pada tiap variabel untuk menunjukkan perbedaan dalam
unit standard. Uji hipotesis dilakukan dengan regresi linear. Peneliti
menggunakan Sobel test untuk mengevaluasi dampak tidak langsung dari
program melalui mediator.

V. HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang signifikan dari EAP terhadap


pengurangan gejala depresi dan kecemasan namun tidak pada konsumsi alkohol yang
beresiko. Hasil juga menunjukkan bahwa variabel depresi dan kecemasan merupakan
mediator yang signifikan dalam mengurangi presenteeism dan absenteeism.
Berkebalikan dengan itu tidak ditemukan bukti yang signifikan dari konsumsi alkohol
yang beresiko terhadap presenteeism dan absenteeism.

VI. DISKUSI

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa EAP sukses dalam mengurangi


gejala depresi dan kecemasan. Hal ini menunjukkan bahwa program EAP merupakan
pilihan intervensi yang efektif untuk meningkatkan kesehatan mental dan
produktivitas karyawan. Selain itu, hasil dari penemuan ini membuktikan bahwa
produktivitas pegawai dapat ditingkatkan melalui program yang bertujuan menjaga
kesehatan mental pegawai sekaligus menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
kesehatan mental, substance abuse, dan performa kerja.

Tidak ditemukannya hasil yang signifikan dari pengaruh EAP terhadap konsumsi
alkohol dapat dimungkinkan dengan beberapa alasan. Pertama, berdasarkan asesmen
awal hanya 3.8% partisipan yang memiliki konsumsi alkohol beresiko sebagai
masalah utama. Hal ini sesuai dengan penemuan sebelumnya yang menyatakan
bahwa karyawan dengan masalah kecanduan adalah yang paling cenderung tidak
mencari pertolongan dari EAP. Oleh karena itu jumlah populasi yang kecil
menciptakan kesulitan dalam melihat perubahan dalam program ini. Alasan kedua
adalah kemungkinan dari tidak dilaporkannya permasalahan ini oleh partisipan akibat
ketakutan dari stigmatisasi. Alasan terakhir adalah keterbetasan peneliti dalam
memastikan pembahasan mengenai alkohol dalam program EAP.

VII. CRITICAL REVIEW

Menurut penulis, peneliti telah menuliskan penelitiannya dengan baik.


Argumentasi dasar dan dasar teori pada latar belakang penelitian menunjukkan
argumentasi yang urgent dan komprehensif terkait permasalahan penelitian dan
mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Lebih lanjut penulisan dasar teori juga
menunjukkan alasan yang baik dalam membangun hipotesis yang dituliskan peneliti.
Hal serupa juga terdapat di bagian metode dan hasil dimana peneliti menuliskan
dengan sistematis dan mudah dipahami. Terakhir peneliti menilai penulisan diskusi
dan kesimpulan juga dilakukan dengan baik dimana peneliti mampu memberikan
argumentasi terkait alasan penolakan hipotesis pada konsumsi alkohol.

Studi ini merupakan studi kuasi eksperimen yang bertujuan meneliti dampak
program intervensi terhadap gejala depresi, kecemasan, dan konsumsi alkohol
beresiko. Beberapa hal yang menjadi isu dalam penelitian ini adalah terkait populasi
dan masalah etika penelitian. Dari jurnal diketahui bahwa populasi penelitian diambil
dari pegawai negri di Amerika Serikat dengan mayoritas partisipan wanita kulih putih
dan bukan orang hispanik. Hal tersebut menyebabkan sulitnya dilakukan generalisasi
terhadap perusahaan swasta maupun lSM. Isu kedua menurut saya adalah kurangnya
penjelasan mengenai perlakuan peneliti terhadap partisipan yang tidak lolos baseline
atau menolak studi meski sudah mendaftar program EAP. Perlu adanya penjelasan
yang lebih menyeluruh terkait partisipan ini untuk memastikan bahwa penelitian telah
dilakukan sesuai etika.
REFERENSI

