King menyusun tiga sistem yang saling berkaitan dalam TGA, mencakup sistem
personal, sistem interpersonal dan sistem sosial. Ini secara
sederhana maka sistem personal baik dari perawat dan pasien
akan saling berinteraksi di dalam sebuah hubungan
interpersonal melalui sebuah sistem sosial (institusi pelayanan
kesehatan). King menggaris bawahi bahwa proses keperawatan
paling utama terjadi di dalam sistem interpersonal. Perawat
harus memiliki pengetahuan adekuat dan memahami dengan
penuh esensi proses interaksi antaranya dengan pasien.
Menurut King pasien adalah makhluk sosial yang
memiliki tiga kebutuhan mendasar; kebutuhan akan informasi
kesehatan, kebutuhan perawatan yang berupaya mencegah
penyakit, dan kebutuhan perawatan ketika pasien tidak mampu
menolong dirinya sendiri. Maka disinilah peran perawat terjadi,
yaitu memenuhi dan menyediakan layanan perawatan yang efisien dan sifatnya terapeutik bagi
pasien. King melalui Theory of Goal Attainment ini sangat menekankan
bahwa adanya pengetahuan yang memadai tentang hubungan
Figure 1 : Imogene King dan komunikasi efektif bersama pasien menjadi syarat mutlak
Sumber : nurseslabs.com dalam praktik keperawatan yang dapat meningkatkan kualitas
perawatan yang terapeutik dan meningkatkan kualitas
kenyamanan pasien.
Penerapan model teori King di ranah praktik kesehatan masih belum familiar yang
menyebabkan masih kurang dalam penerapannya di area praktik. Studi observasi lapangan di
suatu rumah sakit menunjukkan adanya kesenjangan yang terjadi. Kesenjangan yang ditemukan
seperti pelaksanaan komunikasi tidak dilakukan dengan tahapan-tahapan komunikasi terapeutik
serta edukasi yang kurang kepada pasien dan absennya discharge planning. Selain kesenjangan,
terdapat barrier dalam membangun komunikasi terapeutik ini seperti perbedaan gender,
ketidaknyamanan fisik dan mental pasien, pengaruh budaya, kegagalan empati dan beban kerja
berlebih diantara perawat.
Dalam upaya mengatasi hambatan ini, perawat secara personal perlu memahami dan
menerapkan kembali bagaimana tahapan komunikasi terapeutik bersama pasien. Komunikasi
terapeutik dimulai dari beberapa fase; fase
pra interaksi, fase pengenalan, fase kerja dan
fase terminasi (Al-A’araj & Al-Omari, 2014)
:
Fase pra interaksi perawat membuat
persiapan sebagai awal pertemuan
pertama dengan pasien. Perawat
mengenali informasi terkait pasien
melalui sumber yang tersedia seperti
rekam medis, riwayat pengobatan dan
dari tim kesehatan lain.
Fase pengenalan pembentukan
hubungan saling percaya bersama pasien, mencakup perumusan diagnosa keperawatan,
menyampaikan rencana dan menetapkan tujuan bersama dengan pasien.
Fase kerja perawat dalam melaksanakan prosedur tindakan dengan
menjaga kualitas hubungan dengan pasien, mengevaluasi kondisi pasien dan memberikan
informasi yang terarah bagi pasien.
Fase terminasi menetapkan rencana perawatan yang berkelanjutan, memberikan
pendidikan kesehatan dan informasi edukasi lainnya yang sesuai dengan kebutuhan pasien
Perawat dapat memanfaatkan beberapa cara dalam menjaga dan meningkatkan kemampuan
komunikasi interpersonal terapeutik. Cara pertama adalah dengan mengikuti pelatihan
komunikasi terapeutik untuk meningkatkan
Figure 2 : Nurse & Patient Therapeutic Relationship
Sumber : Marryvile Online kepercayaan diri, kesensitifan, empati dan
self-efficacy bagi perawat dalam membangun
hubungan bersama pasien.
Perawat juga dapat mengembangkan kemampuan komunikasi terapeutiknya melalui
program modul komunikasi peka budaya. Protokol komunikasi ini diperkenalkan oleh Gadjah
Mada dimana perawat akan dituntun untuk peka terhadap nilai-nilai budaya seperti memahami
peran gender dalam membangun kenyamanan, berinteraksi dengan keluarga pasien sebelum
membuat intervensi medis, memahami hak otonomi pasien, memahami kapan dan dimana
memerlukan bantuan dari profesional kesehatan lainnya.
Terakhir, perawat dapat belajar melalui mini workshop terkait bagaimana untuk
melakukan komunikasi interpersonal yang efektif. Program mini workshop yang bertujuan
meningkatkan, mengembangkan, melatih sikap dan perilaku serta kemampuan lainnya yang
relevan dengan keahlian berkomunikasi interpersonal bagi perawat, sehingga perawat dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan sikap yang professional.
Referensi
Amoah, V. M. K., Anokye, R., Boakye, D. S., Acheampong, E., Budu-Ainooson, A., Okyere, E.,
Kumi-Boateng, G., Yeboah, C., & Afriyie, J. O. (2019). A qualitative assessment of
perceived barriers to effective therapeutic communication among nurses and patients. BMC
Nursing, 18(1), 1–8. https://doi.org/10.1186/s12912-019-0328-0
Kaur, B. (2020). Interpersonal communications in nursing practice - Key to Quality Health care.
6, 19–22.
Majdańska, J. C., Bieniak, M., & Karska, K. (2020). Interpersonal communication between
nurses and hospitalized patients - a review of Polish literature. 10(2), 97–106.
Meleis, A.I. 2007. Theoritical Nrsing: Development & Progress 4 th Ed. Lippincott Williams &
Wilkins.
Smith MC, Parker ME. Nursing Theories and Nursing Practice. 4th ed. Philadelphia: FA Davis;
2015.
Valizadeh, L., Zamanzadeh, V., Dewar, B., Rahmani, A., & Ghafourifard, M. (2018). Nurse’s
perceptions of organisational barriers to delivering compassionate care: A qualitative study.
Nursing Ethics, 25(5), 580–590. https://doi.org/10.1177/0969733016660881