Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN TINGKAT SPRITUALITAS DENGAN SELF MANAGEMENT PADA

PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS KALIDERES JAKARTA


BARAT
2021

Karina Lestari1, Misparsih2


Karina Lestari : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta,
FIK UMJ, Jl. Cempaka Putih Jakarta Pusat 10510
E-mail : Lestarikarina2@gmail.com

ABSTRAK

Spritualitas seringkali didefinisikan sebagai sebuah kesadaran tentang aspek dalam diri dan
perasaan memiliki keterkaitan dengan sesuatu yang lebih tinggi (Tuhan), alam, ataupun tujuan
yang lebih bermakna daripada diri sendiri. Beberapa asumsi menyebutkan bahwa orang akan
menjadi lebih tertarik dan kembali pada agama disaat mengalami masa sulit. Self management
diduga telah menyebabkan peningkatan besar kasus-kasus penyakit tidak menular di Indonesia,
termasuk didalamnya adalah hipertensi. Kejadian kesakitan dan kematian akibat hipertensi
dapat dikendalikan dengan melakukan self management untuk mengontrol faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap tekanan darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan
tingkat spritualitas dengan self management pada pasien hipertensi di wilayah Puskesmas
Kalideres Jakarta Barat. Desain penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan
pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang dilibatkan sebanyak 71 responden dengan
menggunakan rumus slovin. Pengumpulan data menggunakan Daily Spritual Experience Scale
(DSES) dan Hypertension Self Management Behavior Quetionnaire (HSMBQ). Hasil penelitian
menggunakan analisis uji Chi Square. Hasil dari Penelitian ini diperoleh p value = 0.004 terlihat
ada hubungan antara Tingkat spritualitas dengan Self management pada pasien hipertensi di
wilayah Puskesmas Kalideres Jakarta Barat. Saran bagi petugas kesehatan dapat memberikan
motivasi kepada pasien agar menerima penyakitnya serta meningkatkan edukasi terkait self
management pada pasien hipertensi.

Kata Kunci : Spritualitas dan Self Management


ABSTRACT

Spirituality is often defined as an awareness of inner aspects and feelings of having a connection
with something higher (God), nature, or a purpose that is more meaningful than oneself. Some
of the assumptions mentioned that people will become more interested and returns to the faith
while experiencing hard times. Self management is thought to have caused a large increase in
cases of non-communicable diseases in Indonesia, including hypertension. The incidence of
morbidity and mortality due to hypertension can be controlled by performing self-management
to control the factors that affect blood pressure. The purpose of this study was to determine the
correlation between the level of sprituality and self management of patient with hypertension
on the area Puskesmas Kalideres in West Jakarta. The research design used was descriptive
analysis with a cross sectional approach. The number of samples involved were 71 respondents
using the Slovin formula. Data collection uses the Daily Spiritual Experience Scale (DSES) and
Hypertension Self Management Behavior Questionnaire (HSMBQ). The results using Chi
Square test analysis. Results of this study was obtained p value = 0.004 to have a correlation
between the level of sprituality and self management of patient with hypertension on the area
Puskesmas Kalideres in West Jakarta. Suggestions for health workers can motivate patients to
accept their disease and improve education related to self-management in hypertension patients.

