Anda di halaman 1dari 20

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN


DI RUMAH SAKIT BAYANGKARA
MAKASSAR

RAHBAN DORISARA
P-121631
BAB I PENDAHULUAN

Dalam praktek keperawatan, komunikasi adalah


suatu alat yang penting untuk membina hubungan
terapeutik dan dapat mempengaruhi
kualitas pelayanan keperawatan. Kemampuan
komunikasi sangat mempengaruhi kelengkapan data
klien. Untuk itu selain perlunya meningkatkan
kemampuan komunikasi perawat, kemampuan
komunikasi klien juga perlu ditingkatkan.
Kemampuan perawat dalam melakukan
komunikasi terapeutik merupakan suatu hal yang
penting dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh
McCabe (2004) dalam Jasmine (2009) disebutkan
bahwa sebagian besar klien berpendapat bahwa
banyak perawat di rumah sakit yang tidak
memiliki sikap yang menjadikan klien sebagai fokus
dalam asuhannya dan berkomunikasi hanya dalam
orientasi tugas semata. Paxton., et al (1996)
dalam Jasmine (2009) juga menyebutkan bahwa
pelaksanaan komunikasi terapeutik sesungguhnya
akan berdampak pada peningkatan kepuasan klien
terhadap pelayanan kesehatan.
Beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia juga
berpendapat bahwa pelaksanaan komunikasi terapeutik
perawat kepada klien dan keluarganya dapat meningkatkan
kepuasaan klien terhadap pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. (Budi & Dolaksaribu, 2011) menyebutkan bahwa
hasil penelitian di RS. Internasional Bintaro Tangerang 76,7%
responden merasa puas atas pelaksanaan komunikasi
terapeutik dari perawat kepada klien dan keluarga.
Selain dari itu, (Patrisia Akbar, 2013) menyebutkan bahwa hasil
penelitian di RSUD Labuang Baji Makassar menunjukkan
bahwa pada fase orientasi 23,2% responden puas dan 76,8%
responden tidak puas. Pada fase kerja, 97,9% responden puas
dan 2,1% responden tidak puas. Sedangkan pada fase terminasi,
11,6% responden puas dan 88,4% responden tidak puas.
Berdasarkan pengamatan saat peneliti
melakukan praktek di RS Bayangkara Makassar,
masih ada sebagian perawat yang tidak
berkomunikasi dengan baik kepada pasien saat
pasien bertanya.Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran
Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi
Terapeutik Pada Pasien di RS BayangkaraMakassar.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang, maka peneliti
tertarik untuk meneliti “bagaimana tingkat
pengetahuan perawat tentang komunikasi
terapeutik pada pasien di Rumah Sakit Bayangkara
Makassar?”.

Tujuan Penulisan
 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran pengetahuan perawat
tentang komunikasi terapeutik pada pasien di
Rumah Sakit Bayangkara Makassar.
 Manfaat Penulisan

1.Bagi instansi pelayanan keperawatan


Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit mengenai
pengetahuan tentang komunikasi terapeutik sehingga dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan
kualitas perawat yang bekerja di Rumah Sakit Bayangkara
Makassar.
2. Bagi peneliti
Bagi peneliti kiranya penelitian ini dapat memberikan pengalaman
yang berharga dan menambah pengetahuan tentang sistematika
penulisan ilmiah, prosedur penelitian dan mendapat pengetahuan
yang lebih mendalam tentang komunikasi terapeutik.
3 Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian ini kiranya dapat dijadikan landasan untuk
melakukan penelitian berikutnya yang berkaitan dengan
komunikasi terapeutik dimasa yang akan datang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
 Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita


ketahui tentang sesuatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan khasanah
kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut
memperkaya kehidupan kita, sebab pengetahuan merupakan sumber
jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan
(Surjasumantri, 2012)
 Pengetahuan (knoeledge) adalah hasil penginderaan
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,
dan sebagainya).
 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1.Usia
2.Pendidikan
3.Pekerjaan
4.Sosial ekonomi
5. Media informasi
6.Kebudayaan
7. Pengalaman
Tinjauan Tentang Komunikasi Terapeutik 
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik
termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antar perawat dengan pasien.
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah membantu
pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk
pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik
dan diri sendiri (Arwani, 2010)
Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu
sebagai berikut (Arwani, 2010):
a. Ikhlas (Genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bias diterima
dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan
memberikan bantuan kepada pasien untuk
mengkomunikasikankondisinya secara tepat. 
b. Empati (empathy)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam
memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak  berlebihan.
c. Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasiendapat
memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut,
sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.
TAHAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Tahap pra interaksi
Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien. Pada tahap ini, kegiatan
yang dilakukan oleh perawat adalah mengumpulkan data tentang klien, mengeksplorasi
perasaan, fantasi dan ketakutan diri, membuat rencana pertemuan dengan klien.
Tahap perkenalan atau orientasi.
Fase ini dimulai pada pertemuan dengan klien. memberikan salam dan senyum pada
klien, melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif), memperkenalkan nama
perawat, menanyakan nama panggilan kesukaan klien, menjelaskan tanggung jawab
perawat dan klien, menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan tujuan,
menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan, menjelaskan
kerahasiaan.
Tahap kerja
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah memberi kesempatan pada klien untuk
bertanya, menanyakan keluhan utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik,
melakukan kegiatan sesuai dengan rencana.
Tahap terminasi
Terminasi merupakan tahap yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik.
Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas atau klien pulang. Pada
tahap ini, kegiatan yang dilakukan perawat adalah menyimpulkan hasil wawancara
meliputi evaluasi proses atau hasil, merencanakan tindak lanjut dengan klien,
melakukan kontrak (waktu dan tempat), mengakhiri wawancara dengan baik.
BAB III METODE PENELITIAN
 DJenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian dimana peneliti hanya
melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan,
dimana hasil pengukuran disajikan apa adanya tanpa
dilakukan analisis mengapa fenomena itu terjadi.
 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2015-15
Agustus 2015. Penelitian ini dilaksanakn di Rumah Sakit
Bayangkara Makassar.
 populasi dan sample
 Populasi

