Anda di halaman 1dari 10

CATHARSIS 6 (1) 9-18 (2017)

Catharsis: Journal of Arts Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/catharsis

Makna Simbolis dan Fungsi Tenun Songket Bermotif Naga pada Masyarakat
Melayu di Palembang Sumatera Selatan

Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati

Prodi Pendidikan Seni, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tenun Songket Palembang Sumatera Selatan merupakan salah satu songket terbaik di Indonesia.
Diterima Januari 2017 Motif naga divisualkan kedalam tenun songket karena diyakini memiliki makna simbolis. Tujuan
Disetujui April 2017 penelitian ini adalah (1) ingin mengetahui motif naga dijadikan unsur utama dalam kerajinan
Dipublikasikan Agustus tenun songket (2) ingin menganalisis visualisasi naga dalam tenun songket, (3) ingin memahami
2017 makna simbolis dan fungsi tenun songket bermotif naga pada masyarakat Melayu di Palembang
________________ Sumatera Selatan. Metode penelitian yang digunakan metode kualitatif. Data penelitian diperoleh
Keywords: melalui, observasi, wawancara, dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
dragon pattern, symbolic pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan
meaning, songket weaving, bahwa: Pertama, Tenun songket bermotif naga dijadikan sebagai motif utama karena motif
function tersebut yang pertama dibuat oleh Gede Munyang masa dulu (nenek moyang) sebelum adanya
____________________ motif-motif tiga negeri dan kenanga dimakan ulat; Kedua, bentuk visual naga yang ada pada tenun
songket merupakan visualisasi pengaruh naga Cina; Ketiga, makna simbolis tenun songket
bermotif naga merupakan unsur kepercayaan masyarakat Sumatera Selatan yang terkandung
pemahaman kehidupan dilihat dari makna unsur satu kesatuan dan merujuk pada tatanan dalam
berkehidupan yang berisi pemahaman terhadap konsep pengharapan, kesucian, perlindungan,
kemakmuran, jati diri, dan ajaran dalam ruang lingkup kehidupan sosial. Berkaitan dengan
fungsinya, masyarakat Palembang menggunakan tenun songket bermotif naga dalam tradisi
pernikahan.

Abstrac

Weaving Songket Palembang South Sumatra is one of the best songket in Indonesia. Visualize them into
a dragon motif on songket as it is believed to have symbolic significance. Problems examined in this
study are: (1) want to know the dragon motif used as a key element in the craft of weaving songket (2)
wants to analyze the visualization of a dragon in songket, (3) to understand the symbolic meaning and
function of songket weaving patterned dragon on the Malay community in Palembang in South Sumatra.
The method used qualitative methods. The data source is the people of Palembang in South Sumatra
and patterned songket weaving dragon. Analysis technique used is data collection, data reduction, data
presentation and conclusion. The research shows. First, patterned songket weaving dragon serve as the
main motive for the first motif created by Gede Munyang first period (ancestor) before any other
motives. Second, the visual form of the dragon that is in the weaving songket is a visualization of the
influence of the Chinese dragon. Third, the symbolic meaning of the dragon patterned songket is an
element of public confidence in South Sumatra. Contained in the understanding of the meaning of the
elements of life seen a whole and refers to the order in life which provides an understanding of the
concept of hope, purity, protection, prosperity, identity, and the teachings within the scope of social life.
In connection with the public function Palembang songket weaving patterned using dragon in their
marriage tradition.
© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6900
Kampus Pascasarjana Unnes, Jalan Kelud Utara III Semarang 50237
e-ISSN 2502-4531
E-mail: tahrir_romass@yahoo.co.id

9
Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati / Catharsis 6 (1) 9-18 (2017)

