1 April 2013
ABSTRAK
Perawat perlu membina hubungan kepercayaan dengan klien melalui suatu komunikasi
terapeutik, berguna sebagai penunjang dalam pelayanan keperawatan, sehingga dapat
mengetahui apa yang sedang dirasakan dan yang dibutuhkan klien dan jika hal itu sudah
terpenuhi maka pasien akan merasa puas. Untuk menciptakan komunikasi terapeutik yang baik
maka diperlukan keterampilan perawat dalam komunikasi terapeutik. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui adanya hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan
pasien di ruang rawat inap melati RSUD Subang. Jenis penelitian ini adalah dengan pendekatan
deskriptif korelasi dengan cara pengumpulan data dilakukan dengan cross sectional. Adapun
sampel yang digunakan adalah sampling jenuh dengan menggunakan teknik sampling
aksidental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik perawat baik yaitu
sebanyak 9 perawat (56,3%), sedangkan untuk kepuasan pasien yaitu sebanyak 10 orang
(62,5%) pasien merasa puas. Dari hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa nilai probabilitas
0,011 (p < 0,05), hal ini berarti ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan
tingkat kepuasan pasien. Selain itu juga didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,618 maka
hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien dalam kategori
kuat. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan pihak RSUD Subang untuk mempertahankan,
meningkatkan, dan mengadakan pelatihan tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik bagi
perawat demi terciptanya pelayanan kesehatan yang optimal.
A. Pendahuluan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien yaitu komunikasi,
karena dalam pelayanan keperawatan komunikasi sangat penting dan dibutuhkan sebagai
sarana untuk menggali kebutuhan pasien. Karena komunikasi dalam keperawatan bertujuan
untuk terapi maka komunikasi dalam keperawatan disebut komunikasi terapeutik (Suryani,
2005). Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto, 1994 dalam Mundakir,
2006).
64
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
Hasil wawancara terhadap 15 orang pasien di ruang rawat inap melati RSUD Subang,
5 orang mengatakan komunikasi perawat baik, 6 orang mengatakan biasa saja, dan 4 orang
mengatakan kurang, hal tersebut dilihat dari segi kualitasnya. Dan pasien mengatakan bahwa
mereka merasa lebih tenang dan merasa lebih dekat pada perawat-perawat yang
menggunakan komunikasi, baik, ramah. Dan pasien mengatakan masih adanya perawat yang
judes, kurang ramah, kurang perhatian, tidak cepat tanggap terhadap keluhan pasien, tidak
mengajak berkomunikasi saat tindakan (kurang komunikatif). Pasien mengharapkan agar
perawat lebih banyak berinteraksi dengan pasien dan lebih sering melakukan komunikasi
dengan pasien agar tercipta suasana yang dapat membuat pasien merasa aman, nyaman
dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya karena pasien merasa
perawat tidak sesuai yang diharapkan oleh pasien. Dan selain itu juga, ada 2 orang pasien
mengeluh dengan sakitnya yang tidak sembuh-sembuh, suasana ruangan yang kurang
nyaman, dan peralatan kesehatan yang kurang lengkap.
B. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan analitik observatif dengan pendekatan
cross sectional. Hipotesis dalam penelitian ini adalah berikut :
65
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
Ho : Tidak ada hubungan antara pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat
kepuasan pasien.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat pelaksana dan pasien di ruang
rawat inap melati RSUD Subang dengan jumlah 32 orang. Tekhnik sampling yang digunakan
adalah total sampling. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Analisis
univariat menggunakan tabel distribusi frekuensi dengan ukuran persentase, sedangkan
analisis bivariat menggunakan uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman Rank
yaitu untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala
ordinal. Penelitian ini telah dilaksanakan di Ruang Rawat Inap melati di RSUD Subang. Waktu
penelitian pada tanggal 9 - 14 Juni 2008.
D. Hasil Penelitian
Baik 9 56,3%
Total 16 100%
66
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
komunikasi terapeutik perawat baik yaitu sebanyak 9 perawat (56,3%) dan sebanyak 7
perawat (43,8%), pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat kurang baik.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Melati RSUD
Subang.
Puas 10 62,5%
Total 16 100%
3. Analisis Bivariat
P-value 0,011
Dari hasil tabel dengan hasil uji statistik di atas menunjukkan bahwa nilai probabilitas
0,011 (p < 0,05), hal ini berarti Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara pelaksanaan
komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien. Dari hasil uji statistik juga
didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,618.
67
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
D. Pembahasan
Melihat hal di atas, maka perawat dalam memberikan pelayanan harus senantiasa
menggunakan kiat-kiat keperawatan yang salah satunya adalah nursing is laughing yang
berarti perawat meyakini bahwa senyum merupakan suatu kiat dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien untuk meningkatkan rasa nyaman pasien (Gaffar, 1999 dalam
Hendrayani 2007). Seorang perawat harus selalu siap senyum (senyumku adalah obatmu),
memberi salam dengan ramah tamah, sikap yang optimis dan percaya diri, menunjukkan
kejelasan bahasa, kesopanan/keramahan perawat untuk membangun hubungan saling
percaya serta membantu pasien untuk kesembuhan pasien, dan pasien dapat
mengekspresikan perasaannya kepada perawat. Sikap yang perlu diperhatikan seorang
perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien adalah sikap ramah, empati dan
mampu bekerja sama (Sunaryo, 2004).
Dari hasil uji statistik (tabel 4.3) diperoleh nilai p-value 0,011 maka dapat disimpulkan
bahwa adanya hubungan antara pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat
kepuasan pasien. Selain itu, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,618 maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan
tingkat kepuasan pasien memiliki keeratan hubungan yang kuat. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa perawat dalam melakukan komunikasi atau memberikan informasi
harus efektif dan terapeutik sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan terhindar dari
komplain atau ketidakpuasan (Wolf, 1984 dalam Hendrayani, 2007). Selain itu sesuai juga
dengan teori Achiryani (2006) bahwa perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi
secara terapeutik, akan mudah menjalin hubungan, rasa percaya dengan pasien, mencegah
68
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka peneliti menyusun beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Mts. (2006). Pemasaran Jasa & Kualitas Pelayanan. Malang : Bayumedia Publishing.
Ariyanthi, L. (2007). Hubungan Faktor Pribadi Klien Dengan Kepuasan Terhadap Kualitas Asuhan
Keperawatan Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit Rajawali
Bandung. Cimahi : STIKES A. Yani.
Hendrayani.I. (2007). Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap
RS Al Islam Bandung. Bandung : UNPAD FIK
Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis. Jakarta : Salemba
Medika.
LPPM. (2007). Pedoman Penulisan dan Petunjuk Karya Tulis Ilmiah atau Skripsi. Cimahi : Stikes
Jenderal Achmad Yani.
69
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.1 April 2013
Mundakir. (2006). Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Cabang Jawa Barat : Anggota Ikatan Penerbit
Indonesia (IKAPI).
Supartini. (2002). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
Wijono. (1999). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Teori Strategi dan Aplikasi. Jakarta :
Airlangga University Press.
70