Anda di halaman 1dari 18

EVIDENCE BASED

PRACTICE (EBP) DALAM


KEPERAWATAN GERONTIK

DESAK MADE ARI WAHYUNI (11


I PUTU WAWAN NARENDRA PUTRA (12)
NI LUH ADE SERIASIH (13)
Pengertian Evidence-Based Practice

Evidence-based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan membantu tenaga
kesehatan agar mampu update atau cara agar mampu memperoleh informasi terbaru yang
dapat menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis yang efektif dan efisien sehingga
dapat memberikan perawatan terbaik pada pasien (Macnee, 2011).

Evidence-based practice adalah strategi untuk memperoleh pengetahuan


dan skill untuk bisa meningkatkan tingkah laku yang positif sehingga bisa
menerapkan EBP didalam praktik (Bostwick, 2013)
Tingkatan dan Hirarki dalam
Penerapan Evidence Base Practice (EBP)
Hirarki untuk tingkatan evidence yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Penelitian dan
Kualitas (AHRQ), sering digunakan dalam keperawatan (Titler, 2010).
Bukti eksternal berasal dari
penelitian, bukti berdasarkan
teori, opini pemimpin, dan
diskusi ahli 

Bukti internal dapat berupa


keahlian klinis yang didapatkan
dari manajemen hasil dan
 
peningkatan kualitas,
 
pengkajian pasien dan evaluasi,
dan penggunaan sumber yang Membuat keputusan klinis
tersedia  berdasarkan evidence
based  

Pilihan pasien dan nilai 

Komponen EBP (Grove et al., 2012)


Model Implementasi Evidence Based Practice

1. Model Settler

Merupakan seperangkat perlengkapan/ media oenelitian untuk meningkatkan penerapan evidence


based. 5 langkah dalam Model Settler: 
Fase 1 : Persiapan
Fase 2 : Validasi
Fase 3 : Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan
Fase 4 : Translasi dan Aplikasi
Fase 5 : Evaluasi

2. Model IOWA Model of Evidence Based Practice to


Promote Quality Care 

Model EBP IOWA dikembangkan oleh Manita G.


Titlrer, PhD, RN, FAAN, model IOWA diawali dari
pemicu/ masalah
3.Model Konseptual Rosswurm & Larrabee

Model ini disebut juga dengan model Evidence Based Practice


Change yang terdiri dari 6 langkah, yaitu:
Tahap 1 : Mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis
Tahap 2 : Tentukan evidence terbaik
Tahap 3 : Kritikal analisis evidence
Tahap 4 : Design perubahan dalam praktek
Tahap 5 : Implementasi dan evaluasi perubahan
Tahap 6 : Integrasikan dan maintain perubahan dalam praktek
Pengkajian dan Alat dalam EBP

1. Mengidentifikasi gap/ kesenjangan antara teori dan praktek


2. Memfomulasikan pertanyaan klinis yang relevan
3. Melakukan pencarian literature yang efisien
4. Mengaplikasikan peran dan bukti, termasuk tingkatan/ hierarki dari bukti
tersebut untuk menentukan tingkat validitasnya
5. Mengaplikasikan temuan leteratur pada masalah pasien
6. Mengerti dan memahami keterkaitan antara nilai budaya pasien dapat
mempengaruhi keseimbangan antara potensial keuntungan dan kerugian
dari pilihan manajemen/ terapi (Jette et al., 2003).
Langkah-Langkah EBP

Langkah-langkah dalam proses evidance based practice adalah sebagai berikut:


1. Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry).
2. Mengajukan pertanyaan PICO(T) question
3. Mencari bukti-bukti terbaik
4. Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan
5. Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk
membuat keputusan klinis terbaik
6. Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP
7. Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)
Pelaksanaan EBP Pada Keperawatan
■ Mengakui status atau arah praktek dan yakin bahwa pemberian perawatan
■ berdasarkan fakta terbaik akan meningkatkan hasil perawatan klien
■ Implementasi hanya akan sukses bila perawat menggunakan dan mendukung “pemberian
perawatan berdasarkan fakta” 
■ Evaluasi penampilan klinik senantiasa dilakukan perawat dalam penggunaan EBP
■ Praktek berdasarkan fakta berperan penting dalam perawatan kesehatan
■ Praktek berdasarkan hasil temuan riset akan meningkatkan kualitas praktek, penggunaan biaya
yang efektif pada pelayanan kesehatan
■ Penggunaan EBP meningkatkan profesionalisme dan diikuti dengan evaluasi yang berkelanjutan
■ Perawat membutuhkan peran dari fakta untuk meningkatkan intuisi, observasi pada klien dan
bagaimana respon terhadap intervensi yang diberikan. Dalam tindakan diharapkan perawat
memperhatikan etnik, sex, usia, kultur dan status kesehatan.
Hambatan Pelaksanaan EBP Pada Keperawatan

■ Berkaitan dengan penggunaan waktu pelaksanaan intervensi


■ Akses terhadap jurnal dan artikel yang terbatas
■ Keterampilan untuk mencari masih kurang
■ Keterampilan dalam melakukan kritik riset masih kurang
■ Kurang paham atau kurang mengerti tentang EBP
■ Kurangnya kemampuan penguasaan bahasa untuk penggunaan hasil-hasil riset
internasional
■ Salah pengertian tentang proses EBP
■ Kualitas dari fakta yang ditemukan masih belum reliabel
Contoh Analisis Jurnal EBP Keperawatan Gerontik dengan Metode
PICO

Patient population disease Pasien lansia dengan depresi tingkat ringan dan sedang

Intervention Terapi modalitas life review therapy

Comparison Reminisence Group Therapy


Life Review Therapy

Outcome Keluhan yang dialami lansia berkurang


Penurunan skor geriatric depression scale
Lanjutan…

A. P (patient population disease/problem)


Lansia yang mengalami depresi tingkat ringan dan sedang, komunikasi verbal dapat dipahami dan bersedia
menjadi responden di Panti Sosial Tresna Werdha. Jumlah responden yang ditemukan sebanyak 28 lansia
yang mengalami depresi tingkat ringan dan sedang.
B. I (Intervention)
Intervensi yang diberikan kepada lansia adalah Life Review Therapy yang dapat membawa seseorang lebih
akrab pada realita kehidupan.
C (Comparison)
Intervensi yang dijadikan pembanding I adalah terapi Musik Campursari. Penelitian yang dijadikan
pembanding berjudul “Pengaruh Musik Campursari Terhadap Penurunan Skor Depresi pada Lansia di
PSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta” yang dilakukan oleh Siti, dkk pada tahun 2016. Pada peneltian ini,
intervensi dilakukan kepada responden lansia dengan depresi tingkat rendah, sedang dan berat. Hasil
penelitian menunjukkan Rata-rata skor depresi sebelum pemberian musik campursari ialah 6,64 sedangkan
nilai rata-rata skor depresi setelah pemberian musik campursari ialah 5,07 sehingga rata-rata skor depresi
sebelum pemberian musik campursari lebih tinggi dari skor depresi setelah pemberian musik campursari.
Hasil uji t-tes pada skor posttest kelompok eksperimen dan skor posttest kelompok kontrol didapat nilai p-
value =0,005 dengan t hitung =-3,109 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara skor depresi pada
kelompok eksperimen dan skor depresi pada kelompok kontrol sehingga menunjukkan bahwa pemberian
terapi musik campursari pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta terbukti efektif dalam
penurunan skor depresi.
Lanjutan…

Intervensi yang dijadikan pembanding II adalah Life Review Therapy. Penelitian pembanding II ini berjudul
“Pengaruh Life Review Therapy Terhadap Depresi Lansia Di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pesanggrahan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Majapahit Mojokerto” yang dilakukan oleh Syarifah, dkk pada
tahun 2019. Pada peneltian ini, intervensi dilakukan kepada responden lansia dengan depresi. bahwa nilai rata-rata
yang di dapatkan adalah ρ value .870 atau > 0,05. Berdasarkan hasil penelitian pada saat pretest dan postest pada
kelompok intervensi dengan nilai ρvalue yang di dapatkan adalah ρ value 0,000 atau < 0,05. Hasil penelitian ini
menunjukkan ini menunjukkan bahwa ada penurunan depresi pada kelompok intervensi pada saat pemberian
life review therapy. Berdasarkan hasil penelitian pada saat pretest dan postest pada kelompok kontrol hasil
nilai ρ value yang di dapatkan adalah ρ value 0,000 atau < 0,05. Meskipun pada kelompok kontrol tidak
diberikan perlakuan lifereview therapyakan tetapi tetap ada perubahan yang signifikan karena diberikan
aktivitas yang lain yang diberikan dipanti sehari-hari. Berdasarkan hasilpenelitian dapat disimpulkan bahwa
nilai rata-rata perbedaan depresi lansia pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai ρ value .870
atau > 0,05 yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan karena pada saat penelitian juga di
berikan perlakuan yang lain. Semakin tinggi nilai rata-rata maka semakin tinggi depresi, maka semakin
rendah nilai rata-rata semakin menurun tingkat depresinya. Dari nilai rata-ratanya pada kelompok
intervensi lebih rendah artinya meskipun tidak signifikan tapi ada perbedaan rata-rata pada tingkat depresi.
Sedangkan di pretest rata-rata depresi lebih tinggi pada kelompok intervensi, pada hasil akhir nilai rata-rata
depresi turunnya lebih banyak dari pada kelompok kontrol. Meskipun tidak signifikan akan tetapi ada
perubahan pada tingkat depresi yang lebih banyak pada nilai rata-ratanya.
Lanjutan…