PENDAHULUAN menyatakan juga bisa terbang naga digambarkan


tetap bersisik mulus, dan kepalanya memakai
Setiap bangsa atau suku memiliki mahkota. Perwujudan demikian berbeda dengan
kebudayaan masing-masing, demikian pula pada naga Cina yang digambarkan antara lain
suku Melayu Palembang Sumatera Selatan. bertanduk, bersungut seperti udang, memiliki
Pada masa dahulu terdapat kerajaan Sriwijaya cakar atau kaki, dan bagian punggungnya
yang memerintah sekitar abad VIII sampai XI. berduri hal ini tidak terdapat pada motif naga
Kerajaan laut yang menguasai perdagangan di Jawa. Bentuk naga ditafsirkan melalui
sekitar selat Malaka, bahkan pengaruhnya perwujudan naga dalam tenun/kain songket
sampai Cina, Champa, dan Siam. Menurut Melayu Palembang Sumatera Selatan menurut
sejarah dan kebudayaan Palembang tampak konteks klasifikasi simbolik. Kata songket
bahwa kerajaan masa lampau tercermin melalui berasal dara istilah sungkit dalam bahasa
pakaian upacara dan pakaian adat, rumah adat, Melayu dan bahasa Indonesia, berarti “mengait”
bentuk ukir-ukiran, logam dan emas. Emas atau “mencungkil”. Hal ini berkaitan dengan
berlimpah ruah masa kejayaan raja-raja pada metode pembuatannya, mengait dan mengambil
waktu dahulu, tercermin dari penggunaan emas sejumput kain tenun, dan kemudian
dalam tenunan songket dan arti emas dalam menyelipkan benang emas dan perak (Syarofie,
bentuk adat limas (Kartiwa, 1989:33). 2007:13-14).
Wilayah Melayu Palembang Sumatera Tenun songket adalah kain mewah yang
Selatan banyak menggunakan visual-visual naga aslinya memerlukan sejumlah emas asli untuk
di antaranya sebagai pembatas jalan, kerajinan dijadikan benang emas, kemudian ditenun
ukiran kayu, kaligrafi, perahu apung, dan tenun tangan menjadi kain yang cantik. Tambang
songket. Naga hadir dalam kepercayaan emas di Sumatera terletak di pedalaman Jambi
masyarakat Melayu Sumatera Selatan sebagai dan dataran tinggi Minang Kabau. Songket
makhluk yang mendatangkan keberkahan. Motif Palembang merupakan salah satu songket
naga tergolong dalam ornamen stilasi menurut terbaik di Indonesia diukur dari segi kualitasnya,
sifatnya dan tergolong dalam ornamen binatang bahkan sering disebut "Ratu Segala Kain"
atau makhluk imajinatif. Ornamen binatang (Summerfield, 2007:78).
untuk menyusun atau pembentukannya dapat
dilakukan dengan cara meniru, menggayakan, METODE
mendistorsikan, atau mendeformasikan
keseluruhan dan sebagian organ tubuhnya Metode yang digunakan dalam penelitian
(Guntur, 2004:5-45). ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif
Naga merupakan sebutan umum untuk menurut Creswell (2016:4) merupakan metode-
makhluk mitologi berwujud reptil berukuran metode untuk mengeksplorasi dan memahami
raksasa yang muncul dalam berbagai makna yang oleh sejumlah individu atau
kepercayaan kebudayaan di dunia. Van der sekelompok orang- dianggap berasal dari
Hoop (dalam Sunaryo, 2013:106), masalah sosial atau kemanusiaan. Sasaran
mengemukakan bahwa Naga dalam kebudayaan penelitian ini adalah karya seni kerajinan tenun
Pra Hindu dipandang sebagai lambang dunia songket di Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten
bawah, yakni bumi dan air. Konsep ini berbeda Ogan ilir, Melayu Palembang Sumatera Selatan
dengan naga atau liong yang berasal dari Cina diantaranya desa Tanjung Pinang, Limbang
yang biasanya dipersepsikan dalam keadaan Jaya, dan Tanjung Laut. Sumber data penelitian
terbang, meskipun tanpa sayap. Karena itu ini adalah para perajin tenun songket di
ikonografi seperti naga Jawa seperti halnya Kecamatan Tanjung Batu. Pengumpulan data
sosok naga dalam wayang kulit, berbeda dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
motif naga Cina. Meskipun ada beberapa studi dokumen. Teknik analisis data pada
variasi, penambahan sayap misalnya sampai penelitian ini menggunakan keabsahan data.

10
Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati / Catharsis 6 (1) 9-18 (2017)

Teknik analisis data, reduksi data, penyajian menandai penempatan bentuk dalam ruang, (3)
data, dan verifikasi. ukuran berkaitan dengan proporsi, raut dan
berat/bobot baik nyata maupun kesan atau
HASIL DAN PEMBAHASAN ilusi/sugestif.

Tenun Songket bermotif naga lebih


dikenal masyarakat Palembang Sumatera 1
Selatan sebagai motif yang pakem jika
digunakan dalam acara pernikahan. Jika menilik 3
motif tengah badan songket yang dipakai oleh
para raja Palembang, akan tertangkap betapa 2
tinggi dan agung nilai filosofi yang
dikandungnya. Penggunaan tenun songket
dalam busana pernikahan bisa dikatakan wajib, Gambar 1. Tenun Songket Bermotif Naga
Sumber: Romas Tahrir
dikarenakan songket memiliki nilai tersendiri
dalam kebudayaan suku Melayu Palembang
Pengelompokkan motif pada tenun
Sumatera Selatan. Motif naga memang erat
songket bermotif naga terbagi dalam tiga bagian
sekali hubungannya dalam prosesi pernikahan,
yaitu (1) kepala songket, (2) tepi songket, (3)
sehingga tidaklah heran jika motif ini lebih
badan songket. Tenun songket bermotif naga
dikenal memiliki arti tersendiri, bernilai tinggi,
memiliki bentuk indah yang akan terlihat
baik dalam penggunaannya maupun dalam
melalui unsur-unsur yang menjadi faktor
pemaknaannya. Makna simbolis yang
pendukungnya.
terkandung didalamnya tentu saja atas dasar
kesepakatan masyarakat Palembang Sumatera
Unsur-unsur Pembentukan Ragam Hias
Selatan. Tenun songket bermotif naga dijadikan
Songket Bermotif Naga
sebagai motif utama karena motif tersebut yang
Ragam hias tenun songket bermotif naga
pertama dibuat oleh Gede Munyang masa dulu
memiliki motif yang dibentuk secara detail, rapi,
(nenek moyang) sebelum adanya motif-motif
teratur, dan sistematis. Struktur ragam hias
lain seperti motif lepus, motif tiga negeri, dan
tenun songket dapat diuraikan menjadi beberapa
motif. Selain itu, karena tenun songket bermotif
bagian, yaitu: motif pinggiran atau tretes, motif
naga sebagai busana pelengkap yaitu penutup
tumpal atau kepala kain, dan motif badan kain
badan/sarung yang selalu digunakan oleh kedua
atau kembang tengah. Motif pinggiran/tepi
mempelai.
secara berurutan terdiri dari beberapa susunan
Bentuk dan Bagian-bagian Tenun Songket motif yaitu; motif ombak, apit, umpak, pucuk
rebung. Motif kepala songket terdiri dari motif
Bermotif Naga
yang disusun secara berurutan, yaitu; pucuk
Bentuk adalah totalitas dari karya seni
rebung dan bunga kunyit. Motif badan songket
yang dibangun melalui berbagai elemen rupa.
adalah sebagai motif inti. Motif-motif songket
Hal ini sejalan dengan pendapat Dharsono
secara berurutan dari bagian dalam hingga luar
(2007:33) bahwa bentuk merupakan hasil dari
yaitu motif naga, bunga melati, bunga tanjung,
gabungan pendukung unsur-unsur seni
dan bunga mawar.
dikomposisikan menjadi satu kesatuan utuh
menjadi karya seni. Menurut Iswidayati
Bentuk Visual Tepi Songket Bermotif Naga
(2006:22) setiap bentuk memiliki : (1) raut atau
Ragam hias pada tenun songket bermotif
shape; merupakan area atau massa yang
naga hampir seluruh dibuat berdasarkan pola
mempunyai kekhususan yakni karena adanya
pikir masyarakat Palembang Sumatera Selatan
kontras atau ditandai oleh garis atau bidang
dengan mengacu pada keadaan alam dan sosial
batas, (2) arah dan kedudukan atau posisi yakni
budaya. Penataan ragam hias tenun songket

11
Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati / Catharsis 6 (1) 9-18 (2017)

masih banyak dilakukan dengan aturan Motif kepala songket tumpal terdiri dari
komposisi pakem yang telah ada, seperti gabungan motif geometris dan tumbuhan. Hal
kembang tengah, motif inti dan ragam hias tersebut menambah luas kekayaan ragam hias
dalam songket secara berurutan dari lingkar yang menghias bagian tumpal ini. Ragam hias
dalam hingga terluar dikelilingi ombak, umpak, geometris tampak pada bentuk tumpal itu
bongkot, atau pangkal, tawur, pengapit, umpak sendiri (pucuk rebung) dan pada pengapit ujung
ujung, dan tretes (Syarofie, 2007:16). serta pangkal, sedangkan tumbuhan tampak
pada motif kembang kunyit. Pada kepala
Apit
songket ini bentuk tumpal yang dibuat sejajar
Tawur dalam penempatannya, bahkan jarak
Umpa penggambarannya dibuat sedemikian sama
Tretes (seimbang). Pemakaian ragam hias pada
pinggiran tumpal tampak jelas sekali untuk
Gambar 2. Tepi Songket bermotif Naga membedakan posisinya masing-masing. Ini
Sumber: Romas Tahrir dikarenakan selain badan songket yang menjadi
pokok inti motif, kedudukan tumpal juga
Jika diamati penerapan motif tepi songket mempunyai kapasitas sendiri pada posisinya
terdapat pengulangan motif yang dibangun yaitu sebagai kepada dari songket.
melalui repitisi motif garis lurus dan lengkung. Pengorganisasian yang ditampilkan jelas sangat
Garis-garis lengkung dipergunakan untuk mengandung unsur keserasian. Dilihat dari
merangkai berbagai elemen-elemen yang ada. pengulangan-pengulangan pada setiap motif
Sedangkan motif geometris dibangun melalui baik dari pucuk rebung dan motif lainnya,
motif garis lurus dan simetris. Dari peletakkan secara teratur sehingga tampak
penggabungan garis geometris dan melengkung mempunyai kesan keseimbangan dan
dihasilkan suatu rangkaian yang terdiri dari keharmonisan dari ritme yang dirasakan.
deretan motif-motifnya.
Visualisasi Naga pada Tenun Songket
Bentuk Visual Kepala Songket Bermotif Naga
Keseimbangan Simetris
Kepala tenun songket bermotif naga
besarnya lebih kurang seperempat bagian dari
panjang kain yang digambarkan sebagai bentuk
segitiga sama kaki. Pada bagian kepala songket
motifnya lebih dikenal pucuk rebung (tunas
bambu muda) yang biasanya penempatannya
dalam bidang kain ditempatkan secara Keseimbangan Simetris
berhadapan.
Lebar 48 cm

Tinggi 17
cm
Keseimbangan Simetris

Keseimbangan Simetris

Gambar 3. Kepala Tenun Songket Pucuk Gambar 4. Visualisasi Naga pada Tenun
Rebung dan Kembang Kunyit Songket

12
Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati / Catharsis 6 (1) 9-18 (2017)

Naga diungkapkan secara visual dalam bunga melati terletak di atas antara dua kepala
bentuk sepasang naga dengan posisi setangkup naga. Pada tenun songket motif naga bagian
atas bawah dan kiri kanan. Sikap ekspresi dari kepala terdapat elemen pucuk rebung dan bunga
naga yaitu mulut terbuka (menganga) tanpa kembang kunyit; bagian tepi terdapat motif
adanya lidah dan taring, terdapat tanduk tegak tretes yang terdapat pada bagian paling pinggir,
melengkung kedepan, mata terbuka tajam apit sebagai pengapit (pembatas), dan umpak
sehingga tampak garang, terdapat sayap yang pangkal yang menggunakan motif bunga kaca
mengembang keatas dan pada bagian luar piring.
tampak berliku-liku atau tidak beraturan, bagian
kaki depan lurus menyatu sedangkan kaki
belakang tegak lurus kebawah tanpa adanya
lengkungan, bentuk ekor mengikal dan
melengkung kedalam. Sedangkan pada
visualisasi naga hijau dan merah ada beberapa
perbedaan antaranya pada sayap naga hijau
membentuk pola segitiga menyerupai punuk,
bagian pangkal ekor terdapat semacam sirip dan
kaki belakang tegak lurus kebawah. Pada naga
merah bagian kepala tidak terdapat tanduk, dan
sayap yang berbentuk tebal dengan pola
cenderung sejajar tegak.

Analisis Sintaksis Tenun Songket Bermotif


Naga
Pada tenun songket bermotif naga
berbentuk persegi empat dengan ukuran
Gambar 5. Motif-motif pada Tenun Songket
Panjang:180 cm, Lebar: 87 cm. Menggunakan
Bermotif Naga
bahan benang sintetis yang berwarna emas dan
merah, banyaknya benang yang dipakai untuk
Analisis Garis pada Tenun Songket bermotif
satu tenun songket 1.400-1700 helai, sedangkan
Naga
jumlah benang untuk selendang sebanyak 750-
900 helai. Satu helai tenun songket terdiri dari
Benang Lungsi
tiga bagian diantaranya kepala songket naga
yaitu sepasang naga setangkup kiri, kanan, atas Benang Pakan
dan bawah, bunga mawar yang terdapat
ditengah naga, dan bunga tanjung yang terletak
dibelakang naga, dan bunga melati terletak di Gambar 6. Anyaman Benang Lungsi dan
atas antara dua kepala naga. Tepi songket
Benang Pakan
terdapat motif tretes, umpak, taur, dan apit.
Badan songket terdapat motif pucuk rebung dan Anyaman yang terdapat pada tenun
kembang kunyit. songket bermotif naga merupakan jenis
anyaman benang vertikal dan horizontal, yaitu
Analisis Motif Tenun Songket Bermotif Naga persilangan dua benang lungsi dan benang
Ragam hias yang terdapat pada tenun pakan yang saling tindih.
songket motif naga yaitu sepasang naga
setangkup kiri, kanan, atas dan bawah, bunga Analisis Warna Tenun Songket Bermotif Naga
mawar yang terdapat ditengah naga, dan bunga Warna-warna yang terdapat pada tenun
tanjung yang terletak dibelakang naga, dan songket motif naga merupakan kombinasi warna

13
Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati / Catharsis 6 (1) 9-18 (2017)

emas, merah, dan hijau. Warna emas, hijau, dan pemahaman masyarakat Palembang Sumatera
merah terdapat pada seluruh bagian motif naga Selatan terhadap bunga mawar dimaknai
dan warna merah pada bagian latar. sebagai penolak balak dari bahaya yang tak
terduga sedangkan bunga tanjung dimaknai
ucapan selamata datang. Ragam hias geometris
tampak pada bentuk tumpal itu sendiri (pucuk
rebung) dan pada pengapit ujung serta pangkal.
Gambar 7. Warna-warna benang pada Tenun Motif pucuk rebung selalu ada dalam setiap kain
Songket Bermotif Naga songket sebagai kepala kain atau tumpal kain
tersebut. Penggunaan motif pucuk rebung pada
Analisis Semantik Tenun Songket Bermotif kain songket dimaksudkan agar si pemakai
Naga selalu mempunyai keberuntungan. Sebab bambu
Dilihat dari tataran denotatif, yaitu apa merupakan pohon yang tidak mudah rebah oleh
yang tampak secara visual oleh bentuk naga tiupan angin kencang sekalipun dan bambu yang
yang merupakan motif pokok/inti naga yang masih muda merupakan tumbuhan yang dapat
digambarkan pada songket merupakan konsep dimanfaatkan sebagai bahan makanan (dibuat
perlindungan dikonotasikan yang berakar dari sayur). Ketika tumbuh menjadi besar dan
kekuatan naga serta sebagai penjagaan bagi menjadi bambu dapat dimanfaatkan sebagai
pemakainya. Jika melihat unsur perlindungan bahan bangunan dan segala macam keperluan
yang dibentuk dari struktur naga yang terlihat yang diartikan harapan baik dalam setiap
dalam keadaan bertarung dapat langkah hidup dan berguna bagi keluarga dan
diinterprestasikan sebagai pelindung yang masyarakat. Sedangkan bunga kembang kunyit
identik dengan kekuatan, keperkasaan, kejayaan melambangkan Kesetiaan. Diinterpretasikan
dan kekuasaan. Walaupun naga divisualkan bahwa kesetiaan merupakan hal yang pokok
dalam keadaan terpisah tetapi dimaknai secara dalam menjalin suatu hubungan. Hubungan
keseluruhan, karena memiliki konsep yang didasari dengan kesetiaan yang
pemaknaan yang tunggal. Warna pada tubuh menentukan pada suatu hubungan yang
naga berwarna emas yang dikonotasikan harmonis.
mengharapkan kekayaan, kemakmuran dan Motif tepi songket (tretes) sebenarnya
kejayaan dalam hidup. Warna hijau hanya sebagai bingkai untuk memasuki bagian
dikonotasikan kesuburan dan kelimpahan inti (badan songket) motif tepi songket berada
sedangkan warna merah mengandung makna disisi kanan, kiri, atas dan bawah. Dalam
optimis, semangat dan ceria. Naga yang penerapannya motif-motif tersebut dibuat
dituangkan dalam tenun songket tentunya berjejer diorganisir secara berulang-ulang pada
berdasarkan mitos dari naga yang diyakini tepi songket dengan arah tenunan kekiri,
bahwa naga itu “ada” dalam kehidupan kekanan, keatas dan kebawah. Jika diamati
masyarakat Palembang Sumatera Selatan. penerapan tepi songket terdapat pengulangan
Adapun motif pendukung adalah motif motif. Dapat dilihat ditepi songket berbagai jenis
tumbuhan dalam hal ini bunga. Tumbuh- ragam hias geometris diantaranya kuku, umpak
tumbuhan sebagai faktor yang menentukan pangkal berbentuk gelombang, umpak ujung
kelanjutan hidup manusia, selain menjadi penghimpit) garis lurus/simetri, silang dan
sumber kehidupan, ia juga dapat menunjang lengkung yang dikombinasikan sedemikian
kebutuhan fisik. Menurut Herni yuli menariknya dalam satu komposisi. Bentuk tepi
(wawancara 24 April 2016) bunga melati songket ini tercipta melalui torehan dan lekukan
kepercayaan masyarakat Palembang dimaknai dengan garis-garis yang disesuaikan atau bentuk
sebagai perlambangan kesucian. Motif yang tidak bertolak (keserasian dan
pendukung lainnya ada Bunga mawar dan keharmonisan tampak terlihat).
bunga tanjung menurut kepercayaan

14
Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati / Catharsis 6 (1) 9-18 (2017)

Tepi tenun adanya motif tretes Dari aspek denotasi, naga pada tenun
sebenarnya lebih sebagai penghantar menuju songket menggambarkan dua pasang naga.
motif utama. Didalamnya lebih menonjolkan Bentuk kepala naga tidak mengenadah, mata
pemaknaan secara luas mencakup keadaan dua tajam, mulut terbuka mempunyai tanduk
ruang lingkup serta sebagai tantanan cara posisi berhadapan (setangkup) komposisi
bagaimana masyarakat Sumatera Selatan simetris. Naga merupakan penanda
berinteraksi terhadap orang asing yang artinya perlindungan. Penggambaran dua pasang naga
jamuan terhadap orang asing/sebagai ucapan merasa satu mengandung pengertian konotatif
selamat datang. Umpak ujung (gelombang) keberanian, kekuatan dan siap menghadapi
dimaknai Palembang Sumatera Selatan yang berbagai ancaman yang datang. Tanduk lurus
memiliki sungai besar sebagai perairan sungai kedepan menandakan kewibawaan dalam hidup
Musi. Umpak yang menggunakan motif tawur manusia harus mengelolah sifat awas yang
dikombinasikan membentuk belah ketupat berisi artinya harus jelas dalam penglihatan, mulut
bunga kaca piring diartikan keramahan dan terbuka menandakan, ekor naga mengikal
ucapan selamat datang. Pengapit secara menandakan sebagai pelindung dan
dekoratif pemberi batas di antara dua benda mengayomi. Tubuh berwarna emas
umpak dan tawur. melambangkan kekayaan dan kemakmuran.
Bentuk kedua naga mengapit bunga
Analisis Pragmatik Tenun Songket Bermotif mawar melambangkan harapan yang baik,
Naga dengan kaki depan mengangkat keatas menyatu
Tenun songket bermotif naga bagi bersatu padu dan kaki belakang tegak lurus serta
masyarakat Palembang Sumatera Selatan sayap mengembang keatas. Dengan posisi yang
merupakan tuntunan dan tontonan. Tuntunan demikian itu mempunyai makna perlindungan,
artinya digunakan sebagai acuan dalam keselamatan dan menciptakan kehidupan yang
kehidupan sehari-hari bagi masyarakat indah, tentram serta memberikan kebahagian
pendukung yang memiliki nilai sakral, terutama yang kuat untuk sepasang pengantin.
dalam upacara pernikahan yang divisualkan Penggambaran naga hijau juga merupakan dua
dalam simbol. Tontonan artinya memiliki nilai pasang naga yang posisi berhadapan (setangkup)
keindahan yang terlihat dari teknik komposisi simetri, ukurannya sama. Dalam hal
pembuatannya yang mencerminkan kesabaran ini penggambaran naga kepala tidak
dan ketelitian. mengenadah, mulut terbuka dan mempunyai
tanduk sebagai petanda ekspresi naga yang
Analisis Makna Tenun Songket Bermotif Naga menunjukkan memiliki semangat yang berkobar
Makna sebuah tanda dalam perspektif dan optimis.
Saussure terjadi karena adanya hubungan Warna tubuhnya hijau melambangkan
sesuatu yang menandai (penanda) dan yang kesuburan dan kelimpahan. Bentuk kedua naga
ditandainya (petanda). Konsep ini menunjuk mengapit bunga tanjung menandakan ucapan
pada hubungan aspek material dengan konsep selamat datang, dengan kaki depan mengangkat
mental, dan kemudian berkembang serta sejalan keatas menyatu bersatu padu, dengan kaki
dengan hubungan antara bentuk atau ekspresi belakang tegak lurus dan bentuk sayap
dan isi. Menarik dalam proses signifikasi model mengembang pola segitiga seperti punuk, bentuk
Roland Barthes ialah adanya tingkatan ekor mengikal dan pangkal ekor terdapat
pemaknaan yaitu makna primer (denotasi) dan semacam sirip. Mempunyai makna penjagaan
skunder (konotasi). Dengan mengadaptasi dan perlindungan yang kuat bagi sipemakai
pemikiran Barthes, tiga naga yang terdapat pada songket. Bentuk naga merah dengan kepala
tenun songket sebagai karya seni dapat dianalisis tidak mengenadah dan mulut terbuka dengan
maknanya ke dalam makna denotasi dan makna posisi sama yaitu berhadapan (setangkup)
konotasi. komposisi simetri. Bagian warna tubuh merah

15
Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati / Catharsis 6 (1) 9-18 (2017)

melambangkan keberanian dalam menjalani untuk pembuatannya atau orang yang


hidup. Kaki depan mengangkat keatas menyatu menggunakannya. Namun ada beberapa faktor
bersatu padu, kaki belakang tegak lurus petanda yang penting perlu dipertimbangakan dalam
sebagai seseorang yang kuat. Dua pasang naga membuat produk seni kerajinan yaitu faktor
mengapit bunga tanjung petanda melindunggi, kegunaan yang perlu diprioritaskan dalam
sayap tebal dengan pola sejajar tegak yang membuat benda fungsional/kegunaanya
menandakan jati diri dan kepribadian orang (Gustami, 2000:181).
melayu yang menunjukkan nilai-nilai sebagai Relasi yang terjalin antara masyarakat
manusia yang berperadapan. satu dengan yang lainnya bukan sekedar ada
Pada kepala songket naga (tumpal) pucuk hubungan saudara saja, tetapi sudah menjadi
rebung yang berbentuk segitiga terputus fitrah manusia sebagai makluk sosial yang selalu
menandakan harapan baik, dimana pohon menjalin hubungan dan komunikasi dengan
bambu yang tidak mudah rebah oleh tiupan manusia atau kelompok lainnya. Antara
angin kencang. Bunga kembang kunyit individu masing-masing memiliki kepentingan
menandakan kesetiaan yang penjelasannya sendiri sebagai wujud eksitensi diri, tetapi
bahwa kesetiaan merupakan hal yang pokok kepentingan individu tentunya harus melihat
dalam menjalin suatu jalinan (ikatan). kepentingan bersama (kolektif) untuk saling
Hubungan yang didasari dengan kesetiaan yang menghargai di antara kepentingan-kepentingan
menentukan pada suatu hubungan yang tersebut. Untuk menghujudkan keinginannya
harmonis. Tepi songket didalamnya lebih atau mengkomunikasikan perasaan/ekspresinya
menonjolkan pemaknaan secara luas mencakup manusia menggunakan berbagai macam media
keadaan ruang lingkup serta sebagai tantanan dan bahasa. Sebagai kriyawan tentunya akan
cara bagaimana masyarakat Sumatera Selatan mengekspresikan ide/gagasannya kedalam
berinteraksi terhadap orang asing yang artinya karya seni. Seni itu sendiri tidak hanya terbatas
jamuan terhadap orang asing/sebagai ucapan pada ungkapan ekspresi kriyawan saja, tetapi
selamat datang. Umpak ujung (gelombang) juga berhubungan dengan peristiwa-peristiwa di
dimaknai Palembang Sumatera Selatan yang sekitar seniman yang mempengaruhi emosi
memiliki sungai besar yaitu perairan sungai seniman itu sendiri.
musi. Umpak pangkal yang menggunakan motif Seni sebagai instrumen personal
tawur dikombinasikan membentuk belah dihadirkan tidak hanya untuk kepentingan
ketupat berisi bunga kaca piring diartikan seniman itu sendiri, artinya seniman tentunya
keramahan dan ucapan selamat datang. dalam menciptakan karya seni tidak hanya
menggunakan imajinasi atau idenya saja, tetapi
Fungsi Tenun Songket Bermotif Naga pengaruh dari lingkunagan di mana seniman
Kehadiran tenun songket di Kecamatan tinggal akan memberikan inspirasi dalam
Tanjung Batu sejak dari awal memang berkarya seni malalui bahasa-bahasa visual
memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri, (Dharsono, 2004:32). Tenun songket bermotif
seiring dengan berkembang zaman, naga dihadirkan ditengah-tengah masyarakat,
bermunculan motivasi-motivasi lain yang sebagai tuntunan untuk pemenuhan kebutuhan
mengiringinya. Sejalan dengan Soedarso dengan kegunaan. Menurut (Feldman, 1967: 2-
(2006:101) bahwa karya seni terlahir dari 3) fungsi dari karya seni, (1) untuk memuaskan
banyaknya motivasi, seperti bertujuan untuk kebutuhan-kebutuhan individu kita tentang
keindahan saja, ada juga sebagai media untuk ekspresi pribadi; (2) untuk kebutuhan sosial kita
berelasi antara sesamanya dan untuk memenuhi untuk keperluan display, perayaan dan
kebutuhan sehari-hari. Setiap karya seni yang komunikasi, serta; (3) Untuk kebutuhan-
diciptakan oleh manusia tentu saja memiliki kebutuhan fisik kita mengenai barang-barang
hubungan yang bertautan antara karya tersebut yang bermanfaat.
dengan kepentingan manusia itu sendiri, baik

16
Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati / Catharsis 6 (1) 9-18 (2017)

Seni kerajinan tenun songket menjadi mereka tetap abadi dan hanya maut yang dapat
bagian kehidupan sehari-hari masyarakat memisahkan. Konteks terbutlah melahirkan
Palembang Sumatea Selatan, songket suatu pemikiran bagai mana dalam suatu
merupakan peningalan warisan budaya yang hubungan ikatan pernikahan akan tetap terjaga
masih tetap hadir disetiap masyarakat Sumatera dengan menampilkan suatu hubungan bermakna
Selatan. Songket diciptakan untuk memenuhi dalam pernikahannya, dalam hal ini,
kebutuhan kegiatan-kegiatan tertentu bagi masyarakat Palembang menggunakan tenun
masyarakat Sumatera Selatan, yang memiliki songket bermotif naga sebagai simbol yang
peranan penting dalam suatu kegiatan istimewa, memiliki makna tersendiri dalam pernikahan.
seperti upacara pernikahan, upacara adat, dan
marhaba. Tenun songket dapat dikenakan
melilit tubuh seperti sarung, disampirkan
dibahu, atau seagai daster atau tanjak, hiasan
ikatan kepala. Busana resmi laki-laki melayu
sering kali mengenakan songket, sedangkan
untuk kaum perempuan songket dililitkan
sebagai kain sarung dan selendang, atau
dikombinasikan dengan kebaya atau baju
kurung. Tenun songket memiliki rasa dan karsa
yang telah ikut menentukan warna kehidupan
sosial masyarakat di Kecamatan Tanjung Batu.
Menenun telah dilakukan turun-temurun,
dilakukan dengan penuh kesadaran dan menjadi
bagian hidup mereka. Songket memiliki nilai
fungsional, kualitas estetis yang memberikan
suatu nilai keindahan yang tinggi.
Fungsi tenun songket bermotif naga
Gambar 8. Tenun Songket Bermotif Naga
dalam tradisi masyarakat Palembang Sumatera
digunakan dalam acara Pernikahan
Selatan digunakan sebagai busana pelengkap
dalam acara pernikahan. Tenun songket
Merujuk pada pendapat feldman tentang
bermotif naga ini digunakan untuk upacara
ciri kedua seni yang termasuk memiliki fungsi
pernikahan, bukan semata-mata karena nilai
sosial, apa bila karya seni tersebut dipakai atau
estetis atau keindahan yang ditimbulkan oleh
dipergunakan dalam situasi umum. Dengan
motif-motifnya, namun motif-motif songket
demikian pada dasarnya tenun songket bermotif
memiliki fungsi dan makna simbolik bagi
naga memiliki fungsi sosial, karena dalam
masyarakat pendukungnya. Tenun songket
kenyataannya setiap masyarakat Palembang
bermotif naga pada busana pengantin sebagai
Sumatera Selatan dalam kondisi situasi umum
penutup badan sarung/sawet yang selalu
sifatnya kegiatan upacara pernikahan memakai
digunakan oleh kedua mempelai. Penggunaan
tenun songket bermotif naga. Namun yang
tenun songket dalam busana pernikahan
paling penting kesadaran masyarakat memakai
Palembang bisa dikatan wajib. Dikarenakan
tenun songket dalam tiap upacara pernikahan,
songket memiliki nilai tersendiri dalam
merupakan wujud dukungan masyarakat
kebudayaan Palembang (wawancara HJ.
mempertahankan eksitensi tenun songket
Ismeini 17 April 2016).
bermotif naga di Palembang Sumatera Selatan.
Melangsungkan pernikahan tentunya
dilakukan hanya sekali dalam seumur hidup,
sehingga apa yang menjadi harapan sepasang
pengantin menginginkan agar pernikahan

17
Romas Tahrir, Tjetjep Rohendi Rohidi, Sri Iswidayati / Catharsis 6 (1) 9-18 (2017)

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan hasil penelitian dapat Creswell, Jhon W. 2016. Research Design Pendekatan
disimpulkan bahwa tenun songket bermotif naga Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Edisi Ketiga:
Pustaka Pelajar.
dijadikan sebagai motif utama karena motif
Dharsono. 2007. Kritik Seni. Bandung: Rekayasa
tersebut yang pertama dibuat oleh Gede
Sains.
Munyang masa dulu (nenek moyang) sebelum Guntur. 2004. Studi Ornamen Sebuah
adanya motif-motif tiga negeri dan kenanga Pengantar.Surakarta: P2A1 bekerja sama
dimakan ulat. Bentuk visual naga yang ada pada dengan STSI Press Surakarta.
tenun songket merupakan visualisasi pengaruh Gustami, SP. 2000. Seni kerajinan Mebel Ukir Jepara.
naga Cina. Makna simbolis tenun songket Yogyakarta: Kanisius.
bermotif naga merupakan unsur kepercayaan Iswidayati, S. 2006. Pendekatan Semiotik Seni Lukis
masyarakat Sumatera Selatan yang terkandung Jepang Periode 80-90an: Kajian Estetika
Tradisional Jepang Wabi Sabi. Semarang: Unnes
pemahaman kehidupan dilihat dari makna unsur
Pres.
satu kesatuan dan merujuk pada tatanan dalam
Kartiwa, Suwati. 1989. Songket Weaving In Indonesia.
berkehidupan yang berisi pemahaman terhadap Jakarta: Jembatan Baru.
konsep pengharapan, kesucian, perlindungan, Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011. Metodologi Penelitian
kemakmuran, jati diri, dan ajaran dalam ruang Seni. Semarang: Cipta Prima Nusantara.
lingkup kehidupan sosial. Berkaitan dengan Summerfield, John, Anne, Susan Rodgers. 2007. Gold
fungsinya,masyarakat Palembang menggunakan Cloths of Sumatra: Indonesia's Songkets from
tenun songket bermotif naga dalam tradisi Ceremony to Commodity. Netherland: Cantor
pernikahan. Art Gallery, KITLV Press.
Sunaryo, Aryo. 2013. Rerupa Sengkalan kajian estetis
dan simbolis Sengkalan memet Keraton
Yogyakarta. Yogyakarta: Ombak.
Syarofie, Yudhy. 2007. Songket Palembang: Nilai
Filosofis, Jejak Sejarah dan Tradisi. Sumatera
Selatan: PemProv. SumSel, Depdiknas.

18

Anda mungkin juga menyukai