Anda di halaman 1dari 4

PENYAKIT GLAUKOMA

Mata adalah bagian terpenting dari tubuh kita, merupakan cerminan hati yang
memperlihatkan kesusahan dan kegembiraan, mata membuat hidup kita lebih terang
bahkan lebih indah, dengan penglihatan yang baik maka segala hal yang kita sukai
pasti akan di lakukan dengan benar, dan sesuai dengan hati nurani, namun bila mata
sedikit terganggu bahkan mengalami masalah penyakit glaukoma atau katarak, maka
segala hal aktivitas yang sudah di rencanakan sebelumnya menjadi terhambat,
glaukoma adalah sebuah nama penyakit untuk menunjukkan sekumpulan penyakit
mana dengan cirri klinis kerusakan syaraf mata (nervus opticus) yang letaknya berada
di belakang mata sehingga berakibat pada menurunya penglihatan tepi (perifer) yang
mengakibatkan terjadinya kebutaan.
Glaukoma adalah faktor yang paling banyak menyebabkan kebutaan pada hampir
seluruh manusia di bumi ini. Dengan kata lain, glaukoma adalah jenis penyakit mata
yang menyebabkan kebutaan kedua setelah penyakit katarak. Dari sekitar 1,2 juta
penderita penyakit kebutaan mata, sekitar 0,2 persen di antaranya mengalami buta
karena glaukoma.
Ada banyak faktor penyebab terjadinya kerusakan pada syaraf mata, seperti
berkurangnya suplai darah ke daerah jaringan syaraf mata, adanya masalah kesehatan
pada jaringan syaraf mata, adanya kelemahan struktur pada syaraf mata, terjadinya
peningkatan tekanan didalam bola mata. Nah, terkait dengan peningkatan tekanan
cairan didalam bola mata sebagai akibat adanya hambatan pengaliran cairan bola
mata. Didalam cairan bola mata terdapat cairan jernih yang membawa oksigen dan zat
gizi/nutrien penting ke bagian-bagian mata.
Faktor risiko bagi terjangkitnya penyakit glaukoma, diantaranya faktor keturunan yakni
adanya riwayat penyakit glaukoma di dalam keluarga, penderita myopia (tidak bisa
melihat jauh), luka mata, dan suku bangsa. Riwayat penyakit diabetes, hipertensi, dan
migrain juga menjadi faktor risiko dari timbulnya penyakit glaukoma. Penggunaan
golongan cortisone (steroids) dalam jangka waktu lama dan terus-menerus, seperti obat
tetes mata obat inhaler untuk penderita asma, obat steroid untuk radang sendi, dan
pengasup obat yang memakai steroid secara rutin lainnya bisa menjadi pemicu faktor
risiko timbulnya glaukoma. Penggunaan kacamata minus tinggi juga dapat menjadi
faktor risiko timbulnya glaukoma. Pada tekanan bola mata di atas 21 mmHg sangat
berisiko tinggi terkena glaukoma. Bagi sebagian orang/pasien, tekanan bola mata yang
lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik.
Menurut Dr. Dedy Kartawidjaja dari Pfizer, peningkatan tekanan di dalam mata
(intraocular pressure) adalah salah satu penyebab terjadinya kerusakan syaraf mata
(nervus opticus) dan menunjukkan adanya gangguan dengan cairan di dalam mata
yang terlalu berlebih. Ini bisa disebabkan oleh mata yang memproduksi cairan terlalu
berlebih, cairan tidak mengalir sebagaimana mestinya melalui fasilitas yang ada untuk

