Anda di halaman 1dari 3

Peningkatan Aplikasi Komunikasi Interpersonal Terapeutik di Lingkungan Praktik Keperawatan Guna

Menjaga Kualitas Perawatan Pasien : Imogene King’s Theory


BERTHA TESMA WULANDARI

Komunikasi merupakan keterampilan klinis mendasar yang menjadi fasilitas termurah


dalam membentuk hubungan kepercayaan antara staf medis dan pasien dalam ranah terapeutik.
Proses komunikasi interpersonal yang terapeutik yaitu dari satu individu ke individu yang lain
diperlukan dalam mengembangkan proses pelayanan keperawatan bagi perawat kepada pasien.
Kemampuan komunikasi diperlukan perawat karena perawat merupakan komunikator dan
edukator bagi pasien. Bentuk komunikasi yang dilakukan perawat ke pasien adalah komunikasi
terapeutik. Metode komunikasi terapeutik akan memberikan peluang kepada perawat untuk
merawat, menyediakan layanan perawatan terbaik dan adanya penyampaian informasi yang
produktif. Meski begitu, komunikasi interpersonal terapeutik di ranah pelayanan kesehatan kerap
tidak efektif karena alasan seperti pencampuran pekerjaan dengan masalah pribadi, tidak
kompeten berbahasa, turnover perawat yang tinggi, pengalaman kerja dengan jangka pendek.
Esensi komunikasi dalam keperawatan dijelaskan Imogene King melalui Theory of Goal
Attainment (TGA) miliknya. TGA menekankan hubungan terapeutik bagi perawat dan pasien.
TGA memiliki tujuan bahwa keperawatan merupakan proses aksi, reaksi dan interaksi dimana
perawat dan pasien berbagi informasi dan berkomunikasi dalam situasi keperawatan untuk
menciptakan hubungan yang sifatnya terapeutik. Melalui tahapan komunikasi, perawat
menetapkan tujuan, mengeksplorasi dan membuat kesepakatan cara yang akan ditetapkan untuk
mencapai tujuan bersama pasien.

King menyusun tiga sistem yang saling berkaitan dalam TGA, mencakup sistem
personal, sistem interpersonal dan sistem sosial. Ini secara
sederhana maka sistem personal baik dari perawat dan pasien
akan saling berinteraksi di dalam sebuah hubungan
interpersonal melalui sebuah sistem sosial (institusi pelayanan
kesehatan). King menggaris bawahi bahwa proses keperawatan
paling utama terjadi di dalam sistem interpersonal. Perawat
harus memiliki pengetahuan adekuat dan memahami dengan
penuh esensi proses interaksi antaranya dengan pasien.
Menurut King pasien adalah makhluk sosial yang
memiliki tiga kebutuhan mendasar; kebutuhan akan informasi
kesehatan, kebutuhan perawatan yang berupaya mencegah
penyakit, dan kebutuhan perawatan ketika pasien tidak mampu
menolong dirinya sendiri. Maka disinilah peran perawat terjadi,
yaitu memenuhi dan menyediakan layanan perawatan yang efisien dan sifatnya terapeutik bagi
pasien. King melalui Theory of Goal Attainment ini sangat menekankan
bahwa adanya pengetahuan yang memadai tentang hubungan
Figure 1 : Imogene King dan komunikasi efektif bersama pasien menjadi syarat mutlak
Sumber : nurseslabs.com dalam praktik keperawatan yang dapat meningkatkan kualitas
perawatan yang terapeutik dan meningkatkan kualitas
kenyamanan pasien.
Penerapan model teori King di ranah praktik kesehatan masih belum familiar yang
menyebabkan masih kurang dalam penerapannya di area praktik. Studi observasi lapangan di
suatu rumah sakit menunjukkan adanya kesenjangan yang terjadi. Kesenjangan yang ditemukan
seperti pelaksanaan komunikasi tidak dilakukan dengan tahapan-tahapan komunikasi terapeutik
serta edukasi yang kurang kepada pasien dan absennya discharge planning. Selain kesenjangan,
terdapat barrier dalam membangun komunikasi terapeutik ini seperti perbedaan gender,
ketidaknyamanan fisik dan mental pasien, pengaruh budaya, kegagalan empati dan beban kerja
berlebih diantara perawat.
Dalam upaya mengatasi hambatan ini, perawat secara personal perlu memahami dan
menerapkan kembali bagaimana tahapan komunikasi terapeutik bersama pasien. Komunikasi
terapeutik dimulai dari beberapa fase; fase
pra interaksi, fase pengenalan, fase kerja dan
fase terminasi (Al-A’araj & Al-Omari, 2014)
:


Fase pra interaksi  perawat membuat
persiapan sebagai awal pertemuan
pertama dengan pasien. Perawat
mengenali informasi terkait pasien
melalui sumber yang tersedia seperti
rekam medis, riwayat pengobatan dan
dari tim kesehatan lain.
 Fase pengenalan  pembentukan
hubungan saling percaya bersama pasien, mencakup perumusan diagnosa keperawatan,
menyampaikan rencana dan menetapkan tujuan bersama dengan pasien.
 Fase kerja  perawat dalam melaksanakan prosedur tindakan dengan

menjaga kualitas hubungan dengan pasien, mengevaluasi kondisi pasien dan memberikan
informasi yang terarah bagi pasien.
 Fase terminasi  menetapkan rencana perawatan yang berkelanjutan, memberikan
pendidikan kesehatan dan informasi edukasi lainnya yang sesuai dengan kebutuhan pasien
Perawat dapat memanfaatkan beberapa cara dalam menjaga dan meningkatkan kemampuan
komunikasi interpersonal terapeutik. Cara pertama adalah dengan mengikuti pelatihan
komunikasi terapeutik untuk meningkatkan
Figure 2 : Nurse & Patient Therapeutic Relationship
Sumber : Marryvile Online kepercayaan diri, kesensitifan, empati dan
self-efficacy bagi perawat dalam membangun
hubungan bersama pasien.
Perawat juga dapat mengembangkan kemampuan komunikasi terapeutiknya melalui
program modul komunikasi peka budaya. Protokol komunikasi ini diperkenalkan oleh Gadjah
Mada dimana perawat akan dituntun untuk peka terhadap nilai-nilai budaya seperti memahami
peran gender dalam membangun kenyamanan, berinteraksi dengan keluarga pasien sebelum
membuat intervensi medis, memahami hak otonomi pasien, memahami kapan dan dimana
memerlukan bantuan dari profesional kesehatan lainnya.
Terakhir, perawat dapat belajar melalui mini workshop terkait bagaimana untuk
melakukan komunikasi interpersonal yang efektif. Program mini workshop yang bertujuan
meningkatkan, mengembangkan, melatih sikap dan perilaku serta kemampuan lainnya yang
relevan dengan keahlian berkomunikasi interpersonal bagi perawat, sehingga perawat dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan sikap yang professional.
Referensi

Adib-Hajbaghery, M., & Tahmouresi, M. (2018). Nurse–patient relationship based on the


imogene king’s theory of goal attainment. Nursing and Midwifery Studies, 7(3), 141.
https://doi.org/10.4103/nms.nms_10_17
Al-A’araj, A., & Al-Omari, A. (2014). Phases of Therapeutic Relationship Implementation
among the Queen Alia Heart Center Nurses. Middle East Journal of Nursing, 8(3), 16–19.
https://doi.org/10.5742/mejn.2014.92502
Alligood, M., & Tomey, A. (2010). Nursing theorists and their work, seventh edition. Maryland
Heights: Mosby-Elsevier.

Amoah, V. M. K., Anokye, R., Boakye, D. S., Acheampong, E., Budu-Ainooson, A., Okyere, E.,
Kumi-Boateng, G., Yeboah, C., & Afriyie, J. O. (2019). A qualitative assessment of
perceived barriers to effective therapeutic communication among nurses and patients. BMC
Nursing, 18(1), 1–8. https://doi.org/10.1186/s12912-019-0328-0
Kaur, B. (2020). Interpersonal communications in nursing practice - Key to Quality Health care.
6, 19–22.
Majdańska, J. C., Bieniak, M., & Karska, K. (2020). Interpersonal communication between
nurses and hospitalized patients - a review of Polish literature. 10(2), 97–106.
Meleis, A.I. 2007. Theoritical Nrsing: Development & Progress 4 th Ed. Lippincott Williams &
Wilkins.
Smith MC, Parker ME. Nursing Theories and Nursing Practice. 4th ed. Philadelphia: FA Davis;
2015.
Valizadeh, L., Zamanzadeh, V., Dewar, B., Rahmani, A., & Ghafourifard, M. (2018). Nurse’s
perceptions of organisational barriers to delivering compassionate care: A qualitative study.
Nursing Ethics, 25(5), 580–590. https://doi.org/10.1177/0969733016660881

Anda mungkin juga menyukai