Anda di halaman 1dari 8

Hubungan Komunikasi dalam Perencanaan Asuhan Keperawatan

Raudatun Hasanah
Raudatunhasanh20@gmail.com
Latar belakang

Komunikasi sangat diperlukan dalam perencanaan keperawatan karena dengan berkomukasi kita
dapat menentukan rencana asuhan keperawatan yang akan kita berikan kepada pasien atau klien.
Komunikasi dalam kehidupan sehari– hari merupakan sarana yang penting untuk menjalin relasi
dengan orang lain. Komunikasi juga dapat memberikan pertukaran informasi dan dukungan
emosional pada saat mengalami stress maupun dalam menjali kehidupan. Dalam bidang
keperawatan, komunikasi penting untuk menciptakan hubungan antara perawat dengan pasien,
untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana mengenai tindakan serta kerja
sama dalam memenuhi kebutuhan pasien.

Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang optimal dalam kegiatan
keperawatan. Komunikasi tersebut adalah kepada dan dengan komunitas, pasien dan
keluarganya, serta dengan professional kesehatan lainnya.

Kemampuan dalam berkomunikasi yang baik oleh seorang perawat merupakan salah satu faktor
keberhasilan dalam melaksanakan suatu proses pelayanan keperawatan yang meliputi tahap
pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pasien akan merasa
puas ketika kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi dengan apa yang
diharapkannya, dan sebaliknya ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila
kinerja dari pelayanan kesehatan yang diperolehnya tidak sesuai dengan apa yang
diharapkannya.

Komunikasi trapeutik adalah suatu proses dimana perawat menggunakan keahliannya dalam
interaksi interpersonal yang bermanfaat bagi pasiennya. Komunikasi terapeutik diterapkan oleh
perawat dalam berintraksi dengan pasien untuk meningkatkan rasa saling percaya satu sama lain,
dan apabila tidak diterapkan akan menggangu hubungan terapeutik yang berdampak pada
ketidakpuasan pasien, komunikasi terapeutik yang baik juga dapat mempercepat kesembuhan
bagi pasien.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik memegang
peranan penting dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan dan membantu
penyembuhan klien. Untuk mencapai hal tersebut, maka perawat perlu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan berkomunikasi secara terapeutik dalam praktek keperawatan.

Metode

Metode dalam pembuatan kajian tersebut yaitu literasi. Saya membaca dari berbagai referensi
berupa buku dan jurnal. Melalui metode literature ini saya memahami dan mengidentikasi
hubungan komunikasi dengan perencanaan keperawatan, bagaimana membuat prioritas masalah,
membuat tujuan dan kriteria hasil, memutuskan perencanan keperawatan yang akan
diimplementasikan.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Analisa univariat yaitu suatu
teknik analisa yang digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi suatu data penelitian.
Analisa bivariat data ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas terhadap
variable terikat.

Data tentang pengetahuan komunikasi terapeutik perawat diperoleh melalui pengumpulan data
tentang kemampuan komunikasi dengan perencanaan asuhan keperawatan diperoleh melalui
observasi. Data-data tersebut, kemudian diolah dan dianalisa dengan analisa univariat untuk
mendeskripsikan variabel penelitian dengan membuat tabel distribusi yang mencakup
karakteristik perawat, tingkat pengetahuan komunikasi terapeutik perawat dan tingkat
kemampuan komunikasi perawat.

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil literature yang saya baca, bahwa komunikasi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan pasien sehingga pasien cepat pulih dan bisa pulang. Berdasarkan table ini bawah
ini distribusi frekuensi komunikasi Perencanaan asuhan keperawatan untuk meningkatkan pasien
sembuh dan bisa Pulang .

Tabel 1

Komunikasi Frekuensi Persentase


Tidak Baik 37 51,4 %

Baik 35 48,6 %

Total 10 100

Dari tabel 1 diatas, dapat dilihat jika komunikasi perawat tentang perencanaan asuhan
keperawatan untuk meningkatkan pasien sembuh dan bisa pulang memiliki komunikasi tidak
baik 37 responden (51,4%) dan 35 responden (48,6%) dengan komunikasi baik.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antarakomunikasi dengan perencanaan asuhan
keperawatan. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan agar perawat dapat memberikan
komunikasi yang baik kepada pasien, agar pasien dapat memahami dengan baik maksud dan
tujuan dari sebuah tindakan yang akan dilakukan oleh perawat kepada pasien, karena peneliti
berasumsi bahwa salah satu cara untuk meningkatkan kualitas perencanaan asuhan dan
pelayanan keperawatan yaitu terdapat pada proses komunikasi yang baik yang dilakukan oleh
perawat kepada pasien/keluarga pasien. Menurut Kuntoro (2010) bahwa manajemen
keperawatan diartikan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien/
keluarga serta masyarakat. Beberapa keuntungan dari metode tim dalam pemberian asuhan
keperawatan adalah dapat memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat, Pasien merasa
diperlakukan lebih manusiawi karena pasien memiliki sekelompok perawat yang lebih mengenal
dan memahami kebutuhannya, dan Perawat dapat mengenali pasien secara individual karena
perawatannya menangani pasien dalam jumlah yang sedikit.

Hal ini sesuai dengan (Nursalam, 2012) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan
pasien terdapat pada kinerja perawat dimana salah satu unsur yang ikut mempengaruhi yaitu
keramahan perawat kepada pasien, Institusi pelayanan dianggap baik apabila dalam memberikan
pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan pasien misalnya keramahan dalam memberikan
pelayanan keperawatan.

Pembahasan
Hasil penelitian didapatkan dari 37 responden yang mempunyai komunikasi tidak baik
didapatkan 28 (75,7%) pelaksanaannya tidak baik dan 9 (24,3%) pelaksanaannya baik. Sebanyak
35 responden yang mempunyai komunikasi baik didapatkan 24 (68,6%) pelaksanaannya baik
dan 11 (31,4%) pelaksanaannya tidak baik. Hasil uji statistic chi square didapat nilai pvalue
0.000 (<0.05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi perawat dengan
pelaksanaan perencanaan asuhan keperawat untuk pulang, dengan nilai OR 6,788, artinya
responden yang memiliki komunikasi kurang baik 6,788 kali berpeluang tidak melaksanakan
perencanaan pulang dengan baik.

Potter dan Perry (2005) mengatakan salah satu langkahlangkah prosedur dalam perencanaan
asuhan keperawatan untuk pulang yaitu perawat melakukan konsultasi dengan anggota tim
kesehatan lain tentang berbagai kebutuhan pasien setelah pulang. Komunikasi sangat penting
untuk proses keperawatan. Perawat menggunakan kemampuan komunikasi pada setiap langkah
dari proses perawatan. Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi
perawatan klien bergantung pada komunikasi efektif antara perawat, klien, keluarga, dan tim
perawatan kesehatan (Potter & Perry, 2005; Mundakir, 2006). Menentukan bagaimana teknik
yang paling benar sehingga perencanan pulang dapat berkualitas dibutuhkan pembelajaran lebih
mendalam untuk proses perencanan pulang. Proses ini sangat penting untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas kepada pasien. Proses tersebut menunjukkan bahwa untuk
mendapatkan pelayanan yang berkualitas dibutuhkan kerjasama, perencanaan terstruktur,
keamanan pasien, perawatan berkelanjutan dan dokumentasi Komunikasi yang dilakukan antar
tenaga kesehatan mampu meningkatkan kedisiplinan dan kerjasama antar tim yang dapat
berpengaruh pada peningkatan kualitas pelayan perencanan pulang, sehingga kerjasama tim
sangat dibutuhkan dalam proses perencanan pulang (Greysen, 2012).

Berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya pada perawat Rumah
Sakit menyatakan ada hubungan antara komunikasi dengan pelaksanaan perencanaan pulang
denganp value = 0,008 (p < α 0,05). bahwa hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square
didapatkan nilai x2 hitung (5,255) > x2 tabel (3,84) dan p value sebesar 0,022 (α = 0,05), maka
dapat disimpulkan ada hubungan 6 komunikasi terapeutik perawat dengan keberhasilan
pelaksanaan discharge planning perawat pada pasien pasca pembedahan. Menurut analisa
peneliti dapat disimpulkan dalam proses peningkatan status kesehatan upaya komunikasi
kesehatan dapat memberikan kontribusi yang sangat penting dilakukan secara menyeluruh
dengan melibatkan instansi terkait.

Mengungkapkan kepuasan pelanggan rumah sakit atau organisasi pelayanan kesehatan lain atau
kepuasan pasien dipengaruhi banyakfaktor antara lain pendekatan dan perilaku petugas, mutu
inlormasi, prosedur perjanjian, waktu tunggu, lasilitas umum yang tersedia, fasilitas perhotelan
untuk pasien seperti mutu makanan, pengaturan kunjungan dan "privasi" outcome terapi dan
perawatan yang diterima. Salah satu faktor untuk mempengaruhi kepuasan pasien adalah
pendekatan dan perilaku petugas yaitu komunikasiterapeutik. Komunikasi terapeutik merupakan
hal yang sangat penting bagi perawat untuk mendukung proses keperawatan yang meliputi
pengkajian diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Peran komunikasi
sebagai sarana untuk menggali kebutuhan pasien.

Hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit, dapat di lihat
pada diagram tebar data yang menyebar dengan pola positif yaitu ada hubungan artinya semakin
tinggi komunikasi terapeutik perawat maka akan semakin tinggi kepuasan pasien di Rumah Sakit
lslam Kendal. Dari hasil analisis dengan uji Spearman's rho diperoleh hasil hubungan antara
komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit lslam Kendal
menghasilkan t = 0,225 yang artinya hubungan komunikasiterapeutik perawat dengan kepuasan
pasien menunjukkan hubungan yang lemah dan nilai p = 0,0'10 (< 0,05) artinya ada hubungan
antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit lslam Kendal.

Kesehatan merupakan langkah dalam berkomunikasi untuk menyebarluaskan informasi


kesehatan yang dapat mempengaruhi individu dan komunitas agar dapat membuat keputusan
yang tepat untuk pengelolaan kesehatan. Dalam pelaksanaan discharge planning, perawat
mempunyai peran utama untuk memberi instruksi kepada pasien tentang sifat masalah kesehatan,
hal-hal yang harus dihindari, penggunaan obat-obatan di rumah, jenis komplikasi, dan sumber
bantuan yang tersedia.

Pelayanan keperawatan masih sering mendapatkan keluhan dari masyarakat, terutama sikap dan
kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Tidak jarang terjadi
konflik antara perawat dengan pasien sebagai akibat dari komunikasi yang tidak jelas atau tidak
komunikatif sehingga menimbulkan kekecewaan dan ketidakpuasan serta kepercayaan yang
rendah dari pasien. Hal ini sesuai dengan teori pencapaian tujuan menurut King bahwa
komunikasi mendukung penetapan bersama antara perawat dan pasien (Nursalam, 2012 dalam
Marlina Andriani). Salah satu hal yang dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama yang baik
dengan pasien dalam rangka membantu memenuhi kebutuhan kesehatan pasien, maupun dengan
tenaga kesehatan lain dalam rangka membantu mengatasi masalah pasien adalah dengan
berkomunikasi.

Dengan berkomunikasi, perawat dapat mendengarkan perasaan pasien dan menjelaskan prosedur
tindakan keperawatan (Mundakir, 2006). Komunikasi terapeutik diterapkan oleh perawat dalam
berintraksi dengan pasien untuk meningkatkan rasa saling percaya, dan apabila tidak diterapkan
akan menggangu hubungan terapeutik yang berdampak pada ketidakpuasan pasien. Pasien akan
merasa puas ketika kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi harapanya
dan sebaliknya, ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan
kesehatan yang diperolehnya tidak sesuai dengan harapanya (Pohan, 2007). Kepuasan pelanggan
akhir-akhir ini menjadi suatu hal yang dianggap sangat penting dalam semua skor bisnis baik
barang maupun jasa. Semua hal yang dilakukan dalam rangka memberikan pelayanan prima
kepada pelanggan tidaklah berarti sama sekali, jika tidak berusaha untuk memuaskan pelanggan
(Gerson, 2001 dalam Anwar 2017).

Ada beberapa jenis pelayanan di rumah sakit yang kualitasnya selalu dinilai oleh pasien, dan
salah satunya adalah pelayanan keperawatan dan komunikasi. Tim Keperawatan merupakan
anggota tim kesehatan garda depan yang menghadapi masalah kesehatan pasien selama 24 jam
secara terus menerus. Perawat sebagai tenaga yang profesional mempunyai kesempatan paling
besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang
komprehensif dengan membantu pasien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Untuk
menjalankan perannya dengan baik, perawat perlu memiliki keterampilan dalam mengklarifikasi.

Menurut Notoatmodjo (2003) untuk merubah pengetahuan, sikap dan perilaku adalah dengan
pendidikan dan pelatihan. Pengetahuan dan kemampuan seseorang dipengaruhi oleh latar
belakang pendidikan. Makin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah baginya untuk
menerima informasi termasuk dalam hal komunikasi terapeutik. Pengetahuan akan membentuk
tindakan dan perilaku seseorang. Dalam kenyataannya, tidak semua yang memiliki pengetahuan
yang baik akan mempunyai kemampuan atau keterampilan yang baik pula, namun memiliki
kecenderungan yang lebih tinggi untuk bersikap positif dibanding dengan pengetahuan yang
kurang tentang komunikasi terapeutik.

Penutup

Perawat hendaknya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya


berkomunikasi secara terapeutik dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan dan perencanaan asuhan keperawatan. Selanjutnya pihak Rumah
Sakit perlu menetapkan standar pelaksanaan komunikasi terapeutik bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Saran untuk Institusi Pendidikan, khususnya Keperawatan
adalah dengan memasukan program praktek komunikasi terapeutik dalam kegiatan pembelajaran
praktikum sehingga setelah menyelesaikan pendidikan, mahasiswa mampu mengaplikasikan
komunikasi terapeutik dalam praktek keperawatan. Selanjutnya untuk peneliti lain, diharapkan
dapat mengembangkan hasil penelitian ini dengan menambah jumlah variabel yang dapat
berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi terapeutik perawat seperti gender, lingkungan
kerja dan lain sebagainya.

Referensi

Andriani, Marlina. (2014.) Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien
Di Rawat Inap Bedah Rsi Ibnu Sina Bukitinggi. Stikes Yarsi Bukittinggi.
Agustin, R. (2017). Optimalisasi Pelaksanaan Discharge Planning Melalui Pengembangan Model
Discharge Planning Terintegrasi Pelayanan Keperawatan. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah,
2 (1).
Basri, B. (2019). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien
Diruang Rawat Inap Rsud Poso. Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice.
Butar-Butar, J., & Simamora, R. H. (2016). Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan Dengan
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Di Rsud Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Jurnal Ners
Indonesia, 6(1), 50-63.
Bumulo, M. I. (2017). Pengaruh Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim
Terhadap Kualitas Pelayanan Keperawatan Di Bangsal Pria Rsud Datoe Binangkang Kabupaten
Bolaang Mongondow. e-Jurnal Keperawatan (e-Kp), 5(2).
Pribadi, T., Gunawan, M. R. & Djamaludin, D. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan Komunikasi
Perawat Dengan Pelaksanaan Perencanaan Pulang Di Ruang Rawat Inap Rsud Zainal Abidin
Pagaralam Way Kanan. Malahayati Nursing Journal, 1(1)
Putri, H. T. & Fanani, A. (2013). Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Merkid Press Yogyakarta.
Rudiyanti, Y. (2012). Hubungan Komunikasi Organisasi Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di
Ruang Rawat Inap Salah Satu Rumah Sakit Surabaya. Fakultas keperawatan. Universitas
Indonesia.
Simamora, R. H. (2005). Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana Terhadap Penerapan Fungsi
Pengorganisasian Yang Dilakukan Oleh Kepala Ruangan Dengan Kinerja Diruang Raeat Inap
RSUD Koja Jakarta Utara (Doctoral Dissertation, Tesis FIK UI, Tidak dipublikasikan).
Sumarno, A. & Holis, A. J. (2017). Hubungan Motivasi Perawat Dengan Pelaksanaan
Komunikasi Efektif Dalam Manajemen Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Js. Tahun 2017.
Sugiyati, S. (2015). Hubungan Pengetahuan Perawat Dalam Dokumentasi Keperawatan Dengan
Pelaksanaannya Di Rawat Inap Rsi Kendal. Jurnal Keperawatan FIKes, 8(2), 109 – 125.
Wirdah, H. & Yusuf, M. (2015). Penerapan Asuhan Keperawatan Oleh Perawat Pelaksana Di
Rumah Sakit Banda Aceh.

Anda mungkin juga menyukai