Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

Disusun Oleh:
RANDY RESMANA
NIM. 433811490122030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes HORIZON KARAWANG
Jln. Pangkal Perjuangan Km. 1 By Pass Karawang 41316
KARAWANG
LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh meningkatnya
tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara produksi cairan dan pembuangan cairan dalam bola
mata dan tekanan yang tinggi dalam bola mata bisa merusak jaringan-jaringan
syaraf halus yang ada di retina dan belakang bola mata (Nurarif, 2015).
Glaukoma merupakan suatu kumpulan gejala yang mempunyai suatu
karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan hilangnya lapangan
pandang. Walaupun kenaikan tekanan intra okuli adalah salah satu dari faktor
risiko primer, ada atau tidaknya faktor ini tidak merubah definisi penyakit. (Skuta,
2010).
Glaukoma merupakan suatu kumpulan penyakit yang mempunyai
karakteristik umum neuropatik yang berhubungan dengan hilangnya fungsi
penglihatan. Walaupun kenaikan tekanan intra okuler adalah sutu dari resiko
primer, ada atau tidaknya faktor ini tidak dapat merubah definisi penyakit.
Galukoma bukanlah sebuah penyakit, melinkan kekomplekan dari gangguan
tekanan intra okuler yang mana mempunyai karakteristik gejala peningkatan
tekanan intraokuler pada orang dewasa. Normalnya tekanan intra okuler adalah
10-21 mmHg. Jika hasil pemeriksaan tekanan bola mata lebih dari 20, maka
patut curiga terhadap adanya glaucoma. Apabila hasil menunjukkan angka lebih
dari 25, maka dipastikan orang tersebut terkena glaucoma (Herman, 2010).
Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh
tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik
yang membentuk bagian - bagian retina retina di belakang bola mata. Saraf optik
menyambung jaringan- jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak
yang memproses informasi pengelihatan.
Berdasarkan klasifikasi glaukoma dibagi menjadi:
 Glaukoma Primer
Glaukomma jenis ini merupakan bentuk yang paling sering terjadi,
struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau
reabsorpsiakuoshumor mengalami perubahan patologi langsung.
 Glaukoma Sudut Terbuka Kronik
Glaukoma sudut terbuka kronik (sederhana) atau glaukoma sudut
lebar merupakan jenis glaukoma yang paling umum. Pada kondisi
ini drainase aqueous humor melalui pembuluh darah kompleks
trabekular (pendukung) (yang terletak pada sudut ruang anterior
mata) tidak adekuat. Akibatnya adalah akumulasi cairan aqueous di
dalam ruang anterior, yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular. Kedua mata umumnya akan terganggu.
 Glaukoma Sudut Tertutup Akut
Glaukoma sudut akut, sudut tertutup akut, sudut sempit akut, atau
sudut tertutup merupakan suatu kedaruratan yang perlu di deteksi
dan diterapi dengan segera gunna mencegah perubahan penglihatan
permanen dan kebutaan . Glaukoma sudut akut yang tidak ditangani
dapat menyebabkan kebutaan dalam 2 sampai 5 hari. Yaitu salah
satu atau kedua mata mungkin terganggu. Dalam glaukoma sudut
aout, aqueous humor tersumbat oleh penggembungan iris di ruang
anterior sebelum cairan disaring melalui pembuluh darah kompleks
trabekular. Hasilnya adalah akumulasi aqueous humor, yang
menyebabkan peningkatan tekanan intraokular
 Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder biasanya terjadi akibat pembengkakan, infeksi,
perdarahan, atau trauma mata. Glaukoma ini umumnya terjadi secara
bertahap dan tidak menimbulkan nyeri.
 Glaukoma Kongenital
Glaukoma ini terjadi akibat kegagapan jaringan mesodermal memfungsikan
trabekukar. Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom resesif dan biasanya
lateral.

2. Manifestasi Klinis
1) Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2) Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3) Mual, muntah, berkeringat.
4) Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5) Visus menurun.
6) Edema kornea.
7) Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
8) Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9) TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)
Manifestasi klinis glaukoma berdasarkan klasifikasinya :
 Glaukoma primer
- Awitan gejala akut / mendadak
- Nyeri hebat di sekitar mata yang menjalar pada daerah yang dilewati
saraf otak V Nyeri kepala / dahi
- Mual, muntah dan ketidaknyamanan abdomen
- Melihat lingkaran berwarna disekitar sinar dan pandangan kabur
mendadak dengan penurunan persepsi cahaya.
 Glaukoma sudut terbuka kronik
- Rasa tidak nyaman pada mata
- Penglihatan kabur secara sementara
- Sakit kepala
- Tanda akhir yaitu tampak halo disekitar cahaya dan kebutaan sentral
 Glaukoma sudut tertutup akut
Akan menunjukan gejala yang dapat di identifikasi :
- Sakit kepala ipsilateral (sakit kepala yang hebat pada sisi yang sama
dengan mata yang cedera)
- Mual dan muntah
- Mata kemerahan yang terasa nyeri
- Pupil yang semidilatasi, menetap, atau tidak reaktif
- Melihat halo cahaya dan penglihatan kabur.
- Fotofobia (peningkatan sensitivitas terhadap cahaya)
 Glaukoma sekunder
- Peningkatan nyeri dan simpton spesifik tergantung pada penyebab
penyakit okuler
 Glaukoma Komgenital
- Fotofobia, blefarospasme, epifora, nata besar, kornea keruh.
3. Etiologi
Penyebab glaukoma antara lain:
1) Primer terdiri dari:
a. Akut : Dapat disebabkan karena trauma.
b. Kronik : Dapat disebabkan oleh keturunan keluarga.
2) Primer sekunder
Disebabkan penyakit mata lain seperti : Katarak, perubahan lensa, kelainan
uvea, pembedahan, pemakai steroid secara rutin misalnya: pemakai obat tetes
mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler
untuk penderita asma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang
memakai steroid secara rutin lainnya.
3) Faktor resiko
a. Umur
Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia.
Terdapat 2%dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma.
Angka ini akan bertambah dengan bertambahnya usia.
b. Riwayat anggola keluarga yang terkena glaucoma
Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaucoma
mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko
terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-
anak.
c. Tekanan bola mata
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma.
Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih
rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan
bola mata dapat dilakukan di rumah sakit mata dan / dokter spesialis
mata.
d. Obat-obatan
Pemakai steroid secara rutin misalnya: Pemakai obat tetes mata yang
mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler
untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai
obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui
bahwa anda pemakai obat-obatan steroid secara rutin, sangat
dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan glaucoma
adalah:
1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan
sentralpenglihatan) :
Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atauvitreus
humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retinaatau
jalan optik.
2) Lapang penglihatan :
Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak,
karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3) Tes Provokatif :
Digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
4) Oftalmoskopi :
Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discusoptikus
macula dan pembuluh darah retina.
5) Pemeriksaan lampu-slit. :
Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu memperbesar
kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik
kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
6) Pengukuran tekanan okuler dengan tonometer
Nilai mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmHg dan dianggap
patologi bila melebihi 25mmHg (normal 10-21 mmHg). Pada glaukoma sudut
terbuka kronis, TIO biasanya sebesar 22-40 mmHg. Pada glaukoma sudut
tertutup TIO meningkat hingga di atas 60 mmHg (Sidharta Ilyas, 2010).
7) Pemeriksaan sudut iridkornea dengan lensa gonioskopi untuk
mengkonfirmasi adanya sudut terbuka.
8) Pemeriksaan lempeng optik dan menentukan apakah mengalami
cupping patologis. Lempeng dinilai dengan memperkirakan cup to
ratio. Pada mata normal. rasio ini biasanya tidak lebih besar dari 0,4.
pada glaucoma kronis, akson yang memasuki papil saraf mati.
9) Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan
lapang pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana,
lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
10) Darah lengkap, LED : Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
11) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosis,PAK
12) Tes Toleransi Glukosa : menentukan adanya DM.
Pemeriksaan Ultrasonografi : Ultrasonografi dalai gelombang suara yang
dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.merusak saraf
optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan di rumah
sakit mata dan / dokter spesialis mata.

5. Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi


Farmakologi
1) Terapi medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO terutama dengan menggunakan obat
sistemik (obat yang mempengaruhi seluruh tubuh).
2) Terapi obat-obatan
Terapi ini tidak diberikan pada kasus yang sudah lanjut. Terapi awal yang
diberikan adalah penyekat beta (timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan
metipranolol) atau simpatomimetik (adrenalin dan depriverin). Untuk
mencegah efek samping obat diberikan dengan dosis terendah dan frekuensi
pemberiannya tidak boleh terlalu sering. Miotikum (pilocarpine dan
carbachol) meski merupakan antiglaukoma yang baik tidak boleh digunakan
karena efek sampingnya.
a. Obat sistemik
- Inhibitor karbonik anhidrase.
Pertama diberikan secara intravena (acetazolamide 500mg)
kemudian diberikan dalam bentuk obat minum lepas lambat
250mg 2x sehari.
- Agen hiperosmotik.
Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum adalah
glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah
manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika
acetazolamide sudah tidak efektif lagi.
- Untuk gejala tambahan dapat diberikan anti nyeri dan anti muntah.

b. Obat tetes mata local


- Penyekat beta.
Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,levobunolol,
carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna
untuk menurunkan TIO.
- Steroid (prednison).
Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan mata.
Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.
- Miotikum.
Pilokarpin 2% pertama digunakan sebanyak 2x denganjarak 15
menit kemudian diberikan 4x sehari. Pilokarpin 1% bisa digunakan
sebagai pencegahan pada mata yang lainnya 4x sehari sampai
sebelum iridektomi
Terapi bedah
a. Penyekat beta.
Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,levobunolol,
carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna untuk
menurunkan TIO.
b. Steroid (prednison).
Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan mata. Diberikan
sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.
c. Miotikum.
Pilokarpin 2% pertama digunakan sebanyak 2x denganjarak 15 menit
kemudian diberikan 4x sehari. Pilokarpin 1% bisa digunakan sebagai
pencegahan pada mata yang lainnya 4x sehari sampai sebelum
iridektomi.
6. Pathway

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat pasien
Mengalami trauma atau pembedahan mata atau pernah mendapat
terapikortikosteroid jangka panjang. Apakah ada riwayat pengguanaan
obat, misalkanantidepresan trisiklik, antihistamin, (menyebabkan dilatasi
pupil yang akhirnyadapat mengakibatkan glaukoma sudut tertutup
primer), fenotiasin, inhibitormonoamine oksidase (MAO),
antikolinergik, antispasmotik dan antiparkinson.
2) Riwayat penyakit lain yang sedang diderita (diabetes melitus,
arteriosklerosis, miopia tinggi).
3) Riwayat keluarga
Apakah terdapat keluarga yang juga mengalami glaukoma atau
diabetes mellitus
4) Riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil
yang akhirnya dapat menyebabkan angle-closure glaucoma)
5) Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai dengan
bicara cepat, mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan sensitif; dan
berduka karena kehilangan penglihatan.

b. Pemeriksaan fisik : data fokus


1) Pemeriksaan dengan oftalmoskop : Mengkaji kerusakan sarafoptikus, untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. diskusoptikus menjadi
lebih luas dan dalam pada glaukoma akut primer, karena anterior dangkal,
aqueus humor keruh dan pembuluh darah dan menjalar keluardari iris.
2) Pemeriksaan lapang pandang perifer
Pada kedaan akut, lapang pandang cepat menurun secara signifikan dan kedaan
kronik akan menurun secara bertahap.
3) Pemeriksaan melalui inspeksi
Untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea
keruh,dilatasi pupil dan gagal bereaksi terhadap cahaya.
4) Pengukuran tonografi
Mengkaji TIO, normal 10-21 mmHg
5) Pengukuran genioskopi
Membantu membedakan glaukoma sudut tertutup atau terbuka.
6) Tes provokatif
Digunakan alam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya
meningkat ringan.
7) Tes toleransi glukosa
Menentukan adanya diabetes mellitus

2. Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan sensori/persepsi (visual) berhubungan dengan kerusakan saraf
akibat peningkatan TIO (Tekanan Intra Okuler
2) Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO.
3) Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berhubungan dengan
mual, muntah sekunder akibat peningkatan TIO.
4) Defisit pengetahuan (tentang proses penyakit, kondisi klinis, rencana terapi
dan penatalaksanaan di rumah) berhubungan dengan kurangnya informasi
dan/atau mispersepsi informasi yang didapat sebelumnya.

3. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria
hasil
1 Perubahan Setelah Dorong Mempengaruhi
sensori/persepsi diberikan mengekspresikan harapan masa
(visual) Tindakan perasaan tentang depan pasien dan
berhubungan keperawatan kehilangan/ pilihan intervensi
dengan diharapkan kemungkinan
kerusakan saraf gangguan kehilangan penglihatan
akibat penglihatan
peningkatan dapat Tunjukkan pemberian
TIO (Tekanan berkurang tetes mata, contoh Mengontrol TIO,
Intra Okuler) dan menghitung tetesan, mencegah
penggunaan mengikuti jadwal, tidak kehilangan
penglihatan salah dosis penglihatan lanjut.
yang optimal.
Dengan Lakukan Tindakan Menurunkan
kriteria hasil : untuk membantu bahaya keamanan
a. Pasien akan pasien yang sehubungan
memperta mengalami keterbatasan dengan perubahan
ha nkan penglihatan lapang pandang
lapang atau kehilangan
ketajaman penglihatan dan
penglihata akomodasi pupil
n tanpa terhadap sinar
kehilanga lingkungan.
n lebih
lanjut
2 Nyeri Setelah Pertahankan tirah Tekanan pada
berhubungan diberikan baring ketat pada posisi mata meningkat
dengan Tindakan semi fowler dan cegah jika tubuh datar
peningkatan keperawatan tindakan yang dapat dan manuver
TIO diharapkan meningkatkan TIO Valsalva
nyeri dapat (batuk, bersin, diaktifkan seperti
berkurang / mengejan) pada aktivitas
terkontrol. tersebut
Dengan
kriteria hasil : Beri lingkungan gelap Stress dan sinar
a. Klien dan tenang akan
dapat meningkatkan
mengident TIO yang dapat
if ikasi mencetuskan
penyebab nyeri
nyeri
b. Klien Observasi derajat nyeri Mengidentifikasi
dapat mata tiap 20 menit kemajuan atau
melakuka selama fase akut penyimpanan dari
n hasil yang
Tindakan Diharapkan
untuk
menguran Membantu
gi nyeri Kolaborasi pemberian mengurangi rasa
c. Ekspresi obat sesuai indikasi nyeri
wajah
rileks
3 Risiko Setelah Kaji pemenuhan Mengetahui
gangguan diberikan kebutuhan nutrisi kekurangan
pemenuhan Tindakan nutrisi klien.
kebutuhan keperawatan
nutrisi yang diharapkan Kaji penurunan nafsu Agar dapat
berhubungan nutrisi dapat makan klien dilakukan
dengan mual, terpenuhi. intervensi dalam
muntah Dengan pemberian
sekunder akibat kriteria hasil makanan pada
peningkatan a. Mual klien
TIO. muntah
berkura Membantu dalam
ng identifikasi
b. Mengala Ukur berat badan klien malnutrisi
mi protein- kalori
peningkat
an nafsu Untuk
makan memudahkan
c. Mampu Berikan makanan proses makan
menghabis selagi hangat
kan ½
porsi
makan
4 Defisit Setelah Intruksikan klien Upaya tindakan
pengetahuan diberikan untuk mencari Perlu dilakukan
(tentang proses Tindakan pertolongan medis jika Untuk mencegah
penyakit, keperawatan ketidaknyamanan Kehilangan
kondisiklinis, diharapkan mata dan gejala Penglihatan lebih
rencana terapi Klien peningkatan TIO lanjut/komplikasi
Dan mengetahui terulang saat lain.
penatalaksanaa tentang menggunakaan obat-
n di rumah) kondisi, obatan.
berhubungan prognosis dan
Dengan pengobatannya Ajari klien Meningkatkan
Kurangnya Dengan tanda dan gejala yang keefektifan
Informasi kriteria hasil : memerlukan perhatian pengobatan,
dan/atau a. pasien medis dengan segera. memberikan
mispersepsi menyatak kesempatan unuk
informasi yang an klien menunjukkan
didapat pemaham kompetensi dan
sebelumnya a kondisi, mengajukan
prognosis Ajarkan klien dan pertanyaan
, dan keluarga serta izinkan
pengobat klien mempraktikkan Penyakit ini dapat
an sendiri cara pemberian dikontrol, bukan
obat tetes mata. diobati dan
b. Mengiden mempertahankan
tif ikasi Gunakan teknik aseptik konsistensi
hubungan yang baik saat program
antar meneteskan obat mata. pengobatan dalam
gejala/tan hal vital.
da dengan Ingatkan klien agar Beberapa obat
proses menggunakan obat- obat menyebabkan
penyakit resep dan jangan dilatasi pupil,
c. Melakuka membeli obat-obat bebas Peningkatan TIO
n atau yang lain tanpa dan potensial
prosedur kehilangan
dengan sepengetahuan dokter pengelihatan
benar dan tambahan.
menjelask
an alasan
tindakan

DAFTAR PUSTAKA

Lemone, Priscillia. Karen M.Burke. GerenceBaulaof. 2016. Buku Ajar Medikal


Bedah : James, bruce. Chris chew. Anthony bron. Oftalmologi Edisi
Kesembilan. Jakarta : Erlangga Gangguqn Visual dan Auditori. Jakarta : EGC
Anas Tamsuri. 2010. Klien gangguan mata dan pengelihatan: keperawatan
medical-bedah

Anda mungkin juga menyukai