Anda di halaman 1dari 8

KOMUNIKASI KEPERAWATAN

TERKAIT JURNAL
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
KELOMPOK 2
1 . N O V I TA S A R I ( 11 3 0 0 1 7 0 4 1 )
2. WINDA GREENA FEBRIANI ( 11 3 0 0 1 7 0 5 0 )
3 . I M R O AT U L M A H M U D A H ( 11 3 0 0 1 7 0 5 9 )
4 . I N A S N A D A A F I FA H ( 11 3 0 0 1 7 0 6 7 )
Review Jurnal
Judul : Hubungan komunikasi terapiutik dengan kepuasan pasien
diruang rawat inap interna RSUD kota Makasar
Penulis : Yasir Haskas
Volume jurnal : Volume 12 Nomor 5
Halaman jurnal : 471-475
Tahun : 2018
Tujuan : Mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik
dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Kota
Makassar
KONSEP PENELITIAN TERKAIT JURNAL
Menurut Stuart dan Laraia dalam (Suryani, 2015), komunikasi dalam profesi keperawatan,
menjadi sangat penting karena merupakan alat atau metode dalam melaksanakan proses
keperawatan. Dalam asuhan keperawatan, komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku pasien
kearah yang lebih baik agar mencapai tingkat kesehatan yang optimal, yang biasa dikenal dengan
komunikasi terapeutik.
Kepuasan pasien adalah perasaan senang atau puas bahwa produk atau jasa yang diterima telah
sesuai atau melebihi harapan pasien.Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas
pelayanan yang kita berikan dan kepuasan pasien adalah suatu modal untuk mendapatkan pasien
lebih banyak lagi dan untuk mendapatkan pasien yang loyal (setia). Pasien yang loyal akan
menggunakan kembali pelayanan kesehatan yang sama bila mereka membutuhkan lagi. Bahkan
telah diketahui bahwa pasien loyall akan mengajak orang lain untuk menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang sama (Nursalam, 2016).
Metode Penelitian
Subyek Penelitian : Seluruh responden yang berada
diruang rawat inap internal
RSUD Kota Makassar dengan
besar sampel sebanyak 62
responden.
Teknik pengumpulan data : teknik purposive sampling.
Alat pengumpulan data : Uji Chi- Square
Analisis data : Analisa Univariat & Analisa
Bivariat
Hasil dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian menunjukkan dari 62 responden yang fase orientasi baik ada 53 orang (85,5%)
diantaranya 48 orang (77,4%) merasa puas dan 5 orang (8,1%) yang merasa kurang puas, sedangkan
responden yang fase orientasi kurang ada 9 orang (14,5%) diantaranya 4 orang (6,5%) yang merasa
puas dan 5 orang (8,1%) yang merasa kurang puas.Berdasarkan hasil uji statistik chi square
didapatkan nilai p=0,001 yang menunjukkan nilai p<α=0,05 berarti Ho ditolak sehingga dapat
disimpulkan ada hubungan antara fase orientasi komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien di
ruang rawat inap interna RSUD Kota Makassar.
Dari 62 responden yang fase kerja baik ada 52 orang (83,9%) diantaranya 47 orang (75,8%) merasa
puas dan 5 orang (8,1%) yang merasa kurang puas, sedangkan responden yang fase kerja kurang ada
10 orang (16,1%) diantaranya 5 oran g (8,1%) yang merasa puas dan 5 orang (8,1%) yang merasa
kurang puas.
Dari 62 responden yang fase terminasi baik ada 45 orang (72,6%) diantaranya 42 orang (67,7%)
merasa puas dan 3 orang (4,8%) yang merasa kurang puas, sedangkan responden yang fase terminasi
kurang ada 17 orang (27,4%) diantaranya10 orang (16,1%) yang merasa puas dan 7 orang (11,3%)
yang merasa kurang puas.
Pembahasan
Pada pelaksanaan komunikasi terapeutik pada fase orientasi baik, responden
mengatakan puas dikarenakan sebagian besar responden mengatakan bahwa
perawat menyapa/tersenyum pada awal bertemu, dan perawat juga sering
kontrak waktu kepada pasien sebelum melakukan tindakan, dan responden
yang mengatakan kurang puas pada fase orientasi baik dikarenakan perawat
tidak menjelaskan secara jelas tujuan dari suatu tindakan yang akan dilakukan.
Pada pelaksanaan komunikasi terapeutik pada fase kerja baik, responden
mengatakan puas dikarenakan sebagian besar responden mengatakan bahwa
perawat selalu menanyakan keluhan yng dirasakan pasien, perawat sering
memberi kesempatan berdiskusi kepada pasien.dan responden yang
mengatakan kurang puas pada fase kerja baik dikarenakan perawat kurang
berupaya menciptakan situasi/suasana yang dapat meningkatkan percaya diri
pasien.
Pelaksanaan komunikasi terapeutik pada fase kerja kurang responden yang mengatakan puas
dikarenakan perawat selalu memperhatiakn keadaan pasien, dan responden yang mengatakan
kurang puas pada fase orientasi kurang dikarenakan perawat kurang berupaya mengatasi
kecemasan pasien.
Pada pelaksanaan komunikasi terapeutik pada fase terminasi baik, responden mengatakan
puas dikarenakan sebagian besar responden mengatakan bahwa perawat selalu menanyakan
keluhan yng dirasakan pasien, perawat menyimpulkan informasi yang telah disampaikan.Dan
responden yang mengatakan kurang puas pada fase terminasi baik dikarenakan perawat
kurang memberikan saran kepada pasien tentang tindak lanjut yang akan dilakukan terhadap
keadaan kesehatan pasien.
Sedangkan pelaksanaan komunikasi terpeutik pada fase terminasi kurang responden yang
mengatakan puas dikarenakan perawat biasa menentukan waktu selanjutnya melakukan
percakapan dan tindakan yang akan dilakukan, dan responden yang mengatakan kurang puas
pada fase orientasi kurang dikarenakan perawat tidak menawarkan topic yang akan
dibicarakan dengan pasien pada kunjungan perawat selanjutnya.
Kesimpulan
1. Ada hubungan antara komunikasi terapeutik pada fase
orientasi dengan kepuasan pasien.
2. Ada hubungan antara komunikasi terapeutik pada fase
kerja dengan kepuasan pasien.
3. Ada hubungan antara komunikasi terapeutik pada fase
terminasi dengan kepuasan pasien.

Anda mungkin juga menyukai