17020-Article Text-33469-1-10-20170824
17020-Article Text-33469-1-10-20170824
Makna Simbolis dan Fungsi Tenun Songket Bermotif Naga pada Masyarakat
Melayu di Palembang Sumatera Selatan
Abstrac
Weaving Songket Palembang South Sumatra is one of the best songket in Indonesia. Visualize them into
a dragon motif on songket as it is believed to have symbolic significance. Problems examined in this
study are: (1) want to know the dragon motif used as a key element in the craft of weaving songket (2)
wants to analyze the visualization of a dragon in songket, (3) to understand the symbolic meaning and
function of songket weaving patterned dragon on the Malay community in Palembang in South Sumatra.
The method used qualitative methods. The data source is the people of Palembang in South Sumatra
and patterned songket weaving dragon. Analysis technique used is data collection, data reduction, data
presentation and conclusion. The research shows. First, patterned songket weaving dragon serve as the
main motive for the first motif created by Gede Munyang first period (ancestor) before any other
motives. Second, the visual form of the dragon that is in the weaving songket is a visualization of the
influence of the Chinese dragon. Third, the symbolic meaning of the dragon patterned songket is an
element of public confidence in South Sumatra. Contained in the understanding of the meaning of the
elements of life seen a whole and refers to the order in life which provides an understanding of the
concept of hope, purity, protection, prosperity, identity, and the teachings within the scope of social life.
In connection with the public function Palembang songket weaving patterned using dragon in their
marriage tradition.
© 2017 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6900
Kampus Pascasarjana Unnes, Jalan Kelud Utara III Semarang 50237
e-ISSN 2502-4531
E-mail: tahrir_romass@yahoo.co.id
9
Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati / Catharsis 6 (1) 9-18 (2017)
10
Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati / Catharsis 6 (1) 9-18 (2017)
Teknik analisis data, reduksi data, penyajian menandai penempatan bentuk dalam ruang, (3)
data, dan verifikasi. ukuran berkaitan dengan proporsi, raut dan
berat/bobot baik nyata maupun kesan atau
HASIL DAN PEMBAHASAN ilusi/sugestif.
11
Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati / Catharsis 6 (1) 9-18 (2017)
masih banyak dilakukan dengan aturan Motif kepala songket tumpal terdiri dari
komposisi pakem yang telah ada, seperti gabungan motif geometris dan tumbuhan. Hal
kembang tengah, motif inti dan ragam hias tersebut menambah luas kekayaan ragam hias
dalam songket secara berurutan dari lingkar yang menghias bagian tumpal ini. Ragam hias
dalam hingga terluar dikelilingi ombak, umpak, geometris tampak pada bentuk tumpal itu
bongkot, atau pangkal, tawur, pengapit, umpak sendiri (pucuk rebung) dan pada pengapit ujung
ujung, dan tretes (Syarofie, 2007:16). serta pangkal, sedangkan tumbuhan tampak
pada motif kembang kunyit. Pada kepala
Apit
songket ini bentuk tumpal yang dibuat sejajar
Tawur dalam penempatannya, bahkan jarak
Umpa penggambarannya dibuat sedemikian sama
Tretes (seimbang). Pemakaian ragam hias pada
pinggiran tumpal tampak jelas sekali untuk
Gambar 2. Tepi Songket bermotif Naga membedakan posisinya masing-masing. Ini
Sumber: Romas Tahrir dikarenakan selain badan songket yang menjadi
pokok inti motif, kedudukan tumpal juga
Jika diamati penerapan motif tepi songket mempunyai kapasitas sendiri pada posisinya
terdapat pengulangan motif yang dibangun yaitu sebagai kepada dari songket.
melalui repitisi motif garis lurus dan lengkung. Pengorganisasian yang ditampilkan jelas sangat
Garis-garis lengkung dipergunakan untuk mengandung unsur keserasian. Dilihat dari
merangkai berbagai elemen-elemen yang ada. pengulangan-pengulangan pada setiap motif
Sedangkan motif geometris dibangun melalui baik dari pucuk rebung dan motif lainnya,
motif garis lurus dan simetris. Dari peletakkan secara teratur sehingga tampak
penggabungan garis geometris dan melengkung mempunyai kesan keseimbangan dan
dihasilkan suatu rangkaian yang terdiri dari keharmonisan dari ritme yang dirasakan.
deretan motif-motifnya.
Visualisasi Naga pada Tenun Songket
Bentuk Visual Kepala Songket Bermotif Naga
Keseimbangan Simetris
Kepala tenun songket bermotif naga
besarnya lebih kurang seperempat bagian dari
panjang kain yang digambarkan sebagai bentuk
segitiga sama kaki. Pada bagian kepala songket
motifnya lebih dikenal pucuk rebung (tunas
bambu muda) yang biasanya penempatannya
dalam bidang kain ditempatkan secara Keseimbangan Simetris
berhadapan.
Lebar 48 cm
Tinggi 17
cm
Keseimbangan Simetris
Keseimbangan Simetris
Gambar 3. Kepala Tenun Songket Pucuk Gambar 4. Visualisasi Naga pada Tenun
Rebung dan Kembang Kunyit Songket
12
Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati / Catharsis 6 (1) 9-18 (2017)
Naga diungkapkan secara visual dalam bunga melati terletak di atas antara dua kepala
bentuk sepasang naga dengan posisi setangkup naga. Pada tenun songket motif naga bagian
atas bawah dan kiri kanan. Sikap ekspresi dari kepala terdapat elemen pucuk rebung dan bunga
naga yaitu mulut terbuka (menganga) tanpa kembang kunyit; bagian tepi terdapat motif
adanya lidah dan taring, terdapat tanduk tegak tretes yang terdapat pada bagian paling pinggir,
melengkung kedepan, mata terbuka tajam apit sebagai pengapit (pembatas), dan umpak
sehingga tampak garang, terdapat sayap yang pangkal yang menggunakan motif bunga kaca
mengembang keatas dan pada bagian luar piring.
tampak berliku-liku atau tidak beraturan, bagian
kaki depan lurus menyatu sedangkan kaki
belakang tegak lurus kebawah tanpa adanya
lengkungan, bentuk ekor mengikal dan
melengkung kedalam. Sedangkan pada
visualisasi naga hijau dan merah ada beberapa
perbedaan antaranya pada sayap naga hijau
membentuk pola segitiga menyerupai punuk,
bagian pangkal ekor terdapat semacam sirip dan
kaki belakang tegak lurus kebawah. Pada naga
merah bagian kepala tidak terdapat tanduk, dan
sayap yang berbentuk tebal dengan pola
cenderung sejajar tegak.
13
Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati / Catharsis 6 (1) 9-18 (2017)
emas, merah, dan hijau. Warna emas, hijau, dan pemahaman masyarakat Palembang Sumatera
merah terdapat pada seluruh bagian motif naga Selatan terhadap bunga mawar dimaknai
dan warna merah pada bagian latar. sebagai penolak balak dari bahaya yang tak
terduga sedangkan bunga tanjung dimaknai
ucapan selamata datang. Ragam hias geometris
tampak pada bentuk tumpal itu sendiri (pucuk
rebung) dan pada pengapit ujung serta pangkal.
Gambar 7. Warna-warna benang pada Tenun Motif pucuk rebung selalu ada dalam setiap kain
Songket Bermotif Naga songket sebagai kepala kain atau tumpal kain
tersebut. Penggunaan motif pucuk rebung pada
Analisis Semantik Tenun Songket Bermotif kain songket dimaksudkan agar si pemakai
Naga selalu mempunyai keberuntungan. Sebab bambu
Dilihat dari tataran denotatif, yaitu apa merupakan pohon yang tidak mudah rebah oleh
yang tampak secara visual oleh bentuk naga tiupan angin kencang sekalipun dan bambu yang
yang merupakan motif pokok/inti naga yang masih muda merupakan tumbuhan yang dapat
digambarkan pada songket merupakan konsep dimanfaatkan sebagai bahan makanan (dibuat
perlindungan dikonotasikan yang berakar dari sayur). Ketika tumbuh menjadi besar dan
kekuatan naga serta sebagai penjagaan bagi menjadi bambu dapat dimanfaatkan sebagai
pemakainya. Jika melihat unsur perlindungan bahan bangunan dan segala macam keperluan
yang dibentuk dari struktur naga yang terlihat yang diartikan harapan baik dalam setiap
dalam keadaan bertarung dapat langkah hidup dan berguna bagi keluarga dan
diinterprestasikan sebagai pelindung yang masyarakat. Sedangkan bunga kembang kunyit
identik dengan kekuatan, keperkasaan, kejayaan melambangkan Kesetiaan. Diinterpretasikan
dan kekuasaan. Walaupun naga divisualkan bahwa kesetiaan merupakan hal yang pokok
dalam keadaan terpisah tetapi dimaknai secara dalam menjalin suatu hubungan. Hubungan
keseluruhan, karena memiliki konsep yang didasari dengan kesetiaan yang
pemaknaan yang tunggal. Warna pada tubuh menentukan pada suatu hubungan yang
naga berwarna emas yang dikonotasikan harmonis.
mengharapkan kekayaan, kemakmuran dan Motif tepi songket (tretes) sebenarnya
kejayaan dalam hidup. Warna hijau hanya sebagai bingkai untuk memasuki bagian
dikonotasikan kesuburan dan kelimpahan inti (badan songket) motif tepi songket berada
sedangkan warna merah mengandung makna disisi kanan, kiri, atas dan bawah. Dalam
optimis, semangat dan ceria. Naga yang penerapannya motif-motif tersebut dibuat
dituangkan dalam tenun songket tentunya berjejer diorganisir secara berulang-ulang pada
berdasarkan mitos dari naga yang diyakini tepi songket dengan arah tenunan kekiri,
bahwa naga itu “ada” dalam kehidupan kekanan, keatas dan kebawah. Jika diamati
masyarakat Palembang Sumatera Selatan. penerapan tepi songket terdapat pengulangan
Adapun motif pendukung adalah motif motif. Dapat dilihat ditepi songket berbagai jenis
tumbuhan dalam hal ini bunga. Tumbuh- ragam hias geometris diantaranya kuku, umpak
tumbuhan sebagai faktor yang menentukan pangkal berbentuk gelombang, umpak ujung
kelanjutan hidup manusia, selain menjadi penghimpit) garis lurus/simetri, silang dan
sumber kehidupan, ia juga dapat menunjang lengkung yang dikombinasikan sedemikian
kebutuhan fisik. Menurut Herni yuli menariknya dalam satu komposisi. Bentuk tepi
(wawancara 24 April 2016) bunga melati songket ini tercipta melalui torehan dan lekukan
kepercayaan masyarakat Palembang dimaknai dengan garis-garis yang disesuaikan atau bentuk
sebagai perlambangan kesucian. Motif yang tidak bertolak (keserasian dan
pendukung lainnya ada Bunga mawar dan keharmonisan tampak terlihat).
bunga tanjung menurut kepercayaan
14
Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati / Catharsis 6 (1) 9-18 (2017)
Tepi tenun adanya motif tretes Dari aspek denotasi, naga pada tenun
sebenarnya lebih sebagai penghantar menuju songket menggambarkan dua pasang naga.
motif utama. Didalamnya lebih menonjolkan Bentuk kepala naga tidak mengenadah, mata
pemaknaan secara luas mencakup keadaan dua tajam, mulut terbuka mempunyai tanduk
ruang lingkup serta sebagai tantanan cara posisi berhadapan (setangkup) komposisi
bagaimana masyarakat Sumatera Selatan simetris. Naga merupakan penanda
berinteraksi terhadap orang asing yang artinya perlindungan. Penggambaran dua pasang naga
jamuan terhadap orang asing/sebagai ucapan merasa satu mengandung pengertian konotatif
selamat datang. Umpak ujung (gelombang) keberanian, kekuatan dan siap menghadapi
dimaknai Palembang Sumatera Selatan yang berbagai ancaman yang datang. Tanduk lurus
memiliki sungai besar sebagai perairan sungai kedepan menandakan kewibawaan dalam hidup
Musi. Umpak yang menggunakan motif tawur manusia harus mengelolah sifat awas yang
dikombinasikan membentuk belah ketupat berisi artinya harus jelas dalam penglihatan, mulut
bunga kaca piring diartikan keramahan dan terbuka menandakan, ekor naga mengikal
ucapan selamat datang. Pengapit secara menandakan sebagai pelindung dan
dekoratif pemberi batas di antara dua benda mengayomi. Tubuh berwarna emas
umpak dan tawur. melambangkan kekayaan dan kemakmuran.
Bentuk kedua naga mengapit bunga
Analisis Pragmatik Tenun Songket Bermotif mawar melambangkan harapan yang baik,
Naga dengan kaki depan mengangkat keatas menyatu
Tenun songket bermotif naga bagi bersatu padu dan kaki belakang tegak lurus serta
masyarakat Palembang Sumatera Selatan sayap mengembang keatas. Dengan posisi yang
merupakan tuntunan dan tontonan. Tuntunan demikian itu mempunyai makna perlindungan,
artinya digunakan sebagai acuan dalam keselamatan dan menciptakan kehidupan yang
kehidupan sehari-hari bagi masyarakat indah, tentram serta memberikan kebahagian
pendukung yang memiliki nilai sakral, terutama yang kuat untuk sepasang pengantin.
dalam upacara pernikahan yang divisualkan Penggambaran naga hijau juga merupakan dua
dalam simbol. Tontonan artinya memiliki nilai pasang naga yang posisi berhadapan (setangkup)
keindahan yang terlihat dari teknik komposisi simetri, ukurannya sama. Dalam hal
pembuatannya yang mencerminkan kesabaran ini penggambaran naga kepala tidak
dan ketelitian. mengenadah, mulut terbuka dan mempunyai
tanduk sebagai petanda ekspresi naga yang
Analisis Makna Tenun Songket Bermotif Naga menunjukkan memiliki semangat yang berkobar
Makna sebuah tanda dalam perspektif dan optimis.
Saussure terjadi karena adanya hubungan Warna tubuhnya hijau melambangkan
sesuatu yang menandai (penanda) dan yang kesuburan dan kelimpahan. Bentuk kedua naga
ditandainya (petanda). Konsep ini menunjuk mengapit bunga tanjung menandakan ucapan
pada hubungan aspek material dengan konsep selamat datang, dengan kaki depan mengangkat
mental, dan kemudian berkembang serta sejalan keatas menyatu bersatu padu, dengan kaki
dengan hubungan antara bentuk atau ekspresi belakang tegak lurus dan bentuk sayap
dan isi. Menarik dalam proses signifikasi model mengembang pola segitiga seperti punuk, bentuk
Roland Barthes ialah adanya tingkatan ekor mengikal dan pangkal ekor terdapat
pemaknaan yaitu makna primer (denotasi) dan semacam sirip. Mempunyai makna penjagaan
skunder (konotasi). Dengan mengadaptasi dan perlindungan yang kuat bagi sipemakai
pemikiran Barthes, tiga naga yang terdapat pada songket. Bentuk naga merah dengan kepala
tenun songket sebagai karya seni dapat dianalisis tidak mengenadah dan mulut terbuka dengan
maknanya ke dalam makna denotasi dan makna posisi sama yaitu berhadapan (setangkup)
konotasi. komposisi simetri. Bagian warna tubuh merah
15
Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati / Catharsis 6 (1) 9-18 (2017)
16
Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati / Catharsis 6 (1) 9-18 (2017)
Seni kerajinan tenun songket menjadi mereka tetap abadi dan hanya maut yang dapat
bagian kehidupan sehari-hari masyarakat memisahkan. Konteks terbutlah melahirkan
Palembang Sumatea Selatan, songket suatu pemikiran bagai mana dalam suatu
merupakan peningalan warisan budaya yang hubungan ikatan pernikahan akan tetap terjaga
masih tetap hadir disetiap masyarakat Sumatera dengan menampilkan suatu hubungan bermakna
Selatan. Songket diciptakan untuk memenuhi dalam pernikahannya, dalam hal ini,
kebutuhan kegiatan-kegiatan tertentu bagi masyarakat Palembang menggunakan tenun
masyarakat Sumatera Selatan, yang memiliki songket bermotif naga sebagai simbol yang
peranan penting dalam suatu kegiatan istimewa, memiliki makna tersendiri dalam pernikahan.
seperti upacara pernikahan, upacara adat, dan
marhaba. Tenun songket dapat dikenakan
melilit tubuh seperti sarung, disampirkan
dibahu, atau seagai daster atau tanjak, hiasan
ikatan kepala. Busana resmi laki-laki melayu
sering kali mengenakan songket, sedangkan
untuk kaum perempuan songket dililitkan
sebagai kain sarung dan selendang, atau
dikombinasikan dengan kebaya atau baju
kurung. Tenun songket memiliki rasa dan karsa
yang telah ikut menentukan warna kehidupan
sosial masyarakat di Kecamatan Tanjung Batu.
Menenun telah dilakukan turun-temurun,
dilakukan dengan penuh kesadaran dan menjadi
bagian hidup mereka. Songket memiliki nilai
fungsional, kualitas estetis yang memberikan
suatu nilai keindahan yang tinggi.
Fungsi tenun songket bermotif naga
Gambar 8. Tenun Songket Bermotif Naga
dalam tradisi masyarakat Palembang Sumatera
digunakan dalam acara Pernikahan
Selatan digunakan sebagai busana pelengkap
dalam acara pernikahan. Tenun songket
Merujuk pada pendapat feldman tentang
bermotif naga ini digunakan untuk upacara
ciri kedua seni yang termasuk memiliki fungsi
pernikahan, bukan semata-mata karena nilai
sosial, apa bila karya seni tersebut dipakai atau
estetis atau keindahan yang ditimbulkan oleh
dipergunakan dalam situasi umum. Dengan
motif-motifnya, namun motif-motif songket
demikian pada dasarnya tenun songket bermotif
memiliki fungsi dan makna simbolik bagi
naga memiliki fungsi sosial, karena dalam
masyarakat pendukungnya. Tenun songket
kenyataannya setiap masyarakat Palembang
bermotif naga pada busana pengantin sebagai
Sumatera Selatan dalam kondisi situasi umum
penutup badan sarung/sawet yang selalu
sifatnya kegiatan upacara pernikahan memakai
digunakan oleh kedua mempelai. Penggunaan
tenun songket bermotif naga. Namun yang
tenun songket dalam busana pernikahan
paling penting kesadaran masyarakat memakai
Palembang bisa dikatan wajib. Dikarenakan
tenun songket dalam tiap upacara pernikahan,
songket memiliki nilai tersendiri dalam
merupakan wujud dukungan masyarakat
kebudayaan Palembang (wawancara HJ.
mempertahankan eksitensi tenun songket
Ismeini 17 April 2016).
bermotif naga di Palembang Sumatera Selatan.
Melangsungkan pernikahan tentunya
dilakukan hanya sekali dalam seumur hidup,
sehingga apa yang menjadi harapan sepasang
pengantin menginginkan agar pernikahan
17
Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati / Catharsis 6 (1) 9-18 (2017)
Berdasarkan hasil penelitian dapat Creswell, Jhon W. 2016. Research Design Pendekatan
disimpulkan bahwa tenun songket bermotif naga Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Edisi Ketiga:
Pustaka Pelajar.
dijadikan sebagai motif utama karena motif
Dharsono. 2007. Kritik Seni. Bandung: Rekayasa
tersebut yang pertama dibuat oleh Gede
Sains.
Munyang masa dulu (nenek moyang) sebelum Guntur. 2004. Studi Ornamen Sebuah
adanya motif-motif tiga negeri dan kenanga Pengantar.Surakarta: P2A1 bekerja sama
dimakan ulat. Bentuk visual naga yang ada pada dengan STSI Press Surakarta.
tenun songket merupakan visualisasi pengaruh Gustami, SP. 2000. Seni kerajinan Mebel Ukir Jepara.
naga Cina. Makna simbolis tenun songket Yogyakarta: Kanisius.
bermotif naga merupakan unsur kepercayaan Iswidayati, S. 2006. Pendekatan Semiotik Seni Lukis
masyarakat Sumatera Selatan yang terkandung Jepang Periode 80-90an: Kajian Estetika
Tradisional Jepang Wabi Sabi. Semarang: Unnes
pemahaman kehidupan dilihat dari makna unsur
Pres.
satu kesatuan dan merujuk pada tatanan dalam
Kartiwa, Suwati. 1989. Songket Weaving In Indonesia.
berkehidupan yang berisi pemahaman terhadap Jakarta: Jembatan Baru.
konsep pengharapan, kesucian, perlindungan, Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011. Metodologi Penelitian
kemakmuran, jati diri, dan ajaran dalam ruang Seni. Semarang: Cipta Prima Nusantara.
lingkup kehidupan sosial. Berkaitan dengan Summerfield, John, Anne, Susan Rodgers. 2007. Gold
fungsinya,masyarakat Palembang menggunakan Cloths of Sumatra: Indonesia's Songkets from
tenun songket bermotif naga dalam tradisi Ceremony to Commodity. Netherland: Cantor
pernikahan. Art Gallery, KITLV Press.
Sunaryo, Aryo. 2013. Rerupa Sengkalan kajian estetis
dan simbolis Sengkalan memet Keraton
Yogyakarta. Yogyakarta: Ombak.
Syarofie, Yudhy. 2007. Songket Palembang: Nilai
Filosofis, Jejak Sejarah dan Tradisi. Sumatera
Selatan: PemProv. SumSel, Depdiknas.
18