keluar dari mata (jaringan trabecular meshwork) atau sudut yang terbentuk antara
kornea dan iris dangkal atau tertutup sehingga menyumbat/ memblok pengaliran
daripada cairan mata (www.pfizerpeduli.com).
Cara mendeteksi penyakit glaukoma tak lain adalah pemeriksaan secara rutin kepada
dokter spesialis mata agar sejak awal bisa mengantisipasi perkembangan yang lebih
serius. Dokter spesialis mata biasanya melakukan pemeriksaan syaraf optik dengan
menggunakan alat optalmoskop. Sedang bila memeriksa tekanan pada mata, biasanya
dokter mata menggunakan tonometer. Dokter mata pun biasanya memeriksa lapang
pandangan para pasien yang ingin mendeteksi penyakit glaukoma.
Jenis dan Tipe Glaukoma
Bila merujuk South East Asia Glaucoma Interest Group (http://www.seagig.org), ada
berbagai jenis glaukoma yang paling sering menyerang manusia seperti Primary Open
Angle Glaucoma (glaukoma sudut terbuka), Acute/chronic closed angle glaucoma
(glaukoma sudut tertutup), Normal Tension Glaucoma, congenital glaucoma,
pigmentary glaucoma dan secondary glaucoma. Antara orang Asia-Afrika dengan orang
Eropa berbeda jenis penyakit galukoma yang sering menyerangnya.
Tipe pertama, Primary open angle glaucoma (Glaukoma sudut terbuka). Tipe ini
merupakan yang paling umum/sering pada glaukoma dan terutama terjadi pada orang
lanjut usia (di atas 50 tahun). Penyebabnya adalah peningkatan tekanan di dalam bola
mata yang terjadi secara perlahan-lahan. Rata-rata tekanan normal bola mata adalah
14 sampai 16 milimeter air raksa (mmHg). Tekanan sampai 20 mmHg masih dalam
batas normal. Tekanan di atas atau sama dengan 22 mmHg diperkirakan patut dicurigai
menderita glaukoma dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Tekanan bola mata yang meningkat dapat membahayakan dan menghancurkan sel-sel
daripada syaraf/nervus opticus di mata. Begitu terjadinya kehancuran sejumlah sel-sel
tersebut, suatu keadaan bintik buta (blind spot) mulai terbentuk dalam suatu lapang
pandangan. Bintik buta ini biasanya dimulai dari daerah samping/tepi (perifer) atau
daerah yang lebih luar dari satu lapang pandangan. Pada tahap lebih lanjut, daerah
yang lebih tengah/pusat akan juga terpengaruh. Sekali kehilangan penglihatan terjadi,
keadaan ini tidak dapat kembali normal lagi (ireversibel).
Tidak ada gejala-gejala yang nyata/berhubungan dengan glaukoma sudut terbuka,
karenanya sering tidak terdiagnosis. Para penderita tidak merasakan adanya nyeri dan
sering tidak menyadari bahwa penglihatannya berangsur-angsur makin memburuk
sampai tahap/stadium lanjut dari penyakitnya. Terapi sangat dibutuhkan untuk
mencegah berkembangnya penyakit glaukoma ini dan untuk mencegah pengrusakan
lebih lanjut dari penglihatan.
Tipe kedua, Normal tension glaucoma (Glaukoma bertekanan normal). Glaukoma
bertekanan normal adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan yang progresif
terhadap syaraf/nervus opticus dan terjadi kehilangan lapang pandangan meski

tekanan di dalam bola matanya tetap normal. Tipe glaukoma ini diperkirakan ada
hubungannya, meski kecil, dengan kurangnya sirkulasi darah di syaraf/nervus opticus,
yang mana mengakibatkan kematian dari sel-sel yang bertugas membawa
impuls/rangsang tersebut dari retina menuju ke otak. Sebagai tambahan, kerusakan
yang terjadi karena hubungannya dengan tekanan dalam bola mata juga bisa terjadi
pada yang masih dalam batas normal tinggi (high normal), jadi tekanan yang lebih
rendah dari normal juga seringkali dibutuhkan untuk mencegah hilangnya penglihatan
yang lebih lanjut. Glaukoma bertekanan normal ini paling sering terjadi pada orangorang yang memiliki riwayat penyakit pembuluh darah, orang Jepang atau pada wanita.
Tipe ketiga, Angle closure glaucoma (Glaukoma sudut tertutup). Glaukoma sudut
tertutup paling sering terjadi pada orang keturunan Asia dan orang-orang yang
penglihatan jauhnya buruk, juga ada kecenderungan untuk penyakit ini diturunkan di
dalam keluarga, jadi bisa saja di dalam satu keluarga anggotanya menderita penyakit
ini. Pada orang dengan kecenderungan untuk menderita glaukoma sudut tertutup ini,
sudutnya lebih dangkal dari rata-rata biasanya. Karena letak dari jaringan trabekular
meshwork itu terletak di sudut yang terbentuk dimana kornea dan iris bertemu, makin
dangkal sudut maka makin dekat pula iris terhadap jaringan trabecular meshwork.
Kemampuan dari cairan mata untuk mengalir/melewati ruang antara iris dan lensa
menjadi berkurang, menyebabkan tekanan karena cairan ini terbentuk di belakang iris,
selanjutnya menjadikan sudut semakin dangkal. Jika tekanan menjadi lebih tinggi
membuat iris menghalangi jaringan trabecular meshwork, maka akan memblok aliran.
Keadaan ini bisa terjadi akut atau kronis. Pada yang akut, terjadi peningkatan yang tibatiba tekanan dalam bola mata dan ini dapat terjadi dalam beberapa jam serta disertai
nyeri yang sangat pada mata. Mata menjadi merah, kornea membengkak dan kusam,
pandangan kabur, dsb. Keadaan ini merupakan suatu keadaan yang perlu penanganan
segera karena kerusakan terhadap syaraf opticus dapat terjadi dengan cepat dan
menyebabkan kerusakan penglihatan yang menetap.
Tidak semua penderita dengan glaukoma sudut tertutup akan mengalami gejala
serangan akut. Bahkan, sebagian dapat berkembang menjadi bentuk yang kronis. Pada
keadaan ini, iris secara bertahap akan menutup aliran, sehingga tidak ada gejala yang
nyata. Jika ini terjadi, maka akan terbentuk jaringan parut diantara iris dan aliran, dan
tekan dalam bola mata tidak meningkat sampai terdapat jumlah jaringan parut yang
banyak. Serangan akut bisa dicegah dengan memberikan pengobatan. Berdasarkan
hasil survey epidemiologi, glaukoma sudut tertutup lebih sering terjadi di Asia Timur,
khususnya keturunan Cina.
Tipe keempat, Pigmentary glaucoma. Pigmentary glaucoma adalah suatu bentuk yang
diturunkan dari bentuk glaukoma sudut terbuka yang mana kejadiannya lebih banyak
terjadi pada pria daripada wanita. Orang yang dengan miop (berkaca mata minus)
biasanya yang lebih sering terkena. Bentuk anatomi dari mata merupakan faktor kunci
untuk berkembangnya bentuk ini.
Tipe kelima, Congenital glaucoma. Bentuk ini adalah bentuk yang jarang terjadi, yang
disebabkan oleh system pengaliran cairan mata yang abnormal. Ini bisa terjadi pada