Seluruh perawat yang bekerja di Rumah Sakit Bayangkara Makassar


 Sample

sample bejumlah 52 responden.


Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dengan dua
cara yakni menggunakan data primer dan data sekunder
Langkah Pengolahan Data
Langkah pengolahan data yaitu selecting,editing,koding,
tabulasi data dan Analisa Data
Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengajukan
permohonan izin kepada kepala Rumah Sakit Bayangkara
Makassar untuk mendapatkan persetujuan dengan
menekankan masalah etika yaitu Informed Consent,
Confidentially (Kerahasiaan) Anonimity (tanpa Nama)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Distribusi berdasarkan Usia


Bahwa kelompok usia terbesar adalah kelompok umur
20-25 tahun tertinggi sebanyak 29 orang (55,8%),
kelompok umur 26-30 tahun sebanyak 13 orang
(25%), kelompok umur 31-35 tahun sebanyak 9
orang (17,3%), dan kelompok umur 41-45 tahun
sebanyak 1 orang (1,9%).
• Distribusi berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah responden dengan jenis kelamin laki-laki
sebanyak 19 orang (36,5%) dan perempuan sebanyak
33 orang (63,5%).
Distribusi berdasarkan Pendidikan
Hasil penelitian menunjukan bahwa responden
dengan pendidikan DIII sebanyak 33 orang (63,5%)
dn responden dengan pendidikan S1 sebanyak 19
orang (36,5%).

Distribusi berdasarkan Pengetahuan


Hasil Penelitian menunjukan bahwa responden
dengan pengetahuan baik sebanyak 45 orang
(86,5%) dan responden dengan penerapan
komunikasi kurang baik sebanyak 7 orang (13,5%).
PEMBAHASAN
 Pengetahuan

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa secara umum gambaran


tingkat pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik termasuk
kedalam kategori tinggi. Abdalrahim, Majali, Stomberg, dan Bergbom
(2010) mengungkapkan bahwa meningkatnya pengetahuan perawat dapat
mengubah sikap terhadap suatu permasalahan tertentu dan hal ini
bermanfaat bagi pengembangan kesadaran diri perawat dalam memberikan
pelayanan yang lebih baik. Selain itu, dengan tingkat pengetahuan yang
tinggi perawat juga diharapkan dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis

Dari beberapa sumber referensi yang telah dipelajari, peneliti akhirnya


meyakini bahwa pelaksanaan komunikasi terapeutik dalam praktek
keperawatan memiliki kedudukan yang lebih penting daripada sekedar
mengetahui atau tidak tentang teori komunikasi terapeutik itu sendiri.
Apalah gunanya penguasaan terhadap suatu teori tanpa adanya sikap dan
kesadaran individu untuk mengaplikasikan teori tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa karakteristik yang


tergambar pada perawat di Rumah Sakit Bayangkara Makassar adalah
didominasi oleh perawat perempuan, usia rata-rata 34 tahun, tingkat
pendidikan terbanyak adalah D-III keperawatan. Untuk variabel tingkat
pengetahuan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan
perawat tentang komunikasi terapeutik secara umum termasuk kedalam
kategori baik.
Saran
1. Manajemen Rumah Sakit
Untuk mendukung program pelayanan yang optimal, pihak manajemen Rumah
Sakit Bayangkara Makassar dapat mendorong kemajuan dan pengembangan
mutu pelayanan keperawatan melalui penerapan sistem reinforcement yang
sesuai terkait pelayanan keperawatan yang berkualitas.
2. Bagi Perawat
Kiranya diperlukan niat dan motivasi yang tinggi untuk mengembangkan
diri sesuai dengan minat dan harapannya. Disarankan agar perawat
meningkatkan kebiasaan menbaca literatur dan buku-buku ilmiah serta
melakukan diskusi antara sesama perawat ataupun dengan melibatkan
timkesehatan lain agar pengetahuan perawat dapat terus meningkat dan
setiap tindakan yang dilakukan dapat menghasilkan output yang lebih baik.
3. Bagi Institusi
Kiranya dapat memperkuat pengetahuan mahasiswa/i akademi keperawatan
tentang penerapan komunikasi terapeutik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
seperti mengadakan seminar atau kuliah umum tentang komunikasi
terapeutik.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan dilakukan pada unit-unit keperawatan
lainnya, sehingga hasilnya dapat digenaralisasi.
 
SEKIAN
DAN
TERIMAH KASIH

Anda mungkin juga menyukai