PENDAHULUAN
Luka bakar ( combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak
langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict),
zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation). (1)
Luka bakar atau combustio merupakan cedera yang cukup sering dihadapi
oleh para dokter. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas,
bahan kimia, listrik, dan radiasi (2)
Kebanyakan luka bakar terjadi di dalam dan sekitar rumah, terutama di
dapur, ruang keluarga, garasi dan dihalaman. Luka bakar lebih sering terjadi pada
anak-anak, orang tua, serta penyandang cacat mental maupun fisik. Meningkatnya
penggunaan alkohol dan narkotika menyebabkan para pengguna obat-obatan
tersebut, tidak dapat melindungi dirinya terhadap kemungkinan terjadinya luka
bakar (3)
Di Amerika Serikat, bahan-bahan pakaian yang mudah terbakar hanya
diijinkan digunakan untuk pakaian malam. Hal ini disebabkan karena apabila
terjadi kebakaran, pakaian yang mudah terbakar akan menyebabkan meluasnya
luka bakar dengan cepat. Diberlakukannya peraturan tersebut, diharapkan dapat
menurunkan angka kematian luka bakar menjadi separuhnya.
Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.
Hal ini disebabkan karena pada luka bakar terdapat keadaan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan lebih intensif
dibandingkan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Luka bakar merupakan salah satu kondisi yang memiliki pengaruh yang
katastropik terhadap penderita dalam hal penderitaanya, kehidupan sosialnya,
keterbatasannya yang ditimbulkan dan perihal keuangan yang dikeluarkan untuk
pengobatannya
(1
3).
melakukan pemeriksaan terhadap seseorang yang mengalami luka bakar baik yang
masih hidup ataupun yang telah mati. Disamping itu, ada banyak kejadian dimana
luka bakar baik yang masih hidup ataupun yang telah mati. Disamping itu, ada
banyak kejadian dimana luka bakar terjadi pada korban kekerasan, dimana
diperlukan keahlian keahlian khusus untuk membedakan apakah luka bakar terjadi
saat korban masih hidup (antemortem) ataukah saat korban sudah meniggal
(postmortem) untuk menutupi penyebab kematian yang sebenarnya.
Cedera luka bakar terutama pada luka bakar yang dalam dan luas masih
merupakan penyebab utama kematian dan ketidakmampuan jangka panjang.
Anak-anak dan orang tua bersiko untuk mengalami luka bakar yang lebih dalam
karena lapisan kulit dermis mereka lebih tipis. (4)
EPIDEMIOLOGI
Luka bakar lebih sering terjadi pada anak-anak dan orang tua, dan
terbanyak 80% terjadi di rumah serta sebagian kecil terjadinya di tempat kerja.
Menurut data natiponal safety council 1974 didapatkan 2.000.000 penderita luka
bakar di Amerika Serikat, yaitu sebanyak 2 x dari jumlah pada tahun 1967 yang
dilaporkan oleh American Burn Association. 300.000 penderita mengalami
kecacatan akibat luka bakar dan lebih dari 30.000 penderita dirawat di Rumah
Sakit, dengan lama perawatan raata-rata 64 hari. Berdasarkan data statistik
tersebut, luka bakar merupakan salah satu penyakit utama di Amerika Serikat,
meskipun angka kematian luka bakar lebih rendah bila dibandingkan dengan
penyebab kematian lainnya seperti penyakit jantung, kanker dan stroke. (5)
ETIOLOGI
Luka bakar berdasarkan penyebab dibedakan atas :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
air panas ; kerusakan jaringan akibat bahan yang bersifat koloid (misalnya bubur
panas) lebih berat dibandingkan air panas. Luka bakar akibat ledakan juga
menyebabkan kerusakan organ dalam akibat daya ledak (eksplosif). Pada luka
bakar yang disebabkan oleh bahan kimia terutama asam menyebabkan kerusakan
yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi konfigurasi jaringan yang
menyebabkan gangguan proses penyembuhan.
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas
(scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian
besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali
menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak
dimana diatasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas. (6)
PATOFISIOLOGI
Luka bakar merupakan akibat daripada aliran panas pada jaringan tubuh.
Aliran panas tersebut dapat berasal dari kontak langsung maupun tak langsung.
