Anda di halaman 1dari 10

1.

1 Konsep Evidance Based Practiced (EBP)

Evidence Based Practice (EBP) merupakan upaya untuk mengambil keputusan klinis
berdasarkan sumber yang paling relevan dan valid. Dengan kata lain, EBP merupakan jalan
untuk mentransformasikan hasil penelitian ke dalam praktek keperawatan sehingga perawat
dapat meningkatkan rasa pedulinya terhadap pasien. EBP merupakan suatu pendekatan
memecahkan masalah untuk mengambilan keputusan dalam organisasi pelayanan kesehatan
yang terintegrasi di dalamnya adalah ilmu pengetahuan atau teori yang ada dengan
pengalaman dan bukti - bukti nyata yang baik (pasien dan praktisi). Evidence Based Practice
(EBP) adalah Penggunaan bukti terbaik saat ini secara sadar dan bijaksana dalam
hubungannya dengan keahlian klinis, nilai pasien, dan keadaan untuk memandu keputusan
perawatan kesehatan. EBP merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam praktik
keperawatan kesehatan, yang berdasarkan hasil penelitian atau fakta dan bukan hanya asumsi
untuk menuntun pengambilan keputusan dalam proses perawatan.

Menurut (Ingersoll G, 2000), EBP adalah penggunaan teori dan informasi yang diperoleh
berdasarkan hasil penelitian secara teliti, jelas dan bijaksana dalam pembuatan keputusan
tentang pemberian asuhan keperawatan pada individu atau sekelompok pasien dan dengan
mempertimbangkan kebutuhan dan pilihan dari pasien tersebut. Sedangkan menurut (Mullhal
1998), EBP merupakan penggabungan bukti yang diperoleh dari hasil penelitian dan praktek
klinis ditambah dengan pilihan dari pasien ke dalam keputusan klinis.

Haynes et al (1996) membuat suatu model keputusan klinis berdasarkan bukti ilmiah.
Pada model tersebut, terdapat 4 komponen yang dapat mempengaruhi pengelolaan masalah
yang dihadapi pasien yaitu :

1. Keahlian klinis

Keahlian klinis merupakan elemen penting dalam mengaplikasikan aturan-aturan dan


panduan yang ada dalam memberikan asuhan keperawatan.

2. Bukti/hasil penelitian

Kunci penggunaan bukti/hasil penelitian adalah dengan memastikan bahwa desain


penelitian yang tepat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Masing-masing
desain penelitian mempunyai tujuan, kekuatan dan kelemahan. Penelitian kuantitatif
(randomized trials dan review sistematik) merupakan desain penelitian yang terbaik untuk
mengevaluasi intervensi keperawatan. Di lain pihak, penelitian kualitatif merupakan desain
terbaik yang dapat digunakan untuk memahami pengalaman, tingkah laku dan kepercayaan
pasien.

3. Pilihan pasien

Pilihan pasien terhadap asuhan perawatan dapat meliputi proses memilih perawatan
alternatif dan mencari second opinions. Dewasa ini pasien telah mempunyai akses yang luas
terhadap informasi klinis dan menjadi lebih sadar tehadap kondisi kesehatannya. Pada
beberapa hal, pilihan pasien merupakan aspek penting dalam proses pengambilan keputusan
klinis.

4. Sumber - sumber

Yang dimaksud dengan sumber-sumber di sini adalah sumber-sumber terhadap


perawatan kesehatan. Hampir seluruh keputusan dalam perawatan kesehatan mempunyai
implikasi terhadap sumber-sumber, misalnya pada saat suatu intervensi mempunyai potensi
yang menguntungkan bagi pasien, namun tidak dapat segera dilaksanakan karena
keterbatasan biaya.

1.2 Tujuan Dan Manfaat Evidance Based Practiced (EBP)

Tujuan EBP :

1. Tujuan EBP yaitu memberikan data pada perawat praktisi berdasarkan bukti ilmiah agar
dapat memberikan perawatan secara efektif dengan menggunakan hasil penelitian yang
terbaik, menyelesaikan masalah yang ada di tempat pemberian pelayanan terhadap
pasien, mencapai kesempurnaan dalam pemberian asuhan keperawatan dan jaminan
standar kualitas dan untuk memicu adanya inovasi (Grinspun, Virani & Bajnok, 200l /
2002).

2. Menurut Stout & Hayes (2005), EBP bertujuan untuk memberi alat, berdasarkan bukti-
bukti terbaik, untuk mencegah, mendeteksi dan menangani gangguan kesehatan artinya
dalam memilih suatu pendekatan pengobatan kita hendaknya secara empiris melihat
kajian penelitian yang menunjukkan keefektifan suatu pendekatan terapi tertentu pada
diri individu tertentu.

Manfaat EBP :

1. Menjadi jembatan antara penelitian dan praktik keperawatan.

2. Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk.

3. Mencegah terjadinya informasi yang overload terkait hasil-hasil penelitian.

4. Mengeliminasi budaya layanan kesehatan dimana praktik yang tidak

berbasis bukti

5. Meningkatkan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan

6. Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat penting untuk meningkatkan
kualitas perawatan pada pasien

1.3 Persyaratan dalam Penerapan EBP


Dalam menerapkan EBP, perawat harus memahami konsep penelitian dan tahu
bagaimana secara akurat mengevaluasi hasil penelitian. Konsep penelitian meliputi antara
lain proses/langkah-langkah dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif, etika
penelitian, desain penelitian, dan sebagainya. Keakuratan dalam mengevaluasi hasil
penelitian antara lain dapat ditingkatkan dengan menggunakan panduan yang sesuai dengan
desain dan jenis penelitian yang dilakukan.

Tingkatan Hirarki dari penerapan EBP

Tingkatan hirarki digunakan untuk mengukur kekuatan suatu evidence dari rentang
tingkatan rendah menuju ke tingkatan tinggi :

 Laporan fenomena atau kejadian - kejadian yang kita temuai sehari - hari

 Studi kasus

 Studi lapangan atau laporan deskriptif 

 Studi percobaan tanpa penggunaan teknik pengambilan sampel secara acak (random)

 Studi percobaan yang menggunakan setidaknya ada satu kelompok pembanding dan
menggunakan sampel secara acak

 Systemic reviews untuk kelompok bijak bestari atau metaanalisa yaitu pengkajian
berbagai penelitian yang ada dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.

1.4 Model Implmentasi Evidence Based Practice

1. Model Settler 

Merupakan seperangkat perlengkapan atau media penelitian untuk meningkatkan


penerapan Evidence Based. 5 langkah dalam Model settler:

a. Fase 1 : Persiapan.

b. Fase 2 : Validasi.

c. Fase 3 : Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan.

d. Fase 4 : Translasi dan aplikasi.

e. Fase 5 : Evaluasi

2. Model IOWA Model of Evidence Based Practice to Promote Quality Care

Model EBP IOWA dikembangkan oleh Marita G. Titler, PhD, RN, FAAN, Model IOWA
diawali dari pemicu atau masalah. Pemicu / masalah ini sebagai focus masalah. Jika masalah
mengenai prioritas dari suatu organisasi tim segera dibentuk. Tim terdiri dari stakeholders,
klinisian, staf perawat dan tenaga kesehatan lain yang dirasakan penting untuk diliatkan
dalam EBP. Langkah selanjutnya adalah mensistesis EBP. Perubahan terjadi dan dilakukan
jika terdadat cukup bukti yang mendukung untuk terjadinya perubahan. kemudian dilakukan
evaluasi dan diikuti dengan diseminasi (Jones dan Bartlett, 2004 : Bernadette Mazurek
Melnyk, 2011).

3. Model konseptual Rosswurm dan Larrabee

Model ini disebut juga dengan model Evidence Based Practice Change yang terdiri dari 6
langkah yaitu :

1. Tahap 1 : mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis

2. Tahap 2 : tentukkan evidence terbaik

3. Tahap 3 : kritikal analisis evidence

4. Tahap 4 : design perubahan dalam praktek

5. Tahap 5 : implementasi dan evaluasi perubahan

6. Tahap 6 : integrasikan dan maintain perubahan dalam praktek

Model ini menjelaskan bahwa penerapan Evidence Based ke lahan praktek harus
memperhatikan latar belakang teori yang ada, kevalidan dan kereliabilitasan metode yang
digunakan serta penggunaan nomenklatur yang standar.

1.5 Langkah – Langkah Dalam EBP

1. Langkah 1: Kembangkan semangat penelitian

Sebelum memulai dalam tahapan yang sebenarnya didalam EBP, harus ditumbuhkan
semangat dalam penelitian sehingga klinikan akan lebih nyaman dan tertarik mengenai
pertanyaan - pertanyaan berkaitan dengan perawatan pasien.

2. Langkah 2: Ajukan pertanyaan klinis dalam format PICOT

Pertanyaan klinis dalam format PICOT untuk menghasilkan evidence yang lebih baik dan
relevan.

a. Populasi pasien (P) : Siapa yang menjadi populasi yang menderita masalah ?

b. Intervensi (I) : Intervensi keperawatan seperti apa yang kira - kira menyebabkan masalah
bagi pasien, bagi organisasi, bagi perawat?

c. Perbandingan intervensi / Comparison intervensi (C) : intervensi standar atau intervensi


yang biasa dilakukan.

d. Hasil yang diharapkan / Outcome (O) : berupa pengetahuan, praktik / proses dan pasien.

e. Batas waktu / Time (T) : berapa waktu yang diperlukan ?

3. Langkah 3 : Cari bukti terbaik 


Mencari bukti untuk menginformasikan praktek klinis adalah sangat efisien ketika
pertanyaan diminta dalam format PICOT jika perawat dalam skenario respon cepat itu hanya
mengetik ‘’ apa dampak dari memiliki time respon cepat? ke dalam kolom pencarian dari
data base hasilnya akan menjadi ratusan abstrak sebagian besar dari mereka tidak relevan.
Menggunakan format PICOT membantu untuk mengidentifikasi kata kunci atau frase yang
ketika masuk berturut - turut dan kemudian digabungkan, memperlancar lokasi artikel yang
relevan dalam data base penelitian besar.

4. Langkah 4: Kritis menilai bukti 

Setelah artikel yang dipilih untuk direview mereka harus cepat dinilai untuk menentukan
yang paling relevan, valid, terpercaya, dan berlaku untuk pertanyaan klinis. Studi - studi ini
adalah studi kiper. Salah satu alasan perawat khawatir bahwa mereka tidak punya waktu
untuk menerapkan EBP adalah banyak telah diajarkan proses mengkritisi melelahkan,
termasuk penggunaan berbagai pertanyaan yang dirancang untuk mengungkapkan setiap
elemen dari sebuah penelitian. Contoh pertanyaannya :

a. Apakah hasil penelitian valid ?

b. Apakah hasilnya dapat dikonfirmasi ?

c. Akankah hasil dapat membantu saya merawat pasien saya ?

5. Langkah 5 : Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan preferensi pasien dan


nilai – nilai.

Bukti penelitian saja tidak cukup untuk membenarkan perubahan dalam praktek. Keahlian
klinis berdasarkan penilaian pasien, data laboratorium, dan data dari program manajemen
hasil, serta referensi dan nilai - nilai pasien adalah komponen penting dari EBP. Tidak ada
formula ajaib untuk bagaimana untuk menimbang masing - masing elemen pelaksanaan EBP
sangat dipengaruhi oleh variabel kelembagaan dan klinis. Jika kualitas evidence bagus dan
intervensi sangat memberikan manfaat, akan tetapi jika hasil diskusi dengan pasien
menghasilkan suatu alasan yang membuat pasien menolak treatment, maka intervensi
tersebut tidak bisa diaplikasikan.

6. Langkah 6 : Evaluasi hasil keputusan praktek atau perubahan berdasarkan bukti setelah


menerapkan EBP.

Penting untuk memantau dan mengevaluasi setiap perubahan hasil sehingga efek positif dapat
didukung dan yang negatif diperbaiki. Hanya karena intervensi efektif dalam uji ketat
dikendalikan tidak berarti ia akan bekerja dengan cara yang sama dalam pengaturan klinis.
Pemantauan efek perubahan EBP pada kualitas perawatan kesehatan dan hasil dapat
membantu dokter melihat kekurangan dalam pelaksanaan dan mengidentifikasi lebih tepat
pasien mana yang paling mungkin untuk mendapatkan keuntungan. Ketika hasil beda dari
yang dilaporkan dalam literatur penelitian, pemantauan dapat membantu menentukan hal
yang akan dilakukan..
7. Langkah 7 : Menyebarluaskan hasil EBP 

Perawat dapat mencapai hasil yang sesuai bagi pasien mereka melalui EBP, tetapi mereka
sering gagal untuk berbagi pengalaman dengan rekan - rekan dan organisasi perawatan
kesehatan mereka sendiri atau lainnya. Hal ini menjelaskan perlu duplikasi usaha, dan
melakukan pendekatan klinis yang tidak berdasarkan bukti – bukti. Di antara cara untuk
menyebarkan inisiatif sukses adalah putaran EBP di institusi, presentasi di konferensi lokal,
regional, dan nasional, dan laporan dalam jurnal peer review, news letter profesional,
publikasi untuk khalayak umum.

1.6 Penerapan EBN dalam Proses Keperawatan

Proses keperawatan merupakan cara berpikir perawat tentang bagaimana mengorganisir


perawatan terhadap individu, keluarga dan komunitas. Banyak manfaat yang dapat diperoleh
dalam proses ini, antara lain membantu meningkatkan kolaborasi dengan tim kesehatan,
menurunkan biaya perawatan, membantu orang lain untuk mengerti apa yang dilakukan oleh
perawat, diperlukan untuk standar praktek profesional, meningkatkan partisipasi klien dalam
perawatan, meningkatkan otonomi pasien, meningkatkan perawatan yang spesifik untuk
masing-masing individu, meningkatkan efisiensi, menjaga keberlangsungan dan koordinasi
perawatan, dan meningkatkan kepuasan kerja (Wilkinson, 2007).

Dalam proses keperawatan, terdapat banyak aktivitas pengambilan keputusan dari saat tahap
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pada setiap fase proses
keperawatan tersebut, hasil-hasil penelitian dapat membantu perawat dalam membuat
keputusan dan melakukan tindakan yang mempunyai dasar/rasional hasil penelitian yang
kuat.

a. Tahap pengkajian

Pada tahap ini, perawat mengumpulkan informasi untuk mengkaji kebutuhan pasien dari
berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh melalui wawancara dengan pasien, anggota
keluarga, perawat yang lain, atau tenaga kesehatan yang lain dan juga dapat melalui rekam
medis, dan observasi. Masing-masing sumber tersebut berkontribusi secara unik terhadap
hasil pengkajian secara keseluruhan. Hasil penelitian yang dapat digunakan dapat berupa hal
yang terkait dengan cara terbaik untuk mengumpulkan informasi, tipe informasi ap ayang
perlu diperoleh, bagaimana menggabungkan seluruh bagian data pengkajian, dan bagaimana
meningkatkan akurasi pengumpulan informasi. Hasil penelitian juga dapat membantu
perawat dalam memilih alternative metode atau bentuk untuk tipe pasien, situasi maupun
pada tempat pelayanan tertentu.

b. Tahap penegakkan diagnosis keperawatan

Hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain adalah hal yang terkait membuat diagnosis
keperawatan secara lebih akurat dan frekuensi terjadinya masing-masing batasan karaktersitik
yang terkait dengan suatu diagnosis keperawatan.
c. Tahap perencanaan

Pada tahap ini, hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain hasil penelitian yang
mengindikasikan intervensi keperawatan tertentu yang efektif untuk diaplikasikan pada suatu
budaya tertentu, tipe dan masalah tertentu, dan pada pasien tertentu.

d. Tahap intervensi / implementasi

Idealnya, perawat yang bertanggung jawab akan melakukan intervensi keperawatan yang
sebanyak mungkin didasarkan pada hasil-hasil penelitian.

e. Tahap evaluasi

Pada tahap ini, evaluasi dilakukan untuk menilai apakah intervensi yang dilakukan
berdasarkan perencanaan sudah berhasil dan apakah efektif dari segi biaya. Hasil penelitian
yang dapat digunakan pada tahap ini adalah hal yang terkait keberhasilan ataupun kegagalan
dalam suatu pemberian asuhan keperawatan.

1.7 Hambatan Untuk Menggunakan EBP

Hambatan dari perawat untuk menggunakan EBP penelitian dalam praktik sehari-hari
sebagai berikut dikutip dalam berbagai penelitian, diantaranya (Clifford &Murray, 2001)
antara lain :

1. Kurangnya nilai untuk penelitian dalam praktek

2. Kesulitand alam mengubah praktek

3. Kurangnya dukungan administratif

4. Kurangnya mentor berpengetahuan

5. Kurangnya waktu untuk melakukan penelitian

6. Kurangnya pendidikan tentang proses penelitian

7. Kurangnya kesadaran tentang praktek penelitian atau berbasis bukti

8. Laporan Penelitian/artikel tidak tersedia

9. Kesulitan mengakses laporan penelitian dan artikel

10. Tidak ada waktu dalam bekerja untuk membaca penelitian

11. Kompleksitas laporan penelitian

12. Kurangnya pengetahuan tentang EBP dan kritik dari artikel

13. Merasa kewalahan


14. Lingkungan kerja tidak mendukung dalam usaha mencari informasi hasil penelitian

1.8 Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan EBP

Secara umum, usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan EBP adalah:

1. Meningkatkan akses terhadap hasil-hasil penelitian

2. Mengajarkan ketrampilan untuk mengkritisi hasil penelitian

3. Mengadakan konferensi terkait penggunaan hasil-hasil penelitian

4. Membuat jurnal yang memuat hasil penelitian

Menurut Polit & Hungler (1999) membagi usaha yang dapat dilakukan tersebut berdasarkan
latar belakang perawatnya:

 Oleh perawat peneliti:

a) Melakukan penelitian yang berkualitas tinggi

b) Melakukan penelitian yang hasilnya relevan dengan kondisi di tempat pemberian


asuhan keperawatan

c) Mengulang penelitian

d) Melakukan kolaborasi dengan perawat praktisi

e) Mendesiminasikan hasil penelitian secara luas dan proaktif

f) Melakukan komunikasi dengan jelas

g) Penelitian yang dilakukan mempunyai implikasi klinis

 Oleh Perawat pendidik :

a) Menerapkan hasil penelitian ke dalam kurikulum pengajaran

b) Mendorong digunakannya hasil-hasil penelitian

c) Memberikan masukan pada peneliti

 Oleh perawat praktisi dan mahasiswa keperawatan :

a) Banyak membaca hasil penelitian dan mengkritisinya

b) Menghadiri konferensi/seminar/workshop

c) Belajar untuk mencari bukti ilmiah bahwa suatu prosedur efektif digunakan

d) Mencari lingkungan yang mendukung penggunaan hasil-hasil penelitian


e) Terlibat dalam klub-klub penelitian

f) Berkolaborasi dengan perawat peneliti

g) Mencari dan berpartisipasi dalam proyek-proyek penelitian dan penggunaan hasil-


hasil penelitian

 Oleh perawat pengelola :

a) Membangun iklim ‘keingintahuan intelektual’

b) Memberikan dukungan secara emosional atau moral

c) Memberikan dukungan keuangan atau sumber-sumber yang dibutuhkan dalam


penggunaan hasil penelitian

d) Memberikan penghargaan terhadap usaha menggunakan hasil-hasil penelitian


DAPUS :

Lobiondo Wood, Geri. Evidence Based Practice : for Nursing and Health Care Quality
Improvement. China: Elsevier

Elysabeth, Dame & Gita Libranty, Siska Natalia. 2014. Hubungan Tingkat Pendidikan
Perawat Dengan Kompetensi Perawat Dengan Kompetensi Perawat Melakukan Evidance
Based Practice. Jurnal Keperawatan Aisyiyah Bandung. Volume 1, Nomor 2.

Holleman G, Eliens A, van Vliet M, Achterberg T. Promotion of evidence-based practice by


professional nursing association: literature review. Jurnal Advance Nursing 53 (6), 702-709.

Dwi Hapsari, Elsi S.Kp, M.S., D.S. Pengantar Evidance Based Nursing. Jurnal Blok 1.1

Anda mungkin juga menyukai