Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GLAUKOMA


Dosen Pembimbing : Ns. Masmun Zuryati.M.Kep

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

DISUSUN OLEH :

KARINA LESTARI (2017720087)


KELAS : 7B

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI S.1 REGULER KEPERAWATAN
JAKARTA
2020 – 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
GLAUKOMA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh meningkatnya
tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara produksi cairan dan pembuangan cairan dalam bola mata
dan tekanan yang tinggi dalam bola mata bisa merusak jaringan-jaringan syaraf halus
yang ada di retina dan belakang bola mata (Nurarif, 2015).
Glaukoma merupakan suatu kumpulan gejala yang mempunyai suatu karakteristik
optik neuropati yang berhubungan dengan hilangnya lapangan pandang. Walaupun
kenaikan tekanan intra okuli adalah salah satu dari faktor risiko primer, ada atau
tidaknya faktor ini tidak merubah definisi penyakit. (Skuta, 2010).
Glaukoma merupakan suatu kumpulan penyakit yang mempunyai karakteristik
umum neuropatik yang berhubungan dengan hilangnya fungsi penglihatan. Walaupun
kenaikan tekanan intra okuler adalah sutu dari resiko primer, ada atau tidaknya faktor
ini tidak dapat merubah definisi penyakit. Galukoma bukanlah sebuah penyakit,
melinkan kekomplekan dari gangguan tekanan intra okuler yang mana mempunyai
karakteristik gejala peningkatan tekanan intraokuler pada orang dewasa. Normalnya
tekanan intra okuler adalah 10-21 mmHg. Jika hasil pemeriksaan tekanan bola mata
lebih dari 20, maka patut curiga terhadap adanya glaucoma. Apabila hasil menunjukkan
angka lebih dari 25, maka dipastikan orang tersebut terkena glaucoma (Herman, 2010).
Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya
tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk
bagian - bagian retina retina di belakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan
- jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi
pengelihatan.

Berdasarkan klasifikasi glaukoma dibagi menjadi :


• Glaukoma Primer
Glaukomma jenis ini merupakan bentuk yang paling sering terjadi, struktur
yang terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorpsiakuoshumor mengalami
perubahan patologi langsung.
• Glaukoma Sudut Terbuka Kronik
Glaukoma sudut terbuka kronik (sederhana) atau glaukoma sudut lebar
merupakan jenis glaukoma yang paling umum. Pada kondisi ini drainase
aqueous humor melalui pembuluh darah kompleks trabekular (pendukung)
(yang terletak pada sudut ruang anterior mata) tidak adekuat. Akibatnya adalah
akumulasi cairan aqueous di dalam ruang anterior, yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraokular. Kedua mata umumnya akan terganggu.
• Glaukoma Sudut Tertutup Akut
Glaukoma sudut akut, sudut tertutup akut, sudut sempit akut, atau sudut tertutup
merupakan suatu kedaruratan yang perlu di deteksi dan diterapi dengan segera
gunna mencegah perubahan penglihatan permanen dan kebutaan . Glaukoma
sudut akut yang tidak ditangani dapat menyebabkan kebutaan dalam 2 sampai
5 hari. Yaitu salah satu atau kedua mata mungkin terganggu. Dalam glaukoma
sudut aout, aqueous humor tersumbat oleh penggembungan iris di ruang anterior
sebelum cairan disaring melalui pembuluh darah kompleks trabekular. Hasilnya
adalah akumulasi aqueous humor, yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular
• Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder biasanya terjadi akibat pembengkakan, infeksi, perdarahan,
atau trauma mata. Glaukoma ini umumnya terjadi secara bertahap dan tidak
menimbulkan nyeri.
• Glaukoma Kongenital
Glaukoma ini terjadi akibat kegagapan jaringan mesodermal memfungsikan
trabekukar. Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom resesif dan biasanya
lateral.

2. Manifestasi klinis
1) Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2) Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3) Mual, muntah, berkeringat.
4) Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5) Visus menurun.
6) Edema kornea.
7) Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
8) Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9) TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)

Manifestasi klinis glaukoma berdasarkan klasifikasinya :


• Glaukoma primer
➢ Awitan gejala akut / mendadak
➢ Nyeri hebat di sekitar mata yang menjalar pada daerah yang dilewati saraf otak V
Nyeri kepala / dahi
➢ Mual, muntah dan ketidaknyamanan abdomen
➢ Melihat lingkaran berwarna disekitar sinar dan pandangan kabur mendadak dengan
penurunan persepsi cahaya.
• Glaukoma sudut terbuka kronik
➢ Rasa tidak nyaman pada mata
➢ Penglihatan kabur secara sementara
➢ Sakit kepala
➢ Tanda akhir yaitu tampak halo disekitar cahaya dan kebutaan sentral

• Glaukoma sudut tertutup akut


Akan menunjukan gejala yang dapat di identifikasi :
➢ Sakit kepala ipsilateral (sakit kepala yang hebat pada sisi yang sama dengan mata
yang cedera)
➢ Mual dan muntah
➢ Mata kemerahan yang terasa nyeri
➢ Pupil yang semidilatasi, menetap, atau tidak reaktif
➢ Melihat halo cahaya dan penglihatan kabur.
➢ Fotofobia (peningkatan sensitivitas terhadap cahaya)
• Glaukoma sekunder
➢ Peningkatan nyeri dan simpton spesifik tergantung pada penyebab penyakit okuler
• Glaukoma Komgenital
➢ Fotofobia, blefarospasme, epifora, nata besar, kornea keruh.

3. Etiologi
Penyebab glaukoma antara lain :
1. Primer terdiri dari :
a. Akut : Dapat disebabkan karena trauma.
b. Kronik : Dapat disebabkan oleh keturunan keluarga.
2. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain seperti : Katarak, perubahan lensa, kelainan uvea,
pembedahan, pemakai steroid secara rutin misalnya: pemakai obat tetes mata yang
mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita
asma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara
rutin lainnya.
3. Faktor Resiko
a. Umur
Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2%dari
populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan
bertambahnya usia.
b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaucoma
Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaucoma
mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar
adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.
c. Tekanan bola mata
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun
untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat
merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan
di rumah sakit mata dan / dokter spesialis mata.
d. Obat-obatan
Pemakai steroid secara rutin misalnya: Pemakai obat tetes mata yang
mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk
penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang
memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda
pemakai obat-obatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri
anda ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian glaucoma

4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan glaucoma
adalah:
1. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan
sentralpenglihatan) :
Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atauvitreus humor,
kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retinaatau jalan optik.
2. Lapang penglihatan :
Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis
atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3. Tes Provokatif :
digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya
meningkat ringan.
4. Oftalmoskopi :
Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discusoptikus macula
dan pembuluh darah retina.
5. Pemeriksaan lampu-slit. :
Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu memperbesar kornea,
sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik kedalam
tuberkulum dengan lensa khusus.
6. Pengukuran tekanan okuler dengan tonometer
Nilai mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmHg dan dianggap patologi
bila melebihi 25mmHg (normal 10-21 mmHg). Pada glaukoma sudut terbuka
kronis, TIO biasanya sebesar 22-40 mmHg. Pada glaukoma sudut tertutup TIO
meningkat hingga di atas 60 mmHg (Sidharta Ilyas, 2010).
7. Pemeriksaan sudut iridkornea dengan lensa gonioskopi untuk
mengkonfirmasi adanya sudut terbuka.
8. Pemeriksaan lempeng optik dan menentukan apakah mengalami cupping
patologis. Lempeng dinilai dengan memperkirakan cup to ratio. Pada mata normal.
rasio ini biasanya tidak lebih besar dari 0,4. pada glaucoma kronis, akson yang
memasuki papil saraf mati.
9. Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang
pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat
diperiksa dengan tes konfrontasi.
10. Darah lengkap, LED : Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
11. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosis,PAK
12. Tes Toleransi Glukosa : menentukan adanya DM.
13. Pemeriksaan Ultrasonografi : Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat
digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.

5. Penatalaksaan farmakologi dan non farmakologi


Farmakologi :
1. Terapi medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO terutama dengan menggunakan obat sistemik
(obat yang mempengaruhi seluruh tubuh)
2. Terapi obat-obatan
Terapi ini tidak diberikan pada kasus yang sudah lanjut. Terapi awal yang
diberikan adalah penyekat beta (timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan
metipranolol) atau simpatomimetik (adrenalin dan depriverin). Untuk mencegah
efek samping obat diberikan dengan dosis terendah dan frekuensi pemberiannya
tidak boleh terlalu sering. Miotikum (pilocarpine dan carbachol) meski merupakan
antiglaukoma yang baik tidak boleh digunakan karena efek sampingnya.
a. Obat sistemik
- Inhibitor karbonik anhidrase.
Pertama diberikan secara intravena (acetazolamide 500mg) kemudian
diberikan dalam bentuk obat minum lepas lambat 250mg 2x sehari.
- Agen hiperosmotik.
Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum adalah glycerol dan
isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah manitol. Obat ini diberikan
jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.
- Untuk gejala tambahan dapat diberikan anti nyeri dan anti muntah.
b. Obat tetes mata local
- Penyekat beta.
Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,levobunolol, carteolol,
dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna untuk menurunkan TIO.
- Steroid (prednison).
Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan mata. Diberikan sekitar
30-40 menit setelah terapi sistemik.
- Miotikum.
Pilokarpin 2% pertama digunakan sebanyak 2x denganjarak 15 menit kemudian
diberikan 4x sehari. Pilokarpin 1% bisa digunakan sebagai pencegahan pada
mata yang lainnya 4x sehari sampai sebelum iridektomi.

Non Farmakologi :
1. Terapi Bedah
a. Iridektomi perifer.
Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan depan
karena telah terdapat hambatan dalam pengaliranaqueus humor. Hal ini hanya
dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
b. Trabekulotomi (Bedah drainase).
Dilakukan jika sudut yang tertutuplebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.
c. Trabekulektomi (bedah filtrasi).
Merupakan prosedur pembedahan untuk mengobati glaukoma dengan
menurunkan tekanan mata (TIO). Dalam prosedur ini, sepotong kecil dari
dinding mata yang mungkin termasuk trabecular meshwork (drainase
alami) akan dihapus. pembedahan ini akan membuka saluran baru
menciptakan bypass ke trabecular meshwork untuk mengurangi TIO.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
- Riwayat pasien
Mengalami trauma atau pembedahan mata atau pernah mendapat
terapikortikosteroid jangka panjang. Apakah ada riwayat pengguanaan obat,
misalkanantidepresan trisiklik, antihistamin, (menyebabkan dilatasi pupil
yang akhirnyadapat mengakibatkan glaukoma sudut tertutup primer),
fenotiasin, inhibitormonoamine oksidase (MAO), antikolinergik,
antispasmotik dan antiparkinson.
- Riwayat penyakit lain yang sedang diderita (diabetes melitus, arteriosklerosis,
miopia tinggi).
- Riwayat keluarga
Apakah terdapat keluarga yang juga mengalami glaukoma atau diabetes
mellitus
- Riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya
dapat menyebabkan angle-closure glaucoma)
- Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai dengan bicara
cepat, mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan sensitif; dan berduka
karena kehilangan penglihatan.
b. Pemeriksaan fisik : data fokus
- Pemeriksaan dengan oftalmoskop : Mengkaji kerusakan sarafoptikus, untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. diskusoptikus menjadi
lebih luas dan dalam pada glaukoma akut primer, karena anterior dangkal,
aqueus humor keruh dan pembuluh darah dan menjalar keluardari iris.
- Pemeriksaan lapang pandang perifer
Pada kedaan akut, lapang pandang cepat menurun secara signifikan dan kedaan
kronik akan menurun secara bertahap.
- Pemeriksaan melalui inspeksi
Untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea
keruh,dilatasi pupil dan gagal bereaksi terhadap cahaya.
- Pengukuran tonografi
Mengkaji TIO, normal 10-21 mmHg
- Pengukuran genioskopi
Membantu membedakan glaukoma sudut tertutup atau terbuka.
- Tes provokatif
Digunakan alam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
- Tes toleransi glukosa
Menentukan adanya diabetes mellitus

2. Patofisiologi sampai dengan diagnose yang muncul sesuai teori


3. Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan sensori/persepsi (visual) berhubungan dengan kerusakan saraf akibat
peningkatan TIO (Tekanan Intra Okuler)
2) Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO.
3) Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berhubungan dengan mual,
muntah sekunder akibat peningkatan TIO.
4) Defisit pengetahuan (tentang proses penyakit, kondisi klinis, rencana terapi dan
penatalaksanaan di rumah) berhubungan dengan kurangnya informasi dan/atau
mispersepsi informasi yang didapat sebelumnya.

4. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
hasil
1. Perubahan Setelah diberikan Dorong Mempengaruhi
sensori/persepsi Tindakan mengekspresikan harapan masa depan
(visual) keperawatan perasaan tentang pasien dan pilihan
berhubungan diharapkan kehilangan/ intervensi
dengan gangguan kemungkinan
kerusakan saraf penglihatan dapat kehilangan
akibat berkurang dan penglihatan
peningkatan penggunaan
TIO (Tekanan penglihatan yang Tunjukkan pemberian Mengontrol TIO,
Intra Okuler) optimal. Dengan tetes mata, contoh mencegah
kriteria hasil : menghitung tetesan, kehilangan
a. Pasien akan mengikuti jadwal, penglihatan lanjut.
mempertaha tidak salah dosis
nkan lapang
ketajaman Lakukan Tindakan
penglihatan untuk membantu
tanpa pasien yang Menurunkan bahaya
kehilangan mengalami keamanan
lebih lanjut sehubungan dengan
keterbatasan perubahan lapang
penglihatan pandang atau
kehilangan
penglihatan dan
akomodasi pupil
terhadap sinar
lingkungan.
2. Nyeri Setelah diberikan Pertahankan tirah Tekanan pada mata
berhubungan Tindakan baring ketat pada meningkat jika
dengan keperawatan posisi semi fowler dan tubuh datar dan
peningkatan diharapkan nyeri cegah tindakan yang manuver Valsalva
TIO dapat berkurang / dapat meningkatkan diaktifkan seperti
terkontrol. Dengan TIO (batuk, bersin, pada aktivitas
kriteria hasil : mengejan) tersebut
a. Klien dapat Beri lingkungan gelap
mengidentif dan tenang
ikasi Stress dan sinar akan
penyebab meningkatkan TIO
nyeri yang dapat
b. Klien dapat mencetuskan nyeri
melakukan
Tindakan Observasi derajat Mengidentifikasi
untuk nyeri mata tiap 20 kemajuan atau
mengurangi menit selama fase akut penyimpanan dari
nyeri hasil yang
c. Ekspresi Kolaborasi pemberian diharapkan
wajah rileks obat sesuai indikasi
Membantu
mengurangi rasa
nyeri
3. Risiko Setelah diberikan Kaji pemenuhan Mengetahui
gangguan Tindakan kebutuhan nutrisi kekurangan nutrisi
pemenuhan keperawatan klien.
kebutuhan diharapkan nutrisi
nutrisi yang dapat terpenuhi. Kaji penurunan nafsu Agar dapat
berhubungan Dengan kriteria makan klien dilakukan intervensi
dengan mual, hasil dalam pemberian
muntah a. Mual makanan pada klien
sekunder akibat muntah
peningkatan berkurang Membantu dalam
TIO. b. Mengalami Ukur berat badan klien identifikasi
peningkatan malnutrisi protein-
nafsu kalori
makan
c. Mampu Untuk memudahkan
menghabisk Berikan makanan proses makan
an ½ porsi selagi hangat
makan
4. Defisit Setelah diberikan Intruksikan klien Upaya tindakan
pengetahuan Tindakan untuk mencari perlu dilakukan
(tentang proses keperawatan pertolongan medis jika untuk mencegah
penyakit, diharapkan Klien ketidaknyamanan kehilangan
kondisi klinis, mengetahui tentang mata dan gejala penglihatan lebih
rencana terapi kondisi,prognosis peningkatan TIO lanjut/komplikasi
dan dan pengobatannya. terulang saat lain.
penatalaksanaa Dengan kriteria menggunakaan obat-
n di rumah) hasil : obatan. Ajari klien
berhubungan a. pasien tanda dan gejala yang
dengan menyatakan memerlukan perhatian
kurangnya pemahaman medis dengan segera.
informasi kondisi,
dan/atau prognosis, Ajarkan klien dan
mispersepsi dan keluarga serta izinkan
informasi yang pengobatan klien mempraktikkan
didapat sendiri cara pemberian Meningkatkan
sebelumnya b. Mengidentif obat tetes mata. keefektifan
ikasi Gunakan teknik aseptk pengobatan,
hubungan yang baik saat memberikan
antar meneteskan obat mata. kesempatan unuk
gejala/tanda klien menunjukkan
dengan Ingatkan klien agar kompetensi dan
proses menggunakan obat- mengajukan
penyakit obat resep dan jangan pertanyaan.
c. Melakukan membeli obat-obat
prosedur bebas atau yang lain
dengan tanpa sepengetahuan Penyakit ini dapat
benar dan dokter dikontrol, bukan
menjelaska diobati dan
n alasan mempertahankan
tindakan konsistensi program
pengobatan dalam
hal vital. Beberapa
obat menyebabkan
dilatasi pupil,
peningkatan TIO
dan potensial
kehilangan
pengelihatan
tambahan.

DAFTAR PUSTAKA
Lemone, Priscillia. Karen M.Burke. GerenceBaulaof. 2016. Buku Ajar Medikal Bedah :
James, bruce. Chris chew. Anthony bron. Oftalmologi Edisi Kesembilan. Jakarta : Erlangga
Gangguqn Visual dan Auditori. Jakarta : EGC
Anas Tamsuri. 2010. Klien gangguan mata dan pengelihatan: keperawatan medical-bedah

Anda mungkin juga menyukai