waktu lahir atau berkembang di kemudian hari. Para orang tua bisa mengetahui jika
anaknya menderita kelainan ini dengan cara memperhatikan apakah anaknya sensitif
terhadap cahaya, mata yang besar dan berawan/kusam atau mata berair berlebihan.
Biasanya diperlukan tindakan bedah untuk menanganinya.
Tipe keenam, Secondary glaucoma. Bentuk ini adalah sebagai hasil dari kelainan mata
lainnya seperti trauma, katarak, atau radang mata. Penggunaan obat-obat golongan
steroid (kortison) juga mempunyai kecenderungan untuk meningkatkan tekanan di
dalam bola mata.
Pencegahan dan Pengobatan
Dalam kitab suci Al Quran disebutkan, Hai manusia , telah datang kepadamu kitab
yang berisi pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai
petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman . ( QS. 10 : 57 ). Demikian dalam
hadits, Setiap Penyakit itu pasti ada obatnya, jika tepat obatnya maka Penyakit akan
Sembuh dengan izin Allah Azza wa Jalla . ( HR. Muslim ). Dengan demikian, setiap
penyakit yang timbul, maka ada obat penyembuhnya. Demikian pula bagi penyakit
glaukoma.
Untuk pengobatan, menurut Dr. Dedy Kartawidjaja, meski tidak ada cara untuk
menyembuhkan glaukoma, namun kehilangan/kerusakan pandangan dapat dikontrol
atau dicegah. Penanganan termasuk: pertama, Tetes mata: cara ini merupakan yang
paling umum dan sering dan harus dilakukan secara teratur. Sebagian pasien dapat
mendapatkan respon yang bagus dari suatu obat sementara yang lainnya bisa tidak
mendapatkan respon, namun pemilihan pengobatan harus disesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan tipe glaukomanya.
Kedua, Laser (laser trabeculoplasty): ini dilakukan jika obat tetes mata tidak
menghentikan kerusakan penglihatan. Pada kebanyakan kasus, meski telah dilakukan
tindakan laser ini, obat tetes mata tetap harus diberikan. Tindakan laser ini tidak
memerlukan pasien untuk dirawat di rumah sakit.
Ketiga, pembedahan (trabeculectomy) : ini dilakukan jika tetes mata dan penanganan
dengan laser gagal untuk dapat mengontrol tekanan bola mata. Sebuah saluran dibuat
untuk memungkinkan cairan mata mengalir keluar. Tindakan ini dapat menyelamatkan
sisa penglihatan yang ada tapi tidak memperbaiki pandangan.
Sumber :http://kesehatan.kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai