Anda di halaman 1dari 4

NIGHTINGALE JOURNAL OF NURSING–VOLUME 01 NOMOR 01 JANUARY(2022) 8—11

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas Komunikasi Perawat


pada Pasien di Ruang Rawat Inap Rs Royal Prima Jambi
Margareta Pratiwi
Universitas Adiwangsa Jambi

ARTICLE INFORMATION A B S T R A C T

Received: November, 15, 2021 Therapeutic communication plays a very important role in nursing services because it is
Revised: December, 12, 2021 an absolute and decisive activity for the nurse's relationship or interaction and patients
Available online: January, 18, 2022 in supporting the patient's recovery and finding solutions to the problems the patient is
experiencing. This study aims to determine the factors related to the effectiveness of
nurse communication in carrying out nursing care for patients. This study aims to
KEYWORDS determine the factors related to the effectiveness of nurse-patient communication in the
inpatient ward of the Royal Prima Hospital Jambi. This study used a quantitative
Effectiveness of communication, nurses, approach with a cross-sectional design which was carried out in the 60 year nursing
patients period of nurses as respondents. The results showed that 56.1% of patient respondents
rated nurse communication as effective, further analysis using logistic regression
KATA KUNCI showed that there was a significant relationship between gender and knowledge with the
Efektivitas komunikasi, Perawat, Pasien effectiveness of nurse-patient communication.

CORRESPONDENCE A B S T R A K
Komunikasi terapeutik memegang peranan sangat penting dalam pelayanan keperawatan
E-mail: karena merupakan kegiatan mutlak dan menentukan bagi hubungan atau interaksi
Margareta.pratiwi88@gmail.com perawat dan pasien dalam menunjang kesembuhan pasien serta menemukan solusi dari
permasalahan yang sedang dialami pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan terhadap pasien. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi perawat-
pasien di ruang rawat inap RS Royal Prima Jambi.Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan rancangan crossectional yang dilakukan pada periode
rawat Tahun 60 perawat sebagai responden. Hasil penelitian menggambarkan 56,1%
responden pasien menilai komunikasi perawat efektif, analisis lebih lanjut dengan regresi
logistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan
pengetahuan dengan efektivitas komunikasi perawat dan pasien.

PENDAHULUAN keperawatan. Perawat adalah orang yang


Komunikasi terapeutik dapat paling dekat dan seharusnya memahami
dipengaruhi oleh faktor internal maupun masalah pasien secara komprehensif
faktor eksternal. Faktor internal yang sehingga pelayanan kesehatan akan
dimaksud adalah faktor yang ada dalam diri dilakukan secara menyeluruh. Oleh karena
perawat itu sendiri seperti pengetahuan, itu menurut Potter dan Perry (2009)
persepsi dan emosi terhadap komunikasi, komunikasi terapeutik merupakan alat yang
sedangkan faktor eksternal merupakan ampuh dan keterampilan keperawatan yang
faktor yang berasal dari luar individu itu penting yang dapat mempengaruhi hal lain
sendiri seperti lingkungan kerja, peran serta mencapai hasil kesehatan positif serta
hubungan antara komunikan, dan kondisi berkontribusi besar dalam meningkatkan
tempat komunikasi berlangsung, disamping pelayanan kepada pasien. Namun dalam
itu komunikasi terpeutik juga dapat pelaksanaannya banyak hal yang
dipengaruhi oleh karakteristik perawat itu mempengaruhi penerapan komunikasi
sendiri seperti pendidikan dan usia. terapeutik.
Berdasarkan beberapa penelitian, faktor Faktor tersebut akan mempengaruhi
eksternal terbukti memiliki hubungan yang isi pesan dan cara bagaimana pesan itu
signifikan dengan kelelahan mental yang disampaikan. Namun sangat penting untuk
akan berdampak pada 19 komunikasi mengetahui faktor internal karena penilaian
terapeutik itu sendiri (Bogaert et al., 2013). individu terhadap faktor eksternal yang
Hubungan perawat dan pasien dialami sangat bergantung pada bagaimana
adalah hal penting dalam pelayanan faktor internalnya, dengan kata lain, sangat
8
Margareta Pratiwi
NIGHTINGALE JOURNAL OF NURSING–VOLUME 01 NOMOR 01 JANUARY(2022) 8—11

penting mengapa seseorang lebih rentan pelayanan perawatan dan hal ini
mengalami gangguan berhubungan dipertimbangkan sebagai kebutuhan dari
terapeutik dibandingkan orang lain masa ke masa (Ramezanli S., 2014).
(Madathil, Heck & Schuldberg, 2014). Untuk dapat berkomunikasi secara
Perawat harus belajar mengatur efektif, kita perlu mengetahui faktor-faktor
waktunya secara efektif dalam rangka penghalangnya. Perawat harus
memenuhi banyak dan bermacam - macam berkomunikasi efektif guna menjalankan
tanggung jawab dari pekerjaannya. Apabila peran mereka sebagai pendidik, manajer
perawat lebih meluangkan waktu bersama kasus dan anggota aktif dari tim pelayanan
pasien, memungkinkan mereka dapat kesehatan. Ketika kita memperhatikan hal
merasakan bagaimana pasien ingin dirawat, ini, faktor tersebut akan membantu dalam
diperhatikan, dihargai dan idealnya perencanaan, analisa kondisi, memecahkan
difahami. Ketika perawat yang sibuk tidak masalah dan umumnya akan bekerja lebih
bisa meluangkan waktunya dengan pasien, baik.Dapat disimpulkan bahwa untuk
pasien akan merasa bahwa mereka tidak menghilangkan penghalang komunikasi dan
penting dan kebutuhan maupun keinginan dukungan bagi perawat sangat dibutuhkan
mereka tidak terpenuhi. Perlu banyak waktu agar perawat dapat berkomunikasi
yang cukup untuk menghindari perawat terapeutik dengan pasien guna mewujudkan
yang terkesan terburu-buru saat berhadapan pelayanan yang efektif dan respon yang
dengan pasien, untuk mendapatkan fakta sesuai dengan kebutuhan pasien.Dalam
diagnostik, untuk memberi pendidikan pada kaitannya dengan mengidentifikasi faktor
pasien dan membangun hubungan yang berhubungan dengan efektivitas
terapeutik merupakan tantangan yang komunikasi perawat-pasien di institusi
signifikan untuk setiap perawat (Ramezanli pelayanan kesehatan, penelitian dilakukan
S., 2014). dengan cara studi eksplorasi dan
Penghalang atas efektivitas wawancara informal di Ruang Rawat Inap
komunikasi perawat–pasien dapat RS Royal Prima Jambi.
dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu
penghalang terkait pada lingkungan seperti METODE
ruangan, kondisi ruangan yang penuh Desain penelitian ini menggunakan
pasien dan penghalang terkait pada kondisi pendekatan kuantitatif dan rancangan
kerja seperti terdapat pasien yang sedang penelitian cross sectional. Analisis yang
menderita sakit parah di dalam ruang digunakan untuk melihat hubungan variabel
perawatan. Perawat sering dianggap kurang independen dan dependen adalah uji Chi-
berpartisipasi dalam pengambilan kuadrat. Berdasarkan tujuan penelitian,
keputusan didalam lingkungan kerjanya, maka penelitian ini bertujuan untuk
tidak ada penghargaan kemanajerialan mengidentifikasi faktor-faktor yang
untuk perawat, dan rasa ketidakadilan berhubungan dengan efektivitas komunikasi
dalam lingkungan kerja merupakan salah perawat- pasien serta menentukan langkah-
satu penghalang dalam komunikasi. langkah untuk memperbaiki dan
Penelitian yang terkini juga menyebutkan meningkatkan komunikasi yang efektif
perawat yang mengetahui adanya pasien antara perawat-pasien di RS Royal Prima
berpenyakit kronis dalam ruang perawatan Jambi. Teknik pengumpulan data untuk
sebagai penghalang komunikasi. Beberapa mengidentifikasi faktor-faktor yang
peneliti telah melaporkan bahwa prognosa berhubungan melalui teknik survey dengan
yang buruk dari penyakit yang diderita mendatangi perawat dan pasien yang
pasien membatasi komunikasi perawat – memenuhi kriteria inklusi. Kemudian
pasien. Dalam hal ini, Kruijver dan rekan- peneliti membagikan kuesioner kepada
rekan dalam penelitian mereka responden. Peneliti terlebih dahulu
menyimpulkan keterlibatan perawat pada membacakan lembar informed consent,
pasien kanker sangat terbatas. Efektivitas selanjutnya responden menandatangani
komunikasi merupakan hal utama dalam persetujuan keikutsertaan dalam penelitian.

9
Margareta Pratiwi
NIGHTINGALE JOURNAL OF NURSING–VOLUME 01 NOMOR 01 JANUARY(2022) 8—11

Kemudian kuesioner diberikan kepada Perawat laki-laki maupun perempuan


responden untuk diisi, dan apabila ada yang mempunyai persentase yang hampir sama
kurang jelas dapat ditanyakan kepada dalam penerapan komunikasi terapeutik
peneliti. baik yang optimal maupun kurang optimal.
Kondisi yang demikian disebabkan karena
HASIL DAN PEMBAHASAN seluruh perawat mempunyai tugas dan
Berdasarkan Hasil Penelitian tanggungjawab yang sama. Dalam
bahwa jumlah responden laki-laki yang menjalankan tugasnya perawat dituntut
melakukan komunikasi terapeutik secara untuk bertindak berdasarkan peran yang
optimal sama dengan yang melakukan dimiliki.
komunikasi terapeutik kurang optimal. Peran perawat adalah sebagai
Masing-masing sejumlah 8 responden. pemberi asuhan keperawatan, advokat bagi
Sedangkan responden dengan jenis kelamin klien, edukator, koordinator, kolaborator,
perempuan lebih banyak yang melakukan konsultan dan pembaharu. Sedangkan
komunikasi terapeutik dengan optimal yaitu menurut Zen (2013:21) komunikasi
43 orang (70.8%). Hasil analisa bivariat merupakan faktor yang sangat penting
terhadap variabel jenis kelamin dan dalam pemberian asuhan keperawatan dan
penerapan komunikasi terapeutik diperoleh merupakan salah satu barometer sukses
nilai p = 0.512, sehingga dapat disimpulkan tidaknya proses keperawatan. Perawat
bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis diharuskan mampu membina dan menjalin
kelamin dan penerapan komunikasi komunikasi yang baik kepada keluarga
terapeutik. Sedangkan responden dengan pasien, orang terdekat serta tenaga
tingkat pengetahuan tinggi yang kesehatan lainnya. Oleh sebab itu maka
menerapkan komunikasi terapeutik dengan siapapun yang menjadi perawat diharuskan
optimal sebanyak 54 orang (89.9%), akan mampu untuk melakukan komunikasi
tetapi ada juga responden dengan tingkat terapeutik tersebut. Hasil penelitian ini
pengetahuan tinggi yang penerapan senada dengan penelitian Christy (2015)
komunikasi terapeutiknya tidak optimal yang menunjukkan tidak ada hubungan
sebanyak 32 orang (46.5%). Hasil analisa bermakna antara jenis kelamin dengan
bivariat terhadap variabel tingkat penerapan komunikasi terapeutik
pengetahuan dan penerapan komunikasi (p=1,000). Penelitian Roatib, Suhartini, dan
terapeutik diperoleh nilai p =0.876, Supriyadi (2007) juga memperoleh hasil
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak tidak ada hubungan yang signifikan antara
terdapat hubungan antara tingkat jenis kelamin perawat dengan motivasi
pengetahuan dan penerapan komunikasi perawat dalam menerapkan komunikasi
terapeutik. Dari variabel persepsi diketahui terapeutik.
bahwa responden dengan persepsi positif Pada penelitian ini beberapa
yang menerapkan komunikasi terapeutik variable yang diprediksi ada korelasi
dengan optimal sebanyak 40 orang (62.5%), dengan penerapan komunikasi terapeutik
sedangkan responden yang mempunyai ternyata tidak berhubungan. Dari seluruh
persepsi negatif semuanya kurang optimal paparan teori di atas dapat diketahui apabila
dalam menerapkan komunikasi terapeutik. faktor yang mempengaruhi seseorang
Hasil analisa bivariat terhadap melakukan tindakan atau berperilaku itu
variable persepsi dan penerapan cukup banyak sehingga apabila variabel
komunikasi terapeutik diperoleh nilai p = jenis kelamin dan pengetahuan ternyata
0.023, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak berhubungan dengan penerapan
terdapat hubungan antara persepsi dan komunikasi terapeutik pada penelitian ini,
penerapan komunikasi terapeutik. Untuk maka dimungkinkan ada pengaruh dari
variabel jenis kelamin, pada penelitian ini faktor-faktor yang lain.
menunjukkan bahwa jenis kelamin perawat
tidak berhubungan dengan penerapan
komunikasi terapeutik kepada pasien.

10
Margareta Pratiwi
NIGHTINGALE JOURNAL OF NURSING–VOLUME 01 NOMOR 01 JANUARY(2022) 8—11

SIMPULAN DAN SARAN Recovery: RN. Journal Marital and


Kepala perawat dan perawat Family Therapy January 2010
pelaksana diharapkan terus dapat edition vol1, 36, no1, 13-27.
meningkatkan kemampuan berkomunikasi
efektif kepada pasien dengan cara lebih Gatot D. B. dan Adisasmito W. (2005).
banyak meluangkan waktu untuk Hubungan karakteristik Perawat, Isi
mendengar, berempati, menunjukkan sikap Pekerjaan dan Lingkungan
ramah dan penuh perhatian ketika Pekerjaan Terhadap Kepuasan Kerja
berinteraksi atau berkomunikasi dengan Perawat di instalasi rawat inap
Pasien dan keluarganya. Cara yang RSUD GunungJatiCirebon (Jurnal).
dilakukan untuk dapat menimbulkan rasa Jakarta:Makara Kesehatan, Vol.9
empati perawat kepada pasien yaitu dengan no1, Juni:1-8.
cara meluangkan waktu khusus secara rutin
Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan
di pagi hari atau di antara jam shift jaga
Aplikasi Dalam Pelayanan. Graha
perawat untuk menanyakan bagaimana
Ilmu, Yogyakarta.
kondisi yang dirasakan oleh pasien yang
dirawat. Baik kondisi fisik maupun kondisi Nasir, Abdul, Et Al. 2009. Komunikasi
psikis pasien.Jadwal meluangkan waktu Dalam Keperawatan Teori Dan
tersebut dapat diatur oleh kepala perawat Aplikasi. Salemba Medika, Jakarta.
dengan bergantian antara kepala perawat
dan perawat pelaksana. Nurjannah, Intansari. 2005. Komunikasi
Keperawatan Dasar-Dasar
REFERENSI Komunikasi Bagi Perawat. Moco
Arwani. 2003. Komunikasi Dalam Medika, Yogyakarta.
Keperawatan. EGC, Jakarta.
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan
Beyers, Aplikasi Dalam Praktik
M.,Phillips,C.(1979).NursingManag Keperawatan Profesional Edisi 3.
ementF or Salemba Medika, Jakarta
PatientCare.USA:little,Brownand
Company(INC). Zen, Pribadi Mh. 2013. Panduan
Komunikasi Efektif Untuk Bekal
CanadianNursesAssociation(2000).Cultural Keperawatan Profesional. D-
diversity- Medika, Yogyakarta.
changesandchallenges.TheCanadian
Nurse,96,1-5.
Cherie A. dan Gebrekidan A. B.,
(2013).Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan.
Yogyakarta:PenerbitImperium.
Christy, Venny. 2015. Hubungan
Karakteristik Perawat Dengan
penerapan Komunikasi Terapeutik
Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap
RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie Kota Pontianak.
Http://Jurnal.Untan.Ac.Id/Index.Php
/Jmkeperawatanfk/Article/View/110
36. Diakses tanggal 4 Agustus 2022
Francesca P-Duca (2010), Family Network
Support and Mental Health
11
Margareta Pratiwi

Anda mungkin juga menyukai