D. O (Outcome)
Berdasarkan hasil penelitian diketahui rerata skor depresi lansia sebelum dilakukan life
review therapy adalah 11,00 dengan standar deviasi 2,061. Rerata skor depresi lansia
sesudah dilakukan life review therapy menjadi 10,00 dengan standar deviasi 2,035. Hasil uji
statistik didapatkan nilai p= 0,002, dimana dalam hal ini ada cukup bukti untuk menolak
hipotesis null yang berarti bahwa ada perbedaan bermakna antara skor depresi lansia
sebelum life review therapy dengan skor depresi lansia sesudah life review therapy di Panti
Sosial Tresna Werdha Teratai Km 6 Palembang Tahun 2014. Life review therapy
menurunkan tingkat depresi pada lansia. Sehingga lansia dapat terhindar dari keterlambatan
dalam perkembangan psikososial, penyalahgunaan zat adaptif, bahkan percobaan bunuh
diri.
Judul Ringkasan jurnal yang ditelaah Efek Life Therapy Review Terhadap Depresi Lansia

Penulis Nati Aswanira, Rumentalia, Vausta


Nama Jurnal Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 18 No.3, November 2015, hal 139-142 pISSN 1410-4490, eISSN 2354-
9203
Tujuan penelitian Untuk mengetahui efek life therapy review terhadap depresi lansia
Metode Penelitian Jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian pre-eksperimen dengan pendekatan one group pre-post test
design
Sampel Pengambilan sampel dilakukan secara metode total sampling, sebanyak 28 orang dengan kriteria inklusi lansia
yang mengalami depresi tingkat ringan dan sedang
Instrumen Penelitian Alat pengumpulan data yang digunakan adalah Depression Anxiety and Stress Scale (DASS) yang diadopsi dari
Livibond dan Lovabond (2011)
Pembahasan dan Hasil Berdasarkan hasil penelitian diketahui rerata skor depresi lansia sebelum dilakukan life review therapy adalah
  11,00 dengan standar deviasi 2,061. Rerata skor depresi lansia sesudah dilakukan life review therapy menjadi
  10,00 dengan standar deviasi 2,035. Hasil uji statistik didapatkan nilai p= 0,002, dimana dalam hal ini ada cukup
  bukti untuk menolak hipotesis null yang berarti bahwa ada perbedaan bermakna antara skor depresi lansia
  sebelum life review therapy dengan skor depresi lansia sesudah life review therapy di Panti Sosial Tresna Werdha
  Teratai Km 6 Palembang Tahun 2014.
  Terapi life review adalah upaya untuk membantu seseorang untuk mengaktifkan ingatan jangka panjang dimana
  akan terjadi mekanisme recall tentang kejadian pada kehidupan masa lalu hingga sekarang, dengan cara ini, lansia
  akan lebih mengenal siapa dirinya dan dengan recall tersebut, lansia akan mempertimbangkan untuk dapat
  mengubah kualitas hidup menjadi lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
  Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa terjadinya depresi dapat dikurangi dengan cara
  melakukan pengendalian serta perawatan pada lansia secara berkesinambungan. Hal ini bertujuan agar lansia
  terhindar dari bunuh diri karena perasaan bersalah serta kecewa yang dialami sebagai dampak depresi. Life review
  therapy merupakan salah satu terapi yang dapat mengurangi depresi pada lansia.
 
  (Nati Aswanira, Rumentalia, 2015)
 
 
 
 
 
 
 
Judul Ringkasan jurnal pembanding I Pengaruh Musik Campursari Terhadap Penurunan Skor Depresi pada Lansia di PSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta
(comparison)

Penulis Siti Suwarsih, Kirnantoro, Wahyu Dewi Sulistyarini


Nama Jurnal Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh musik campursari terhadap penurunan skor depresi pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode quasi eksperimental two group, yaitu dengan menggunakan kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol sebagai pembanding.
Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan mempergunakan teknik non probability sampling berupa purposive sample. Kriteria inklusi dari populasi
yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah usia lanjut baik laki-laki maupun perempuan yang berusia 60 tahun ke atas, yang mengalami
depresi, baik ringan, sedang maupun berat. Ditemukan 28 sampel yang dibagi menjadi dua yaitu 14 kelompok perlakuan dan 14 kelompok kontrol di
PSTW unit Budi Luhur Yogyakarta.

Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rating yaitu skala depresi geriatik “Geriatrik Depression Rating Scale” (GDRS)
Pembahasan dan Hasil Setelah pemberian terapi musik campursari, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi posttest. Skor posttest kelompok eksperimen dan
  kelompok kontrol kemudian diuji dengan menggunakan uji statistik t-test digunakan uji statistik t-test karena sampel merupakan sampel yang
  berdistribusi normal
  Dari uji perbedaan nilai posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didapat nilai signifikasi 0,005 dan nilai t hitung -3,109. nilai signifikasi
  (0,005) < α=0,005 sehingga menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara nilai posttest kelompok eksperimen dan nilai posttest kelompok kontrol
  Nilai negatif (-) pada nilai t menunjukkan rata-rata nilai postest kelompok eksperiment lebih kecil dari nilai rata-rata kelompok kontrol sehingga musik
  campursari terbukti efektif untuk menurunkan skor depresi pada lansia.
  Pemberian terapi musik dapat digunakan sebagai salah satu alternatif penatalaksanaan depresi. Musik mampu mengekspresikan perasaan, mampu
  meningkatkan memori serta mampu berpengaruh positif terhadap emosi dan suasana hati. Djohan mengemukakan hasil penelitian yang menunjukkan
  efek biologis dari musik maupun suara, hasil penelitian tersebut ialah bahwa musik mampu meningkatkan maupun menurunkan energi otot terkait
  dengan stimulasi dari irama, kemudian musik juga mampu merubah cepat lambatnya tarikan nafas, mampu menimbulkan berbagai efek pada nadi,
  tekanan darah dan fungsi endokrin, serta musik mampu mempengaruhi perubahan pada metabolisme dan biosintesis pada berbagai proses enzim.
  Sehingga musik yang memiliki irama yang beraturan seperti detak jantung normal (60-80 kali permenit) yang mampu meningkatkan derajat kesehatan.
 
  (Suwarsih, Kirnantoro, & Dewi Sulistyarini, 2016)
 
 
 
 
 
 
 
 
Pengaruh Life Review Therapy Terhadap Depresi Lansia Di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pesanggrahan Penyandang Masalah Kesejahteraan
Judul Ringkasan jurnal pembanding II
Sosial (PMKS) Majapahit Mojokerto
(comparison)
Syarifah Maulina, Nurul Mawaddah, Dwiharini Puspitaningsih
Penulis
Medica Majapahit Vol 11 No. 1, Maret 2019
Nama Jurnal
Untuk mengetahui pengaruh life review therapy terhadap depresi lansia di unit pelaksana teknis (UPT) pesanggrahan penyandang masalah
Tujuan Penelitian
kesejahteraan sosial (PMKS) Majapahit Mojokerto
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasy experiment design dengan rancangan pretest and postest nonequivalent control
Metode Penelitian
group
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di UPT Pesanggrahan PMKS Majapahit Mojokerto sebanyak 35 lansia dengan
Sampel
purposive samplingsesuai kriteria inklusi yang didapatkan sejumlah 20 lansia yang dibagi ke dalam kelompok intervensi sebanyak
10 responden dan kelompok kontrol sebanyak 10 responden.
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner untuk depresi pada lansia Geriatric Depression Scale(GDS).
Instrumen Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian pada saat pretest dan postest pada kelompok intervensi dengan nilai ρvalue yang di dapatkan adalah ρ value
Pembahasan dan Hasil
0,000 atau < 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada penurunan depresi pada kelompok intervensi pada saat pemberian life
 
review therapy.
 
Life review therapy (terapi telaah pengalaman hidup) menjadi salah satu terapi yang sering dilakukan di Indonesia. Terapi ini berpengaruh
 
terhadap penyakit yang sering dijumpai pada lansia terutama depresi. Salah satu bentuk gangguan jiwa yang di tandai kemurungan,
 
susah tidur, kesedihan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat dan merasa tidak berdaya yang menjadi pemicu munculnya depresi
 
pada lansia. Terapi ini berbentuk obrolan mengenai bagaimana kehidupan lansia di masa lalu, mampu menurunkan depresi,
 
meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan kemampuan individu untuk beraktivitas sehari-hari, meningkatkan kepuasan hidup serta
 
memberi motivasi atau saran positif pada fase kehidupan seorang lansia saat ini.
 
Kelompok intervensi dibagi jadi 2 kelompok, kelompok 1 terdiri dari 6 orang dan kelompok 2 terdiri dari 4 orang persesi setiap
 
sekali pertemuan akan tetapi kelompok 2 satu nya mengundurkan diri karena ketidakmauan untuk bergabung. Life review therapy ini
 
dilakukan 2 sesi, sesi pertama menceritakan pengalaman bersama keluarga dan sesi kedua menceritakan pengalaman tentang
 
pekerjaan yang pelaksanaannya 2 kali seminggu pada setiap kelompok intervensi dengan waktu 25 sampai 40 menit persesi.
 
 
(Maulina, 2019)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai