Burhanuddin Basri
STIKes Husada Mandri Poso
Email: burhanganteng720@gmail.com
ABSTRAK
Kemampuan dalam berkomunikasi yang baik oleh perawat merupakan salah satu faktor keberhasilan
dalam melaksanakan suatu proses pelayanan keperawatan yang meliputi tahap pengkajian, perumusan
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pasien akan merasa puas ketika kinerja pelayanan
kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi dengan apa yang diharapkannya, dan sebaliknya
ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja dari pelayanan kesehatan
yang diperolehnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Komunikasi terapeutik diterapkan
oleh perawat dalam berintraksi dengan pasien untuk meningkatkan rasa saling percaya, dan apabila
tidak diterapkan akan menggangu hubungan terapeutik yang berdampak pada ketidakpuasan pasien,
komunikasi terapeutik yang baik juga dapat mempercepat kesembuhan bagi pasien. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan
pasien. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Sampel diambil dengan teknik total sampling yaitu 96 pasien. Instrumen dalam penelitian adalah
kuesioner. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan rumus Chi square. Hasil penelitian
menunjukan bahwa komunikasi teraupetik yang diberikan perawat tidak efektif sebanyak 34 reponden
(72,3%). Gambaran kepuasan keluarga pasien dalam pelayanan di ruang rawat inap RSUD Poso
menunjukan bahwa pasien tidak puas sebesar 54 reponden (56,3%). hubungan yang signifikan antara
komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Poso
dengan p value (0,04) < 0,05.
ABSTRACT
The ability to communicate well by nurses is one of the success factors in carrying out a nursing
service process which includes the assessment phase, the formulation of diagnostics, planning,
implementation, and evaluation. Patients will feel satisfied when the performance of health services
obtained is the same or more than what they expected, and vice versa dissatisfaction or feeling
disappointed patients will arise if the performance of health services obtained is not in accordance
with what he expected. Therapeutic communication is applied by nurses in interacting with patients to
increase mutual trust, and if it is not implemented it will interfere with therapeutic relationships that
have an impact on patient dissatisfaction, good therapeutic communication can also accelerate healing
for patients. The purpose of this study was to determine the relationship between therapeutic
communication of nurses and the level of patient satisfaction. The research design used was
descriptive analytical with cross sectional approach. The sample was taken by total sampling
technique, namely 96 patients. The instrument in the study was a questionnaire. The results of the
study were analyzed using the Chi square formula. The results showed that therapeutic communication
given by ineffective nurses was 34 respondents (72.3%). The description of the patient's family
satisfaction in service in the inpatient room of the RSUD Poso shows that the patient is not satisfied by
54 respondents (56.3%). a significant relationship between therapeutic communication of nurses with
the level of patient satisfaction in the inpatient room of Poso General Hospital with p value (0.04)
<0.05.
Tabel 4.
Tabulasi Silang Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Diruang Rawat Inap RSUD
Poso
Berdasarkan Tabel 5.4 diatas dari bahwa ada hubungan antara komunikasi
jumlah responden 96 menunjukkan data terapeutik perawat dengan tingkat
komunikasi terapeutik yang tidak efektif kepuasan pasien diruang rawat inap RSUD
dengan responden yang merasa tidak puas Poso.
sebanyak 34 orang (72,3%), responden
yang merasa puas sebanyak 13 orang
(27,7%). Kemudian untuk komunikasi
terapeutik yang efektif responden yang
merasa tidak puas sebanyak 20 orang
(40,8%), sedangkan responden yang
merasa puas sebanyak 29 orang (59,2%).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-
square nilai P value yang dihasilkan
sebesar 0,04<0,05, dimana dapat
disimpulkan
memegang
peranan penting memecahkan masalah terapeutik disisi lain antara perawat dan
yang dihadapi pada dasarnya komunikasi pasien yang kurang memadai seperti
terapeutik merupakan komunikasi diruang rawat inap, dimana ada
profesional yang mengarah pada tujuan tindakan/prosedur yang harus dilakukan
yaitu penyembuhan pasien (Liliweri, Alo. oleh perawat sehingga terbatas waktu
2007). untuk berkomunikasi dengan pasien.
Hasil analisis uji statistik dengan
Kepuasan Pasien Chi-Square menunjukkan nilai 𝜌= 0,04(<
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan 0,05) sehingga Ha diterima dan H0 ditolak,
bahwa sebagian besar responden yang hal ini menunjukkan bahwa terdapat
menyatakan tidak puas terhadap hubungan antara komunikasi terapeutik
komunikasi terapeutik perawat yaitu 54 perawat dengan tingkat kepuasan pasien
responden (56,3%), dan yang menyatakan diruang rawat inap Rumah Sakit Umum
puas sebanyak 42 responden (43,8%), ini Daerah Poso.
berarti bahwa kepuasan pasien erat Hasil penelitian menunjukkan
kaitanya dengan baik buruknya suatu bahwa kepuasan pasien tentang
pelayanan yang diterima oleh pasien, komunikasi terapeutik perawat dalam
pengukuran kepuasan ini mutlak memberikan pelayanan keperawatan
diperlukan melalui pengukuran tersebut diRuang Rawat Inap RSUD Poso
dapat diketahui sejauh mana tingkat mutu menunjukkan bahwa sebagian besar
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan responden tidak puas dengan komunikasi
dapat memenuhi harapan pasien, kepuasan terapeutik perawat walaupun masih ada
pasien merupakan salah satu tujuan dari sebagian kecil responden yang menyatakan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan puas terhadap pelayanan keperawatan.
(Pohan, 2007). Rasa kurang puas ini mungkin juga
disebabkan oleh ketidakmampuan pasien
Analisa Bivariat ataupun menafsiran yang salah, terhadap
Dari hasil penelitian menunjukan pesan verbal ataupun non-verbal, yang
bahwa sebanyak 47 responden yang disampaikan oleh perawat, ataupun juga
mengatakan komunikasi terapeutik tidak ketidaktepatan waktu yang digunakan oleh
efektif sebanyak 34 responden (72,3%) perawat, dalam memberikan tindakan
merasa tidak puas dan 13 responden keperawatan ataupun informasi kepada
(27,7%) merasa puas terhadap pelayanan pasien, Sehingga proses pertukaran
keperawatan. Kemudian 49 responden informasi menjadi kurang efektif dan
yang mengatakan komunikasi terapeutik resiko terjadinya salah penafsiran semakin
perawat yang efektif sebanyak 20 tinggi Ini akan berdampak pada
responden (40,8%) merasa tidak puas dan ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan
29 responden (59,2%) merasa puas yang diberikan oleh perawat. Namun
terhadap pelayanan keperawatan. sebagian besar dari pasien mengatakan
Terdapat 47 responden yang bahwa pelayanan belum bgitu baik yang
menyatakan komunikasi terapeutik diberikan perawat kepada pasien, sehingga
perawat yang tidak efektif sehingga terjadi ketidakpuasan pasien terhadap
memperoleh ketidakpuasan sebanyak 37 pelayanan yang diberikan.
responden (72,3%), hal ini disebabkan Hasil penelitian ini sejalan dengan
kurang puas pasien karena komunikasi yang dikemukakan oleh (Finley 2001)
yang diberikan perawat dalam memberikan seperti dikutip dalam (Wahyudi 2009)
pelayanan keperawatan tentang informasi bahwa pasien baru akan merasa puas
kesehatan tidak sesuai dengan apa yang apabila kinerja layanan kesehatan yang
harapan mereka dan perawat kurang diperolehnya sama atau melebihi
memperhatikan bagaimana tehnik-tehnik harapannya dan sebaliknya, kurang puas
komunikasi atau perasaan kecewa pasien akan muncul