Richmond, M. K., Pampel, F. C., Wood, R. C., & Nunes, A. P. (2016). Impact of Employee
Assistance Services on Depression, Anxiety, and Risky Alcohol Use. Journal of
Occupational and Environmental Medicine, 58(7), 641–650.
I. IDENTITAS JURNAL

Judul Jurnal Enhancing Work-Related Attitudes and Work


Engagement: A Quasi-Experimental Study of the
Impact of an Organizational Intervention
Nama Peneliti Ming Yan, Kelly Z. Peng, & Anne Marie Francesco
Lembaga Penerbit Human Resource Management, Wiley Periodicals
Tahun 2011
Volume (Nomor) 50
Halaman 407-424

II. ABSTRAK

Perdebatan mengenai efektivitas metode job design ‘taylorism’ vs ‘job enrichment’


telah terjadi sejak lama. Penelitian ini mengusulkan bahwa kedua metode sama-sama
efektiv apabila di moderasi oleh sifat asal pekerjaan yang mempengaruhi
pengaplikasian kedua metode. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi yang
bertujuan untuk mengetahui dampak job enrichment terhadap kepuasan dan performa
pekerja tipe knowledge worker (KW) dan manual worker (MW). Hasil analisis
menunjukkan bahwa setelah dilakukan enrichment pekerja tipe KW mengalami
peningkatan pada kepuasan dan performa, sedangkan pekerja tipe MW mengalami
penurunan pada kedua variabel tersebut.

III. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Penelitian ini didasari oleh perdebatan lama terkait efektivitas dalam dua metode
job design yang berbeda. Seiring berkembangnya revolusi dalam industri, penelitian
mengenai job design semakin banyak ditinggalkan. Padahal topik terkait hal ini
merupakan bagian penting dalam manajemen sumber daya manusia sejak awal 1900.
Salah satu pioneer dalam topic ini adalah Taylor (1947) yang mempelajari bagaimana
mendesain suatu pekerjaan untuk memaksimalkan efisiensi. Sejak itu job design di
desain untuk sangat terspesialisasi dan pekerja tidak disarankan untuk bereksperimen
atau berinovasi dalam proses pekerjaan mereka.

Meskipun demikian, sejak 1970 peneliti-peneliti job design berargumen bahwa


sistem bekerja model klasik dapat menyebabkan hasil yang tidak fungsional bagi
organisasi. Argumentasi ini kemudian berujung pada desain baru sistem yang
mendorong pekerja untuk berinovasi dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Model
ini disebut sebagai job enrichment. Model desain pekerjaan ini disinyalir mampu
meningkatkan motivasi dan kreativitas karyawan sehingga berujung pada peningkatan
performa. Meski sangat popular, penelitian-penelitian terdahulu menemukan bahwa
hasil dari desain ini sangat sulit untuk digeneralisasi dalam semua tipe pekerjaan.

Peneliti kemudian berargumen bahwa faktor penting pengaplikasian kedua model


adalah melalui job nature dari suatu pekerjaan itu sendiri. Salah satu bentuk
klasifikasi tipe pekerjaan adalah knowledge worker (KW) dan manual worker (MW).
KW atau biasa disebut juga kerah putih adalah tipe pekerja yang menggunakan
pembelajaran dari proses edukasi mereka dalam pekerjaan. Sedangkan MW adalah
pekerja yang menggunakan skill fisik atau otot, tipe pekerja ini sering disebut juga
sebagai kerah biru.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perbedaan dari dampak job enrichment
terhadap dua tipe pekerjaan. Terdapat dua hipotesis dalam penelitian ini:

1. Job enrichment akan meningkatkan kepuasan kerja dan performa KW


2. Job enrichment akan menurunkan kepuasan kerja dan performa MW

IV. METODE PENELITIAN


1. Partisipan
Studi dilakukan pada perusahaan IT di China pada dua departemen, yaitu
departemen pengembangan program (PDD) dan departemen logistik (LD).
Pekerjaan utama pada departemen PDD adalah melakukan programming pada
piranti lunak, sedangkan pekerjaan pada departemen LD adalah untuk
membersihkan dan melakukan maintenance.
5 orang karyawan PDD dan 2 di LD di reduksi karena memiliki sejarah
penurunan atau peningkatan performa dalam 3 bulan belakangan. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi variabel extraneous. Selanjutnya 280 partisipan
dipilih secara random dari 428 total karyawan pada kedua departemen. Terdapat
140 karyawan yang dipilih pada departemen PDD dan LD. Pada departemen PDD
partisipan terdiri dari 104 pria dan 36 wanita, hampir seluruh partisipan
merupakan sarjana. Pada departemen LD terdapat 96 pria dan 44 wanita, dari
seluruh partisipan LD tidak ada yang merupakan lulusan perguruan tinggi.

2. Instrumen
Job enrichment pada penelitian ini diukur menggunakan JDS yang dikembangkan
oleh Hackman dan Oldham. Skala ini memiliki angka reliabilitas 0.77 dan 0.76
pada pre dan post-test.
Kepuasan kerja diukur menggunakan aitem dari Michigan Organizational
Assessment Questionnaire. Skala ini memiliki angka reliabilitas 0.91 dan 0.92
pada pre dan post-test.
Performa kerja dinilai menggunakan skala Van Dyne dan LePine. Nilai rata-rata
dari ke empat item dalam skala ini merupakan indikasi performa overall. Skala ini
memiliki angka reliabilitas sebesar 0.91 dan 0.90 pada pre dan post-test.

3. Prosedur
Penelitian dilakukan melalui 3 tahapan. Pada tahapan pertama baik KW
maupun MW dikelompokkan secara acak pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Selanjutnya peneliti berdiskusi dengan supervisor dari kedua
departemen untuk merancang desain pekerjaan sesuai dengan prinsip JCM yang
dikembangkan oleh Hackman dan Oldham. Kemudian 5 pekerja dari masing-
masing departemen diminta untuk menilai level enrichment dari tugas-tugas pada
desain baru. Tahapan ini dilakukan untuk memastikan bahwa ke-empat kelompok
memiliki level enrichment yang sama.
Pada tahap kedua pekerja diminta untuk melakukan tugas-tugas baseline
selama 4 minggu. Ketika selesai karyawan diminta untuk mengisi kuisioner untuk
menilai enrichment dan satisfaction. Tiap-tiap supervisor juga menilai performa
karyawan. Hal ini dilakukan sebagai cek manipulasi untuk memastikan tiap
kelompok memiliki level enrichment yang sama.
Pada tahapan ketiga, perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen
selama 6 bulan. Pada akhir 6 bulan karyawan diberikan kuisioner dan dinilai
performanya oleh supervisor masing-masing.

4. Analisis Statistika
Analisis cek manipulasi dilakukan menggunakan metode 2 x 2 ANOVA.
Analisis uji T dilakukan untuk mengetahui perbedaan enrichment pada kelompok
kontrol dan eksperimen saat pre dan post-test. Pengujian hipotesis dilakukan
menggunakan analisis 2x2x2 ANOVA.

V. HASIL PENELITIAN
Dari hasil cek manipulasi diketahui bahwa tiap-tiap kelompok memiliki level
yang seimbang. Hal ini berarti tidak ada perbedaan enrichment antar keempat
kelompok pada skor pre-test. Selanjutnya uji T menemukan bahwa terdapat
perbedaan antara enrichment level kelompok kontrol dan eksperimen saat post-test.
Oleh karena itu manipulasi dalam penelitian ini terjadi secara sukses.
Hasil analisis ANOVA menunjukkan peningkatan kepuasan kerja pada
kelompok eksperimen dari departemen PDD dibandingkan kelompok kontrol.
Sedangkan di departemen LD terjadi penurunan kepuasan pada kelompok eksperimen
dibandingkan kelompok kontrol.
Uji analisis ANOVA juga menunjukkan terdapat peningkatan pada performa
kelompok eksperimen karyawan PDD pada kelompok eksperimen dibandingkan
kelompok kontrol. Sejalan dengan hasil itu pada departemen LD terdapat penurunan
performa karyawan apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol
Hasil Analisis ANOVA juga menunjukkan interaksi antar Experimental
Session × Work Type interaction; Experimental Session × Condition interaction; dan
Experimental Session × Work Type × Condition interaction. Hal ini berarti bahwa
hipotesis 1 dan 2 terpenuhi.
VI. DISKUSI

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa job enrichment memiliki pengaruh


terhadap kepuasaan dan performansi kerja. Lebih lanjut hubungan tersebut
dimoderatori oleh tipe pekerjaan yang berbeda. Hasil analisis 3 jalur membuktikan
pengaruh positif pada karyawan tipe KW dan pengaruh negatif pada karyawan tipe
MW. Dalam penelitian ini hasil cek manipulasi berguna pada tiga hal. Pertama bahwa
hasil penemuan yang stabil antara dua kelompok intervensi setelah dilakukan
penemuan dapat dianggap sebagai argument dalam menolak posisi reverse causality
dalam penelitian eksperimen. Kedua bahwa kesamaan baseline enrichment level pada
tiap kelompok memastikan prinsip perbandingan yang setara. Terakhir bahwa dengan
adanya cek manipulasi pada pre dan post-test memungkinkan dilakukanya manipulasi
pada dimensi yang esensial dalam setting pekerjaan nyata, karena pekerja dapat
dengan sadar melihat perbedaan tersebut.

Penelitian ini memiliki manfaat teoretik sebagai berikut. Pertama, hasil dari
penelitian ini meningkatkan kemungkinan untuk kembali melakukan studi terkait
desain kerja taylorism terutama terkait pengaplikasian terhadap tipe pekerja yang
cocok. Kedua, hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak semua jenis pekerja
mendapatkan dampak positif dari desain job enrichment, taylorism yang
dikarakteristikkan pada optimisasi, spesialisasi, dan standardadisasi memiliki efek
positif pada MW karena karakteristik pekerjaan dan kebutuhan psikologis.

Selain itu berdasarkan hasil penelitian peneliti menyarankan manfaat praktis bagi
HR. Pertama bahwa dengan melakukan enrichment maka dapat memuaskan
kebutuhan pekerja tipe KW dalam melakukan pekerjaannya. Sejalan dengan itu hasil
ini juga menjadi bukti bahwa job enrichment harus diaplikasikan dengan melihat tipe
pekerjaan dan tidak secara general. MW dimungkinkan lebih menyukai sistem
taylorism karena karakteristiknya yang tidak terlalu membebani kognitif. Sedangkan
pekerja KW lebih menyukai pendekatan enrichment karena dapat memuaskan
kebutuhan psikologis dan memotivasi mereka.
VII. CRITICAL REVIEW

Menurut penulis, peneliti telah menuliskan penelitiannya dengan baik.


Argumentasi dasar dan dasar teori pada latar belakang penelitian menunjukkan
argumentasi yang urgent dan komprehensif terkait permasalahan penelitian dan
mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Lebih lanjut penulisan dasar teori juga
menunjukkan alasan yang baik dalam membangun hipotesis yang dituliskan peneliti.
Hal serupa juga terdapat di bagian metode dimana peneliti menuliskan metode
dengan sistematis dan mudah dipahami.

Meskipun demikian pada bagian hasil terdapat kesalahan dalam penulisan angka
mean pada pembahasan hasil performa sebelum dan sesudah EAP. Oleh sebab itu
peneliti disarankan untuk melakukan editing dan cek untuk membenarkan kesalahan
dalam penulisan bagian ini. Selanjutnya bagian diskusi dan kesimpulan telah ditulis
dengan baik dan penulis review tidak menemukan isu yang dapat dibahas pada bagian
ini.
REFERENSI

Yan, M., Peng, K. Z., & Francesco, A. M. (2011). The differential effects of job design on
knowledge workers and manual workers: A quasi-experimental field study in China. Human
Resource Management, 50(3), 407–424. doi:10.1002/hrm.20428
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai