Anda di halaman 1dari 2

Komunikasi terapeutik

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Priscylia (2014) menunjukkan bahwa pada
fase kerja adalah baik sebanyak 60 orang (89,6%). Hal ini terjadi kare- na pada
fase kerja perawat - pasien memiliki waktu bertatap muka lebih lama dan perawat
mendengar- kan secara aktif dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu pasien
untuk mendefinisikan masalah kesehatannya.
Menurut teori Tehnik komuni- kasi terapeutik yang dapat digunakan perawat untuk
menurunkan kecemasan adalah mendengarkan dan memberikan perhatian penuh (caring)
sehingga efek- tif untuk menurunkan kecemasan dan mempercepat penyembuhan
(Nursalam, 2015).
Peneliti berpendapat Dengan komunikasi dan hubungan terapeutik per- awat-klien
diharapkan dapat menurunkan kecemasan klien dan memberikan rasa nyaman sehingga
pasien merasa puas dan kualitas pelayanan penata anestesi tercapai dengan baik.
Klien merasa bahwa interaksinya dengan penata anestesi merupakan kesempatan untuk
berbagi pengeta- huan, perasaan dan informasi dalam rangka mencapai tujuan
pelayanan yang optimal, sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat.
Kualitas pelayanan

Apa yang dilakukan perawat sesuai dengan teori dari Nursalam (2015), bahwa setiap
pelayanan memerlu- kan bentuk pelayanan yang handal. Artinya dalam memberikan
pelayanan setiap perawat diharapkan memiliki kemampuan dalam pengetahuan, keahlian,
kemandirian, penguasaan, dan profesionalisme kerja yang tinggi, sehingga aktivitas
kerja yang dikerjakan menghasilkan bentuk pelayanan yang memuaskan tanpa ada
keluhan dan kesan yang berlebihan atas pe- layanan yang diterima oleh pasien.
Sejalan dengan penelitian Test Asep (2020) dapat diketahui bahwa kualitas pelayanan
perawat di ruang rawat inap bedah Dahlia dan Menur RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga menunjukan paling banyak kategori sangat baik sebanyak
40 orang (44,4%), baik sebanyak 36 orang (40,0%) dan cukup sebanyak 14 orang
(15,6%). Hal ini menunujukkan bahwa responden menyatakan kualitas pelayanan perawat
sudah sangat baik. Pasien yang menyatakan kualitas pelayanan keperawatan baik
karena perawat menangani pasien secara handal (reliability). Sedang- kan kategori
cukup dengan nilai rata-rata jawaban terendah terletak pada aspek empati (emphaty).
Keandalan (reliability) yaitu sikap kerja perawat pelaksana dalam hal kualitas
pelayanan kesehatan yang dinilai berdasarkan kemampuan perawat pelak- sana untuk
memberikan pelayanan yang dijanjikan secara akurat, teliti, dan terpercaya.
Menurut pendapat peneliti, penilain pasien terhadap kualitas pelayanan perawat
tergantung dari pelayanan yang diberikan perawat. Semakin baik pelayanan yang
diberikan maka pasien akan merasa puas den- gan pelayanan yang diberikan. Perawat
harus mampu memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien secara langsung
dengan membantu pasien me- menuhi kebutuhan dasarnya dan perawat menerap- kan 5S
(Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) setiap melakukan tindakan yang berhubungan
dengan pasien.
Hubungan
Sejalan dengan penelitian oleh Jlala et al (2010), El-Nasser & Mohamed (2013),
Rizki (2014) dan Nugraha (2014) menyebutkan bahwa faktor kepuasan pasien yang
berpengaruh tinggi terhadap pelayanan anestesi adalah pemberian informasi yang
efektif dan interaksi tenaga kesehatan-pasien. Pemberian informasi melalui
interaksi antara tenaga kesehatan dan pasien dapat dilihat dari seberapa baik
komunikasi yang dilakukan. Komunikasi ini diperlukan pasien untuk meningkatkan
pengetahuan pasien terkait proses keperawatan anestesi.
Menurut teori Penggunaan komunikasi terapeutik merupakan media dalam mengembangkan
hubungan antara perawat dengan pasien, apabila perawat dalam berinteraksi dan
berkomunikasi dengan pasien tidak memperhatikan tehnik dan tahapan baku komunikasi
terapeutik dengan baik, maka hubungan yang baik antara perawat dengan pasien akan
sulit terbina, dampaknya jika pelayanan rumah sakit kurang baik, maka jumlah
kunjungan pasien ke rumah sakit tersebut akan berkurang dan pasien akan memberikan
persepsi negative tentang pelayanan rumah sakit tersebut, dampak bagi perawat yaitu
hubungan yang baik antara perawat dan pasien pun akan sulit terbina, juga bias
dilakukan pemutusan hubungan kerja dari rumah sakit (Pohan, 2010).
Hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien dapat terjadi
ketika perawat memberikan pelayanan komunikasi terapeutik yang optimal dan kinerja
perawat yang cepat dalam mengatasi masalah pasien. Pasien merasakan kepuasan diri
atas pelayanan perawat
yang diberikan dan mengurangi beban perasaan pasien, dalam kondisi sakit masalah
kesehatannya dapat ditangani dengan cepat untuk mencapai kesembuhan. Hal ini
sejalan dengan Suryani (2014), yang menyatakan bahwa komunikasi terapeutik
bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih positif atau
adaptif.

Hasil dari penelitian ini bahwa komunikasi terapeutik perawat berhubungan dengan
tingkat kepuasan pasien post operasi di ruangan Santa Maria Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan karena komunikasi terapeutik merupakan salah satu untuk memberikan
informasi yang akurat dan membina hubungan saling percaya terhadap klien, sehingga
klien akan merasa puas dengan pelayanan yang diterima. Perawat yang memiliki
komunikasi terapeutik yang baik akan memberikan kepuasan pada pasien. Dalam
penelitian ini komunikasi terapeutik perawat dapat mempengaruhi tingkat kepuasa
pasien dimana perawat bersikap tenang dan dapat mengontrol perasaan saat bertemu
dengan pasien, perawat memberi dan memperkenalkan diri ketika berinteraksi dengan
pasien/keluarga, fasilitas sarana maupun prasarana yang disediakan Rumah Sakit dan
pelayanan medis.

Anda mungkin juga menyukai