Anda di halaman 1dari 12

eISSN : 2622-0997

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT


KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD POSO

Burhanuddin Basri
STIKes Husada Mandri Poso
Email: burhanganteng720@gmail.com

ABSTRAK
Kemampuan dalam berkomunikasi yang baik oleh perawat merupakan salah satu faktor keberhasilan
dalam melaksanakan suatu proses pelayanan keperawatan yang meliputi tahap pengkajian, perumusan
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pasien akan merasa puas ketika kinerja pelayanan
kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi dengan apa yang diharapkannya, dan sebaliknya
ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja dari pelayanan kesehatan
yang diperolehnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Komunikasi terapeutik diterapkan
oleh perawat dalam berintraksi dengan pasien untuk meningkatkan rasa saling percaya, dan apabila
tidak diterapkan akan menggangu hubungan terapeutik yang berdampak pada ketidakpuasan pasien,
komunikasi terapeutik yang baik juga dapat mempercepat kesembuhan bagi pasien. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan
pasien. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Sampel diambil dengan teknik total sampling yaitu 96 pasien. Instrumen dalam penelitian adalah
kuesioner. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan rumus Chi square. Hasil penelitian
menunjukan bahwa komunikasi teraupetik yang diberikan perawat tidak efektif sebanyak 34 reponden
(72,3%). Gambaran kepuasan keluarga pasien dalam pelayanan di ruang rawat inap RSUD Poso
menunjukan bahwa pasien tidak puas sebesar 54 reponden (56,3%). hubungan yang signifikan antara
komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Poso
dengan p value (0,04) < 0,05.

Kata Kunci: Komunikasi Terapeutik, Perawat, Kepuasan Pasien

ABSTRACT
The ability to communicate well by nurses is one of the success factors in carrying out a nursing
service process which includes the assessment phase, the formulation of diagnostics, planning,
implementation, and evaluation. Patients will feel satisfied when the performance of health services
obtained is the same or more than what they expected, and vice versa dissatisfaction or feeling
disappointed patients will arise if the performance of health services obtained is not in accordance
with what he expected. Therapeutic communication is applied by nurses in interacting with patients to
increase mutual trust, and if it is not implemented it will interfere with therapeutic relationships that
have an impact on patient dissatisfaction, good therapeutic communication can also accelerate healing
for patients. The purpose of this study was to determine the relationship between therapeutic
communication of nurses and the level of patient satisfaction. The research design used was
descriptive analytical with cross sectional approach. The sample was taken by total sampling
technique, namely 96 patients. The instrument in the study was a questionnaire. The results of the
study were analyzed using the Chi square formula. The results showed that therapeutic communication
given by ineffective nurses was 34 respondents (72.3%). The description of the patient's family
satisfaction in service in the inpatient room of the RSUD Poso shows that the patient is not satisfied by
54 respondents (56.3%). a significant relationship between therapeutic communication of nurses with
the level of patient satisfaction in the inpatient room of Poso General Hospital with p value (0.04)
<0.05.

Keywords: Therapeutic Communication, Nurses, Patient Satisfaction

PENDAHULUAN kesehatan bagi masyarakat dengan


Menurut Depkes RI (2009) rumah
sakit merupakan institusi pelayanan

Indonesian Journal of Nursing Sciences and 1


eISSN : 2622-0997

karakteristik tersendiri dan dipengaruhi


oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi dan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat
yang

Indonesian Journal of Nursing Sciences and 2


eISSN : 2622-0997

harus tetap mampu meningkatkan mengklarifikasi nilai, konseling dan


pelayanan yang lebih bermutu dan komunikasi (Hamid, 2009).
terjangkau oleh masyarakat agar terwujud Pelayanan keperawatan masih
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. sering mendapatkan keluhan dari
Rumah sakit memeiliki peran yang sangat masyarakat, terutama sikap dan
strategis dalam upaya mempercepat kemampuan perawat dalam memberikan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. asuhan keperawatan kepada pasien. Tidak
Paradigma baru pelayanan kesehatan jarang terjadi konflik antara perawat
mengharuskan rumah sakit memberikan dengan pasien sebagai akibat dari
pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan komunikasi yang tidak jelas atau tidak
dan keinginan pasien dengan tetap komunikatif sehingga menimbulkan
mengacu pada kode etik profesi. kekecewaan dan
Perkembangan teknologi yang pesat dan ketidakpuasan serta kepercayaan yang
persaingan yang semakin ketat, maka rendah dari pasien. Hal ini sesuai dengan
rumah sakit dituntut untuk terus teori pencapaian tujuan menurut King
melakukan peningkatan kualitas bahwa komunikasi mendukung penetapan
pelayananya (Depkes RI, 2007). bersama antara perawat dan pasien
Keberhasilan hubungan profesional (Nursalam, 2012 dalam Marlina Andriani).
terapeutik antara perawat dan klien sangat Salah satu hal yang dilakukan
menentukan hasil tindakan yang perawat dalam menjaga kerjasama yang
diharapkan. Kepuasan pasien terdiri dari baik dengan pasien dalam rangka
beberapa sapek. Kinerja dan komunikasi membantu memenuhi kebutuhan kesehatan
merupakan aspek yang paling berkaitan pasien, maupun dengan tenaga kesehatan
erat dengan perawat karena memiliki lain dalam rangka membantu mengatasi
intensitas interaksi dengan pasien paling masalah pasien adalah dengan
tinggi dibandingkan petugas kesehatan lain berkomunikasi. Dengan berkomunikasi,
di rumah sakit. Kedua aspek tersebut perawat dapat mendengarkan perasaan
seharusnya menjadi fokus perhatian pasien dan menjelaskan prosedur tindakan
perawat ketika menolong pasien. keperawatan (Mundakir, 2006).
Kenyataan dilapangan menunjukkan Komunikasi terapeutik diterapkan
bahwa banyak perawat yang belum oleh perawat dalam berintraksi dengan
menunjukkan sikap-sikap tersebut. Perawat pasien untuk meningkatkan rasa saling
bukan hadir untuk melayani, namun percaya, dan apabila tidak diterapkan akan
terkesan menyelesaikan tugas saja menggangu hubungan terapeutik yang
(Simamora, 2012). berdampak pada ketidakpuasan pasien.
Ada beberapa jenis pelayanan di Pasien akan merasa puas ketika kinerja
rumah sakit yang kualitasnya selalu dinilai layanan kesehatan yang diperolehnya sama
oleh pasien, dan salah satunya adalah atau melebihi harapanya dan sebaliknya,
pelayanan keperawatan. Tim Keperawatan ketidakpuasan atau perasaan kecewa
merupakan anggota tim kesehatan garda pasien akan muncul apabila kinerja
depan yang menghadapi masalah layanan kesehatan yang diperolehnya tidak
kesehatan pasien selama 24 jam secara sesuai dengan harapanya (Pohan, 2007).
terus menerus. Perawat sebagai tenaga Kepuasan pelanggan akhir-akhir ini
yang profesional mempunyai kesempatan menjadi suatu hal yang dianggap sangat
paling besar untuk memberikan pelayanan penting dalam semua skor bisnis baik
kesehatan khususnya asuhan keperawatan barang maupun jasa. Semua hal yang
yang komprehensif dengan membantu dilakukan dalam rangka memberikan
pasien memenuhi kebutuhan dasar yang pelayanan prima kepada pelanggan
holistik. Untuk menjalankan perannya tidaklah berarti sama sekali, jika tidak
dengan baik, perawat perlu memiliki berusaha untuk memuaskan pelanggan
keterampilan dalam (Gerson, 2001 dalam Anwar 2017).

Indonesian Journal of Nursing Sciences and 3


eISSN : 2622-0997

Berdasarkan penelitian yang responden terhadap pelaksanaan


dilakukan Akhmawardani (2012) tentang komunikasi terapeutik, perawat dapat
hubungan komunikasi terapeutik perawat diketahui bahwa tingkat kepuasan laki-laki
dengan tingkat kepuasan pasien di RSI NU lebih tinggi yaitu sebesar 36,7%.
Demak, didapatkan Hasil penelitian Sedangkan pada perempuan memiliki
univariat menunjukkan bahwa karakteristik tingkat ketidakpuasan yang tinggi yaitu
usia pasien 2 sebagian besar berusia ≥35 sebesar 65,7%.
tahun sebanyak 49 pasien (54,4 %), jenis Berdasarkan hasil studi
kelamin hasilnya sama, sebanyak 45 pasien pendahuluan yang peneliti lakukan di
(50,0 %), berpendidikan menengah Rumah Sakit Umum Daerah Poso pada
sebanyak 41 pasien (45,6 %), komunikasi tanggal 23 Maret 2018 di ruang rawat inap
terapeutik perawat yang dipersepsikan oleh RSUD POSO, peneliti memperoleh data
pasien paling tinggi sebanyak 52 pasien dari bagian Rekam Medik RSUD Poso
(57,8%), kepuasan pasien paling baik bahwa jumlah kunjungan pasien ruang
sebanyak 49 pasien (54,4%). Hasil rawat inap dalam 5 (lima) tahun terakhir
penelitian bivariat dari uji statistik Chi yaitu pada tahun 2013 jumlah kunjungan
Square diperoleh tidak ada hubungan pasien sebanyak 7349 orang, pada tahun
komunikasi terapeutik perawat dengan 2014 jumlah kunjungan pasien sebanyak
tingkat kepuasan pasien di ruang rawat 10240 orang, pada tahun 2015 jumlah
inap RSI NU Demak (p=0,348 ≥ α=0,05 kunjungan pasien sebanyak 10642 orang,
artinya tidak ada hubungan secara kemudian pada tahun 2016 jumlah
signifikan). Hasil penelitian yang kunjungan pasien sebanyak 10929 orang,
dilakukan Roric (2014) tentang hubungan dan pada tahun 2017 jumlah kunjungan
komunikasi terapeutik perawat dengan pasien sebanyak 5846 orang.
kepuasan pasien di Ruang Rawat Inap Irina Pada tahun 2017 data jumlah
A.RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, kunjungan pasien rawat inap RSUD Poso
menunjukkan bahwa keterampilan selama 6 (enam) bulan terakhir diperoleh
komunikasi terapeutik perawat baik dan jumlah pasien rawat inap yaitu, pada bulan
pasien merasa puas sebanyak 42 orang Juli diperoleh jumlah pasien sebanyak 394
(91,3%), dan keterampilan komunikasi orang, kemudian pada bulan Agustus
terapeutik perawat baik dan pasien merasa jumlah pasien sebanyak 417 orang, pada
kurang puas sebanyak 4 orang (8,7%). bulan September jumlah pasien sebanyak
Untuk keterampilan komunikasi terapeutik 401 orang, pada bulan Oktober jumlah
kurang baik dan pasien merasa puas pasien sebanyak 432 orang, selanjutnya
sebanyak 5 orang (23,8%), dan pada bulan November jumlah pasien
keterampilan komunikasi terapeutik sebanyak 391 orang, dan pada bulan
kurang baik dan pasien merasa kurang Desember jumlah pasien sebanyak 451
puas sebanyak 16 orang (76,2%). orang, sehingga total jumlah kunjungan
Berdasarkan penelitian Akbar, pasien rawat inap 6 bulan terakhir
2013 di di Instalasi Rawat Inap RSUD sebanyak 2486 orang.
Labuang Baji Makassar didapatkan bahwa Berdasarkan hasil wawancara
kelompok umur >65 tahun memiliki peneliti dengan 6 orang pasien, 5 orang
tingkat kepuasan yang tinggi terhadap pasien merasa kurang puas terhadap
pelaksanaan komunikasi terapeutik komunikasi dalam pelayanan kepada
perawat yaitu sebesar 57,1%, sedangkan pasien yang cenderung kurang senyum,
kelompok umur 26-45 tahun memiliki memberikan penjelasan yang kurang jelas
tingkat ketidakpuasan yang tinggi terhadap kepada pasien tentang kondisi
pelaksanaan komunikasi terapeutik yaitu kesehatannya, adanya cara berkomunikasi
sebesar 78,4%. Hasil tabulasi silang antara yang kurang baik (membentak). Mereka
jenis kelamin responden dengan kepuasan juga mengatakan bahwa seharusnya

Indonesian Journal of Nursing Sciences and 4


eISSN : 2622-0997

perawat mampu memberikan pelayanan Tabel 1.


yang baik serta mampu berkomunikasi Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin,
dengan ramah. Seorang pasien juga Umur, Pendidikan Terahir, Status Pernikahan, dan
mengatakan bahwa lebih memilih berobat Pekerjaan
dirumah sakit lain, dikarenakan perawat di Variable Jumlah (%)
Rumah Sakit Umum Daerah Poso kurang
ramah, kurang senyum dan sedikit kasar. Jenis Laki-laki 50 52,1
Kelamin Perempuan 46 47,9
Berdasarkan observasi yang
dilakukan peneliti menunjukkan bahwa Umur <20 tahun 9 9,4
komunikasi perawat masih kurang dalam 20-25 tahun 13 13,5
26-30 tahun 22 22,9
pelayanan keperawatan. Hal ini dibuktikan 40 41,7
dengan terlihat adanya beberapa keluhan 31-40 tahun 12 12,5
atau protes, baik dari keluarga maupun
>40 tahun
pasien itu sendiri terhadap pelayanan yang
diberikan perawat selama di ruang Pendidikan SD 4 4,2
perawatan, terlihat pasien dan keluarga Terahir SMP 6 6,3
SMA 47 49,0
mengeluh kepada perawat dikarenakan
Perguruan Tinggi 39 40,6
tidak memberikan penjelasaan yang detail
terhadap kondisi kesehatan pasien. Status Menikah 67 69,8
Penelitian ini dibuat untuk Pernikahan Belum menikah 29 30,2

mengetahui hubungan komunikasi Pekerjaan Tidak Bekerja 20 20,8


terapeutik perawat dengan tingkat Tani 23 24,0
kepuasan pasien diruangan rawat inap Wiraswasta 20 20,8
PNS 33 34,4
Rumah Sakit Umum Daerah Poso.

METODE Pada tabel 1 dapat disimpulkan


Desain penelitian yang digunakan bahwa sampel pada penelitian ini yang
yaitu deskriptif analitik dengan pendekatan menjadi responden adalah laki-laki
cross sectional. Populasi dalam penelitian sebanyak 50 orang (52,1%), dan
ini sebanyak 2486 orang. Besar sampel perempuan
bebanyak 96 orang. Teknik pengambilan sebanyak 46 orang (47,9%). Pada
sampel dengan cara Purposive Sampling. umumnya sampel yang menjadi responden
Analisis bivariat dilakukan pada penelitian adalah berusia <20 tahun sebanyak 9
ini dengan menggunakan uji chi-square. orang (9,4
%), usia 20-25 tahun sebanyak 13 orang
HASIL (13,5%), usia 26-30 tahun sebanyak 22
Karakteristik Responden orang (22,9%), usia 31-40 tahun sebanyak
Sebelum menjelaskan hasil 40 orang (41,7%) dan yang berusia >40
penelitian skripsi ini, peneliti tahun sebanyak 12 orang (12,5%). Sampel
menggambarkan terlebih dahulu identitas dengan pendidikan terahir yang menjadi
para responden terpilih berdasarkan responden adalah berpendidikan SD
kelompok demogrfinya. Responden sebanyak 4 orang (4,2%), berpendidikan
terpilih merupakan pasien yang dirawat SMP sebanyak 6 orang (6,3%),
diruang rawat inap RSUD Poso sebagai berpendidikan SMA sebanyak 47 orang
berikut: (49,0%) dan yang berpendidikan PT
(Perguruan Tinggi) sebanyak 39 orang
(40,6%). Sampel dengan status pernikahan
yang menjadi responden adalah sudah
menikah sebanyak 67 orang (69,8 %),
belum menikah sebanyak 29 orang
(30,2%).

Indonesian Journal of Nursing Sciences and 5


eISSN : 2622-0997

Komunikasi Terapeutik efektif sebanyak 49 dengan (51,0%). Nilai


Komunikasi terapeutik terdiri dari tertinggi terdapat pada kategori efektif.
dua dimensi yaitu tidak efektif dan efektif. Kepuasan Pasien
Hasil pengumpulan data tentang Kepuasan Pasien terdiri dari dua
komunikasi terapeutik perawat pada pasien dimensi yaitu tidak puas dan puas. Hasil
di RSUD Poso dapat dilihat pada tabel pengumpulan data tentang kepuasan pasien
berikut ini: di RSUD Poso dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 2
Komunikasi Terapeutik Perawat di RSUD Poso
Tabel 3.
Kepuasan Pasien di RSUD Poso
Kategori Komunikasi n %
Terapeutik Kategori Kepuasan n %
47 49,0 Tidak Puas 54 56,3
Tidak Efektif
49 51,0 Puas 42 43,8
Efektif

Berdasarkan tabel 2 Hasil Berdasarkan tabel 3. diatas


komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien dengan total sampel 96,
total sampel 96, dalam kategori tidak dalam kategori tidak puas sebanyak 54
efektif sebanyak 47 dengan (49,0%), dan dengan (56,3%), dan kategori puas
kategori sebanyak 42 dengan (43,8%). Nilai
tertinggi terdapat pada kategori tidak puas.

Tabel 4.
Tabulasi Silang Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Diruang Rawat Inap RSUD
Poso

Variabel Skor Frekue Kepuasan Pasien Total P OR


nsi Value (95%CI)

Tidak Puas Puas


Komunikasi Tidak F 34 13 47 0,04 3,792
Terapeutik Efektif % 72,3% 27,7% 100 % (1,611-
Efektif F 20 29 49 8,928)
% 40,8% 59,2% 100 %
Total F 54 42 96
% 56,3% 43,8% 100 %

Berdasarkan Tabel 5.4 diatas dari bahwa ada hubungan antara komunikasi
jumlah responden 96 menunjukkan data terapeutik perawat dengan tingkat
komunikasi terapeutik yang tidak efektif kepuasan pasien diruang rawat inap RSUD
dengan responden yang merasa tidak puas Poso.
sebanyak 34 orang (72,3%), responden
yang merasa puas sebanyak 13 orang
(27,7%). Kemudian untuk komunikasi
terapeutik yang efektif responden yang
merasa tidak puas sebanyak 20 orang
(40,8%), sedangkan responden yang
merasa puas sebanyak 29 orang (59,2%).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-
square nilai P value yang dihasilkan
sebesar 0,04<0,05, dimana dapat
disimpulkan

Indonesian Journal of Nursing Sciences and 6


eISSN : 2622-0997

PEMBAHASAN Ditinjau dari setatus pernikahan


Analisa Univariat sebagian besar adalah yang sudah menikah
Berdasarkan hasil analisis ditinjau yaitu sebanyak 67 responden (69,8%).
dari karakteristik jenis kelamin sebagian Pada penelitian sebelumnya telah
besar responden pada penelitian ini lebih ditemukan ada hubungan yang positif
banyak wanita yaitu 50 responden (52,1 antara kepuasan perkawinan dan
%). Jenis kelamin mempengaruhi persepsi penyesuaian perkawinan pada pasangan
dan harapan pasien untuk memenuhi suami istri yang tinggal bersama).
kebutuhan termasuk pelayanan kesehatan. Tentunya setiap individu yang sudah
Wanita memiliki kecenderungan pekerjaan menikah memiliki tingkat kepuasan dan
yang lebih berat dibanding laki-laki, tingkat penyesuaian yang berbeda dengan
sehingga lebih mudah terserang penyakit individu lainnya. Seperti yang dapat dilihat
Wahyu (2006). melalui hasil perhitungan skor setiap
Ditinjau dari karakteristik umur invidu pada penelitian sebelumnya. Skor
sebagian besar berumur 31-40 tahun yaitu kepuasan perkawinan tinggi yang dimiki
sebanyak 40 responden (41,7%). Ada oleh individu juga memiliki skor yang
kecenderungan konsumen yang lebih tua tinggi pula pada penyesuaian
lebih merasa puas dari konsumen yang perkawinannya, namun ada juga yang skor
berumur relatif lebih muda. Hal ini kepuasannya tinggi namun skor
diasumsikan bahwa konsumen yang lebih penyesuaiannya tidak dalam kategori
tua telah berpengalaman, sehingga ia tinggi, begitu pula seblaiknya (Wahyuni,
mampu menyesuaikan diri dengan kondisi 2007).
pelayanan yang sebenarnya, sedangkan Ditinjau dari pekerjaan responden
konsumen usia mudah biasanya sebagian besar adalah PNS dengan jumlah
mempunyai harapan yang ideal tentang 33 responden (34,4%), Kesesuaian antara
pelayanan yang diberikan, sehingga nilai individu, pekerjaan dan apa yang
apabila harapannya dengan realita diterima dari organisasi akan mengarah
pelayanan terdapat pada kepuasan kerja. Selain itu, nilai-nilai
kesenjangan, atau sosial yang tinggi akan mengarah kepada
ketidakseimbangan dapat meyebabkan kepuasan kerja yang tinggi, kemudian
mereka menjadi tidak puas (Anoraga, kepuasan kerja seseorang sangat
2009). tergantung pada individu yang
Ditinjau dari tingkat pendidikan melaksanakan pekerjaan, pekerjaan yang
sebagian besar yang berpendidikan SMA dilakukannya dan organisasi tempat dia
yaitu 47 responden (49,0%). Tingkat bekerja, yang dikembangkan berdasarkan
pendidikan seseorang akan cenderung teori-teori perilaku organisasi.
membantunya untuk membentuk suatu Karakteristik pekerjaan, karakteristik
pengetahuan sikap dan perilakunya organisasi, dan Karakteristik individu
terhadap sesuatu. Dengan pengetahuan merupakan karakteristik umum yang
yang baik seseorang dapat melakukan paling sering dibahas dalam banyak
evaluasi berkaitan dengan kemampuan literatur terutama dalam kaitannya dengan
untuk melakukan justifikasi atau penilaian kepuasan kerja karyawan (Robbins, 2003).
terhadap suatu materi atau objek yang
ditentukan. Semakin tinggi tingkat Komunikasi Terapeutik
pendidikan seseorang, maka daya untuk Dari penelitian didapatkan hasil
mengkritisi segala sesuatu akan meningkat. bahwa komunikasi terapeutik perawat yang
Sehingga seseorang dengan pendidikan efektif lebih banyak yaitu 49 responden
yang lebih tinggi semestinya akan lebih (51,0%), dan yang menunjukan
kritis dalam menentukan apakah pelayanan komunikasi terapeutik perawat tidak
yang telah diberikan dapat memberikan efektif yaitu 47 responden (49,0%). Hal ini
rasa puas atau tidak (Lestari, 2009). menunjukan bahwa komunikasi terapeutik

Indonesian Journal of Nursing Sciences and 7


eISSN : 2622-0997

memegang

Indonesian Journal of Nursing Sciences and 8


eISSN : 2622-0997

peranan penting memecahkan masalah terapeutik disisi lain antara perawat dan
yang dihadapi pada dasarnya komunikasi pasien yang kurang memadai seperti
terapeutik merupakan komunikasi diruang rawat inap, dimana ada
profesional yang mengarah pada tujuan tindakan/prosedur yang harus dilakukan
yaitu penyembuhan pasien (Liliweri, Alo. oleh perawat sehingga terbatas waktu
2007). untuk berkomunikasi dengan pasien.
Hasil analisis uji statistik dengan
Kepuasan Pasien Chi-Square menunjukkan nilai 𝜌= 0,04(<
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan 0,05) sehingga Ha diterima dan H0 ditolak,
bahwa sebagian besar responden yang hal ini menunjukkan bahwa terdapat
menyatakan tidak puas terhadap hubungan antara komunikasi terapeutik
komunikasi terapeutik perawat yaitu 54 perawat dengan tingkat kepuasan pasien
responden (56,3%), dan yang menyatakan diruang rawat inap Rumah Sakit Umum
puas sebanyak 42 responden (43,8%), ini Daerah Poso.
berarti bahwa kepuasan pasien erat Hasil penelitian menunjukkan
kaitanya dengan baik buruknya suatu bahwa kepuasan pasien tentang
pelayanan yang diterima oleh pasien, komunikasi terapeutik perawat dalam
pengukuran kepuasan ini mutlak memberikan pelayanan keperawatan
diperlukan melalui pengukuran tersebut diRuang Rawat Inap RSUD Poso
dapat diketahui sejauh mana tingkat mutu menunjukkan bahwa sebagian besar
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan responden tidak puas dengan komunikasi
dapat memenuhi harapan pasien, kepuasan terapeutik perawat walaupun masih ada
pasien merupakan salah satu tujuan dari sebagian kecil responden yang menyatakan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan puas terhadap pelayanan keperawatan.
(Pohan, 2007). Rasa kurang puas ini mungkin juga
disebabkan oleh ketidakmampuan pasien
Analisa Bivariat ataupun menafsiran yang salah, terhadap
Dari hasil penelitian menunjukan pesan verbal ataupun non-verbal, yang
bahwa sebanyak 47 responden yang disampaikan oleh perawat, ataupun juga
mengatakan komunikasi terapeutik tidak ketidaktepatan waktu yang digunakan oleh
efektif sebanyak 34 responden (72,3%) perawat, dalam memberikan tindakan
merasa tidak puas dan 13 responden keperawatan ataupun informasi kepada
(27,7%) merasa puas terhadap pelayanan pasien, Sehingga proses pertukaran
keperawatan. Kemudian 49 responden informasi menjadi kurang efektif dan
yang mengatakan komunikasi terapeutik resiko terjadinya salah penafsiran semakin
perawat yang efektif sebanyak 20 tinggi Ini akan berdampak pada
responden (40,8%) merasa tidak puas dan ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan
29 responden (59,2%) merasa puas yang diberikan oleh perawat. Namun
terhadap pelayanan keperawatan. sebagian besar dari pasien mengatakan
Terdapat 47 responden yang bahwa pelayanan belum bgitu baik yang
menyatakan komunikasi terapeutik diberikan perawat kepada pasien, sehingga
perawat yang tidak efektif sehingga terjadi ketidakpuasan pasien terhadap
memperoleh ketidakpuasan sebanyak 37 pelayanan yang diberikan.
responden (72,3%), hal ini disebabkan Hasil penelitian ini sejalan dengan
kurang puas pasien karena komunikasi yang dikemukakan oleh (Finley 2001)
yang diberikan perawat dalam memberikan seperti dikutip dalam (Wahyudi 2009)
pelayanan keperawatan tentang informasi bahwa pasien baru akan merasa puas
kesehatan tidak sesuai dengan apa yang apabila kinerja layanan kesehatan yang
harapan mereka dan perawat kurang diperolehnya sama atau melebihi
memperhatikan bagaimana tehnik-tehnik harapannya dan sebaliknya, kurang puas
komunikasi atau perasaan kecewa pasien akan muncul

Indonesian Journal of Nursing Sciences and 9


eISSN : 2622-0997

apabila kinerja layanan kesehatan yang memberikan kepuasan profesional dalam


diperolehnya itu tidak sesuai dengan pelayanan keperawatan dan meningkatkan
harapannya. Banyak faktor penyebab citra profesi keperawatan serta citra rumah
kurang puas pasien di rumah sakit, salah sakit.
satunya adalah faktor komunikasi perawat.
Kepuasan pasien sangat tergantung pada KESIMPULAN
bagaimana faktor tersebut di atas dapat Hasil komunikasi terapeutik
memenuhi harapan. Sebagai contoh; faktor perawat dengan total sampel 96, dalam
komunikasi verbal dan non-verbal perawat kategori tidak efektif sebanyak 47 dengan
dalam komunikasi terapeutik apabila (49,0%), dan kategori efektif sebanyak 49
dilaksanakan tidak sesuai dengan spirit dengan (51,0%). Nilai tertinggi terdapat
dalam komunikasi tersebut maka yang pada kategori efektif.
dihasilkan adalah respon ketidakpuasan Kepuasan pasien dengan total
dari pasien. Kepuasan dapat dipengaruhi sampel 96, dalam kategori tidak puas
oleh karakteristik yang ada dalam diri sebanyak 54 dengan (56,3%), dan kategori
pasien diantaranya yaitu: latar belakang puas sebanyak 42 dengan (43,8%). Nilai
sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, tertinggi terdapat pada kategori tidak puas.
pekerjaan, kepribadian, lingkungan hidup, Dari jumlah responden 96
dan diagnosis penyakit (Lestari, 2009). menunjukkan data komunikasi terapeutik
Menurut peneliti komunikasi yang tidak efektif dengan responden yang
terapeutik perawat adalah hal yang sangat merasa tidak puas sebanyak 34 orang
mempengaruhi kesehatan pasien selama (72,3%), responden yang merasa puas
menjalani perawatan karena pasien merasa sebanyak 13 orang (27,7%). Kemudian
terlayani dengan baik jika pelayanan untuk komunikasi terapeutik yang efektif
kesehatan yang diterimanya sesuai dengan responden yang merasa tidak puas
harapan. Dari analisa peneliti, dari sebanyak
sejumlah kuesioner yang diberikan secara 20 orang (40,8%), sedangkan responden
umum responden telah puas terhadap yang merasa puas sebanyak 29 orang
pertama kali bertemu dengan perawat (59,2%). Berdasarkan hasil uji statistik
dimana perawat memberikan salam dan dengan chi-square nilai P value yang
tersenyum kepada pasien, selain itu dihasilkan sebesar 0,04 < 0,05, dimana
perawat telah menunjukkan perilaku sopan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
dan bersahabat. Namun aspek yang antara komunikasi terapeutik perawat
membuat pasien tidak puas adalah perawat dengan tingkat kepuasan pasien diruang
kadangkala tidak memperkenalkan dirinya rawat inap RSUD Poso.
dan tidak menjelaskan dengan detail
tentang fasilitas yang ada di rumah sakit SARAN
dan kadangkala tidak memberikan Bagi Rumah Sakit
informed consent ketika akan melakukan Diharapkan untuk pihak rumah
suatu tindakan pada pasien. sakit dapat melakukan evaluasi dan
Hasil ini sesuai dengan teori yang pembenahan terkait dengan komunikasi
dikemukakan oleh Dwidiyanti (2008). perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Poso
Salah satu faktor yang mempengaruhi karena hal tersebut merupakan salah satu
kepuasan pasien adalah memberikan faktor penentu kepuasan pasien maupun
pelayanan dengan komunikasi yang keluarga.
terapeutik. Perawat yang memiliki
ketrampilan berkomunikasi secara Bagi Akademik
terapeutik tidak saja akan menjalin Diharapkan perawat dapat
hubungan rasa percaya pada pasien, menciptakan suasana dan lingkungan yang
mencegah terjadinya masalah legal, nyaman untuk pasien dan keluarga serta
menerapkan komunikasi terapeutik yang

Indonesian Journal of Nursing Sciences and 10


eISSN : 2622-0997

sesuai dengan prosedur agar dapat


menggali

Indonesian Journal of Nursing Sciences and 11


eISSN : 2622-0997

kondisi pasien dengan jelas agar Pelayanan Bermutu, Penerbit PPM,


penanganan yang diberikan sesuai dengan Jakarta, 3.
kebutuhan pasien. Hamid. (2009). Bunga Rampai Asuhan
Keperawatan Kesehatan
Bagi Peneliti Selanjutnya Jiwa.Jakarta:EGC
Diharapkan penelitian ini dapat Lestari, (2009). Analisa Faktor Penentu
menjadi masukan untuk peneliti Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah
selanjutnya melakukan penelitian dengan Sakit PKU Muhammadiyah Bantul.
metode dan desain yang lain. Dan Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
disarankan untuk peneliti selanjutnya lebih Indonesia.
mencermati faktor-faktor lain yang diduga Liliweri, Alo, (2007). Dasar-Dasar
turut berperan dan mempengaruhi Komunikasi Kesehatan.
kepuasan pasien maupun keluarga seperti Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
kualitas produk dan jasa, harga, emosional, Mundakir, (2006). Komunikasi
kinerja, estetika, karakteristik produk, Keperawatan, Aplikasi dalam
pelayanan, lokasi dan fasilitas. pelayanan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
DAFTAR PUSTAKA Pohan, Imbolo. (2007). Jaminan Mutu
Akbar, A.Patrisia dkk.,2013, Gambaran Layanan Kesehatan. Penerbit Buku
Kepuasan Pasien Terhadap Kedokteran ECG, Jakarta.
Pelaksanaan Komunikasi Robbins, Stephen P., (2003).
Terapeutik Perawat Diinstalasi “Organizational Behavior”, 10 th
Rawat Inap RSUD Labuang Baji Edition, Edition, Prentice Hall
Makassar Tahun 2013. Skripsi. International, Inc., Person
Fakultas Kesehatan Masyarakat Education, Inc., Upper Saddle
Universitas Hasannudin Makassar. River, New Jersey, 07458.
Andriani, Marlina. (2014.) Hubungan Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik:
Komunikasi Terapeutik Perawat Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
Dengan Kepuasan Pasien Di Wahyu, E. (2006). Hubungan Pengetahuan
Rawat Inap Bedah RSI IBNU SINA Komunikasi Terapeutik Terhadap
BUKITINGGI. STIKes YARSI Kemampuan Komunikasi Perawat
BUKITTINGGI. Dalam Melaksanakan Asuhan
Anoraga (2009) Psikologi Dalam Keperawatan Di Rumah Sakit
Perusahaan. PT. Rineka Cipta: Elisabeth Purwokerto. Jurnal
Jakarta Keperawatan Soedirman, Volume 1
Departemen Kesehatan RI. 2007. Standar Nomor 2 November 2006.
Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Wahyudi. 2009. Hubungan Pelayanan
Jakarta. 2009. Sistem Kesehatan Perawat Dan Kepuasan Pasien Di
Nasional. Jakarta. Simamora, R. RSUD Wonogiri. Surakarta:
2012. Manajemen keperawatan, Universitas Muhammadiyah
EGC, Jakarta. Surakarta.
Dwidiyanti, M. (2008). Keperawatan Wahyuni (2007). Hubungan Antara
Dasar: Konsep “Caring”. Penyesuaian Diri Dalam
Komunikasi, Etik, dan Spiritual Perkawinan Dengan Kepuasan
Dalam Pelayanan Kesehatan. Perkawinan Pada Individu Yang
Semarang: Hasani. Menikah Kembali (Remarriage).
Gerson, R. (2001). Mengukur Kepuasan Skripsi. Universitas Airlangga.
Pelanggan: Panduan Menciptakan

Indonesian Journal of Nursing Sciences and 12

Anda mungkin juga menyukai