Anda di halaman 1dari 33

Diskusi Kasus

GLAUKOMA

disusun oleh :
Priaji Setiadani

G99151046

Niza Nurul Miftah

G99151047

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai dengan adanya ekskavasi
glaukomatosa, neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas
dan utamanya diakibatkan oleh tekanan bola mata yang tidak normal.1
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau
kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita. Pada
penderita glaukoma, terdapat penurunan fungsi mata dengan terjadinya cacat
lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa degenerasi papil saraf optik yang
dapat berakhir dengan kebutaan.2
B. Anatomi

Cairan mata (akuos humor), diproduksi oleh processus siliaris pada badan
siliaris, akan mengisi bilik mata depan atau kamera okuli anterior (KOA) dan bilik
mata belakang atau kamera okuli posterior (KOP). KOP dibatasi oleh permukaan
belakang iris, badan siliaris, badan kaca (vitreus humor), dan lensa sedangkan
KOA dibatasi oleh permukaan depan iris, kapsul lensa, dan kornea. Pada tepi
KOA, terdapat sudut bilik mata (sudut iridokorneal) yaitu sudut antara iris dan
kornea, serta pada apeksnya terdapat kanal Schlemm. KOA dihubungkan dengan
kanal Schlemm melalui anyaman trabekulum (trabecular meshwork), yang
berhubungan dengan sistem vena episklera yang menuju ke jantung.3
C. Fisiologi
Akuos humor akan masuk ke bilik mata belakang kemudian menuju bilik
mata depan melalui pupil. Selanjutnya, akuos humor akan menuju ke sudut bilik
mata depan, tepatnya menuju kanal Schlemm pada jaringan trabekulum

(trabecular meshwork) untuk keluar dari bola mata. Fungsi akuos humor adalah
memberikan nutrisi ke organ avaskuler, yaitu kornea dan lensa, serta
memperahankan bentuk bola mata.1,3

Produksi akuos humor tersebut beserta hambatan yang ada pada jaringan
trabekulum akan menentukan besarnya tekanan bola mata atau tekanan intraokular
(TIO) seseorang. Tekanan bola mata yang normal berkisar antara 15-20 mmHg.
Pada umumnya, batas tertinggi yang masih dapat ditolerir sampai 24,4 mmHg
namun kita sudah harus waspada apabila tekanan bola mata sudah mencapai 22
mmHg.1
D. Epidemiologi
Berdasarkan Survei Kesehatan Indera tahun 1993-1996, sebesar 1,5%
penduduk Indonesia mengalami kebutaan dengan prevalensi kebutaan akibat
glaukoma sebesar 0,2%. Prevalensi glaukoma hasil Jakarta Urban Eye Health
Study tahun 2008 adalah glaukoma primer sudut tertutup sebesar 1,89%,
glaukoma primer sudut terbuka 0,48%, dan glaukoma sekunder 0,16% atau
keseluruhannya 2,53%. Menurut hasil Riset Ksehatan Dasar tahun 2007,
responden yang pernah didiagnosis glaukoma oleh tenaga kesehatan sebesar
0,46%, tertinggi di provinsi DKI Jakarta (1,85%), berturut-turut diikuti provinsi
DI Aceh (1,28%), Kepulauan Riau (1,26%), Sulawesi Tengah (1,21%), Sematera
Barat (1,14%), dan terendah Riau (0,04%).4
E. Etiologi
Pada glaukoma, terdapat ketidakormalan tekanan bola mata, biasanya
meningkat. Penyebab utama terjadinya peningkatan tekanan bola mata tersebut

antara lain adalah bertambahnya produksi cairan bola mata oleh bada siliar
maupun berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di
celah pupil.2
F. Patofisiologi
Gangguan dinamika akuos humor akan mengakibatkan perubahan TIO.
Pada glaukoma, aliran akuos humor tidak lancar sehingga terjadi ketidakseimbangan antara produksi dan pembuangan. Volume akuos humor akan menentukan
besarnya TIO sehingga apabila produksinya berlebih atau pembuangannya
terhambat maka TIO akan meningkat. Sesuai dengan Hukum Pascal, tekanan yang
tinggi di dalam ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah dengan besar
tekanan yang sama, termasuk ke belakang. Saraf optik yang berada di belakang
merupakan struktur yang paling lemah bila terdesak sehingga dapat menjadi
atrofi.
Penyebab lain gangguan dinamika akuos humor adalah adanya hambatan
pada aliran akuos humor pada pupil sehingga terjadi blokade aliran dari KOP
menuju KOA. Hambatan lainnya dapat terjadi apabila iris perifer terdesak ke arah
sudut iridokorneal sehingga anyaman trabekulum tertutup mengakibatkan
terhentinya aliran keluar dari akuos humor.
Pembuangan akuos humor terdiri dari 2 aliran, yaitu aliran trabekular yang
mengalirkan 80-89% dari seluruh akuos humor dan aliran uveosklera yang
mengalirkan 5-15% akuos humor. Hambatan pembuangan akuos humor dapat
terjadi di 3 tempat, yaitu sebelum masuk anyaman trabekulum, pada anyaman
trabekulum, dan setelah anyaman trabekulum (kanal Schlemm, saluran kolektor,
dan vena episklera).
Papil saraf optik yang normal mempunyai gambaran Cup Disc Ratio (C/D)
sebesar 0,2 - 0,5. Cup Disc Ratio adalah perbandingan antara diameter cupping/
lekukan dan diameter diskus papil saraf optik. Pada kerusakan papil saraf optik
akibat galukoma, didapatkan Cup Disc Ratio bernilai lebih dari atau sama dengan
0,6 yang berarti terjadi pengurangan serabut saraf optik yang membentuk bingkai
saraf optik (optic rim). Kerusakan saraf tersebut akan mengakibatkan gangguan
lapang pandang sesuai dengan daerah inervasi saraf tersebut pada retina. Pada fase
awal, terjadi kerusakan lapang pandang pada darah Bjerrum yang biasanya tidak
disadari oleha penderita karena tidak mempengaruhi pandangan sentral. Pada fase

akhir, lapang pandang menjadi sangat sempit (pinhole vision) yang akhirnya akan
menghilang dan terjadi kebutaan total (absolut stage).3
G. Klasifikasi Glaukoma
Ada beberapa jenis glaukoma dan dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
1. Glaukoma Primer Dewasa
Glaukoma primer dewasa meliputi:

Glaukoma Sudut Terbuka / Kronis


Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang yang paling
umum dijumpai. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga resiko
tinggi bila ada riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada usia dewasa
dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahuntahun. Seringkali tidak ada gejala sampai terjadi kerusakan berat dari
syaraf optik dan penglihatan terpengaruh secara permanen. Pemeriksaan
mata teratur sangatlah penting untuk deteksi dan penanganan dini.13
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan
pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan dalam mata dan
mencegah kerusakan lebih lanjut.13

Glaukoma Sudut Tertutup


Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih sering ditemukan karena
keluhannya yang mengganggu. Gejalanya adalah sakit mata hebat,
pandangan kabur dan terlihat warna-warna di sekeliling cahaya. Beberapa
pasien bahkan mual dan muntah-muntah. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut
termasuk yang sangat serius dan dapat mengakibatkan kebutaan dalam

waktu yang singkat.


2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak,
diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata
atau tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada
mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang
menggunakan obat-obatan tersebut. 12,13
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera
setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan

cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola
mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan
mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya. 12,13
4. Glaukoma Absolut
Glaukoma ini biasanya adalah hasil dari beberapa kejadian
glaukoma dan itu berarti mengarah pada kebutaan yang mana tekanan
intraokuler meningkat.6 Glaukoma absolut merupakan stadium akhir
glaukoma (sempit/terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat
tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma
absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan
ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.
Sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulerisasi pada iris, keadaan
ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Manifestasi Klinis Glaukoma
Gejala yang dirasakan pertama kali antara lain : bila memandang lampu
neon/sumber cahaya maka akan timbul warna pelangi di sekitar neon tersebut,
mata terasa sakit karena posisi mata dalam keadaan membengkak, penglihatan
yang tadinya kabur lama kelamaan akan kembali normal. Hal inilah yang
membuat para penderita glaukoma tidak menyadari bahwa ia sudah menderita
penyakit mata yang kronis. Penyakit mata glaukoma ini dapat diderita kedua
mata dari si penderita dan jalan satu-satunya untuk mengatasi penyakit ini
adalah dengan operasi.12,13
1) Glaukoma Akut
Gejala cukup berat, sakit mata mendadak, penglihatan kabur, mata
merah, disertai dengan sakit kepala, serta mual atau muntah. Penderita
memerlukan pertolongan darurat untuk sakit kepalanya dan mengabaikan
keluhan mata.10,11
2) Glaukoma Kronis
Penyakitnya lebih tenang, tanpa sakit kepala, sehingga penderita
tidak merasakan adanya kehilangan penglihatan sedikit demi sedikit.
Awalnya kehilangan penglihatan malam dan tepi, sedang penglihatan lurus

dan dekat masih baik. Umumnya penderita tidak menghiraukan


penglihatannya, sehingga memburuk sampai buta. 10,11
Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakan diagnosis glaukoma tekanan normal perlu dilakukan
beberapa pemeriksaan seperti berikut :
1. Tekanan Intraokuler, diukur pada masing-masing mata dengan menggunakan
metode aplanasi kontak seperti tonometer Goldman yang diletakkan ke
slitlamp dan mengukur gaya yang diperlukan untuk meratakan luas kornea
tertentu. Ada 4 macam tonometer yang dikenal: tonometer schiotz, tonometer
digital, tonometer aplanasi, tonometer Mackay-Marg. Pengukuran TIO
sebaiknya dilakukan pada setiap orang yang berusia diatas 20 tahun pada
setiap pemeriksaan rutin. Tekanan intraokuler normalnya bervariasi antara 102.

21mmHg.
Gonioskopi, Merupakan suatu cara untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik
mata depan. Dengan gonioskopi dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup
dan glaukoma sudut terbuka, juga dapat dilihat apakah terdapat perlekatan
iris bagian perifer ke depan. Penentuan gambaran sudut bilik mata dilakukan
pada tiap kasus yang dicurigai glaukoma. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
meletakkan lensa sudut atau goniolens di dataran depan kornea setelah diberi
anastesi lokal. Lensa ini dapat digunakan untuk melihat sekeliling sudut bilik

3.

mata dengan memutarnya 360 derajat.


Penilaian diskus optikus. Diskus optikus normal memiliki cekungan dibagian
tengahnya yang ukurannya bervariasi bergantung pada jumlah relatif serat
yang menyusun saraf optikus terhadap ukuran lubang sklera yang harus
dilewati oleh serat-serat tersebut. Pada glaukoma mula-mula terjadi
pembesaran konsentrik cekungan optik yang diikuti oleh

pencekungan

superior dan inferior. Hasil akhir proses pencekungan pada glaukoma adalah
apa yang disebut sebagai cekungan "bean pot". Rasio cekungan diskus adalah
cara yang berguna untuk mencatat ukuran diskus optikus pada pasien
glaukoma. Besaran tersebut adalah perbandingan antara ukuran cekungan
4.

terhadap garis tengah diskus.


Lapangan pandang. Penurunan lapangan pandang akibat glaukoma sendiri
tidak spesifik, karena gangguan ini terjadi akibat defek berkas serabut saraf
yang dapat dijumpai pada semua penyakit saraf optikus. Gangguan lapangan

pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapangan pandang


bagian tengah. Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya bintik buta.
Tanpa gejala adanya kelainan, TIO tinggi merupakan tanda atau
kemungkinan adanya glaukoma. Sedangkan, ketika tanda-tanda glaukoma
ditemukan tanpa adanya peningkatan TIO, diagnosis kerja dapat dinyatakan
sebagai GTN (Glaukoma Tekanan Normal).7
Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi glaukoma adalah dengan menurunkan tekanan
intraokular serta meningkatkan aliran humor aquos (drainase) dengan efek
samping yang minimal. Penangananya meliputi:
Penatalaksanaan Medis
Glaukoma Primer
a) Pemberian tetes mata Beta blocker (misalnya timolol, betaxolol, carteolol,
levobunolol atau metipranolol) yang kemungkinan akan mengurangi
pembentukan cairan di dalam mata dan TIO.
b) Pilocarpine untuk memperkecil pupil sehingga iris tertarik dan membuka
c)

saluran yang tersumbat.


Obat lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine, dipivephrine dan
carbacol

(untuk

memperbaiki

pengaliran

cairan

atau

mengurangi

pembentukan cairan)
d) Minum larutan gliserin dan air biasa untuk mengurangi tekanan dan
e)
f)

menghentikan serangan glaukoma.


Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya acetazolamide).
Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan
manitolintravena (melalui pembuluh darah).
Glaukoma sekunder
Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya. Jika

penyebabnya adalah peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk


melebarkan pupil. Kadang dilakukan pembedahan.
Glaukoma kongenitalis
Untuk
mengatasi

Glaukoma

kongenitalis

perlu

dilakukan

pembedahan.Apabila obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan peningkatan TIO


menetap, maka terapi laser dan pembedahan merupakan alternatif.
Terapi Laser

a)

Laser iridotomy melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata yang
berwarna (iris) untuk mengizinkan cairan mengalir secara normal pada mata

b)

dengan sudut sempit atau tertutup (narrow or closed angles).


Laser trabeculoplasty adalah suatu prosedur laser dilaksanakan hanya pada
mata-mata dengan sudut-sudut terbuka (open angles). Laser trabeculoplasty
tidak

menyembuhkan

glaukoma,

namun

sering

dilakukan

daripada

meningkatkan jumlah obat-obat tetes mata yang berbeda-beda. Pada beberapa


kasus-kasus, dia digunakan sebagai terapi permulaan atau terapi utama untuk
open-angle glaukoma. Prosedur ini adalah metode yang cepat, tidak sakit, dan
relatif aman untuk menurunkan tekananintraocular. Dengan mata yang dibius
dengan obat-obat tetes bius, perawatan laser dilaksanakan melalui lens kontak
yang berkaca pada sudut mata (angle of the eye).Microscopic laser yang
membakar sudut mengizinkan cairan keluar lebih leluasa dari kanal-kanal
pengaliran.
c) Laser cilioablation (juga dikenal sebagai penghancuran badan ciliary
ataucyclophotocoagulation) adalah bentuk lain dari perawatan yang umumnya
dicadangkan untuk pasien-pasien dengan bentuk-bentuk yang parah dari
glaukoma dengan potensi penglihatan yang miskin. Prosedur ini melibatkan
pelaksanaan pembakaran laser pada bagian mata yang membuat cairan
aqueous (ciliary body). Pembakaran laser ini menghancurkan sel-sel yang
membuat cairan, dengan demikian mengurangi tekanan mata.
Terapi Pembedahan
a) Trabeculectomy adalah suatu prosedur operasi mikro yang sulit, digunakan
untuk merawat glaukoma. Pada operasi ini, suatu potongan kecil dari
trabecular meshwork yang tersumbat dihilangkan untuk menciptakan suatu
pembukaan dan suatu jalan kecil penyaringan yang baru dibuat untuk cairan
keluar dari mata. Untk jalan-jalan kecil baru, suatu bleb penyaringan kecil
diciptakan dari jaringan conjunctiva (conjunctival tissue). Conjunctiva adalah
penutup bening diatas putih mata. Filtering bleb adalah suatu area yang
timbul seperti bisul yang ditempatkan pada bagian atas mata dibawah kelopak
atas. Sistim pengaliran baru ini mengizinkan cairan untuk meninggalkan
mata, masuk ke bleb, dan kemudian lewat masuk kedalam sirkulasi darah
kapiler (capillary blood circulation) dengan demikian menurunkan tekanan

mata. Trabeculectomy adalah operasi glaukoma yang paling umum


dilaksanakan. Jika sukses, dia merupakan alat paling efektif menurunkan
tekanan mata.
b) Viscocanalostomy adalah suatu prosedur operasi alternatif yang digunakan
untuk menurunkan tekanan mata. Dia melibatkan penghilangan suatu
potongan dari sclera (dinding mata) untuk meninggalkan hanya suatu
membran yang tipis dari jaringan melaluinya cairan aqueous dapat dengan
lebih

mudah

mengalir. Ketika

dia

lebih

tidak

invasiv

dibanding

trabeculectomy dan aqueous shunt surgery, dia juga bertendensi lebih tidak
efektif. Ahli bedah kadangkala menciptakan tipe-tipe lain dari sistim
pengaliran (drainage systems). Ketika operasi glaukoma seringkali efektif,
komplikasi-komplikasi, seperti infeksi atau perdarahan, adalah mungkin.
Maka, operasi umumnya dicadangkan untuk kasus-kasus yang dengan cara
lain tidak dapat dikontrol.6,7
Penatalaksanaan Glaukoma Absolut
Penatalaksanaan glaukoma absolut dapat ditentukan dari ada tidaknya
keluhan. Ketika terdapat sudut tertutup oleh karena total synechiae dan tekanan
bola mata yang tidak terkontrol, maka kontrol nyeri menjadi tujuan terapetik yang
utama. Penatalaksanaan glaukoma absolut dilakukan dengan beberapa cara :
1. Medikamentosa
Kombinasi atropin topikal 1% dua kali sehari dan kortikosteroid topikal 4 kali
sehari seringkali dapat menghilangkan gejala simtomatis secara adekuat.
Kecuali jika TIO lebih besar dari 60 mmHg. Ketika terdapat edema kornea,
kombinasi dari pemberian obat-obatan ini dilakukan dengan bandage soft
contact lens menjadi lebih efektif. Namun bagaimanapun, dengan pemberian
terapi ini, jika berkepanjangan, akan terdapat potensi komplikasi. Oleh karena
itu, pada glaukoma absolut, pengobatan untuk menurunkan TIO seperti
penghambat adenergik beta, karbonik anhidrase topikal, dan sistemik, agonis
adrenergik alfa, dan obat-obatan hiperosmotik serta mencegah dekompensasi
kornea kronis harus dipertimbangkan.8
2. Prosedur Siklodestruktif
Merupakan tindakan untuk mengurangi TIO dengan merusakan bagian dari
epitel sekretorius dari siliaris. Indikasi utamanya adalah jika terjadinya gejala
glaukoma yang berulang dan tidak teratasi dengan medikamentosa, biasanya

berkaitan dengan glaukoma sudut tertutup dengan synechia permanen, yang


gagal dalam merespon terapi. Ada 2 macam tipe utama yaitu :
cyclocryotherapy dan cycloablasi laser dgn Nd:YAG.9
Cyclocryotherapy dapat dilakukan setelah bola mata dianaestesi lokal dengan
injeksi retrobulbar. Prosedur ini memungkinkan terjadinya efek penurunan TIO
oleh karena kerusakan epitel siliaris sekretorius, penurunan aliran darah
menuju corpus ciliaris, atau keduanya. Hilangnya rasa sakit yang cukup berarti
adalah salah satu keuntungan utama cyclocryotheraphy.9
Dengan Cycloablasi menggunakan laser Nd:YAG, ketika difungsikan, sinar
yang dihasilkan adalah berupa sinar infrared. Laser YAG dapat menembus
jaringan 6 kali lebih dalam dibandingkan laser argon sebelum diabsorbsi, hal
ini dapat digunakan dalam merusak trans-sklera dari prosesus siliaris.9
3. Injeksi alkohol
Nyeri pada stadium akhir dari glaukoma dapat dikontrol dengan kombinasi
atropin

topikal

dan

kortikosteroid

atau,

secara

jarang,

dilakukan

cyclocryotheraphy. Namun demikian, beberapa menggunakan injeksi alkohol


retrobulbar 90% sebanyak 0,5 ml untuk menghilangkan nyeri yang lebih lama.
Komplikasi utama adalah blepharptosis sementara atau ophtalmoplegia
eksternal.9
4. Enukleasi bulbi
Secara jarang, enukleasi dilakukan bila rasa nyeri yang ditimbulkan tidak dapat
diatasi dengan cara lainnya.9
Prognosis
Apabila terdeteksi dini, sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani
dengan baik secara medis. Apabila obat tetes antiglaukoma dapat mengontrol
tekanan intraokuler pada mata yang belum mengalami kerusakan glaukomatosa
luas, prognosis akan baik (tapi penurunan lapangan pandang dapat terus berlanjut
secara perlahan walaupun tekanan intraokuler diturunkan).7

BAB II

ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal periksa
No. RM
Cara Pembayaran
II.

: Tn. S
: 74 tahun
: Laki-laki
: Islam
: Pensiunan PNS (Dosen)
: Delanggu, Klaten
: 18 September 2015
: 00-18-47-xx
: BPJS

ANAMNESIS
A. Keluhan utama
Mata kanan dan kiri terasa cekot-cekot.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang kontrol ke poli mata RSDM dengan keluhan mata
kanan terasa sakit cekot-cekot kurang lebih sejak 5 tahun yang lalu.
Sekarang cekot-cekot yang dirasakan pasien ringan dan tidak
mengganggu

aktivitasnya

sehari-hari.

Pasien

sudah

pernah

memeriksakan matanya di poli mata RSDM, diberi obat tetes dan


keluhannya semakin berkurang, namun apabila tidak diberi obat tetes,
mata pasien terasa panas perih. Keluhan pada mata kanannya tidak
disertai dengan adanya mata merah, pandangan kabur, pandangan dobel,
nrocos, pusing, gatal, dan blobok.
Hal yang sama juga dialami pada mata kirinya, dimana pasien
juga mengeluh sakit cekot-cekot ringan. Keluhan cekot-cekot pada mata
kiri sudah dirasakan pasien sejak 10 tahun yang lalu. Keluhan pada mata
kiri pasien disertai ketidakmampuan pasien untuk melihat lagi, namun
pasien lupa kapan tepatnya mata kiri mengalami kebutaan. Sedangkan
keluhan mata merah, nrocos, blobok, gatal, dan pusing disangkal.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa

OS glaukoma, sejak 10 tahun


yang lalu.

OD glaukoma sejak 5 tahun yang


lalu.
Riwayat kencing manis
diakui, terkontrol
Riwayat hipertensi

: diakui,

terkontrol 6 tahun yang lalu


Riwayat trauma
: disangkal
Riwayat infeksi/ iritasi mata :
disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa
Riwayat hipertensi
Riwayat kencing manis
Riwayat trauma mata
Riwayat infeksi/ iritasi mata

: disangkal
: disangkal
: diakui
: disangkal
: disangkal

E. Kesimpulan Anamnesis
Proses

OD
Hambatan pengeluaran

OS
Hambatan pengeluaran

aquous humor
Trabeculum
Tidak Diketahui
Kronis
Belum ditemukan

aquous humor
Trabeculum
Tidak Diketahui
Kronis
Kebutaan

Lokalisasi
Sebab
Perjalanan
Komplikasi

III.

PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan umum
Keadaan umum baik E4V5M6, gizi kesan cukup
B. Pemeriksaan subyektif
Visus sentralis
jauh
Pinhole
Refraksi
Visus Perifer
Konfrontasi test

OD
6/7

OS
0

Tidak Maju
non refraksi

tidak dilakukan
non refraksi

Lapang pandang sama

Lapang pandang

dengan pemeriksa

hilang

C. Pemeriksaan Obyektif
1.

Sekitar mata

2.

Tanda radang
Luka
Parut
Kelainan warna
Kelainan bentuk
Supercilium

3.

Warna
Hitam
Tumbuhnya
Normal
Kulit
sawo matang
Geraknya
dalam batas normal
Pasangan Bola Mata dalam Orbita
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada

tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada

4.

Heteroforia
Strabismus
Pseudostrabismus
Exophtalmus
Enophtalmus
Anopthalmus
Ukuran bola mata

tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada

tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada

5.

Mikrophtalmus
Makrophtalmus
Ptisis bulbi
Atrofi bulbi
Buftalmus
Megalokornea
Gerakan Bola Mata

dalam batas normal


dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal

dalam batas normal


dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal

6.

Temporal superior
Temporal inferior
Temporal
Nasal
Nasal superior
Nasal inferior
Kelopak Mata

dalam batas normal


10 mm
tidak ada

dalam batas normal


10 mm
tidak ada

7.

Gerakannya
Lebar rima
Blefarokalasis
Tepi kelopak mata

8.

Oedem
Margo intermarginalis
Hiperemis
Entropion
Ekstropion
Sekitar saccus lakrimalis

tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada

tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada

tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Hitam
Normal
sawo matang
dalam batas normal

tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada

9.

10.

Oedem
tidak ada
Hiperemis
tidak ada
Sekitar Glandula Lakrimalis

tidak ada
tidak ada

Oedem
Hiperemis

tidak ada
tidak ada

tidak ada
tidak ada

N
14 mmHg
Tidak dilakukan

N+1
Tidak dilakukan

Oedem
Hiperemis
Sikatrik
Konjungtiva Fornix

tidak ada
tidak ada
tidak ada

tidak ada
tidak ada
tidak ada

Oedem
Hiperemis
Sikatrik
Konjungtiva Bulbi

tidak ada
tidak ada
tidak ada

tidak ada
tidak ada
tidak ada

Pterigium
tidak ada
Oedem
tidak ada
Hiperemis
tidak ada
Sikatrik
tidak ada
Injeksi konjungtiva
tidak ada
Injeksi siliar
tidak ada
Sekret
tidak ada
Caruncula dan Plika Semilunaris

tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada

Tekanan Intra Okuler


Palpasi
NCT
Tonometer Schiotz

11.

Tidak dilakukan

Konjungtiva
Konjungtiva palpebra

Oedem
Hiperemis
Sikatrik
12. Sklera

tidak ada
tidak ada
tidak ada

tidak ada
tidak ada
tidak ada

Warna
Penonjolan
13. Kornea

Putih
tidak ada

Putih
tidak ada

12 mm
Sedikit keruh
Rata, mengkilat
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
(+)

12 mm
Keruh
Edema
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
sulit dievaluasi

Ukuran
Limbus
Permukaan
Sensibilitas
Keratoskop (Placido)
Fluoresin Test
Arcus senilis

14.

Kamera Okuli Anterior

Isi
Kedalaman
15. Iris

Sedikit keruh
Dangkal

Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi

Warna

Kelabu pada

Sulit dievaluasi

Gambaran
Bentuk
Sinekia Anterior
16.

17.

Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi

Pupil
Ukuran
Bentuk

5 mm
bulat

Tempat
Reflek direk
Reflek indirek
Reflek konvergensi

sentral
(+)
(+)
Baik

yang keruh)
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi

Tidak terlihat

Ada
jernih
sentral
tidak dilakukan

Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
tidak dilakukan

tidak dilakukan

tidak dilakukan

(tertutup kornea

Lensa

Ada/ tidak
Kejernihan
Letak
Shadow test
18. Corpus vitreum
Kejernihan

IV.

permukaan luar
spongious
bulat
tidak ada

KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Visus Sentralis Jauh
Pinhole
Visus Perifer
Konfrontasi test

OD
6/7
Tidak maju

OS
0
Tidak dilakukan

Lapang Pandang sama

Lapang pandang

Sekitar mata
Supercilium
Pasangan bola mata

dengan pemeriksa
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal

hilang
dalam batas normal
dalam batas normal
dalam batas normal

dalam orbita
Ukuran bola mata
Gerakan bola mata
Kelopak mata

dalam batas normal


dalam batas normal
dalam batas normal

dalam batas normal


dalam batas normal
dalam batas normal

Sekitar saccus lakrimalis


Sekitar glandula

dalam batas normal


dalam batas normal

dalam batas normal


dalam batas normal

lakrimalis
Tekanan Intra Okuler
Konjunctiva bulbi
Sklera
Kornea

N
dalam batas normal
dalam batas normal
Sedikit keruh,

N+1
dalam batas normal
dalam batas normal
Keruh, edema

Kamera okuli anterior

permukaan mengkilat
Dangkal, sedikit

Sulit dievaluasi

keruh
Iris
Pupil

dalam batas normal


dalam batas normal

Sulit dievaluasi
Tidak terlihat
(tertutup kornea

V.

Lensa
Corpus vitreum
NCT
Tonometer Schiotz
GAMBAR

Jernih
tidak dilakukan
14 mmHg
Tidak dilakukan

Gambar 1. Okuler Dextra-Sinistra

Gambar 2. Okuler Dextra

yang keruh)
Sulit dievaluasi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Gambar 3. Okuler Sinistra


VI.

DIAGNOSIS
OD PACG (Glaukoma Sudut Tertutup Primer)
OS Glaukoma Absolut

VII.

DIAGNOSIS BANDING
OD PACG (Glaukoma Sudut Tertutup Primer)
OS Glaukoma Absolut
OD Glaukoma Simpleks
OD Glaukoma Sekunder (hipertensi)
OD retinopati diabetikum

VIII. TERAPI
Non medikamentosa
Edukasi pasien agar memeriksakan tekanan bola mata secara teratur.
Edukasi pasien bahwa tekanan bola mata yang tinggi dapat dikontrol
dengan penggunaan obat-obatan, sehingga pasien harus teratur
menggunakan dan mengkonsumsi obat yang diberikan.
Edukasi pasien bahwa pada glaukoma apabila terapi dengan obat-obatan
tidak maksimal, maka perlu dilakukan perbaikan struktur dalam bola
mata dengan pembedahan sehingga aliran cairan bola mata lebih lancar
dan tekanan bola mata dapat turun.
Edukasi pasien mengenai komplikasi yang mungkin terjadi dari penyakit
yang dialami, seperti pengurangan visus secara mendadak, penyempitan
lapang pandang, hingga kebutaan.
Medikamentosa
Tujuan: Menurunkan tekanan bola mata, mengatasi mual dan muntah, serta
menghilangkan nyeri
Terapi:

1. Menurunkan tekanan bola mata


- Mengurangi produksi cairan bola mata
Beta bloker topical Timolol 0,5% 1-2 dd gtt I
Carbonic anhydrase inhibitor intial Glaucon 2 tablet 250 mg diminum
sekaligus, maintenance tab 250 mg tiap 4 jam (untuk mengontrol tekanan
intraocular)
-Meningkatkan outflow cairan bola mata
Parasymphatomimetics ( cholinergic drug ) Pilocarpine 2% gtt I tiap 10
menit selama satu jam, dilanjutkan 4 dd gtt I besok pagi.
3. Menghilangkan nyeri
- Ketorolac tromethamine tablet 10 mg tiap 6 jam selama diperlukan
maksimal 40 mg perhari
dr. Niza Nurul Miftah
SP/SIP 123.456.7890
Alamat : Belakang ISI, Surakarta
Jam praktek 18.00-21.00
Telp 081342212057

Surakarta, November 2015


Cito
R/ Timolol 0,5% guttae optalmic No.I
S 2 dd gtt II ODS
R/ Glaucon tab mg 250 No. II
S 1 dd tab II
R/ Pilocarpin 2% guttae optalmic No.I
S 1 dd gtt I ODS omni 1/6 hora durantis
horis
S 4 dd gtt I ODS cras mane
R/ Glaucon tab mg 250 No. VI
S tetra hora spatio tab I
Pro : Tn. S (74 tahun)

Pembedahan :

Iridektomi perifer dan mata lainnya dilakukan iridektomi pencegahan


dengan laser iridektomi. Dilakukan bilamana peradangan sudah mereda, dan
kornea sudah jernih.

IX.