Keywords : Sprituality and Self Management

PENDAHULUAN berdasarkan dari data menurut karakteristik,


Saat ini hipertensi menjadi permasalahan prevalensi kasus hipertensi bedasarkan jenis
utama dibidang Kesehatan serta merupakan kelamin sebesar 68,4% diantaranya 31,3%
penyebab kematian nomer satu di Indonesia pada laki-laki dan 36,9% pada perempuan
maupun seluruh dunia (Riskesda, 2018). (Riskesdas, 2018).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi disebut Hipertensi akan mengalami perubahan
sebagai the silent killer (pembunuh diam- aktivitas harian, baik fisik, psikologis dan
diam) karena penderita tidak tahu bahwa spritualitas yang terjadi dalam jangka waktu
dirinya menderita hipertensi. Penyakit ini yang lama. Salah satu pendekatan dalam
termasuk dalam kategori penyakit dengan pemenuhan kebutuhan adalah aspek
Case Fatality Rate tertinggi setelah spiritual, yang memiliki tujuan memberikan
pneumonia yaitu 4,81% (Riskesdas, 2018). ketenangan (Nugroho, 2009 dalam Islamy
Berdasarkan prevalensi di Indonesia yang di dan Khairani, 2018). Beberapa asumsi
dapat melalui lebih dari 18 tahun sebesar menyebutkan bahwa orang akan menjadi
34,1% atau di perkirakan sekitar 74.048.100 lebih tertarik dan kembali pada agama
Orang mengalami hipertensi. diperkirakan disaat mengalami masa sulit. Spritualitas
pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang melibatkan arti makna hidup dan tidak
menderita penyakit hipertensi, dan hanya sebatas pada kepercayaan.
diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta Spritualitas seringkali didefinisikan sebagai
orang akan meninggal akibat hipertensi dan sebuah kesadaran tentang aspek dalam diri
komplikasinya (WHO,2019). Hipertensi dan perasaan memiliki keterkaitan dengan
sesuatu yang lebih tinggi (Tuhan), alam, management hipertensi pada lansia. Ketika
ataupun tujuan yang lebih bermakna lansia mengidap penyakit kronis maka
daripada diri sendiri (McSherry dan lansia juga akan membentuk prilaku self
Jamieson, 2013; Prentis et al 2014). management yang bertujuan untuk
Florence Nightingale meyakini bahwa membantu prilaku hidup sehat. Pemahaman
spritualitas merupakan sebuah kekuatan akan penyakit hipertensi dan keyakinan
yang memberikan energi yang diperlukan agama yang kuat memberikan motivasi
untuk meningkatkan lingkungan rumah pada lansia untuk melakukan prilaku hidup
sakit yang sehat dan bahwa memberikan sehat demi kesehatannya.
asuhan untuk memenuhi kebutuhan spritual Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
pasien sama pentingnya dengan peneliti melalui wawancara di Puskesmas
memberikan asuhan untuk memenuhi Kalideres dengan 7 orang pasien hipertensi.
kebutuhan fisik pasien (Rein dan Koenig, Dari 7 pasien dengan hipertensi 3 orang
2013). dengan riwayat hipertensi mengatakan
Kejadian kesakitan dan kematian akibat terkait spritualitas dengan manajemen diri
hipertensi dapat dikendalikan dengan penyakit pasien takut akan penyakitnya
melakukan self management untuk dengan menganggap itu cobaan yang bisa
mengontrol faktor-faktor yang berpengaruh menghapus dosanya, meyakini penyakit
terhadap tekanan darah. Self management yang diderita dapat disembuhkan oleh
diduga telah menyebabkan peningkatan pengobatan apabila dikendalikan dan
besar kasus-kasus penyakit tidak menular di dikontrol tekanan darahnya dengan baik,
Indonesia, termasuk didalamnya adalah sedangkan 2 pasien dengan hipertensi
hipertensi. Self management kemampuan meyakini penyakit yang diderita dianggap
individu mempertahankan prilaku yang karna salah dirinya sendiri yang jarang
efektif dan manajemen penyakit yang dapat mengontrol tekanan darahnya serta
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melupakan kewajibannya dan menganggap
untuk membantu klien dalam menurunkan hal biasa dan dapat disembuhkan, dan 2
dan menjaga kestabilan tekanan darah pasien mengatakan selalu mengontrol
(Wahyu, 2015). Self management hipertensi tekanan darahnya dengan rutin setiap bulan,
dapat dilakukan dengan menerapkan 5 melakukan pembatasan garam, melakukan
komponen yaitu intergrasi diri, regulasi diri, aktifitas jalan pagi, dan minum obat anti
interaksi dengan tenaga kesehatan dan hipertensi.
lainnya, pemantauan tekanan darah, dan Berdasarkan data dan hasil studi
kepatuhan terhadap 5 prilaku pengelolaan pendahuluan yang didapatkan peneliti,
hipertensi yaitu kepatuhan terhadap diet, maka dari itu penulis akan melakukan
aktivitas fisik, kontrol stress dan berhenti penelitian tentan hubungan spritualitas
merokok. dengan self management hipertensi di
Menurut penelitian Dewi (2016), terdapat Wilayah Puskesmas Kalideres Jakarta Barat
hubungan antara spritualitas dengan self Tahun 2021.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan cross-
sectional. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah dengan cara teknik
purposive sampling. Adapun jumlah sampel dalam penelitian yaitu sebanyak 71 responden.
Tehnik pengambilan sample dengan menentukan batasan dan kriteria sebagai berikut : Kriteria
inklusi dalam penelitian ini adalah Pasien yang mengalami hipertensi dan bersedia menjadi
responden, dengan kriteria responden: bisa bicara dan tidak buta huruf, dan tanpa ada
komplikasi yang lain. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Pasien sedang
mengalami hipertensi berat atau krisis hipertensi, dan Pasien hipertensi yang memiliki
keterbatasan fisik seperti bisu, tuli dan dengan cara berpikir.

HASIL PENELITIAN
A. Analisa Univariat
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karekteristik Demografi Pada Pasien Hipertensi
di Wilayah Puskesmas Kalideres Jakarta Barat

No Karekteristik Frekuensi Persentase


Responden N = 71 (%)
1. Usia
- (35 - 45 tahun) 21 29,6
- (45 – 65 tahun) 44 62,0
- ( > 65 tahun ) 6 8,5

2. Jenis Kelamin
- Laki-Laki 25 35,2
- Perempuan 46 64,8

3. Pendidikan
- PT 13 18,3
- SMA 27 38,6
- SMP 12 16,9
- SD 11 15,5
- Tidak Sekolah 8 11,3

4. Pekerjaan
- PNS 2 2,8
- Pegawai Swasta 13 18,3
- Wiraswasta 38 53,5
- IRT 12 16,9
- Tidak Bekerja 3 4,2
- DLL 3 4,2
Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan pada kelompok perempuan sebesar
bahwa gambaran karakteristik demografi (64,8), berdasarkan pendidikan terakhir
responden berdasarkan usia terbanyak terbanyak pada kelompok SMA sebesar
pada kelompok usia dewasa menengah (38,6%), dan berdasarkan pekerjaan
(45 – 65 tahun) sebesar (62,0%), terbanyak pada wiraswasta sebesar
berdasarkan jenis kelamin terbanyak (53,5%).
TABEL 5.2
Distribusi Frekuensi Variabel Independen (Tingkat Spritualitas) dan Variable Dependen
(Self Management Hipertensi) (n=71)

No Variabel f %
1. Tingkat Spritualitas
- Rendah 39 59,2
- Tinggi 32 40,8
2. Self Management Hipertensi
- Kurang 45 62,5
- Baik 26 36,1

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukan bahwa mayoritas Tingkat Spritualitas rendah (59,2%), dan
memiliki Self Management kurang baik sebesar (62,5%).

B. ANALISA BIVARIAT

Tabel 5.2
Distribusi Berdasarkan Tingkat Spritualitas Dengan Self Management Hipertensi
di Wilayah Puskesmas Kalideres Jakarta Barat (n=71)

Self Management
Hipertensi OR
Tingkat Total P
Spritualitas Kurang Baik (95% Value
CI)
n % N % n %
Rendah 31 79,5 8 20,5 39 100
Tinggi 14 43,8 18 56,3 32 100 4,982
(1,752 0,004
Jumlah 45 63,4 26 36,6 71 100 –
14,165)

Berdasarkan Tabel 5.2 hasil analisis management pada pasien hipertensi di


hubungan tingkat spritualitas dengan self Wilayah Puskesmas Kalideres Jakarta Barat
menunjukkan bahwa tingkat spritualitas fungsi organ tubuh akan menurun
responden rendah dengan self management dengan bertambahnya usia.
hipertensi kurang sebesar (79,5%) dan b. Jenis Kelamin
tingkat spritualitas responden rendah Berdasarkan hasil penelitian yang
dengan self management hipertensi baik dilakukan peneliti, diperoleh hasil
sebesar (20,5%). bahwa sebagian besar jenis kelamin
Berdasarkan hasil uji statistik dengan pada responden yang mengalami
menggunakan uji Chi-Square didapatkan tingkat spritualitas dengan self
nilai p value = 0.004. Artinya pada α 5% management pada pasien hipertensi di
terlihat ada hubungan antara tingkat Wilayah Puskesmas Kalideres Jakarta
spritualitas dengan self management Barat menunjukan bahwa jenis kelamin
hipertensi. rata-rata responden adalah perempuan
yaitu 46 responden dengan persentase
(64,8%). jenis kelamin laki-laki
PEMBAHASAN maupun perempuan berpengaruh
Hasil Analisa Univariat terhadap penyakit yang diderita dan
a. Usia pola hidup yang mereka jalani. Hal
Berdasarkan hasil penelitian yang tersebut dimungkinkan karena pada
dilakukan peneliti, diperoleh hasil saat penelitian, responden perempuan
bahwa sebagian besar usia pada lebih banyak dibandingkan responden
responden yang mengalami tingkat laki-laki. Menurut penelitian yang
spritualitas dengan self management dilakukan oleh Falah, (2019)
pada pasien hipertensi di Wilayah menjelaskan jenis kelamin merupakan
Puskesmas Kalideres Jakarta Barat faktor resiko yang tidak dapat
menunjukan bahwa usia rata-rata dimodifikasi, laki-laki lebih berisiko
responden dengan usia 45-65 tahun mengalami hipertensi dibandingkan
dengan persentase (62,0%). Seiring perempuan saat usia < 45 tahun. Tetapi
bertambahnya usia juga akan diikuti saat usia >65 tahun, perempuan lebih
oleh penurunan fungsi organ tubuh. Hal berisiko mengalami hipertensi, tetapi
tersebut terjadi terutama karena pada pada beberapa penyakit terdapat
usia lebih dari 40 tahun akan terjadi perbedaan frekuensi antara laki-laki
proses penurunan fungsi nefron. dan perempuan. Hal ini disebabkan
Semakin meningkatnya usia dan perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup,
ditambah dengan penyakit kronis genetic atau kondisi fisiologis.
seperti hipertensi cenderung fungsi c. Pendidikan
organ akan menurun. Menurut Berdasarkan hasil penelitian yang
penelitian yang dilakukan oleh dilakukan peneliti, diperoleh hasil
Setioputro, dkk (2019) usia merupakan bahwa sebagian besar pendidikan pada
faktor resiko penyakit degeneratif yang responden yang mengalami tingkat
tidak dihindari. Secara alamiah, semua spritualitas dengan self management
pada pasien hipertensi di Wilayah lansia dengan hipertensi, didapatkan
Puskesmas Kalideres Jakarta Barat bahwa responden bekerja sebesar 18
menunjukan bahwa rata-rata orang (60%). Pasien yang sedang
pendidikan responden adalah menjalani pengobatan hipertensi rata-
kelompok SMA yaitu 27 responden rata bekerja dikarenakan kondisi
dengan persentase (38%). semakin ekonomi dan kebutuhan hidup.
tinggi pendidikan, semakin tinggi
kesadaran terhadap kesehatan diri dan Hasil Analisa Bivariat
keluarga sehingga kemungkinan untuk Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
sakit akan lebih jarang terjadi terdapat hubungan yang signifikan antara
Notoatmodjo, (2012). Menurut hubungan tingkat spritualitas dengan self
penelitian yang dilakukan oleh management pada pasien hipertensi di
Simanullang, (2019) dengan judul self Wilayah Puskesmas Kalideres Jakarta Barat
management pasien hipertensi, dengan P Value 0,004. Hasil odd ratio yang
didapatkan bahwa pendidikan tinggi didapat dari penelitian ini yaitu 4,982. Hal
sebesar 22 orang (37,9%) yang ini sependapat dengan Rein dan Koenig,
memiliki pendidikan tinggi, didapatkan (2013) bahwa spritualitas merupakan
bahwa pada responden tidak mampu sebuah kekuatan yang memberikan energi
mengontrol gaya hidupnya walaupun yang diperlukan untuk meningkatkan
mengetahui tentang pencegahan lingkungan yang sehat dan memberikan
hipertensi. Selain itu responden juga asuhan untuk memenuhi kebutuhan spritual
mengatakan dengan pendidikan mereka pasien sama pentingnya dengan
yang tinggi maka akan semakin besar memberikan asuhan untuk memenuhi
kesadaran diri terhadap kesehatan diri kebutuhan fisik pasien seperti mengontrol
dengan melakukan aktivitas fisik prilaku, pikiran, perasaan seseorang, dan
seperti olahraga. membantu pasien agar dapat mengubah
d. Pekerjaan prilaku negatif dan mengembangkan
Berdasarkan hasil penelitian yang prilaku positifnya. Faktor yang dapat
dilakukan peneliti, diperoleh hasil mempengaruhi spritualitas yaitu usia, jenis
bahwa sebagian besar pekerjaan pada kelamin, status menikah, latar belakang
responden yang mengalami tingkat budaya serta kondisi krisis dan perubahan.
spritualitas dengan self management Menurut penelitian yang dilakukan oleh
pada pasien hipertensi di Wilayah Segala, (2019) yang menyatakan ada efek
Puskesmas Kalideres Jakarta Barat dari edukasi manajemen diri hipertensi
menunjukan bahwa rata-rata pekerjaan (HSME) pada kontrol tekanan darah dari
responden adalah wiraswasta yaitu 38 pasien hipertensi dengan hasil nilai-p dari
responden dengan persentase (53,5%). uji-T berpasangan dari eksperimen dan
Menurut penelitian yang dilakukan kelompok kontrol masing-masing adalah
oleh Dewi, (2016) dangan judul 0,782 dan 0,577 sedangkan p-nilai dari
spritualitas dan presepsi kesehatan Independent T-test adalah 0,001 (p <α; α =
0,05). Perawat disarankan untuk Tenaga kesehatan dapat
memberikan penkes HSME untuk memberikan motivasi kepada pasien
mengendalikan tekanan darah pasien yang telah terdiagnosa hipertensi,
hipertensi dan memanfaatkan HSME agar dapat menerima penyakitnya
sebagai program promosi kesehatan. serta meningkatkan kepatuhan
spritualitas menjadi pusat dari kekuatan, dalam berobat dan salah satu cara
harapan, keyakinan individu dalam supaya petugas kesehatan
menghadapi penyakitnya, dan dibarengi meningkatkan edukasi terkait self
dengan self management yaitu management pada pasien hipertensi.
mempertahankan prilaku yang efektif dapat b. Bagi Penelitia Selanjutnya
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari Hasil yang didapat dari penelitian
untuk membantu klien dalam menurunkan ini diharapkan untuk penelitian
dan menjaga kestabilan tekanan darah. selanjutnya dapat mengembangkan
Pemahaman akan penyakit hipertensi dan penelitian ini dengan cara
keyakinan agama yang kuat memberikan mengambil lahan penelitian
motivasi pasien untuk melakukan prilaku ditempat yang lebih luas dan lebih
hidup sehat demi kesehatannya. banyak respondennya.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dapat dibuat DAFTAR PUSTAKA
kesimpulan secara umum sebagai berikut Akhter, N. (2010). Self Management Among
a. Rata rata usia responden sebagian Patients With Hypertension in
besar adalah 45-65 tahun mayoritas Bangladesh.Dissertation. Prince of
berjenis kelamin perempuan dengan Songkla University.
pendidikan terbanyak yaitu SMA
Adyatma, Muhamad Alfian, Murtaqib
dan pekerjaan terbanyak yaitu
Murtaqib, and Baskoro Setioputro.
wiraswata
"Hubungan Spiritualitas dengan
b. mayoritas responden memiliki
Stres pada Penderita Hipertensi di
tingkat spritualitas rendah dengan
Poli Jantung RSU dr. H. Koesnadi-
self management hipertensi kurang
Bondowoso." Pustaka
baik.
Kesehatan 7.2 (2019): 88-96.
c. Terdapat hubungan antara tingkat
spritualitas dengan self management Aspiani Yuli Reny (2014). Buku Ajar
pada pasien hipertensi di Wilayah asuhan keperawatan klien
Puskesmas Kalideres Jakarta Barat gangguan kardiovaskuler. Aplikasi
NIC & NOC. Jakarta: EGC.
SARAN
Aziz Alimul Hidayat. (2017). Metologi
Pada kesimpulan diatas maka saran-saran
Penelitian Keperawatan dan
yang peneliti sampaikan sebagai berikut :
Kesehatan.Jakarta: Salemba
a. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Medika
Brunner & Suddarth (2018). Keperawatan dissertation, STIKes Insan
Medikal-Bedah Brunner & Cendekia Medika Jombang).
Suddarth, Ed.12. Jakarta: EGC
Kozier & Erb's. (2010). Fundamentals of
Dewi, S. R. (2016). Spiritualitas dan Nursing; Concepts, Process, and
persepsi kesehatan lansia dengan Practice.8™ EDITION. New
hipertensi di wilayah kerja Jersey: Person Prentice Hall.
puskesmas mayang jember. The
Lemone, Priscilla & M. Karen (2016).
Indonesian Journal of Health
Buku Ajar Keperawatan Medical
Science, 6(2).
Bedah. Jakarta: EGC
Fernalia, F., Busjra, B., & Jumaiyah, W.
Nursalam. (2017). Metodelogi Penelitian
(2019). Efektivitas Metode
Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Edukasi Audiovisual terhadap Self
Praktis Edisi 4. Jakarta: Salemba
Management pada Pasien
Medika
Hipertensi. Jurnal Keperawatan
Silampari, 3(1),221-233.\ Perry, A.G., Potter, P.A., Stockert, P.A., &
Hall, A.m., (2020). Dasar-Dasar
Isnaini, N., & Lestari, I. G. (2018). Keperawatan, (9th ed). St Louis;
Pengaruh self management Elsevier Mosby
terhadap tekanan darah lansia
yang mengalami hipertensi. Priscilla (2017). Buku Ajar Keperawatan
Indonesian Journal for Health Medical Bedah. Jakarta: EGC
Sciences, 2(1), 7-18. Reinert, K. G. & Koenig, H. G. (2013). Re-
Karomah, N. N., Muin, N., & Muhammad, examining definitions of
S. K. (2015). Hubungan Tingkat spirituality in nursing research,
Spiritual Dengan Kecemasan Journal of Advanced Nursing,
Terhadap Kematian Pada Lansia 69(12): 2622–2634
Yang Memiliki Penyakit Kronis Sagala, L. M. (2019). Pengaruh
(Doctoral dissertation, Faculty of Hypertention Self Management
Medicine). Education (HSME) Terhadap
Kementrian Kesehatan RI (2019). Riset Tekanan Darah Di Puskesmas
Kesehatan Dasar. Kebunjahe. Indonesian Trust
https://kesmas.kemkes.go.id/asset HealthJournal, 2(1), 121-127.
s/upload/dir_519d41d8cd98f00/fil Simanullang, S.M.P. (2019). Self
es/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf Management Pasien Hipertensi DI
Kurniawan, A. W. (2020). Pengaruh RSUP H. AdamMalik Medan
Management Dagusibu Terhadap Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
mSelf Management Pada Kuantitatif Kualitataif dan
Penderita Hipertensi (Doctoral
Kombinasi (Mixed Methods). & Fleck,M. P. (2017). Quality-of-
Bandung: Alfabeta life and spirituality. International
Review of Psychiatry, 29(3), 263-
Underwood, L. G. 2006. Ordinary Spiritual
282.
Experience: Qualitative Research,
Interpretive Guidelines, and Word Health Organization. (2019). Global
Population Distribution for the Health Observatory (GHO) data :
Daily Spiritual Experience Scale. blood
Archive for the Psychology of preassurehttp://www.who.int/gho/
Religion/ Archivfür ncd/riskfactors/bloodpressureprev
Religionspsychologie.28(1):181- alence/en/.
218 Yusuf, Nihayati, H. E., Iswari, M. F.,
http://www.dsescale.org/OrdSpirE Okviansanti, F. 2017. Kebutuhan
xp.pdf Spiritual: Konsep dan Aplikasi
Panzini, R. G., Mosqueiro, B. P., Zimpel, R. Asuhan Keperawatan. Jakarta:
R., Bandeira, D. R., Rocha, N. S., Mitra Wacana Media.

Anda mungkin juga menyukai