Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TANDA BAHAYA NIFAS


Disusun untuk memenuhi penugasan kelompok departemen maternitas dibimbing
oleh Ns. Nurul Evi S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Mat dan Yuni Kartika Sari, Amd.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 3A

Ziadah Ni’matur R.
Dyah Eka A.S.
Fadiyatun Naja
Vidia Indra Darmawan

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
A. LATAR BELAKANG
Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan
seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).
Masih banyak ibu nifas yang mengalami masalah pada masa nifas yang tidak
di ketahui atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan pada ibu nifas yaitu pengetahuan (pendidikan,
usia, pekerjaan, informasi, pengalaman, lingkungan, sosial ekonomi, sosial
budaya) dan juga konseling dari tenaga kesehatan selama kehamilan dan
setelah persalinan (Notoadmodjo, 2010).
Tanda bahaya masa nifas adalah suatu tanda abnormal yang
mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi selama
masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan
kematian ibu. Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) menurun dari
307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004, menjadi 228/100.000
lahiran hidup pada tahun 2007, sedangkan pada tahun 2010 menjadi
214/100.000 kelahiran hidup, kemudian naik menjadi 359/100.000
kelahiran hidup pada tahun 2012. Penyebab AKI diantaranya
Perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi masa
peurperium (8%), abortus (5%), partus lama (5%), emboli obstetric
(3%), dan lain-lain (11%) (Depkes RI, 2013). World Health Statistic 2014 oleh
WHO juga menghitung jumlah kematian ibu di Indonesia pada tahun
2013 dan angka yang ditemukan hanya 190/100.000 kelahiran hidup
(Depkes RI , 2014).
Berdasarkan latar belakang diatas, didapat bahwa AKI masih cukup tinggi
di Indonesia walaupun terjadi penurunan jumlah pada tahun 2013.
Diperlukan adanya sosialisasi mengenai tanda dan bahaya nifas pada ibu
nifas dan keluarga sebelum pulang ke rumah oleh tenaga kesehatan. Apabila
ibu nifas dan keluarga memiliki pengetahuan mengenai tanda-tanda bahaya
masa nifas, maka keluarga dapat membawa ibu segera untuk diperiksakan
ke petugas kesehatan. Sebaliknya, jika ibu dan keluarga tidak mengerti
tanda-tanda bahaya masa nifas maka ibu tidak akan segera memeriksakan
diri kepada petugas kesehatan dan hal itu berisiko terjadinya kematian.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Ibu dan keluarga mengetahui tanda bahaya nifas

Tujuan Khusus
1. Ibu memahami tanda bahaya nifas
2. Keluarga memahami tanda bahaya nifas pada ibu nifas
3. Diharapkan saat terdapat tanda bahaya nifas pada ibu nifas, keluarga
langsung membawa ibu untuk segera memeriksakan kondisi ke tenaga
kesehatan.

C. Rencana Kegiatan
a. Hari/ Tanggal : Jum’at, 20 September 2019
b. Waktu : 09.00-10.15
c. Tempat : Ruang 8, Rumah Sakit Saiful Anwar
d. Media : Power point
e. Pelaksanaan
- Memberikan penyuluhan kepada ibu nifas dan keluarga mengenai tanda
bahaya nifas
D. Kriteria Evaluasi
Evaluasi Struktur
1. Persiapan media power point mengenai tanda bahaya nifas
2. SAP telah dibuat 1 hari sebelum dilakukan penyuluhan
3. Pelaksanaan sesuai waktu dan tempat

Evaluasi proses
Ibu nifas dan keluarga tampak antusias dengan proses penyuluhan dan ada
timbal balik antara pemateri dan ibu nifas maupun keluarga

Evaluasi Hasil
Ibu nifas dan keluarga memahami tentang tanda bahaya nifas yang ditunjukkan
dengan dapat menyebutkan kembali
LAMPIRAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Nama penyuluh : Ziadah, Dyah Eka, Fadiya, Indra


Topik : Postpartum
Pokok bahasan : Tanda Bahaya Nifas
Sub pokok bahasan : Pengertian nifas, perubahan masa nifas, dan tanda bahaya
nifas
Waktu : 60 menit

A. Latar Belakang
a. Karakteristik Klien
Penyuluhan diberikan kepada ibu nifas dan keluarga di ruang 8 Rumah Sakit
Saiful Anwar.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Ibu dan keluarga mengetahui tanda bahaya nifas
Tujuan Khusus
1. Ibu memahami tanda bahaya nifas
2. Keluarga memahami tanda bahaya nifas pada ibu nifas
3. Diharapkan saat terdapat tanda bahaya nifas pada ibu nifas, keluarga
langsung membawa ibu untuk segera memeriksakan kondisi ke tenaga
kesehatan.

C. Materi
Terlampir
D. Sasaran dan Tempat Kegiatan
Sasaran : Ibu nifas dan keluarga
Jumlah : 6 orang
Tempat : Ruang 8 Rumah Sakit Saiful Anwar
Metode : Ceramah
Alat yang digunakan : Powerpoint

Kegiatan
NO. Susunan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta Waktu Media
kegiatan
1 Pembukaan 1. Salam pembuka 1.Menjawab 15 -
2. Memperkenalkan salam menit
diri 2.Mendengarkan
3. kontrak waktu 20 dan
menit memperhatiakan
4. Tujuan 3. Menyetujui
penyuluhan 4.Mendengarkan
5. mengkaji dan
pengetahuan memperhatiakan
audience 5.Menyampaika
n pendapat
2 Isi Penyampaian Materi Mendengarkan 30 Power
dan mencatat menit point
3 Penutup 1. Tanya jawab 1. Bertanya 15 -
2. Memberikan 2. Mereview menit

kesempatan materi yang


pada audience telah diberikan
menerangkan 3. Menjawab
materi yang telah salam
disampaikan
3. Salam penutup
D. Kriteria Evaluasi
Evaluasi Struktur
1. Persiapan media power point mengenai tanda bahaya nifas
2. SAP telah dibuat 1 hari sebelum dilakukan penyuluhan
3. Pelaksanaan sesuai waktu dan tempat

Evaluasi proses
Ibu nifas dan keluarga tampak antusias dengan proses penyuluhan dan ada
timbal balik antara pemateri dan ibu nifas maupun keluarga

Evaluasi Hasil
Ibu nifas dan keluarga memahami tentang tanda bahaya nifas yang ditunjukkan
dengan dapat menyebutkan kembali
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Direktorat Jendral Bina Kesehatan. 2014. Standar


Pelayanan Kebidanan, Depkes RI, Jakarta
Notoatmodjo,S.2010.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Saleha, Siti.2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba


Medika
Lampiran Materi Penyuluhan

MATERI PENYULUHAN
TANDA-TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) yaitu pemulihan dari
perubahan anatomis dan fisiologis yang berlangsung selama kira-kira 6-12
minggu setelah kelahiran anak (Hutahaean, 2009; Sulistyawati, 2009).
2. Pengertian Tanda Bahaya Nifas

Tanda-tanda bahaya masa nifas adalah suatu tanda yang abnormal yang
mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi selama
masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan
kematian ibu (Pusdiknakes, 2003).
3. Tanda-tanda bahaya masa nifas adalah sebagai berikut:

a) Perdarahan pasca persalinan (post partum)

Pengertian:
Perdarahan pasca persalinan (post partum) adalah perdarahan yang
melebihi 500 – 600 ml setelah bayi lahir (Eny, 2009). Menurut waktu
terjadinya dibagi atas dua bagian yaitu:
1) Perdarahan post partum primer (Early post partum hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Hal ini disebabkan karena
kontraksi rahim yang kurang kuat , terdapat sisa ari-ari di dalam rahim
ibu, adanya robekan jalan lahir, atau kelainan darah.

2) Perdarahan post partum sekunder (Late post partum hemorrhage)


yang terjadi setelah 24 jam. Penyebab utamanya adalah sub involusi,
infeksi nifas dan sisa plasenta. Menurut Manuaba (2005), perdarahan
post partum merupakan penyebab penting kematian maternal.

Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah:


a. Paritas lebih dari 5
b. Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
c. Persalinan yang dilakukan dengan tindakan yaitu pertolongan kala uri
sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan
dengan tindakan paksa (Notoatmodjo, 2008).

