Anda di halaman 1dari 9

Sistem Informasi Keperawatan

Evidence Based Practice SIK

Kelompok 3:
-Lala Aprilia Fiorentina -Putri Suci Wahyuni
-Nurlaila -Rahmat Syafaat
-Nursobah Amalia -Randy Resmana
-Nurul Hafifah Rizkiyanti -Reza Padhilah
-Nurul Rahmawati -Wida Ayu Ramana
-Octavia Yayuk Sisvani
A. Definisi
Clinical Based Evidence atau Evidence Based Practice (EBP) adalah tindakan
yang teliti dan bertanggung jawab dengan menggunakan bukti (berbasis
bukti) yang  berhubungan dengan keahlian klinis dan nilai-nilai pasien untuk
menuntun pengambilan keputusan dalam proses perawatan (Titler, 2008).

Beberapa ahli telah mendefinisikan EBP dalam keperawatan sebagai


berikut :
 Penggabungan bukti yang diperoleh dari hasil penelitian dan
praktek klinis ditambah dengan pilihan dari pasien ke dalam
keputusan klinis (Mulhall, 1998).
 Penggunaan teori dan informasi yang diperoleh berdasarkan hasil
penelitian secara teliti, jelas dan bijaksana dalam pembuatan
keputusan tentang pemberian asuhan keperawatan pada individu
atau sekelompok pasien dan dengan mempertimbangkan
kebutuhan dan pilihan dari pasien tersebut (Ingersoll G, 2000).
B. TINGKATAN DAN HIERARKI DALAM PENERAPAN EBP

Tingkatan evidence disebut juga dengan hierarchy evidence yang digunakan


untuk mengukur kekuatan suatu evidence dari rentang bukti terbaik sampai
dengan bukti yang  paling rendah.
C. Evidence Based Practice dengan Decision Making
Melnyk & Fineout-Overholt (2011), menggambarkan keterkaitan antara
evidence based practice dengan proses decision making  yang
digambarkan dalam kerangka sebagai berikut : 

Pengambilan keputusan untuk melakukan perubahan berdasarkan bukti-


bukti nyata atau EBP di pengaruhi oleh tiga factor yaitu, hasil penelitian
atau riset termasuk teori-teori pendukung, pengalaman yang bersifat
klinis, serta feedback atau sumber-sumber dari pengalaman yang dialami
oleh pasien.
D. Model Implementasi EBP
1. Model Settler
Merupakan seperangkat perlengkapan/media penelitian untuk meningkatkan
penerapan Evidence based. 5 langkah dalam Model Settler:
 Fase 1 : Persiapan
 Fase 2 : Validasi
 Fase 3 : Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan
 Fase 4 : Translasi dan aplikasi
 Fase 5 : Evaluasi
2. Model IOWA Model of Evidence Based Practice to Promote Quality Care
Model EBP IOWA dikembangkan oleh Marita G. Titler. Model IOWA diawali
dari pemicu/masalah. Pemicu/masalah ini sebagai focus ataupun focus masalah.
Jika masalah mengenai prioritas dari suatu organisasi, tim segera dibentuk. Tim
terdiri dari stakeholders, klinisian, staf perawat, dan tenaga kesehatan lain yang
dirasakan penting untuk dilibatkan dalam EBP. Langkah selanjutkan adalah
mensistesis EBP. Perubahan terjadi dan dilakukan jika terdapat cukup bukti yang
mendukung untuk terjadinya perubahan . kemudian dilakukan evaluasi. (Jones &
Bartlett, 2004; Bernadette Mazurek Melnyk, 2011).
3. Model konseptual Rosswurm & Larrabee
Model ini disebut juga dengan model Evidence Based Practice Change yang
terdiri dari 6 langkah yaitu :
Tahap 1 :mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis
Tahap 2 : tentukkan evidence terbaik
Tahap 3 : kritikal analisis evidence
Tahap 4 : design perubahan dalam praktek
Tahap 5 : implementasi dan evaluasi perunbahan
Tahap 6 : integrasikan dan maintain perubahan dalam praktek

E. Pengkajian dan Alat dalam EBP


Terdapat beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki tenaga kesehatan
 professional untuk dapat menerapkan praktek klinis berbasis bukti, yaitu :
Mengindentifikasi gap/kesenjangan antara teori dan praktek
Memformulasikan pertanyaan klinis yang relevan,
Melakukan pencarian literature yang efisien,
Mengaplikasikan peran dari bukti, termasuk tingkatan/hierarki dari bukti

tersebut untuk menentukan tingkat validitasnya


Mengaplikasikan temuan literature pada masalah pasien, dan
Mengerti dan memahami keterkaitan antara nilai dan budaya pasien dapat

mempengaruhi keseimbangan antara potensial keuntungan dan kerugian dari


pilihan manajemen/terapi (Jette et al., 2003).
F. Langkah-langkah dalam EBP
 Langkah 1: Kembangkan semangat penelitian.
 Langkah 2: Ajukan pertanyaan klinis dalam format PICOT.
 Langkah 3: Cari bukti terbaik.
 Langkah 4: Kritis menilai bukti.
 Langkah 5: Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan preferensi pasien dan nilai-nilai.
 Langkah 6: Evaluasi hasil keputusan praktek atau perubahan berdasarkan bukti.
 Langkah 7: Menyebarluaskan hasil EBP.

G. Pelaksanaan EBP Pada Keperawatan


1. Mengakui status atau arah praktek dan yakin bahwa pemberian perawatan berdasarkan fakta
terbaik akan meningkatkan hasil perawatan klien.
2. Implementasi hanya akan sukses bila perawat menggunakan dan mendukung “pemberian
perawatan berdasarkan fakta”.
3. Evaluasi penampilan klinik senantiasa dilakukan perawat dalam penggunaan EBP.
4. Praktek berdasarkan fakta berperan penting dalam perawatan kesehatan.
5. Praktek berdasarkan hasil temuan riset akan meningkatkan kualitas praktek, penggunaan biaya
yang efektif pada pelayanan kesehatan.
6. Penggunaan EBP meningkatkan profesionalisme dan diikuti dengan evaluasi yang berkelanjutan.
7. Perawat membutuhkan peran dari fakta untuk meningkatkan intuisi, observasi pada klien dan
bagaimana respon terhadap intervensi yang diberikan.
H. Hambatan Pelaksanaan EBP Pada Keperawatan

 Berkaitan dengan penggunaan waktu.


 Akses terhadap jurnal dan artikel.
 Keterampilan untuk mencari.
 Keterampilan dalam melakukan kritik riset.
 Kurang paham atau kurang mengerti.
 Kurangnya kemampuan penguasaan bahasa untuk penggunaan hasil-hasil riset.
 Salah pengertian tentang proses.
 Kualitas dari fakta yang ditemukan.
 Pentingnya pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana untuk menggunakan
literatur hasil penemuan untuk intervensi praktek yang terbaik untuk diterapkan
pada klien.

Anda mungkin juga menyukai