PROGNOSIS
Ad vitam
Ad sanam
Ad kosmetikum
Ad fungsionam

OD
Bonam
dubia et malam
dubia et malam
dubia et malam

OS
malam
malam
malam
malam

BAB IV
PEMBAHASAN
Penatalaksanaan glaukoma dapat ditangani dengan pemberian obat tetes mata,
tablet, tindakan laser atau operasi yang bertujuan menurunkan/menstabilkan
tekanan bola mata dan mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut. Semakin dini
deteksi glaukoma maka akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan
kerusakan penglihatan. Meskipun belum ada cara untuk memperbaiki kerusakan
penglihatan yang terjadi akibat glaukoma, pada kebanyakan kasus glaukoma dapat
dikendalikan.Terapi yang sebaiknya dipilih pertama adalah terapi dengan obat
tetes mata. Obat ini bekerja dengan mengurangi pembentukan cairan di dalam
mata atau meningkatkan pengeluaran cairan mata. Jika glaukoma tidak dapat
dikontrol dengan obat-obatan atau efek sampingnya tidak dapat ditolerir oleh
penderita, maka dilakukan pembedahan untuk meningkatkan pengaliran cairan
dari bilik anterior. Digunakan sinar laser untuk membuat lubang di dalam iris atau
dilakukan pembedahan untuk memotong sebagian iris (iridotomi).
Golongan Obat- obat yang digunakan
1. -bloker : produksi aqueous humour $
2. Agonis 2-Adrenergik : produksi aqueous humour $
3. Analog Prostaglandin : meningkatkan aliran aqueous humor

4. CAI

(Carbonic

Anhydrase

Inhibitors)

menurunkan

kecepatan

pembentukan aqueous humour


5. Parasimpatomimetik/

Kolinergik

terjadinya

konstriksi

pupil,

menstimulasi otot siliari, dan # aliran aqueous humor


6. Agonis Adrenergik Nonspesifik : # laju pengeluaran aqueous humor
7. Hiperosmotik : $ volume cairan vitreous
Berikut adalah obat-obat yang digunakan untuk terapi glaukoma
Kelas

Mekanisme Kerja

-bloker
Non selektif
Timolol
Levobunolol

Mengurangi produksi aqueous


humour dengan cara memblok
reseptor 2-adrenergik pada
ciliary body

Selektif
Betaxolol

Agonis
2Mengurangi produksi aqueous
Adrenergik
humour; Brimonidin juga
diketahui dapat meningkatkan
Brimonidin
pengaliran uveoskleral
Apraclonidin

Analog
Prostaglandin

Meningkatkan pengaliran
uveoskleral

Efek Samping
Okular
Sistemik
Konstriksi bronkus
Hipotensi
Rasa terbakar
Bradikardia
Menyengat
Blokade jantung
Fotofobia
Menutupi
Gatal
hipoglikemia
Pengeluaran air
Perubahan kadar
mata
lipid
Sensitivitas
Impotensi
korneal menurun
Capek
Hiperaemia
Depresi
Punctate keratitis
Syncope
Diplopia
Bingung
Alopecia
Reaksi alergi
okular
Rasa terbakar
Depresi SSP
Menyengat
Mulut kering
Penglihatan
Sakit kepala
kabur
Capek
Foreign-body
Mengantuk
sensation
Bradikardia
Gatal
Hipotensi
Hiperaemia
Hipotermia
Lid retraction
Apnoea
Conjunctial
Gangguan rasa
blanching
Syncope
Fotofobia
Midriasis
(Apraclonidin)
Sangat jarang
Penglihatan
kabur

Analog
prostaglandin
F2
Latanoprost

Analog
prostamide
Bimatoprost
Travoprost

CAI (Carbonic
Anhydrase
Inhibitors)
Topikal
Brinzolamid
Dorzolamid

Menurunkan sekresi aqueous


humor dari cilliary body
dengan cara memblok secara
aktif sekresi natrium dan ion
bikarbonat dari ciliary body ke
aqueous humor

Sistemik
Acetazolamid
Dichlorphenami
d
Methazolamid
Meningkatkan pengeluaran
aqueous humor sebagai hasil
dari terbuka dan tertutupnya
trabecular meshwork pada
kontraksi otot ciliary sehingga
Parasimpatomi menurunkan resistensi
metik
/ pengeluaran aqueous humor
Kolinergik
Pilokarpin
Karbakol

Rasa terbakar
Menyengat
Hiperaemia
konjungtiva
Foreign-body
sensation
Gatal
Peningkatan
pigmentasi pada
iris
Penebalan bulu
mata
Reversible
macular oedema
Reactivation of
herpetic infection
Iritis/uveitis
Rasa terbakar dan
menyengat
sementara
Ketidaknyamana
n okular
Penglihatan
kabur sementara
Jarang
terjadi
konjungtivitis,
lid
reaction,
fotofobia
Sakit mata
Berkurangnya
ketajaman
penglihatan di
malam hari
Penglihatan
kabur
Miosis
Myopic shift
Retinal
detachment
Ketidaknyamana
n
dalam
pemblokan pupil
Lakrimasi

Sakit kepala
Muntah
Kelelahan
Mulut kering
Pusing
Anafilaksis

Sakit kepala
Salivasi
Frekuensi urinasi
meningkat
Kejang perut
Tremor
asma
Hipotensi
Muntah dan Mual

2-receptormediated

meningkatkan laju pengeluaran


aqueous humor

Agonis
adrenergik
nonspesifik
Dipivefrin

Hiperosmotik

Mengurangi
vitreous

volume

cairan -

Manitol,
Gliserin,
Isosorbid

Kelas
-bloker
Non selektif
Timolol
Levobunolol

Kontraindikasi
Asma
Bradi aritmia
Blokade jantung

Rasa terbakar
Ocular
discomfort
Alis sakit
Hiperemia
Alergi
Blepharoconjunc
tivitis
Jarang terjadi:
Tidak
menimbulkan
Rontok pada bulu
mata
Stenosis saluran
Nasolakrimal
Penglihatan
kabur
Penggunaan
dalam
waktu
lama (>1 tahun)
dapat
menyebabkan
deposisi pigmen
dalam
konjungtiva dan
kornea

Sakit kepala
Hilang kesadaran
Tekanan darah
meningkat
Takikardia
Aritmia
Tremor
Kegelisahan
Laju pernafasan
meningkat

Sakit kepala
Menggigil
Pusing
Hipotensi
Takikardia
Mulut kering
Pulmonary
oedema

Perhatian
Diabetes
Hipertiroid
Kegagalan jantung
Penyakit paru-paru
Bradikardia
Atherosclerosis
Diabetes
Miastenia gravis

Selektif
Betaxolol
Agonis 2-Adrenergik
Brimonidine
Apraclonidine
Analog Prostaglandin

Pasien yang diterapi dengan


MAOI (monoamine oxidase

inhibitor)
Anak di bawah 2 tahun

Latanoprost

Penyakit kardiovaskular
Depresi

Inflamasi intraokular (iritis/uveitis)


Aphakia dan pseudophakia

Keruskan hati dan ginjal yang

Bimatoprost
Travoprost
CAI
(Carbonic

Anhydrase

Cangkok kornea
Distrofi endotelial

dapat

Inhibitors)

menyebabkan

pada

Topikal
Brinzolamide
Dorzolamide

udem

kornea
Alergi
mempunyai

parah

sulfonamida
risiko

alergi

terhadap CAI

Sistemik
Acetazolamide
Dichlorphenamide
Methazolamide
Parasimpatomimetik /

Kolinergik
Pilokarpin
Karbakol
Agonis

sekunder yang

berhubungan
dengan
hambatan pengeluaran cairan
Uveitis
Glaukoma

Asma
Obstruksi saluran kemih
Miopi yang parah
Aphakia
Degenerasi perifer retina

aqueous humor
adrenergik

nonspesifik

Glaukoma sudut sempit akut


Hipersensitif terhadap obat

Dipivefrin
Hiperosmotik

Hipersensitif terhadap

Manitol, Gliserin,

gliserin, manitol
Intrakranial hematoma akut

Hipertensi
Arteriosclerosis
Jantung koroner
Diabetes
Hyperparathyroidism
Dehidrasi
Gangguan fungsi ginjal dan retensi

urin
Kegalalan jantung kongestif

Isosorbid

Diabetes insipidus
Geriatri

Tambahan:

Terapi Farmakologi
1. Terapi Hipertensi Okular
Hipertensi okular adalah kondisi dimana tekanan intraokular mata lebih
besar dari tekanan intraokular (TIO) mata normal yaitu > 22 mmHg. Hipertensi
okular ini menyebabkan seseorang memiliki kemungkinan menderita glaukoma
akan tetapi belum positif glaukoma. Terapi untuk mengatasi hipertensi okular
diperlukan untuk meminimalisir faktor risiko yang dapat menyebabkan
berkembangnya

hipertensi

okular

menjadi

glaukoma.

OHTS

(Ocular

Hypertensive Treatment Study) adalah studi terapi yang dapat membantu


mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dapat dijadikan pertimbangan untuk
terapi hipertensi okular tersebut. Pasien dengan TIO > 25mmHg, rasio vertical
cup:disk lebih dari 0.5, ketebalan pusat kornea kurang dari 555m mempunyai

risiko yang besar berkembang menjadi glaukoma. Faktor risiko lain seperti
riwayat keluarga, ras (kulit hitam), miopi yang parah, dan pasien yang hanya
mempunyai satu mata fungsional, juga perlu dipertimbangkan untuk memilih
terapi yang tepat. Pasien tanpa faktor risiko, tidak perlu mendapatkan terapi akan
tetapi harus tetap dikontrol untuk mencegah berkembangnya glaukoma.
Pasien dengan faktor risiko yang signifikan harus diterapi dengan agen
topikal yang sesuai seperti -bloker, agonis 2, inhibitor karbonik anhidrase
(CAI), atau analog prostaglandin yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Agar
terapi berjalan optimal maka hendaknya dimulai pada satu mata untuk menilai
keberhasilan terapi dan toleransi pasien. Penggunaan agen terapi lini kedua dan
ketiga (seperti pilokarpin dan epinefrin) diberikan ketika agen terapi lini pertama
gagal menurunkan tekanan intra okular yang bergantung pada rasio risiko-benefit
pada setiap pasien. Pertimbangan biaya, ketidaknyamanan penggunaan, dan
timbulnya efek samping yang sering muncul pada terapi kombinasi, inhibitor
antikolinesterase, dan CAI oral menghasilkan rasio risiko-benefit yang tidak
diharapkan oleh pasien.
Tujuan terapi hipertensi okular adalah untuk menurunkan tekanan intra
okular (TIO) pada level yang memungkinkan penurunan risiko kerusakan syaraf
optik, umumnya 20% atau 25%-30% penurunan dari TIO awal pasien. Penurunan
yang lebih besar mungkin dibutuhkan pada pasien dengan risiko tinggi atau pasien
yang mempunyai TIO awal yang tinggi. Terapi obat sebaiknya dimonitor dengan
pengukuran TIO, pemeriksaan optic disk, penilaian lapang pandang dan evaluasi
efek samping obat serta kepatuhan pasien. Pasien yang tidak memberikan respon
terhadap obat atau intoleran terhadap obat maka hendaklah obat tersebut diganti
dengan alternatif obat lain. Banyak praktisi yang lebih memilih untuk
menghentikan semua jenis pengobatan pada pasien yang gagal merespon terapi
topikal, melakukan monitoring yang intensif terhadap perkembangan perubahan
optic disk atau hilangnya bidang pandangan, kemudian dilakukan pengobatan
kembali ketika terjadi perubahan kondisi pasien.

Algoritma terapi

2. Terapi Glaukoma Sudut Lebar (Terbuka)


Terapi glaukoma sudut terbuka diawali dengan pemberian agen topikal
tunggal yang toleran dengan konsentrasi terendah. Tujuan dari terapi ialah
mencegah kehilangan atau penurunan bidang pandang. Target TIO dipilih
berdasarkan TIO awal pasien dan penurunan bidang pandang pasien. Umumnya,
target penurunan TIO yang diharapkan sebesar 30%.
Obat yang umumnya digunakan dalam penanganan glaukoma adalah
nonselektif

-bloker, analog

prostaglandin

(latanoprost,

travoprost,

dan

bimatoprost), 2-agonis (brimonidin), dan kombinasi tetap dari timolol dan


dorzolamide.
Terapi dimulai dengan pemberian agen tunggal pada salah satu mata (kecuali pada
pasien dengan TIO yang sangat tinggi atau pasien dengan kehilangan bidang
pandang yang parah) untuk mengevaluasi efikasi dan toleransi obat. Pemantauan

terapi sebaiknya dilakukan secara individual. Respon awal terhadap terapi


biasanya dihasilkan 4-6 minggu setelah terapi dimulai. Ketika yang ditentukan
melalui percobaan. Karena frekuensi efek samping, karbakol, inhibitor
kolinesterase topikal, dan CAI oral dipertimbangkan sebagai agen terakhir yang
diberikan pada pasien telah mencapai nilai TIO yang diharapkan, pemantauan TIO
dilakukan setiap 3-4 bulan. Perubahan bidang pandang dan optic disc dipantau
setiap tahun atau lebih awal jika glaukoma tidak stabil atau bersamaan dengan
kondisi lain yang dapat memperburuk.
Pasien yang memberikan respon tetapi intoleran pada terapi awal yang
diberikan dapat beralih ke obat lain atau dosis alternatif dari obat yang sama.
Untuk pasien yang tidak dapat merespon konsentrasi toleran yang tertinggi, harus
mengganti obat tersebut dengan agen alternatif setelah sehari terapi konkuren
dengan obat tersebut. Apabila hanya timbul respon parsial, maka dimungkinkan
kombinasi dengan agen topikal lainnya yang gagal merespon terapi dengan
kombinasi topikal yang kurang toksik.
Algoritma terapi glaukoma sudut terbuka

3. Glaukoma Sudut Tertutup


Untuk sudut tertutup yang akut, terapi pertama bertujuan untuk menurunkan
TIO, mengurasi rasa sakit, dan menghilangkan udem pada kornea sebagai
persiapan untuk terapi laser iridotomi. Obat kolinergik (agen miotik) dapat

meningkatkan efektifitas laser iridotomi atau iridoplasti pada pra operasi. Untuk
kasus yang gawat, sebaiknya digunakan pengobatan sistemik seperti hiperosmotik
oral atau parenteral serta CIA oral atau parenteral untuk menurunkan TIO dengan
cepat dan mencegah kerusakan permanen pada posterior chamber dan anterior
chamber. Topikal timolol dan bribrimonidin/apraklonidin juga dapat digunakan
secara bersamaan dengan CAI topikal (Singapore Ministry of Health [SMOH]
2005). Topikal anti infamasi juga disarankan untuk digunakan. Saw, Gazzard dan
Friedman (2003) menyarankan untuk memberikan obat aditif latanoprost sebelum
dilakukan terapi menggunakan laser iridotomi. Latanoprost dapat digunakan jika
TIO <25 mm.
Kemudian setelah TIO sudah menurun, dilakukan terapi menggunakan laser
iridotomi. Jika berhasil, maka dilakukan pengontrolan terhadap TIO. Jika telah
mencapai target TIO yang diharapkan, maka langkah selanjutnya dilakukan follow
up yang meliputi pemeriksaan TIO, pemeriksaan lapang pandang dan optic disc
serta pemeriksaan terhadap syaraf optik. Namun jika tidak mencapai target TIO
yang diharapkan, maka dilakukan terapi tambahan dengan menggunakan obat lain
yang dikombinasi dengan dan atau terapi laser dan operasi bedah.
Sementara jika terapi menggunakan laser iridotomi belum berhasil maka
dilajutkan dengan operasi bedah iridektomi. Lalu TIO kembali dilihat apakah
telah mencapai target yang diharapkan atau tidak. Jika telah mencapai target TIO
yang diharapkan, maka langkah selanjutnya dilakukan follow up yang meliputi
pemeriksaan TIO, pemeriksaan lapang pandang dan optic disc serta pemeriksaan
terhadap syaraf optik. Namun jika tidak mencapai target TIO yang diharapkan,
maka dilakukan terapi tambahan dengan menggunakan obat lain yang
dikombinasi dengan dan atau terapi laser dan operasi bedah.

Algoritma terapi glaukoma sudut tertutup

BAB V
PENUTUP

A.

Simpulan
1. Glaukoma merupakan penyakit neurooptik yang menyebabkan kerusakan
serat optik (neuropati optik), yang ditandai dengan meningkatnya tekanan
intraokuler, kelainan atau atrofi papil nervus optikus yang khas, serta
kerusakan lapang pandang.
2. Pada pasien ini didapatkan diagnosa okuler dekstra glaukoma akut. Hal
tersebut ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan okuler serta
pemeriksaan tambahan yaitu menggunakan tonometer. Pemeriksaan pasti
dengan menggunakan genioskopi dan perimeter belum bisa dilakukan
akibat keterbatasan alat.
3. Glaukoma dikalasifikasikan sebagai glaukoma sudut terbuka, glaukoma
sudut tertutup, dan glaukoma pada anak-anak.
4. Pemberian terapi bisa dilakukan dengan medikamentosa, dan nonmedikamentosa. Pada medikamentosa dapat digunakan pada glaukoma
sudut terbuka primer yaitu seperti golongan antagonis beta adrenergik,
adrenergik antagonis, agen parasimpatomimetik, inhibitor karbonik
anhidrase, serta agen hiperosmotik yang bertujuan untuk menurunkan
tekanan intraokuler pada bola mata. Terapi pembedahan dapat dilaukan
dengan laser trabekuloplasti atau trabekulektomi pada glaukoma sudut
terbuka. Sedangkan pada glaukoma sudut tertutup bisa menggunakan laser
iridektomi, laser genioplasti atau periferal iridoplasti, atau pembedahan
insisi. Pada glaukoma kongenital bisa dilakukan geniotomi dan
trabekulotomi.

B.

Saran
Pada pasien dengan glaukoma selalu dilakukan pemeriksaan visus serta
lapang pandang yang digunakan sebagai evaluasi terhadap gejala serta
pengobatan yang diberikan. Tindakan operatif perlu dilakukan apabila pasien
tidak berespon terhadap pengobatan untuk mempertahankan visus dan tidak
menyebabkan kondisi yang lebih parah (glaukoma absolut).

DAFTAR PUSTAKA
1.

Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi Kedua. Penerbit

2.

Buku Kedokteran EGC. 2005.


Ilyas Sidarta et al. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa

3.

Kedokteran Edisi Kedua. CV Sagung Seto, pp: 239-242. 2010.


Ilyas Sidarta, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata Edisi Keempat. Badan

4.

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, p: 216. 2012.


Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Penyakit Mata

5.

Universitas Gadjah Mada, pp: 147-149. 2007.


Pusat Data dan Informasi Kmenterian Kesehatan RI. Situasi dan Analisis
Glaukoma.http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/in

6.
7.

fodatin-glaukoma.pdf(diakses pada tanggal 23 Juni 2015).


Ilyas S.Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta :Balai Penerbit FKUI, 2005
Vaughan D. Oftalmologi Umum. Edisi 14 Cetakan Pertama. Jakarta : Widya
Medika; 2009

8.

Skorin, Leonid. 2004. Treatment for Blind and Seeing Painful Eyes.
http://www.optometry.co.uk/uploads/articles/8325b4e72a4a0c1eba3ff460634

3085c_skorin20040116.pdf. Diakses 27 Desember 2011


Khurana AK. 2005. Ophthalmology. 3rd Edition. New Delhi: New Age
International. pp 235
10. Wijaya, Nana. Glaukoma. dalam : Ilmu Penyakit Mata, ed. Wijaya Nana,
9.

cet.6, Jakarta, Abadi Tegal, 1993, hal : 219-232.


11. National
Eye
Institute.
Glaucoma.

Diunduh

dari

http://www.nai.nih.ge/index.asp. Januari 2015.


12. Anonim.Glaukoma.
Diunduh
dari
http://www.medicastore.com/.
http://www.nai.nih.ge/index.asp. Januari 2015.
13. Anonim. Glaukoma. Diunduh dari http://www.klinikmatanusantara
.com/glaukoma.php. Januari 2015.

Anda mungkin juga menyukai