Penanganan:
Untuk mengatasi kondisi ini dilakukan penanganan umum dengan
perbaikan keadaan umum dengan pemasangan infuse, transfuse darah,
pemberian antibiotic, dan pemberian uterotonika. Pada kegawatdaruratan
dilakukan rujukan ke rumah sakit (Manuaba, 2008).

b) Lochea yang berbau busuk

Pengertian:
Lochea adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam
masa nifas. Sedangkan lochea yang berbau busuk adalah sekret yang
berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas yang berupa
cairan seperti nanah yang berbau busuk (Prawirohardjo, 2007).
Faktor penyebab:
Ini terjadi karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta rest
merupakan bentuk perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga
pengeluaran lochea disertai darah lebih dari 7 – 10 hari. Dapat terjadi
perdarahan baru setelah pengeluaran lochea normal, dan dapat berbau
akibat infeksi plasenta rest. Pada evaluasi pemeriksaan dalam terdapat
pembukaan dan masih dapat diraba sisa plasenta atau membrannya.
Subinvolusi uteri karena infeksi dan menimbulkan perdarahan terlambat
(Manuaba, 2008).
Penanganan:
Tindakan penanganan meliputi pemasangan infus profilaksis, pemberian
antibiotik adekuat, pemberian uterotonika (oksitosin atau metergin), dan
tindakan definitif dengan kuretase dan dilakukan pemeriksaan patologi-
anatomik (Notoatmodjo, 2008).
c) Pengecilan rahim terganggu (Sub involusi uterus)

Pengertian:
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana
berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin menjadi 40-60 gram 6
minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu disebut
sub involusi (Eny, 2009).
Faktor penyebab:
Ini terjadi karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta rest
merupakan bentuk perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga
pengeluaran lochea disertai darah lebih dari 7 – 10 hari. Dapat terjadi
perdarahan baru setelah pengeluaran lochea normal, dan dapat berbau
akibat infeksi plasenta rest. Pada evaluasi pemeriksaan dalam terdapat
pembukaan dan masih dapat diraba sisa plasenta atau membrannya.
Subinvolusi uteri karena infeksi dan menimbulkan perdarahan terlambat
(Manuaba, 2008).
Penanganan:
Pengobatan dilakukan dengan memberikan injeksi methergin setiap hari
ditambah ergometrin per oral. Bila ada sisa plasenta lakukan kuretase.
Berikan antibiotika sebagai pelindung infeksi (Prawirohardjo, 2005).

d) Nyeri pada perut dan pelvis

Pengertian:
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi nifas
seperti peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada peritonium. Rasa
nyeri di perut bagian bawah atau punggung.
Faktor penyebab:
Peritonitis nifas bias terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat
juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis
pelvika. Selanjutnya pada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis
mengeluarkan nanahnya ke rongga paritonium dan menyebabkan
peritonitis (Prawirihardjo, 2007). Gejala klinik peritonoitis dibagi 2 yaitu:
(1) Peritonitis terbatas pada daerah pelvis
Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis
umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan
umum tetap baik. Pada pelvio peritonitis bisa terdapat
pertumbuhan abses (Prawirohardjo, 2007).

(2) Peritonitis umum

Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat pathogen


dan merupakan penyakit berat.Suhu meningkat menjadi tinggi,
nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense
musculaire. Muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi
pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat apa yang
dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi
(Prawirohardjo, 2007).
Penanganan:
Pengobatan dilakukan dengan pengisapan nasogastrik, pasang
infuse intravena, berikan kombinasi antibiotic sampai ibu tidak
demam selama 48 jam ( ampisilin 2 g melalui intravena setiap 6
jam, ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan melalui intravena
setiap 24 jam, ditambah metronidazol 500 mg melalui intravena
setiap 8 jam) (Pamilih, 2006).

e) Pusing dan lemas yang berlebihan

Menurut Manuba (2005), pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada


masa nifas, pusing bisa disebabkan oleh karena darah tinggi (sistol >140
mmHg dan diastole >110 mmHg).
Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya, dimana
keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya
asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah (sistol
<100 mmHg diastole <60 mmHg). Penanganan gejala tersebut adalah:
 Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
 Makan dengan diit berimbang untuk mandapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup.
 Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
 Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat setidaknya selama
40 hari pasca bersalin.
 Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan kadar
vitaminnya pada bayinya.
 Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

f) Suhu tubuh ibu > 380C demam, muntah, rasa sakit sewaktu kencing
atau merasa tidak enak badan

