Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
Luka bakar ( combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak
langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict),
zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation). (1)
Luka bakar atau combustio merupakan cedera yang cukup sering dihadapi
oleh para dokter. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas,
bahan kimia, listrik, dan radiasi (2)
Kebanyakan luka bakar terjadi di dalam dan sekitar rumah, terutama di
dapur, ruang keluarga, garasi dan dihalaman. Luka bakar lebih sering terjadi pada
anak-anak, orang tua, serta penyandang cacat mental maupun fisik. Meningkatnya
penggunaan alkohol dan narkotika menyebabkan para pengguna obat-obatan
tersebut, tidak dapat melindungi dirinya terhadap kemungkinan terjadinya luka
bakar (3)
Di Amerika Serikat, bahan-bahan pakaian yang mudah terbakar hanya
diijinkan digunakan untuk pakaian malam. Hal ini disebabkan karena apabila
terjadi kebakaran, pakaian yang mudah terbakar akan menyebabkan meluasnya
luka bakar dengan cepat. Diberlakukannya peraturan tersebut, diharapkan dapat
menurunkan angka kematian luka bakar menjadi separuhnya.
Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.
Hal ini disebabkan karena pada luka bakar terdapat keadaan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Terdapat kuman dengan patogenitas tinggi.


Terdapat banyak jaringan mati.
Mengeluarkan banyak air, serum dan darah.
Terbuka untuk waktu yang lama (mudah terinfeksi dan terkena trauma).
Memerlukan jaringan untuk menutup.

Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan lebih intensif
dibandingkan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Luka bakar merupakan salah satu kondisi yang memiliki pengaruh yang
katastropik terhadap penderita dalam hal penderitaanya, kehidupan sosialnya,
keterbatasannya yang ditimbulkan dan perihal keuangan yang dikeluarkan untuk
pengobatannya

(1

3).

Aspek medikolegal menuntut seorang dokter untuk

melakukan pemeriksaan terhadap seseorang yang mengalami luka bakar baik yang
masih hidup ataupun yang telah mati. Disamping itu, ada banyak kejadian dimana
luka bakar baik yang masih hidup ataupun yang telah mati. Disamping itu, ada
banyak kejadian dimana luka bakar terjadi pada korban kekerasan, dimana
diperlukan keahlian keahlian khusus untuk membedakan apakah luka bakar terjadi
saat korban masih hidup (antemortem) ataukah saat korban sudah meniggal
(postmortem) untuk menutupi penyebab kematian yang sebenarnya.
Cedera luka bakar terutama pada luka bakar yang dalam dan luas masih
merupakan penyebab utama kematian dan ketidakmampuan jangka panjang.
Anak-anak dan orang tua bersiko untuk mengalami luka bakar yang lebih dalam
karena lapisan kulit dermis mereka lebih tipis. (4)
EPIDEMIOLOGI
Luka bakar lebih sering terjadi pada anak-anak dan orang tua, dan
terbanyak 80% terjadi di rumah serta sebagian kecil terjadinya di tempat kerja.
Menurut data natiponal safety council 1974 didapatkan 2.000.000 penderita luka
bakar di Amerika Serikat, yaitu sebanyak 2 x dari jumlah pada tahun 1967 yang
dilaporkan oleh American Burn Association. 300.000 penderita mengalami
kecacatan akibat luka bakar dan lebih dari 30.000 penderita dirawat di Rumah
Sakit, dengan lama perawatan raata-rata 64 hari. Berdasarkan data statistik
tersebut, luka bakar merupakan salah satu penyakit utama di Amerika Serikat,

meskipun angka kematian luka bakar lebih rendah bila dibandingkan dengan
penyebab kematian lainnya seperti penyakit jantung, kanker dan stroke. (5)
ETIOLOGI
Luka bakar berdasarkan penyebab dibedakan atas :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Luka bakar karena api


Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena listrik dan petir
Luka bakar karena bahan kimia ( yang bersifat asam atau basa kuat)
Luka bakar karena radiasi
Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite)
Kerusakan jaringan disebabkan oleh api lebih berat dibandingkan dengan

air panas ; kerusakan jaringan akibat bahan yang bersifat koloid (misalnya bubur
panas) lebih berat dibandingkan air panas. Luka bakar akibat ledakan juga
menyebabkan kerusakan organ dalam akibat daya ledak (eksplosif). Pada luka
bakar yang disebabkan oleh bahan kimia terutama asam menyebabkan kerusakan
yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi konfigurasi jaringan yang
menyebabkan gangguan proses penyembuhan.
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas
(scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian
besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali
menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak
dimana diatasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas. (6)
PATOFISIOLOGI
Luka bakar merupakan akibat daripada aliran panas pada jaringan tubuh.
Aliran panas tersebut dapat berasal dari kontak langsung maupun tak langsung.
Kerusakan jaringan tubuh akibat panas tersebut tergantung dari beberapa faktor,
yaitu : temperatur sumber panas, lamanya kontak dengan sumber panas serta
jaringan tubuh yang terkena. Faktor jaringan tubuh yang terkena merupakan
faktor yang paling penting dalam menentukan derajat konduktivitas jaringan,
yaitu :

Kandungan air dalam jaringan tersebut.


Adanya sekresi lokal
Pigmentasi jaringan
Ketebalan kulit
Efektifitas barier tahanan panas seperti aliran darah dalam jaringan.

Oleh karena banyaknya faktor yang berpengaruh, trauma yang terjadi pada kulit
sangat bervariasi. Umumnya trauma termal kulit pada suhu < 45 C hanya
minimal, meskipun terjadi kontak dengan sumber panas lebih dari 20 menit.
Kontak dengan sumber panas > 60 C selama 1 menit akan mengakibatkan Full
thickness injury. Meskipun perubahan biokimia dan fisik yang mengakibatkan
kematian sel belum diketahui, diduga sebagai akibat denaturasi protein dan
menurunnya aktifitas enzim. Pada percobaan didapatkan penurunan kebutuhan O2
kulit sesuai dengan meningkatnya suhu. Pada keadaan yang sama dapat diketahui
juga penurunan penggunaan glucose dan peningkatan produksi laktat. Enzimenzim tersebut terutama yang berperan dalam siklus krebs aktifitasnya menurun
oleh karena panas. Sedangkan enzim-enzim lain yang tahan terhadap panas
aktifitasnya akan meningkat. Terhambatnya enzim-enzim yang berperan dalam
siklus krebs akan mengakibatkan penurunan produksi ATP dan sebagai akibatnya
terjadi kematian sel.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terkena suhu tinggi rusak sel darah yang di dalamnya ikut
rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan
edema dan menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit. Hal ini
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Tubuh kehilangan cairan
antara 1/2% - 1%, blood volume setiap 1% luka bakar. Kerusakan kulit akibat
luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang
berlebih (insensible water loss meningkat). Bila luka bakar lebih dari 20% akan
terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas yaitu : gelisah, pucat dingin,
berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urine
menurun (kegagalan fungsi ginjal). Pada kebakaran derah muka dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terhirup.

Gejala yang timbul adalah sesak nafas, takipneu, stridor, suara serak dan berdahak
berwarna gelap karena jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas
beracun lain. CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga tak mampu
mengikat oksigen lagi. Tanda keracunan yang ringan adalah lemas, bingung,
pusing, mual, dan muntah. Pada keracunan berat terjadi koma. Bila lebih 60%
hemoglobin terikat CO2 penderita akan meninggal. Pada luka bakar yang berat
terjadi ileus paralitik. Stres dan beban faali yang terjadi pada luka bakar berat
dapat menyebabkan tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang
sama gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal dengan tukak curling yang
dikhawatirkan pada tukak curling ini adalah perdarahan yang timbul sebgai
hematemesis melena.(5)
FASE LUKA BAKAR
Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan
penyakitnya dibedakan dalam 3 fase akut, subakut dan fase lanjut. Namun
demikian pembagian fase menjadi tiga tersebut tidaklah berarti terdapat garis
pembatas yang tegas diantara ketiga fase ini. Dengan demikian kerangka berpikir
dalam penanganan penderita tidak dibatasi oleh kontak fase dan tetap harus
terintegrasi. Langkah penatalaksaan fase sebelumnya akan berimplikasi klinis
pada fase selanjutnya.
1. Fase akut/fase syok/fase awal.
Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di IRD/
Unit Luka Bakar. Pada fase ini (sirkulasipenderita luka bakar, seperti penderita
trauma lainnya, akan mengalami ancaman dan gangguan airway (jalan napas),
breathing (mekanisme bernapas) dan gangguan circulation (sirkulasi).
Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terjadi trauma, inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi
merupakan penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase ini
dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat
cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Adanya syok yang bersifat

hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih


berhubungan akibat problem instabilitas sirkulasi.
2. Fase Subakut
Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yang
terjadi dapat menyebabkan beberapa masalah yaitu :
a. Proses inflamasi atau infeksi
b. Problem penutupan luka
c. Keadaan hipermetabolisme
3. Fase lanjut
Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat
jalan. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang
hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.
DERAJAT LUKA BAKAR
Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat
panas, sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu
Dupuytren membagi atas 6 tingkat, sekarang lebih praktis hanya dibagi 3 tingkat/
derajat, yaitu sebagai berikut :
1. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial), kulit hiperemik berupa
eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik
teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.
2. Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf
sensorik teriritasi. Dibedakan atas 2 bagian :
a. Derajat II dangkal/superficial (IIA)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebacea masih banyak.
Semua ini merupakan benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara
spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatrik
b. Derajat II dalam/ deep (IIB)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan
epitel tinggal sedikit. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama
dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu
lebih dari satu bulan.
c. Luka bakar derajat III

Kerusakan melalui seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai
mencapai jaringan subkuta, otot dan tulang. Organ kulit mengalami
kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit
yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam
kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujungujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi
epitelisasi spontan.
LUAS LUKA BAKAR
Walaupun hanya .perkiraan saja, the rule of nine, tetap merupakan
petunjuk yang baik dalam menilai luasnya luka bakar. Kepala 7 %, leher 2%
sehingga total pada kepala adalah 9%. Setiap ekstremitas atas 9 persen dan bagian
anterior 2 x 9 %. Badan bagian posterior, 13% dan bokong 5%, sehingga total
18% dan setiap ekstrimitas bawah 2 x 9 dan genitalia 1%.
Untuk area luka bakar yang tersebar kita dapat memperkirakan
persentasenya dengan menggunakan tangan dengan jari-jari pasien, dimana jarijari dalam keadaan abduksi, dimana sama dengan kurang lebih 1% dari total luas
permukaan tubuh pasien.
Pada anak-anak terdapat perbedaan dalam luas permukaan tubuh, yang
umumnya mempunyai pertimbangan lebih besar antara luas permukaan kepala
dengan luas ekstremitas bawah dibandingkan pada orang dewasa. Area kepala
luasnya adalah 19% pada waktu lahir (10% lebih besar daripada orang dewasa).
Hal ini terjadi akibat pengurangan pada luas ekstremitas bawah, yang masingmasing sebesar 13%. Dengan bertambahnya umur setiap tahun, sampai usia 10
tahun, area kepala dikurangi 1% dan jumlah yang sama ditambah pada setiap
ekstremitas bawah. Setelah usia 10 tahun, digunakan persentase orang dewasa.
Rumus rule of nine dari Wallace tidak digunakan pada anak dan bayi
karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif

permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu, gunakan rumus 10 untuk bayi, dan
rumus 10-15-20 dari Lund dan Browder untuk anak.
area
kepala
Leher
Badan

0-1
19
2
bagian 13

1-4
17
2
13

5-9
13
2
13

10-14
11
2
13

15
9
2
13

dewasa
7
2
13

depan
Badan

bagian 13

13

13

13

13

13

2,5
2,5
1

2,5
2,5
1

2,5
2,5
1

2,5
2,5
1

2,5
2,5
1

(kemaluan)
Lengan
kanan 4

atas
Lengan kiri atas
4
Lengan
bawah 3

4
3

4
3

4
3

4
3

4
3

kanan
Lengan

bawah 3

kiri
Tangan

kanan 2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

(telapak

tangan

2,5

2,5

2,5

2,5

2,5

6,5
6,5
5
5

8
8
5,5
5,5

8,5
8,5
6
6

9
9
6,5
6,5

9,5
9,5
7
7

belakang
Pantat kanan
Pantat kiri
Genitalia

depan

2,5
2,5
1

dan

punggung tangan
Tangan
kiri 2,5
(telapak
dan

tangan

punggung

tangan)
Paha kanan
Paha kiri
Betis kanan
Betis kiri
Kaki
kanan
(bagian

tumit

sampai

telapak

kaki)

5,5
5,5
5
5

2nd* 3rd*

TBSA

Kaki kiri
total
*derajat dua saat ini merupakan luka bakar sebagian baik dangkal maupun
dalam ; derajat 3 sebagai luka bakar seluruh lapisan (full-thickness)
Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan
penderita adalah 1% dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak-anak dipakai
modifikasi Rule of nine menurut Lund and Brower, yaitu ditekankan pada umur
15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun

KRITERIA BERAT RINGANNYA (American Burn Association)


1. Luka bakar ringan
- Luka bakar derajat II < 15%
- Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak
- Luka bakar derajat III < 2%
2. Luka bakar sedang
- Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa
- Luka bakar II 10-20,5 pada anak-anak
- Luka bakar derajat III <10%
3. Luka bakar berat
- Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
- Luka bakar derajat III 10% atau lebih
- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki, dan
-

genitalia/perineum
Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

PENATALAKSANAAN PENDERITA LUKA BAKAR FASE AKUT

Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada


penderita trauma-trauma lainnya harus ditangani secara teliti dan sistematik.
I.

Evaluasi Pertama (Triage)


A. Airway, sirkulasi, ventilasi
Prioritas pertama penderita luka bakar yapng harus dipertahankan meliputi
airway, ventilasi dan perfusi sistemik. Kalau diperlukan segera lakukan
intubasi endotrakeal, pemasangan infuse untuk mempertahankan volume
sirkulasi
B. Pemeriksaan fisik keseluruhan.
Pada pemeriksaan penderita diwajibkan memakai sarung tangan yang steril,
bebaskan penderita dari baju yang terbakar, penderita luka bakar dapat pula
mengalami trauma lain, misalnya bersamaan dengan trauma abdomen
dengan

adanya

internal

bleeding

atau

mengalami

patah

tulang

punggung/spine.
C. Anamnesis
Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah penderita
terjebak dalam ruang tertutup sehingga kecurigaan adanya trauma inhalasi
yang dapat menimbulkan obstruksi jalan napas. Kapan kejadiannya terjadi,
serta ditanyakan penyakit-penyakit yang pernah di alami sebelumnya.
D. Pemeriksaan luka bakar
Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar sedang
atau ringan.
1. Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of nine untuk
menentukan luas luka bakarnya.
2. Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman)
II. Penanganan di ruang emergency
1. Diwajibkan memakai sarung tangan steril bila melakukan pemeriksaan
penderita.
2. Bebaskan pakaian terbakar
3. Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan
adanya trauma lain yang menyertai.
4. Bebaskan jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapat
dipasang endotracheal tube. Tracheostomy hanya bila ada indikasi.
5. Pemasangan intravenous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkan
pemasangan scalp vein. Diberikan cairan Ringer laktat dengan jumlah

30-50 cc/jam untuk dewasa dan 20-30 cc/jam untuk anak-anak di atas 2
tahun dan 1 cc/Kg/jam untuk anak dibawah 2 tahun.
6. Dilakukan pemasangan foley kateter untuk monitor jumlah urine
produksi. Dicatat jumlah urine/jam
7. Dilakukan pemasangan nasogastrik tube untuk gastric dekompresi
dengan intermitten pengisapan.
8. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan
jangan secara intramuskular
9. Timbang berat badan
10. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid
booster bila penderita tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.
11. Pencucian luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka
dicuci debridement dan di desinfeksi dengan salvon 1 : 30 setelah bersih
tutup dengan tulle kemudian olesi dengan silver sulfa diazine (SSD)
sampai tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang tebal. Pada hari ke-5
kasa di buka dan penderita dimandikan dengan air dicampur Salvon 1: 30
12. Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati
(eskar) dengan teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis
jaringan nekrotik sampai didapatkan permukaan yang berdarah.
Fasiotomi dilakukan pada luka bakar yang mengenai kaki dan tangan
melingkar, agar bagian distal tidak nekrose karena stewing.
13. Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka
telah dilakukan dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih
dan tidak infeksi. Luka dapat menutup tanpa prosedur operasi. Secara
persekundam terjadi proses epitelisasi pada luka bakar yang relative
superficial. Untuk luka bakar yang dalam pilihan yang tersering yaitu
split tickness skin grafting. Split tickness skin grafting merupakan
tindakan definitve penutup luka yang luas. Tandur alih kulit dilakukan
bila luka tersebut tidak sembuh-sembuh dalam waktu 2 minggu dengan
diameter > 3 cm
PENANGANAN SIRKULASI

Pada luka bakarberat / mayor terjadi perubahan permeabilitaskapiler yang


akan diikuti dengan ekstrapasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari
intravaskuler ke jaringan interfisial mengakibatkan terjadinya hipovolemic intra
vaskuler dan edema interstisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik
tergangu sehingga sirkulasi kebagian distal terhambat, menyebabkan gangguan
perfusi / sel / jaringan / organ. Pada luka bakar yang berat dengan perubahan
permeabilitas kapiler yang hampir menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif
di jaringan interstisial menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan
intravaskuler mengalami deficit, timbul ketidakmampuan menyelenggaraan proses
transportasi oksigen ke jaringan. Keadaan ini dikenal dengan sebutan syok. Syok
yang timbul harus diatasi dalam waktu singkat, untuk mencegah kerusakan sel dan
organ bertambah parah, sebab syok secara nyata bermakna memiliki korelasi
dengan

angka

penatalaksanaan

kematian.
syok

Beberapa

dengan

metode

penelitian
resusutasi

membuktikan
cairan

bahwa

konvensional

(menggunakan regimen cairan yang ada) dengan penatalaksanaan syok dalam


waktu singkat, menunjukkna perbaikkan prognosis, derajat kerusakan jaringan
diperkecil (pemantauan kadar asam laktat), hipotermi dipersingkat dan koagulatif
diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki nilai prognostic
terhadap angka mortalitas. Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar
dikenal beberapa formula berikut :
-

Evans Formula
Brooke Formula
Parkland Formula
Modifikasi Formula
Monafo Formula

RESUSITASI CAIRAN
BAXTER formula
Hari pertama :
Dewasa

: Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam

Anak

: Ringer Laktat : Dextran = 17 : 3

2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali.


Kebutuhan faali :
< 1 tahun

: berat badan x 100 cc

1-3 tahun

: berat badan x 75 cc

3-5 tahun

: berat badan x 50 cc

jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. diberikan 16 jam berikutnya.


Hari kedua
Dewasa

: hari I

Anak

: diberi sesuai kebutuhan faali

Menurut Evans : Cairan yang dibutuhkan :


1. RL/NaCL = Luas combustio......% x Berat badan/Kg 1 cc
2. Plasma = luas combustio...........% x Berat Badan/ Kg x 1 cc
3. Pengganti yang hilang karena penguapan D5 2000 cc
Hari I = 8 jam x dan 16 jam x
Hari II = hari
Hari III = hari ke II

PENANGANAN PERNAPASAN
Trauma inhalasi merupakan faktor yang secara nyata memiliki korelasi
dengan angka kematian. Kematian akibat trauma inhalasi terjadi dalam waktu
singkat 8 sampai 24 jam pertama pasca operasi. Pada kebakaran dalam ruangan
tertutup atau bilamana luka bakar mengenai daerah muka/wajah dapat
menimbulkan kerusakan mukosa jalan napas akibat gas, asap atau uap panas yang
terhisap. Edema yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan

jalan napas karena edema laring. Trauma panas langsung adalah terhirup sesuatu
yang sangat panas, produk-produk yang tidak sempurna dari bahan yang terbakar
seperti bahan jelaga dan bahan khusus yang menyebabkan kerusakan dari mukosa
langsung pada percabangan trakheobronkial. Keracunan asap yang disebabkan
oleh

termodegradasi

material

alamiah

dan

materi

yang

diproduksi.

Termodegradasi material alamiah dan materi yang diproduksi. Termodegradasi


menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti hydrogen sianida, nitrogen oksida,
hydrogen klorida, akreolin dan partikel-partikel tersuspensi. Efek akut dari bahan
kimia ini menimbulkan iritasi dan bronkokonstriksi pada saluran napas. Obstruksi
jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat adanya tracheal bronchitis dan edema.
Efek intoksikasi karbon monoksida (CO) mengakibatkan terjadinya hipoksia
jaringan. Karbon monoksida (CO) memiliki afinitas yang cukup kuat terhadap
pengikatan hemoglobin dengan kemampuan 210-240 kali lebih kuat dibanding
kemampuan O2 . jadi CO akan memisahkan O2 dari Hemoglobin sehingga
mengakibatkan hipoksia jaringan.
Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar
mengalami hal sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.

Riwayat terjebak dalam ruangan tertutup


Sputum tercampur arang.
Luka bakar perioral, termasuk hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
Penurunan kesadaran termasuk confusion

5. Terdapat tanda distress napas, seperti rasa tercekik. Tersedak, malas


bernafas atau adanya wheezing atau rasa tidak nyama pada mata atau
tenggorokan, menandakan adanya iritasi mukosa.
6. Adanya takipnea atau kelainan pada auskultasi seperti krepitasi atau ronki
7. Adanya sesak napas atau hilangnya suara
MONITORING DALAM FASE RESUSITASI (sampai 72 jam)
1. Mengukur urine produksi. Urine produksi dapat sebagai indikator apakah
resusitasi cukup adekuat atau tidak. Pada orang dewasa jumlah urine 30-50
cc urine/jam.

2. Berat jenis urine. Pascatrauma luka bakar berat jenis dapat normal atau
meningkat. Keadaaan ini dapat menunjukkan keadaan hidrasi penderita.
Bilamana berat jenis meningkat berhubungan dengan naiknya kadar
3.
4.
5.
6.

7.

glukosa urine.
Vital sign
pH darah
perfusi perifer
laboratorium
a. serum elektrolit
b. plasma albumin
c. hematokrit, hemoglobin
d. urine sodium
e. elektrolit
f. liver function test
g. renal function tes
h. total protein/albumin
i. pemeriksaan lain sesuai indikasi (8)
penilaian keadaan paru
pemeriksaan kondisi paru perlu diobservasi tiap jam untuk mengetahui
adanya perubahan yang terjadi antara lain stridor, bronkospasme, adanya
sekret, wheezing, atau dispneu merupakan adanya impending obstruksi.

Pemeriksaan toraks foto ini. Pemeriksaan arterial blood gas


8. penilaian gastrointestinal
monitoring gastrointestinal setiap 2-4 jam dengan melakukan auskultasi
untuk mengetahui bising usus dan pemeriksaan sekresi lambung. Adanya
darah dan pH kurang dari 5 merupakan tanda adanya Culing Ulcer.
9. Penilaian luka bakarnya.
Bila dilakukan perawatan tertutup, dinilai apakah kasa basah, ada cairan
berbau atau ada tanda-tanda pus maka kasa perlu diganti. Bila bersih
perawatan selanjutnya dilakukan 5 hari kemudian.
PROGNOSIS
Prognosis pada kasus luka bakar ditentukan oleh beberapa faktor, dan
menyangkut mortalitas dan morbiditas atau burn illness severity and prediction of
outcome ; yang mana bersifat bersifat kompleks.
Beberapa faktor yang berperan antara lain faktor penderita ( usia, gizi,
jenis kelamin, dan kelainan sistemik), faktor trauma ( jenis, luas, kedalaman luka

bakar, dan trauma penyerta), dan faktor penatalaksanaan (prehospital and


inhospital treatment).
Prognosis luka bakar umumnya jelek pada usia yang sangat muda dan usia
lanjut. Pada usia yang sangat muda (terutama bayi) beberapa hal mendasar
menjadi perhatian, antara lain sistem regulasi tubuh yang belum berkembang
sempurna ; komposisi cairan intravaskuler dibandingkan dengan cairan
ekstravaskuler, interstitial, dan intraselular yang berbeda dengan komposisi pada
manusia dewasa, sangat rentan terhadap suatu bentuk trauma. Sistem imunologik
yang belum berkembang sempurna merupakan salah satu faktor yang patut
diperhitungkan, karena luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang bersifat
imunosupresi (7)

BAB III
PENUTUP
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
oleh energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan
efek baik memanaskan atau mendinginkan. Luka bakar pada penatalaksanaan
antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama namun pada anak akibat luka bakar
dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang
lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, lebih rentan untuk mengalami
hipotermia (penurunan suhu tubuh akibat pendinginan).
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas
(scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian
besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali
menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak
dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas.
Luka bakar dangkal dan ringan (superfisial) dapat sembuh dengan cepat
dan tidak menimbulkan jaringan parut. Namun apabila luka bakarnya dalam dan

luas, maka penanganan memerlukan perawatan di fasilitas yang lengkap dan


komplikasi semakin besar serta kecacatan dapat terjadi.
Oleh karena itu, semua orang khususnya orangtua, harus meningkatkan
pengetahuan mengenai luka bakar dan penanganannya, terutama pada anak-anak.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Moenadjat, Yefta, Dr, Sp.BP; Luka Bakar Pengetahuan Klinik Praktis;Jakarta,


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.

2.

Mansjoer, Arif, dkk (editor); Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, edisi III Luka
Bakar; Jakarta, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
2000.

3.

Hansbrough JF, Hansbrough W. Pediatrics Burns. Pedriatics in Review. Vol


20;1999

4.

Morgan ED, Bledsoe SC, Barker J. Ambulatory management of Burns.


American association of family Physician, 2000.

5.

Anonim.

Maret

2010. Artikel

tabung

gas

kg

kurang

pengawasan,http://birokrasi.kompasiana.com/2010/06/28/fakta-tabung-gas-3-kgkurang-pengawasan/
6.

Marzoeki, Djohansjah. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya, Airlangga


University Press, Surabaya 1993 : 10 - 19.

7.

Fenlon S, Nene S. Burns in children. Continuing Education in Anasthesia,


Critical Care&Pain. British Journal of Anasthesia. 2007

8.

Atkinson K. Burns : how to protect your child now. Parenting. 2001.

9.

Hudspith J, Rayatt S. First aid and treatment of minor burns. ABC of Burns.
BMJ 2004;328;1487-9.

10. Anonymous. Burns, Clinical practice Guidelines. Royal Children Hospital


Melbourne. 2010
11. Holland AJA. Pediatric burns: the forgotten trauma of childhood. Canadian
journal of Surgery;2006;4;272-7
12. Bisono. Reksopradjo, Soelarto (ed.).Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Cet.I. Jakarta:
Binarupa Aksara.1999
13. Pusponegoro, Aryono D. Luka dalam de Jong, Wim (ed.).Buku Ajar Ilmu
Bedah. Ed.2. Cet. I. Jakarta:EGC. 2005
14. Schwartz, Seymour I. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Cet. I. Jakarta: EGC.
2000.

Anda mungkin juga menyukai