Kerusakan jaringan tubuh akibat panas tersebut tergantung dari beberapa faktor,
yaitu : temperatur sumber panas, lamanya kontak dengan sumber panas serta
jaringan tubuh yang terkena. Faktor jaringan tubuh yang terkena merupakan
faktor yang paling penting dalam menentukan derajat konduktivitas jaringan,
yaitu :
Oleh karena banyaknya faktor yang berpengaruh, trauma yang terjadi pada kulit
sangat bervariasi. Umumnya trauma termal kulit pada suhu < 45 C hanya
minimal, meskipun terjadi kontak dengan sumber panas lebih dari 20 menit.
Kontak dengan sumber panas > 60 C selama 1 menit akan mengakibatkan Full
thickness injury. Meskipun perubahan biokimia dan fisik yang mengakibatkan
kematian sel belum diketahui, diduga sebagai akibat denaturasi protein dan
menurunnya aktifitas enzim. Pada percobaan didapatkan penurunan kebutuhan O2
kulit sesuai dengan meningkatnya suhu. Pada keadaan yang sama dapat diketahui
juga penurunan penggunaan glucose dan peningkatan produksi laktat. Enzimenzim tersebut terutama yang berperan dalam siklus krebs aktifitasnya menurun
oleh karena panas. Sedangkan enzim-enzim lain yang tahan terhadap panas
aktifitasnya akan meningkat. Terhambatnya enzim-enzim yang berperan dalam
siklus krebs akan mengakibatkan penurunan produksi ATP dan sebagai akibatnya
terjadi kematian sel.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terkena suhu tinggi rusak sel darah yang di dalamnya ikut
rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan
edema dan menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit. Hal ini
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Tubuh kehilangan cairan
antara 1/2% - 1%, blood volume setiap 1% luka bakar. Kerusakan kulit akibat
luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang
berlebih (insensible water loss meningkat). Bila luka bakar lebih dari 20% akan
terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas yaitu : gelisah, pucat dingin,
berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urine
menurun (kegagalan fungsi ginjal). Pada kebakaran derah muka dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terhirup.
Gejala yang timbul adalah sesak nafas, takipneu, stridor, suara serak dan berdahak
berwarna gelap karena jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas
beracun lain. CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga tak mampu
mengikat oksigen lagi. Tanda keracunan yang ringan adalah lemas, bingung,
pusing, mual, dan muntah. Pada keracunan berat terjadi koma. Bila lebih 60%
hemoglobin terikat CO2 penderita akan meninggal. Pada luka bakar yang berat
terjadi ileus paralitik. Stres dan beban faali yang terjadi pada luka bakar berat
dapat menyebabkan tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang
sama gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal dengan tukak curling yang
dikhawatirkan pada tukak curling ini adalah perdarahan yang timbul sebgai
hematemesis melena.(5)
FASE LUKA BAKAR
Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan
penyakitnya dibedakan dalam 3 fase akut, subakut dan fase lanjut. Namun
demikian pembagian fase menjadi tiga tersebut tidaklah berarti terdapat garis
pembatas yang tegas diantara ketiga fase ini. Dengan demikian kerangka berpikir
dalam penanganan penderita tidak dibatasi oleh kontak fase dan tetap harus
terintegrasi. Langkah penatalaksaan fase sebelumnya akan berimplikasi klinis
pada fase selanjutnya.
1. Fase akut/fase syok/fase awal.
Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di IRD/
Unit Luka Bakar. Pada fase ini (sirkulasipenderita luka bakar, seperti penderita
trauma lainnya, akan mengalami ancaman dan gangguan airway (jalan napas),
breathing (mekanisme bernapas) dan gangguan circulation (sirkulasi).
Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terjadi trauma, inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi
merupakan penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase ini
dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat
cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Adanya syok yang bersifat
Kerusakan melalui seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai
mencapai jaringan subkuta, otot dan tulang. Organ kulit mengalami
kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit
yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam
kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujungujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi
epitelisasi spontan.
LUAS LUKA BAKAR
Walaupun hanya .perkiraan saja, the rule of nine, tetap merupakan
petunjuk yang baik dalam menilai luasnya luka bakar. Kepala 7 %, leher 2%
sehingga total pada kepala adalah 9%. Setiap ekstremitas atas 9 persen dan bagian
anterior 2 x 9 %. Badan bagian posterior, 13% dan bokong 5%, sehingga total
18% dan setiap ekstrimitas bawah 2 x 9 dan genitalia 1%.
Untuk area luka bakar yang tersebar kita dapat memperkirakan
persentasenya dengan menggunakan tangan dengan jari-jari pasien, dimana jarijari dalam keadaan abduksi, dimana sama dengan kurang lebih 1% dari total luas
permukaan tubuh pasien.
Pada anak-anak terdapat perbedaan dalam luas permukaan tubuh, yang
umumnya mempunyai pertimbangan lebih besar antara luas permukaan kepala
dengan luas ekstremitas bawah dibandingkan pada orang dewasa. Area kepala
luasnya adalah 19% pada waktu lahir (10% lebih besar daripada orang dewasa).
Hal ini terjadi akibat pengurangan pada luas ekstremitas bawah, yang masingmasing sebesar 13%. Dengan bertambahnya umur setiap tahun, sampai usia 10
tahun, area kepala dikurangi 1% dan jumlah yang sama ditambah pada setiap
ekstremitas bawah. Setelah usia 10 tahun, digunakan persentase orang dewasa.
Rumus rule of nine dari Wallace tidak digunakan pada anak dan bayi
karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif
permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu, gunakan rumus 10 untuk bayi, dan
rumus 10-15-20 dari Lund dan Browder untuk anak.
area
kepala
Leher
Badan
0-1
19
2
bagian 13
1-4
17
2
13
5-9
13
2
13
10-14
11
2
13
15
9
2
13
dewasa
7
2
13
depan
Badan
bagian 13
13
13
13
13
13
2,5
2,5
1
2,5
2,5
1
2,5
2,5
1
2,5
2,5
1
2,5
2,5
1
(kemaluan)
Lengan
kanan 4
atas
Lengan kiri atas
4
Lengan
bawah 3
4
3
4
3
4
3
4
3
4
3
kanan
Lengan
bawah 3
kiri
Tangan
kanan 2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
(telapak
tangan
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
6,5
6,5
5
5
8
8
5,5
5,5
8,5
8,5
6
6
9
9
6,5
6,5
9,5
9,5
7
7
belakang
Pantat kanan
Pantat kiri
Genitalia
depan
2,5
2,5
1
dan
punggung tangan
Tangan
kiri 2,5
(telapak
dan
tangan
punggung
tangan)
Paha kanan
Paha kiri
Betis kanan
Betis kiri
Kaki
kanan
(bagian
tumit
sampai
telapak
kaki)
5,5
5,5
5
5
2nd* 3rd*
TBSA
Kaki kiri
total
*derajat dua saat ini merupakan luka bakar sebagian baik dangkal maupun
dalam ; derajat 3 sebagai luka bakar seluruh lapisan (full-thickness)
Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan
penderita adalah 1% dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak-anak dipakai
modifikasi Rule of nine menurut Lund and Brower, yaitu ditekankan pada umur
15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun
genitalia/perineum
Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.
adanya
internal
bleeding
atau
mengalami
patah
tulang
punggung/spine.
C. Anamnesis
Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah penderita
terjebak dalam ruang tertutup sehingga kecurigaan adanya trauma inhalasi
yang dapat menimbulkan obstruksi jalan napas. Kapan kejadiannya terjadi,
serta ditanyakan penyakit-penyakit yang pernah di alami sebelumnya.
D. Pemeriksaan luka bakar
Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar sedang
atau ringan.
1. Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of nine untuk
menentukan luas luka bakarnya.
2. Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman)
II. Penanganan di ruang emergency
1. Diwajibkan memakai sarung tangan steril bila melakukan pemeriksaan
penderita.
2. Bebaskan pakaian terbakar
3. Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan
adanya trauma lain yang menyertai.
4. Bebaskan jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapat
dipasang endotracheal tube. Tracheostomy hanya bila ada indikasi.
5. Pemasangan intravenous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkan
pemasangan scalp vein. Diberikan cairan Ringer laktat dengan jumlah
30-50 cc/jam untuk dewasa dan 20-30 cc/jam untuk anak-anak di atas 2
tahun dan 1 cc/Kg/jam untuk anak dibawah 2 tahun.
6. Dilakukan pemasangan foley kateter untuk monitor jumlah urine
produksi. Dicatat jumlah urine/jam
7. Dilakukan pemasangan nasogastrik tube untuk gastric dekompresi
dengan intermitten pengisapan.
8. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan
jangan secara intramuskular
9. Timbang berat badan
10. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid
booster bila penderita tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.
11. Pencucian luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka
dicuci debridement dan di desinfeksi dengan salvon 1 : 30 setelah bersih
tutup dengan tulle kemudian olesi dengan silver sulfa diazine (SSD)
sampai tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang tebal. Pada hari ke-5
kasa di buka dan penderita dimandikan dengan air dicampur Salvon 1: 30
12. Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati
(eskar) dengan teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis
jaringan nekrotik sampai didapatkan permukaan yang berdarah.
Fasiotomi dilakukan pada luka bakar yang mengenai kaki dan tangan
melingkar, agar bagian distal tidak nekrose karena stewing.
13. Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka
telah dilakukan dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih
dan tidak infeksi. Luka dapat menutup tanpa prosedur operasi. Secara
persekundam terjadi proses epitelisasi pada luka bakar yang relative
superficial. Untuk luka bakar yang dalam pilihan yang tersering yaitu
split tickness skin grafting. Split tickness skin grafting merupakan
tindakan definitve penutup luka yang luas. Tandur alih kulit dilakukan
bila luka tersebut tidak sembuh-sembuh dalam waktu 2 minggu dengan
diameter > 3 cm
PENANGANAN SIRKULASI
angka
penatalaksanaan
kematian.
syok
Beberapa
dengan
metode
penelitian
resusutasi
membuktikan
cairan
bahwa
konvensional
Evans Formula
Brooke Formula
Parkland Formula
Modifikasi Formula
Monafo Formula
RESUSITASI CAIRAN
BAXTER formula
Hari pertama :
Dewasa
Anak
1-3 tahun
: berat badan x 75 cc
3-5 tahun
: berat badan x 50 cc
: hari I
Anak
PENANGANAN PERNAPASAN
Trauma inhalasi merupakan faktor yang secara nyata memiliki korelasi
dengan angka kematian. Kematian akibat trauma inhalasi terjadi dalam waktu
singkat 8 sampai 24 jam pertama pasca operasi. Pada kebakaran dalam ruangan
tertutup atau bilamana luka bakar mengenai daerah muka/wajah dapat
menimbulkan kerusakan mukosa jalan napas akibat gas, asap atau uap panas yang
terhisap. Edema yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan
jalan napas karena edema laring. Trauma panas langsung adalah terhirup sesuatu
yang sangat panas, produk-produk yang tidak sempurna dari bahan yang terbakar
seperti bahan jelaga dan bahan khusus yang menyebabkan kerusakan dari mukosa
langsung pada percabangan trakheobronkial. Keracunan asap yang disebabkan
oleh
termodegradasi
material
alamiah
dan
materi
yang
diproduksi.
2. Berat jenis urine. Pascatrauma luka bakar berat jenis dapat normal atau
meningkat. Keadaaan ini dapat menunjukkan keadaan hidrasi penderita.
Bilamana berat jenis meningkat berhubungan dengan naiknya kadar
3.
4.
5.
6.
7.
glukosa urine.
Vital sign
pH darah
perfusi perifer
laboratorium
a. serum elektrolit
b. plasma albumin
c. hematokrit, hemoglobin
d. urine sodium
e. elektrolit
f. liver function test
g. renal function tes
h. total protein/albumin
i. pemeriksaan lain sesuai indikasi (8)
penilaian keadaan paru
pemeriksaan kondisi paru perlu diobservasi tiap jam untuk mengetahui
adanya perubahan yang terjadi antara lain stridor, bronkospasme, adanya
sekret, wheezing, atau dispneu merupakan adanya impending obstruksi.
BAB III
PENUTUP
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
oleh energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan
efek baik memanaskan atau mendinginkan. Luka bakar pada penatalaksanaan
antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama namun pada anak akibat luka bakar
dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang
lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, lebih rentan untuk mengalami
hipotermia (penurunan suhu tubuh akibat pendinginan).
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas
(scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian
besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali
menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak
dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas.
Luka bakar dangkal dan ringan (superfisial) dapat sembuh dengan cepat
dan tidak menimbulkan jaringan parut. Namun apabila luka bakarnya dalam dan
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Mansjoer, Arif, dkk (editor); Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, edisi III Luka
Bakar; Jakarta, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
2000.
3.
4.
5.
Anonim.
Maret
2010. Artikel
tabung
gas
kg
kurang
pengawasan,http://birokrasi.kompasiana.com/2010/06/28/fakta-tabung-gas-3-kgkurang-pengawasan/
6.
7.
8.
9.
Hudspith J, Rayatt S. First aid and treatment of minor burns. ABC of Burns.
BMJ 2004;328;1487-9.