Kondisi diatas dapat disebabkan karena infeksi saluran kencing atau


infeksi saluran reproduksi pada ibu nifas karena adanya luka pada jalan
lahir, terkadang ibu tidak dapat kencing sama sekali atau hanya dapat
kencing sedikit sedikit. Oleh karena itu ibu harus menjaga kebersihan
disekitar jalan lahir.
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik
antara 37,2°C-37,8°C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim
dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu
adalah normal.
Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 38°C beturut-turut selama 2
hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang
mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas
(Mochtar, 2002). Penanganan umum bila terjadi demam:
a) Istirahat baring.
b) Rehidrasi peroral atau infuse.
c) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu.
d) Jika ada syok segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala
syok harus waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat
memburuk dengan cepat (Prawirohardjo, 2002).

g) Payudara berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit

Pada masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan parenkim kelenjar
payudara (mastitis). Mastitis bernanah dapat terjadi setelah minggu
pertama pascasalin, tetapi biasanya tidak sampai melewati minggu ke 3
atau ke 4 (Prawirohardjo, 2008). Hal ini disebabkan karena adanya teknik
menyusui yang salah atau infeksi payudara yang disebabkan masuknya
kuman melalui luka lecet pada puting. Kompres hangat pada payudara
dapat mengurangi nyeri.
Gejala awal mastitis adalah demam yang disertai menggigil, nyeri dan
takikardia. Pada pemeriksaan payudara membengkak, mengeras, lebih
hangat, kemerahan dengan batas tegas, dan disertai rasa nyeri
(Prawirohardjo, 2008). Penanganan utama mastitis adalah:
a) Memulihkan keadaan dan mencegah terjadinya komplikasi yaitu
bernanah (abses) dan sepsis yang dapat terjadi bila penanganan
terlambat, tidak cepat, atau kurang efektif.
b) Susukan bayi sesering mungkin.
c) Pemberian cairan yang cukup, anti nyeri dan anti inflamasi.
d) Pemberian antibiotic 500 mg/6 jam selama 10 hari.
e) Bila terjadi abses payudara dapat dilakukan sayatan (insisi) untuk
mengeluarkan nanah dan dilanjutkan dengan drainase dengan pipa
agar nanah dapat keluar terus.

h) Perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya (baby blues)

Pada beberapa ibu nifas dapat terjadi postpartum blues atau


perasaan depresi yang membuat ibu merasa tidak mampu tertekan
dalam menghadapi peran dan tugas baru sebagai orang tua. Dukungan
suami dan keluarga dapat membantu ibu menghadapi berbagai
perubahan fisik dan psikis yang terjadi.
Ada kalanya ibu mengalami parasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya. Keadaan ini disebut baby blues, yang disebabkan oleh
perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima
kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami
terhadap rasa lelah yang dirasakan, selain itu juga karena perubahan
fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan (Eny, 2009).
Gejala-gejala baby blues antara lain:
a) Menangis.
b) Mengalami perubahan perasaan.
c) Cemas.
d) Kesepian.
e) Khawatir mengenai sang bayi.
Penanganan bila terjadi baby blues yaitu hilang tanpa pengobatan,
pengobatan psikologis dan antidepresan, konsultasi psikiatrik untuk
pengobatan lebih lanjut (tiga bulan) (Manuaba, 2008).

i) Depresi masa nifas (depresi postpartum)

Depresi masa nifas adalah keadaan yang amat serius. Hal ini disebabkan
oleh kesibukannya yang mengurusi anak-anak sebelum kelahiran
anaknya ini. Ibu yang tidak mengurus dirinya sendiri, seorang ibu cepat
murung, mudah marah-marah (Eny, 2009). Gejala-gejala depresi masa
nifas adalah:
a) Sulit tidur bahkan ketika bayi sudah tidur.
b) Nafsu makan hilang.
c) Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol.
d) Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi.
e) Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi.
f) Pikiran yang menakutkan mengenai bayi
g) Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi.
h) Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan
berdebar-debar.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E.R. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.
Depkes. 2009. Menkes Buka Rakernas: Kebersamaan Pusat dan Daerah dalam
Kemandirian Pembangunan Kesehatan Menuju Rakyat Sehat dan Negara
Kuat. Available from: http: // www.google.co.id.
Eny. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.Manuaba,
I.B.G. 2005. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
_____________. 2008. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri-Ginekologi
Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pamilih, Ns. 2006. Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai