Anda di halaman 1dari 4

Mengkritisi Jurnal Internasional “Effect of the planned therapeutic

communicationprogram on therapeutic communication skills of pediatric


nurses”
Untuk memenuhi tugas Communication in Nursing yang di bimbing oleh
Ns. Retno Lestari M.Nurs

Disusun oleh
Fadiyatun Naja 155070207111006
Alvinda Mutiara Rorimpandei 155070207111014

Reguler 2

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
MALANG
2015/2016
ANALISIS JURNAL
1. Mengenali dan mengidentifikasi masalah/topik penelitian keperawatan dalam jurnal:

A. Topik penelitian : Mengetahui sejauh mana perawat memahami tentang komunikasi


terapeutik dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan yang optimal khususnya
oada pasien anak –anak.

B. Judul penelitiannya adalah : PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK YANG


DIRENCANAKAN PADA PROGRAM KETERAMPILAN KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PERAWAT PEDIATRIK.

C. Latar belakang masalah :

Komunikasi terapeutik adalah dasar dari hubungan interaktif karena memberi


peluang untuk membangun hubungan, memahami pengalaman klien, merumuskan
individual atau klien-intervensi dan mengoptimalkan sumber layanan kesehatan yang
akkan diberikan. Ini adalah keuntungan luar biasa untuk perawat dalam mempelajari
keterampilan ini, karena selain baik bagi dirinya juga baik bagi mereka yang dirawat
di rumah sakit. Sayangnya, banyak petugas kesehatan yang miskin komunikasi
sehingga akhirnya sering berakibat fatal pada layanan kesehatan yang diberikan. Studi
menunjukkan bahwa 71% dari kesalahan malpraktek adalah karena hasil dari masalah
komunikasi yang buruk antara petugas kesehatan dan klien maupun antar sesama
petugas kesehatan. Joint Commission International (JCI) melaporkan, antara 44.000
dan 98.000 pasien meninggal setiap tahun di Amerika Serikat (AS) rumah sakit
karena kesalahan praktek.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003).
Sebagai seorang perawat kita dituntut untuk dapat melakukan komunikasi terapeutik
dalam melakukan tindakan keperawatan agar segala tindakan yang kita lakukan
terhadap pasien dapat dipercaya. Terapi komunikasi perawat-pasien membantu
perawat untuk membangun hubungan positif dengan pasien dengan menunjukkan
kehangatan, rasa hormat, dan empati. Hal ini juga meningkatkan kepercayaan diri
perawat dengan memungkinkan perawat untuk memberikan dukungan, lebih terbuka,
membeikan masukan, dan mengatasi kecemasan.
Komunikasi terpeutik merupakan inti dari semua elemen management yang
ada dalam keperawatan. Komunikasi lebih dipengaruhi oleh bahasa tubuh, sikap, gaya
penyampaian, cara berdiri, cara berbicara dan intonasi. Selain itu, komunikasi
terapeutik adalah bagian sentral dari praktek keperawatan, karena penting dalam
pengiriman efektif dan ketepatan dalam memberikan asuhan keperawatan. Oleh
karena itu, penting bagi perawat untuk mengembangkan dan memelihara komunikasi
yang kompeten serta memiliki keterampilan interpersonal karena diperlukan untuk
memfasilitasi interaksi terapeutik, menilai kebutuhan anak, dan menerapkan
intervensi yang mempromosikan tingkat optimal dari fungsi. Perawat diharapkan
mampu untuk mengobati anak-anak, orang dewasa dan lansia sebagai individu dengan
tetap menghormati privasi mereka. Konsultasi tentang perawatan anak-anak biasanya
memiliki tiga peserta, yakni perawat, orang tua dan anak. Anak-anak sering
mengambil peran pasif atau terpinggirkan, jadi orangtualah yang mengambil peran
lebih disini. Karena komunikasi terapeutik merupakan pusat praktik keperawatan,
sehingga akan ssangat menantang dibagian mengurus anak-anak dan keluarga mereka.
Perawat tidak boleh terlihat bingung, pasien harus merasa bahwa dia merupakan fokus
utama perawat selama interaksi. Agar perawat dapat berperan aktif dan terapeutik,
perawat harus mampu mengenali klarifikasi dari dirinya sendiri meliputi kesadaran
diri agar supaya bisa menjadi model yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
Yang dibutuhkan sekarang adalah aksi energik oleh petugas kesehatan dalam
pengambil keputusan untuk bergerak maju lebih cepat dalam mengadopsi,
mengadaptasi serta meningkatkan keterampilan komunikasi terapeutik.

D. Identifikasi masalah :
a. Bagaimana pengalaman kerja sebelumnya dari para perawat pediatrik ?
b. Bagaimana tingkat pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik?
c. Bagaimana peningkatan kinerja terapi komunikasi yang diberikan perawat ?

2. Menjelaskan analisis hasil penelitian dalam jurnal :

Hasil Penelitian :

a. Disini digunakan data kuesioner sosio-demografi terstruktur dimana yang menjadi


sample adalah132 staff perawat yang terdiri dari Departemen pediatri, pediatrik unit
perawatan intensif dan Unit dialisis anak Rumah Sakit Universitas Shebin El kom
dan Rumah Sakit Uiversitas Benha. Fokus penilaian termasuk nama rumah sakit,
departemen, usia, kualifikasi, tempat tinggal (desa atau kota), tahun pengalaman
(kurang atau lebih dari 3 tahun) dan kehadiran sebelumnya kursus pelatihan mengenai
terapi kemampuan berkomunikasi. Berdasarkan hasil sample kuesioner sosio-
demografi terstruktur diperoleh persentase tertinggi dari subyek penelitian 75,8%
memiliki usia ± SD 30 tahun atau rata-rata adalah 27,13 ± 2,19 tahun. Mengenai
kualifikasi perawat, persentase tertinggi dari subyek penelitian 66,7% memiliki ijazah
keperawatan. Mayoritas dari sampel 80,3% memiliki pengalaman bekerja lebih dari
tiga tahun. Sedangkan untuk tempat tinggal, lebih dari setengah dari sumple penelitian
52,3% berasal dari daerah pedesaan. Persentase tertinggi dari sampel yang diteliti
87,1% tidak menghadiri/melakukan kursus komunikasi.

b. Berdasarkan hasil analisa data kuesioner pengetahuan komunikasi terapeutik yang


menggunakan sistem benar-salah dengan total 8 pertanyaan menunjukkan bahwa para
perawat mengalami kenaikan yang signifikan dari pre-test ke post-test. Dimana saat
pre-test hasil perbandingannya adalah benar 26,50% dan salah 73,50%. Dan untuk
hasil post-test adalah benar 76,50% dan salah 23,50%. Post-test menunjukkan 42%
telah memiliki pengetahuan yang baik dan 58% dari mereka memperoleh
pengetahuan rata-rata.
c. Berdasarkan hasil analisa data checklist likert skala kinerja terstruktur dimana
hasilnya didapati melalui teknik observasi diperoleh peningkatan kinerja mengenai
terapi komunikasi yang diberikan perawat dimana rata-rata ± SD post test (38,83 ±
2,78) dibandingkan dengan rata-rata ± SD di pre-test (10,21 ± 5,94). Selain itu,
terdapat perbedaan skor antara pre test dan post test yang sangat signifikan secara
statistik di mana p <0,001. Jadi dapat dikatakan bahwa setelah mendapatkan
pengetahuan kembali para perawat dapat dengan lebih baik dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
Untuk proses penilaian dari checklist likert skala kinerja terstruktur didasarkan pada
5-point checklist kinerja skala Likert sebagai berikut; (5) Selalu, (4) sebagian besar,
(3) kadang-kadang, (2) jarang dan (1) tidak pernah. Ini terdiri dari 42 item yang dibagi
menjadi 3 headline utama, kualitas perawat tentang keterampilan komunikasi
terapeutik terdiri dari 21 item, keterampilan komunikasi terapeutik selama anak
perawat masuk ke rumah sakit terdiri dari 4 item, dan perawat keterampilan
komunikasi terapeutik saat memberikan asuhan keperawatan terdiri dari 17 item.
3. Masukan terhadap jurnal yang dikritisi

Pada jurnal ini sudah cukup jelas dan detail terkait dengan prosedur
pengambilan data dan pengumpulan data yang sudahh di dapat. Hanya saja pada
jurnal ini implementasi programnya hanya di fokuskan kepada pemberikan edukasi
mengenai bagaimana komunikasi terapeutik dengan pasien anak-anak. Sehingga
harapannya penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menekankan pada bagaimana skill
yang diperlukan dalam proses komunikasi terapeutik pada anak sehingga dapat
terciptanya rasa aman, percaya, dan komunikasi yang sehat dengan pasien anak-anak.

4. Aplikasi hasil penelitian pada setting pelayanan kesehatan di Indonesia

Berdasarkan hasil jurnal “Effect of the planned therapeutic communication


program on therapeutic communication skills of pediatric nurses” dapat dilihat
bahwa terjadi peningkatan pengetahuan pada perawat ketika diberikan edukasi dan
pelatihan mengenai komunikasi terapeutik. Hal tersebut tentunya dapat pula
diaplikasikan pada keperawatan di Indonesia, karena jika kita melihat kenyataan saat
ini banyak sekali perawat yang sudah mengetahui pentingnya komunikasi terapeutik
dalam tindakan keperawatan namun dalam prakteknya banyak perawat yang belum
mengetahui bagaimana cara melakukan komunikasi terapeutik. Sehingga adanya
pelatihan dan pemberian edukasi mengenai komunikasi terapeutik dapat diaplikasikan
di Indonesia sesuai dengan apa yang dilakukan di jurnal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai