Anda di halaman 1dari 7

JOURNAL SHARING

“UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF PERAWAT- PASIEN”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Stase Manajemen Keperawatan

Pembimbing Akademik
Dr. Luky Dwiantoro, S.Kp.,M.Kep

Pembimbing Klinik
Ns. Marta Cintia Dewi, S.Kep

Oleh:
Nurul Khasanah
22020119210053

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXIV


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
JOURNAL SHARING: UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI
EFEKTIF PERAWAT- PASIEN

Judul Upaya Meningkatkan Komunikasi Efektif Perawat-Pasien

Jurnal Jurnal keperawatan


Volume & Halaman Volume 10(1): 28-36
Tahun 2018
Penulis Paju Wanto dan Luky Dwiantoro
Latar - Komunikasi efektif digambarkan sebagai standar praktik keperawatan
Belakang profesional. Salah satu hal yang dilakukan perawat dalam menjaga
kerjasama yang baik dengan klien dalam membantu memenuhi
kebutuhan kesehatan klien, maupun dengan tenaga kesehatan lain dalam
rangka membantu mengatasi masalah klien adalah dengan
berkomunikasi.
- Perawat dalam tindakan keperawatan harus mampu berkomunikasi,
komunikasi yang efektif menciptakan rasa aman dan nyaman bagi
pasien. Penelitian menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik perawat
tidak dilaksanakan sebesar 45,4 %, tidak dilaksanakan komunikasi
terapeutik dan tidak puas pada tahap orientasi sebesar 61,9 %, komunikasi
terapeutik perawat tidak dilaksanakan pada tahap terminasi 42,6 %
- Pelatihan komunikasi terhadap perawat menjadi point utama
meningkatkan ketrampilan komunikasi yang efektif melalui komunikasi
terapeutik yang direncanakan secara sadar dan dipusatkan serta bertujuan
untuk kesembuhan pasien
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi upayayang dapat
meningkatkan keterampilan komunikasi efektif perawat pasien.
Metode - Pendekatan sistematika review menelusuri jurnal EBSCO E.Journal;
Elsevier Science Direct;CINAHL Complete; google Scholar; ruang
lingkup manajemen kepemimpinan keperawatan; definisi operasional
adalah usaha yang dilakukan oleh perawat dalam memperbaiki pola
strategi keterampilan komunikasi menjadi lebih baik kepada
pasien;penelitian ini dilakukan di klinik /dirumah sakit, populasi
penelitian adalah semua perawat klinik/ rumah sakit, sampel penelitian
adalahsetiap perawat yang belum memiliki pola strategi, keterampilan
komunikasI, bahan dan alat utama penelitian kuesioner, lembar observasi
Hasil dan a. Pelatihan
Pembahasan Penelitian Sue Duke et al, (2014) yakni dengan evaluasi secara konsisten
menunjukkan bahwa dampak positif pelatihan dari 434 / 512 peserta (85%)
sangat setuju bahwa pelatihankomunikasi tersebut telah
meningkatkan kepercayaan diri perawat untuk mendekati orang-orang
yang menderita. pelatihan model komunikasi SAGE & THYME
telah memungkinkan perawat memiliki rasa percaya diri yang baik
menghadapi setiap pasien yang mengalamideprasi, kecemasan,
kekwatiran terhadap permasalahan yang dihadapi oleh pasien.
Pelatihan ini diberikan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
dasar di akhir perawatan dan kemajuan hidup perencanaan perawatatan
pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Pehrson et al, (2016) menunjukkan
keberhasilan berkaitan dengan penerapan program pelatihan keterampilan
komunikasi untuk perawat disebuah pusat kanker besar, yang
dibuktikan melalui evaluasi program yang menguntungkan, keuntungan
signifikan dalam self-efficacy terkait komunikasi dengan pasiendalam
berbagai konteks, dan peningkatan signifika dalam beberapa keterampilan
empati, seperti juga dalam mengklarifikasi keterampilan. Komunikasi
yang tidak efektif dapat berdampak negatif pada perawat dengan
meningkatkan tingkat stres, kurangnya kepuasan kerja, dan kelelahan
emosional. Memberikan pelatihan keterampilan komunikasi dapat
dianggap sebagai sumberdaya rumah sakit untuk berinvestasi dalam
meningkatkan semangat perawat dalam melakukan tugas dan tanggung
jawabnya.
b. Panduan keterampilan komunikasi yangpeka terhadap budaya.
Penelitian oleh Mora, et al, (2015), bahwa pelatihan dengan
menggunakan panduan keterampilan komunikasi yang peka terhadap
budaya dapat meningkatkan komunikasi keterampilan perawat dan
dapat meningkatkan kepuasan klien. Perawat yang dilatih menggunakan
pedoman keterampilan komunikasi perawat Gadjah Mada lebih baik dan
menunjukkan komunikasi yang lebih sensitif dengan klien
dibandingkan dengan kelompok yang tidak terlatih. seperti yangdinilai
oleh pengamat dan klien simulasi dalam pemeriksaan klinis terstruktur
objektif (OSCE). Pelatihan dengan menggunakan panduan keterampilan
komunikasi yang peka terhadap budaya dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi perawat dan dapat meningkatkan kepuasan klien.
Setiap pelatihan keterampilan komunikasi seperti yang dilakukan
dalam penelitian ini, yang menonjolkan kemampuan komunikasi budaya,
mungkin memilikidampak penting terhadap asuhan keperawatanuntuk
ras, etnis, dan minoritas tertentu, karena komunikasi adalah sarana
dimana budaya ditransmisikan dan dipelihara. Perawat yangdilatih
menggunakan pedoman keterampilan komunikasi perawat Gadjah Mada
lebih baikdan menunjukkan komunikasi yang lebih pekaterhadap budaya
dengan klien dibandingkan dengan kelompok yang tidak terlatih, seperti
yang dinilai oleh pengamat dan klien simulasidalam pemeriksaan klinis
terstruktur secaraobjektif (OSCE). Hal ini dapat direkomendasikan
penggunaan pedoman keterampilan komunikasi perawat-Gadjah Mada
untuk menjadi bagian dari mempersiapkan perawat untuk bekerja
dalammerawat pasien Asia Tenggara dengan mempertimbangkan
implikasinya untuk kepuasan klien
c. Program komunikasi terapeutik terencana
Hasil penelitian Younis, et all, (2015) menunjukkan korelasi signifikan
statistik positif antara skor pengetahuan total dan skor latihan total
kemampuan komunikasi terapeutik perawat pada setiap waktu pengukuran.
Juga, peningkatan signifikan statistik yang signifikan dalam
pengetahuan, praktik dan keterampilan perawat pediatrik mengenai
komunikasi terapeutik ditemukan. Penelitian Younis, et all, (2015)
disimpulkan bahwa perawat anak-anak memiliki peningkatan pengetahuan
dan keterampilan yang signifikan mengenai komunikasi terapeutik dengan
pasien anak yang dirawat di rumah sakit setelah menggunakan
program komunikasi terapeutik terencana. Mampu menerapkan program
komunikasi terapeutik lanjutan untuk perawat anak-anak untuk
meningkatkan interaksi yangaman dan sehat, menumbuhkan
kepercayaan dan memperbaiki pemulihan anak-anak yangdirawat di
rumah sakit akan memberikan dampak terapeutik bagi pasien yangdi
layaninya
d. Mini Workshop
Penelitian oleh Anita Permatasari, 2016 yakni mengadakan pelatihan
komunikasi terapeutik pada perawat baru dengan mini workshop
dimana kemampuan komunikasi terapeutik perawat setelah treatment
dinilai meningkatkarena hasil menunjukkan bahwa perawat yang
melakukan komunikasi terapeutik dengan baikyaitu sebanyak 4
responden (80%), sedangkan perawat dengan komunikasi terapeutik
kurangbaik sebanyak 1 responden (20%). Mini workshop yang dikoordinir
oleh Kepala Ruangan memberikan arahan tentang bagaimana komunikasi
terapeutik, apa yangharus dilakukan dari fase pra interaksi sampai
dengan fase terminasi kepada perawat yang ditunjuk. Setelah diberi
pengarahan (treatment), peneliti dan partisipan mengimplementasikan
rencana tindakan dengan harapan adanya peningkatan. Peneliti kembali
menilai kemampuan komunikasi perawat tersebut, lalu dinilai dengan
ya dantidak. Setelah perawat selesai mengimplementasikan, peneliti
mengadakan wawancara tentang kendala atau kesulitanyang dihadapi
ketika melakukan komunikasi terapeutik. Kebanyakan dari perawat
mengalami kesulitan dalam fase orientasi,yaitu ketika memperkenalkan
diri. Peneliti mencoba menggali lagi kesulitan yang dihadapi.
Ternyata dua dari lima perawat sulit mempertahankan komunikasi saat
sedang melakukan prosedur tindakan.
Pelatihan komunikasi interpersonal adalah satu set program dan
implementasi tentang komunikasi interpersonal dengan fokus utama pada
proses pembelajaran dan bertujuan untuk memperbaiki dan
mengembangkan sikap, perilaku, ketrampilan, dan pengetahuan
khususnya tentang komunikasi interpersonal bagi perawat.
.Mini workshop mampu memberikan pengarahan pada perawat untuk
memahami tugas tanggungjawabnya dalam memberikan layanan yang
terbaik pada pasien melalui komunikasi yang efektif yang akan
memberi dampak /pengaruh terhadap proses pemulihan yang bermuara
pada kepuasan pasien melalui pelayanan profesional perawat
Kesimpulan Penelitian ini menyimpulkan bahwa perawat membutuhkan pola,strategi dan
ketrampilan komunikasi yang efektif melalui upaya profesional secara formal
yang memberi pengaruh pada kepuasan pasien yang dirawatnya. Efektifitas
komunikasi perawat pasien melalui evidence based literature review
mendapatkan bahwauntuk memiliki ketrampilan komunikasi yang efektif
melalui upaya pelatihan komunikasi, membuat panduan keterampilan
komunikasi yang peka terhadap budaya, Program komunikasi terapeutik terencana,
miniworkshop.
Diharapkan agar pengambil kebijakan pada tatanan pemerintah, pimpinan
lembaga rumah sakit, lembaga pendidikan keperawatan untuk mengembangkan
dan melaksanakan, meningkatkan strategi komunikasi melalui upaya pelatihan,
membuat panduan keterampilan komunikasi yang peka terhadap budaya,
Program komunikasi terapeuti kterencana, mini workshop.

Anda mungkin juga menyukai