Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.

1 April 2013

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT


KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD SUBANG

Ibrahim N. Bolla, S.Kp.,MM


Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi

ABSTRAK

Perawat perlu membina hubungan kepercayaan dengan klien melalui suatu komunikasi
terapeutik, berguna sebagai penunjang dalam pelayanan keperawatan, sehingga dapat
mengetahui apa yang sedang dirasakan dan yang dibutuhkan klien dan jika hal itu sudah
terpenuhi maka pasien akan merasa puas. Untuk menciptakan komunikasi terapeutik yang baik
maka diperlukan keterampilan perawat dalam komunikasi terapeutik. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui adanya hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan
pasien di ruang rawat inap melati RSUD Subang. Jenis penelitian ini adalah dengan pendekatan
deskriptif korelasi dengan cara pengumpulan data dilakukan dengan cross sectional. Adapun
sampel yang digunakan adalah sampling jenuh dengan menggunakan teknik sampling
aksidental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik perawat baik yaitu
sebanyak 9 perawat (56,3%), sedangkan untuk kepuasan pasien yaitu sebanyak 10 orang
(62,5%) pasien merasa puas. Dari hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa nilai probabilitas
0,011 (p < 0,05), hal ini berarti ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan
tingkat kepuasan pasien. Selain itu juga didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,618 maka
hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien dalam kategori
kuat. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan pihak RSUD Subang untuk mempertahankan,
meningkatkan, dan mengadakan pelatihan tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik bagi
perawat demi terciptanya pelayanan kesehatan yang optimal.

Kata kunci : komunikasi terapeutik, kepuasan

Kepustakaan : 24, 1999 – 2007

A. Pendahuluan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien yaitu komunikasi,
karena dalam pelayanan keperawatan komunikasi sangat penting dan dibutuhkan sebagai
sarana untuk menggali kebutuhan pasien. Karena komunikasi dalam keperawatan bertujuan
untuk terapi maka komunikasi dalam keperawatan disebut komunikasi terapeutik (Suryani,
2005). Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto, 1994 dalam Mundakir,
2006).

64
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013

Perawat penting menggunakan komunikasi terapeutik berguna dalam pelaksanaan


keperawatan, sehingga dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan dan yang dibutuhkan
oleh pasien. Dan dengan komunikasi terapeutik yang ditunjukkan dengan sikap yang hangat,
tulus, dan penuh perhatian dapat menimbulkan saling percaya, saling menghargai dan saling
menghormati sehingga pasien dapat menerima tingkat mutu pelayanan kesehatan dengan
penuh pengertian dan kekecewaan pasien tidak timbul atau dapat dihindarkan.

Hasil wawancara terhadap 15 orang pasien di ruang rawat inap melati RSUD Subang,
5 orang mengatakan komunikasi perawat baik, 6 orang mengatakan biasa saja, dan 4 orang
mengatakan kurang, hal tersebut dilihat dari segi kualitasnya. Dan pasien mengatakan bahwa
mereka merasa lebih tenang dan merasa lebih dekat pada perawat-perawat yang
menggunakan komunikasi, baik, ramah. Dan pasien mengatakan masih adanya perawat yang
judes, kurang ramah, kurang perhatian, tidak cepat tanggap terhadap keluhan pasien, tidak
mengajak berkomunikasi saat tindakan (kurang komunikatif). Pasien mengharapkan agar
perawat lebih banyak berinteraksi dengan pasien dan lebih sering melakukan komunikasi
dengan pasien agar tercipta suasana yang dapat membuat pasien merasa aman, nyaman
dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya karena pasien merasa
perawat tidak sesuai yang diharapkan oleh pasien. Dan selain itu juga, ada 2 orang pasien
mengeluh dengan sakitnya yang tidak sembuh-sembuh, suasana ruangan yang kurang
nyaman, dan peralatan kesehatan yang kurang lengkap.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk membuat rumusan


masalah “Adakah hubungan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat
kepuasan pasien di ruang rawat inap melati RSUD Subang?”. Tujuan dalam penelitian ini
adalah Untuk mengetahui hubungan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan
tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap melati RSUD Subang.

B. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan analitik observatif dengan pendekatan
cross sectional. Hipotesis dalam penelitian ini adalah berikut :

Ha : Adanya hubungan antara pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat


kepuasan pasien.

65
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013

Ho : Tidak ada hubungan antara pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat
kepuasan pasien.

Variabel Independent dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan komunikasi terapeutik


perawat dalam melakukan tindakan atau pelayanan kesehatan kepada klien. Sedangkan
Variabel Dependent dalam penelitian ini adalah Tingkat kepuasan pasien. Jenis data yang
digunakan adalah kategorial ( ordinal ), Untuk komunikasi dinyatakan baik, jika skor ≥ mean
(6,3) dan komunikasi Kurang baik, jika skor < mean (6,3). Untuk tingkat kepuasan dinyatakan
. Puas, jika skor ≥ median (70). Dan tidak Puas, jika skor < median (70)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat pelaksana dan pasien di ruang
rawat inap melati RSUD Subang dengan jumlah 32 orang. Tekhnik sampling yang digunakan
adalah total sampling. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Analisis
univariat menggunakan tabel distribusi frekuensi dengan ukuran persentase, sedangkan
analisis bivariat menggunakan uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman Rank
yaitu untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala
ordinal. Penelitian ini telah dilaksanakan di Ruang Rawat Inap melati di RSUD Subang. Waktu
penelitian pada tanggal 9 - 14 Juni 2008.

D. Hasil Penelitian

1. Gambaran Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Komunikasi TerapeutiK Perawat di Ruang Rawat


Inap Melati RSUD Subang.

Pelaksanaan Frekuensi Persentase


Komunikasi
Terapeutik
Perawat

Baik 9 56,3%

Kurang Baik 7 43,8%

Total 16 100%

Tabel di atas menggambarkan tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik


perawat di ruang rawat inap melati RSUD Subang yang sebagian besar pelaksanaan

66
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013

komunikasi terapeutik perawat baik yaitu sebanyak 9 perawat (56,3%) dan sebanyak 7
perawat (43,8%), pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat kurang baik.

2. Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Melati RSUD
Subang.

Tingkat Kepuasan Frekuensi Persentase


Pasien

Puas 10 62,5%

Tidak Puas 6 37,5%

Total 16 100%

Tabel di atas menggambarkan tentang tingkat kepuasan pasien di ruang rawat


inap melati RSUD Subang yang sebagian besar pasien merasa puas yaitu sebanyak 10
orang (62,5%) dan sebanyak 6 orang (37,5%) pasien merasa tidak puas.

3. Analisis Bivariat

Tabel 3. Distribusi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan

Tingkat Kepuasan Pasien

Koefisien korelasi pelaksanaan komunikasi 0,618


terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan
pasien

P-value 0,011

Keputusan Ho ditolak dan Ha diterima


karena nilai p-value < 0,05

Dari hasil tabel dengan hasil uji statistik di atas menunjukkan bahwa nilai probabilitas
0,011 (p < 0,05), hal ini berarti Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara pelaksanaan
komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien. Dari hasil uji statistik juga
didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,618.

67
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013

Berdasarkan kriteria korelasi menurut Sugiyono, maka hubungan antara pelaksanaan


komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien dalam kategori kuat.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis penelitian mengenai hubungan pelaksanaan komunikasi


terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien menunjukkan bahwa sebagian besar
(56,3%) pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat baik dan sebagian besar (62,5%) pasien
merasa puas. Menurut Valerie A. Zeithaml, A. Parasuraman, dan Leorard L. Berry dalam
bukunya Delivering Quality Service Balancing Customer Perceotuonas and Expectation
(1990) dalam Arief, Mts (2006) mengemukakan ada sepuluh kriteria atau dimensi (variabel)
yang dapat digunakan untuk menilai kualitas pelayanan, yaitu : salah satunya adalah
komunikasi/komunikasi terapeutik.

Melihat hal di atas, maka perawat dalam memberikan pelayanan harus senantiasa
menggunakan kiat-kiat keperawatan yang salah satunya adalah nursing is laughing yang
berarti perawat meyakini bahwa senyum merupakan suatu kiat dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien untuk meningkatkan rasa nyaman pasien (Gaffar, 1999 dalam
Hendrayani 2007). Seorang perawat harus selalu siap senyum (senyumku adalah obatmu),
memberi salam dengan ramah tamah, sikap yang optimis dan percaya diri, menunjukkan
kejelasan bahasa, kesopanan/keramahan perawat untuk membangun hubungan saling
percaya serta membantu pasien untuk kesembuhan pasien, dan pasien dapat
mengekspresikan perasaannya kepada perawat. Sikap yang perlu diperhatikan seorang
perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien adalah sikap ramah, empati dan
mampu bekerja sama (Sunaryo, 2004).

Dari hasil uji statistik (tabel 4.3) diperoleh nilai p-value 0,011 maka dapat disimpulkan
bahwa adanya hubungan antara pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat
kepuasan pasien. Selain itu, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,618 maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan
tingkat kepuasan pasien memiliki keeratan hubungan yang kuat. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa perawat dalam melakukan komunikasi atau memberikan informasi
harus efektif dan terapeutik sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan terhindar dari
komplain atau ketidakpuasan (Wolf, 1984 dalam Hendrayani, 2007). Selain itu sesuai juga
dengan teori Achiryani (2006) bahwa perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi
secara terapeutik, akan mudah menjalin hubungan, rasa percaya dengan pasien, mencegah

68
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013

terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan dalam pelayanan keperawatan dan


meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Purba, J.M., 2006).

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka peneliti menyusun beberapa
kesimpulan sebagai berikut :

a. Hasil penelitian pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat yaitu sebanyak 56,3%


pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat baik.
b. Hasil penelitian tingkat kepuasan pasien yaitu sebanyak 62,5% pasien merasa puas.
c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pelaksanaan komunikasi
terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap melati RSUD
Subang yaitu dengan nilai p-value 0,011 dan hubungannya dalam kategori kuat dengan
koefisien korelasi sebesar 0,618.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mts. (2006). Pemasaran Jasa & Kualitas Pelayanan. Malang : Bayumedia Publishing.

Ariwani. (2002). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC.

Ariyanthi, L. (2007). Hubungan Faktor Pribadi Klien Dengan Kepuasan Terhadap Kualitas Asuhan
Keperawatan Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit Rajawali
Bandung. Cimahi : STIKES A. Yani.

Gartinah, 2006, keperawatan dan praktik keperawatan, tersedia http://www.inna-ppni.or.id, 06


Maret 2008.

Hendrayani.I. (2007). Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap
RS Al Islam Bandung. Bandung : UNPAD FIK

Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis. Jakarta : Salemba
Medika.

Keliat, B.A. (2002). Hubungan Terapeutik Perawat Klien. Jakarta : EGC.

LPPM. (2007). Pedoman Penulisan dan Petunjuk Karya Tulis Ilmiah atau Skripsi. Cimahi : Stikes
Jenderal Achmad Yani.

69
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013

Maude, A.P. Patients’ Satisfaction With Nursing Communication (Therapeutic Communication)


On Adult Medical Surgical Wards At Prof. DR. Margono Soekarjo Hospital Of Purwokerto,
Central Java, Indonesia, tersedia
http://akademik.Unsoed.ac.id/cmsfak/userfiles/files/pskp/abstrakjs/absjks010106.doc, 06
Maret 2008.

Mundakir. (2006). Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Muninjaya, A. (2006). Manajemen Kesehatan. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, S. (2002). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.


Notoatmodjo, S. (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, edisi I (ed-1).
Jakarta : Salemba Medika.

Pohan, I. (2006). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta : EGC

Purba, J.M, 2006, Komunikasi Dalam Keperawatan, tersedia http://www.inna-


ppni.or.id/index.php?name=news&file=article&sid=88, 06 Maret 2008.

Riza, 2007, safe staffing dalam pelayanan kesehatan, tersedia


http://www.bppsdmk.depkes.go.id, 06 Maret 2008.

Siswono, 2002, model praktek keperawatan professional di Indonesia, tersedia


http://www.gizi.net, 06 Maret 2008.

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Cabang Jawa Barat : Anggota Ikatan Penerbit
Indonesia (IKAPI).

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik ; Teori dan Praktek. Jakarta : EGC.

Supartini. (2002). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Tjiptono. (2001). Manajemen Jasa. Jogjakarta : Andi.

Wijono. (1999). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Teori Strategi dan Aplikasi. Jakarta :
Airlangga University Press.

70

Anda mungkin juga menyukai