Anda di halaman 1dari 10

Perawat Gigi dalam Menerapkan ...

(Zulfikri, Zahroh S)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Gigi dalam Menerapkan


Komunikasi Terapeutik Di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas
Kabupaten Agam

Zulfikri *), Zahroh Shaluhiyah **)


*)
Jurusan Kesehatan gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
Korespondensi : fikrijkg@gmail.com
**)
Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK
Standar kompetensi perawat gigi, salah satu diantaranya adalah mampu melakukan komunikasi terapeutik
di tempat pelayanan kesehatan gigi dengan kliennya, antara lain menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan,
memberi kesempatan klien untuk bertanya, merencanakan tindak lanjut serta melakukan kontrak untuk
perawatan gigi selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
perawat gigi dalam menerapkan komunikasi terapeutik. Jenis penelitian ini adalah explanatory research,
dengan metode penelitian survei, dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah semua
perawat gigi yang bekerja di Puskesmas Kabupaten Agam sebanyak 41 orang, data diambil dengan cara
wawancara langsung menggunakan kuesioner terstruktur.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan
komunikasi terapeutik di BP gigi Puskesmas Kabupaten Agam masih kurang (63,4%). Variabel yang
berpengaruh terhadap penerapan komunikasi terapeutik adalah supervisi pimpinan (OR = 5,873), dan
variabel sikap (OR = 5,061). Variabel yang berhubungan secara signifikan adalah lama kerja, sedangkan
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, Jumlah pasien, pelatihan, pengetahuan, peraturan, dan dukungan
teman sejawat tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan. Diharapkan kepada Kepala BP gigi
untuk melakukan supervisi kepada perawat gigi serta memberikan motivasi untuk menumbuhkan sikap
positif terhadap penerapan komunikasi terapeutik.
Kata kunci : komunikasi terapeutik, perawat gigi, balai pengobatan gigi

ABSTRACT
One of the competence standards of dental nurses is able to conduct a therapeutic communication
at the dental health service with their clients; among the communicated matters are describing the
activities that will be conducted, giving the clients the chances to ask, planning the follow-ups,
and conducting contracts of the next dental care. This research has the objective of analyzing the
factors influencing dental nurses in implementing the therapeutic communication. This research
was an explanatory research, with survey as the research method, using the cross-sectional approach.
The research samples were all dental nurses working at the Public Health Center of Agam Regency,
as many as 41 people. Data were collected by direct interviews using a structured questionnaire.
The research results showed that the implementation of therapeutic communication at the Dental
Service Division of the Public Health Center of Agam Regency was still inadequate (63.4%). The
variable influencing on the implementation of therapeutic communication is the supervision of the
management (OR = 5.873) and the variable of attitude (OR = 5.061). The variable that was
significantly related was the years of service; meanwhile, ages, gender, educational level, number
of patients, training, knowledge, regulation, and support from the co-workers did not have any
significant relations to the implementation. It is expected that the Head of Dental Service Division
conducts supervisions on the dental nurses and gives motivations to develop positive attitudes
towards the implementation of therapeutic communication.
Keywords: therapeutic communication, competence of dental nurses, dental service division

49
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013

PENDAHULUAN penelitian Kristiana Tahun 2004 menyimpulkan


Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan bahwa untuk mencapai perawatan gigi hingga
dan teknologi serta makin meningkatnya paripurna atau sembuh, perlu dilakukan
kebutuhan masyarakat akan pentingnya komunikasi terapeutik yang baik antara perawat
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di gigi dengan pasien, karena melalui komunikasi
rumah sakit maupun puskesmas, dirasakan terapeutik dapat meningkat pengetahuan, sikap
adanya kehati-hatian bagi pasien yang dan kepatuhan berobat pasien (Kristiana, 2004).
memerlukan pengobatan dan perawatan. Sesuai dengan standar kompetensi, peran
Kehati-hatian tersebut ditandai dengan harapan atau tugas perawat gigi, salah satu diantaranya
pasien terhadap kesembuhan penyakitnya dan adalah kemampuan melakukan komunikasi
keinginan pelayanan kesehatan yang baik oleh terapeutik dengan pasien (Anonim, 2007).
petugas kesehatan. Pelayanan yang baik akan Menurut Machfoedz, komunikasi terapeutik
dirasakan oleh pasien sebagai rasa percaya, rasa merupakan komunikasi yang dilakukan oleh
aman dan puas. Percaya akan kemampuan perawat atau tenaga kesehatan lain yang
petugas kesehatan, aman dari segala akibat yang direncanakan dan berfokus pada kesembuhan
mungkin terjadi sewaktu dirawat dan puas akan pasien (Machfoedz, 2009). Dalam melakukan
hasil yang didapat yaitu kesembuhan pasien hubungan komunikasi terapeutik dengan pasien,
(Kusmawan, 2010). perawat mempunyai 4 tahap yang harus
Penelitian Indriyati tahun 2002 menyatakan diselesaikan, yaitu tahap prainteraksi, tahap
bahwa kualitas pelayanan yang diinginkan oleh orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi (Stuart
konsumen prioritas utamanya adalah karyawan dan Sundeen, 1998).
yang ramah, terampil dan mampu. Prioritas kedua Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
adalah sarana pelayanan umum seperti tempat dan menganalisis karakteristik perawat gigi (yang
parkir, toilet, dan ruang tunggu pasien, serta meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, masa
prioritas ketiga adalah alat kedokteran yang kerja, serta jumlah pasien yang ditangani perhari),
canggih. Melihat hal ini memang kebutuhan pengetahuan, sikap, pelatihan, peraturan-
pelanggan akan pelayanan dengan ramah peraturan yang berkaitan dengan penerapan
seharusnya menjadi perhatian rumah sakit komunikasi terapeutik, supervisi pimpinan, serta
(Indriyati, 2002). perilaku teman sejawat dengan penerapan
Steiber menjelaskan, bahwa keluhan yang komunikasi terapeutik perawat gigi di BP gigi
sering disampaikan oleh klien yang tidak puas Puskesmas Kabupaten Agam.
akan pelayanan keperawatan adalah tentang
lamanya menunggu perawat setelah klien masuk METODE
ruang perawatan, lamanya perawat menjawab Jenis peneliitian ini adalah eksplanatory
panggilan klien, sikap perawat yang tidak reseach, dengan pendekatan cross sectional.
bersahabat, kurang perhatian, kurangnya perawat Teknik pengambilan data dengan wawancara
memberikan pendidikan kesehatan tentang menggunakan kuesioner yang telah di siapkan.
perawatan di rumah dan perawat tidak Tempat penelitian adalah di semua Puskesmas
menjelaskan tentang prosedur tindakan/ Kabupaten Agam. Variabel dependen dalam
pengobatan serta proses penyakit. Hal ini penelitian ini adalah penerapan komunikasi
menunjukkan bahwa faktor penyebab terapeutik oleh perawat gigi, sedangkan variabel
ketidakpuasan klien adalah kurangnya interaksi independent adalah karakteristik perawat gigi
atau tidak adanya komunikasi terapeutik antara (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa
perawat dengan klien (Steiber, dkk, 1995). Hasil kerja, serta jumlah pasien yang ditangani perhari),

50
Perawat Gigi dalam Menerapkan ... (Zulfikri, Zahroh S)

pengetahuan, sikap, pelatihan, peraturan- dengan klien, dimana saling membagi pikiran,
peraturan yang berkaitan dengan penerapan perasaan dan perilaku untuk membentuk
komunikasi terapeutik, supervisi pimpinan dan keintiman yang terapeutik yang pada akhirnya
perilaku teman sejawat. Populasi dalam penelitian akan mempercepat peoses penyembuhan klien
ini adalah semua perawat gigi yang bekerja di (Keliat, 1992). Proses perkenalan antara perawat
Puskesmas Kabupaten Agam yang berjumlah 41 dan klien sangat penting untuk kelancaran dan
orang. Teknik pengambilan sampel dalam kehangatan hubungan antara perawat dan
penelitian ini adalah total sampilng yaitu semua kliennya. Klien akan merasa dekat dengan
populasi dijadikan sampel atau penelitian perawatnya jika nama kesukaannya dipanggil,
populasi. sehingga perawat dengan mudah menyampaikan
informasi yang diperlukan selama perawatan gigi
HASIL DAN PEMBAHASAN berlangsung.
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar Selain itu yang kondisinya yang belum baik
masih masuk dalam kategori kurang menjalankan adalah 41,5% perawat gigi belum mengakhiri
(63,4 %). Beberapa hal yang masih kurang dan perawatan gigi klien dengan cara yang baik yaitu
perlu mendapat perhatian dalam penerapan mereka kurang dalam hal membuat rencana
komunikasi terapeutik adalah perawat gigi belum tindak lanjut bersama klien untuk perawatan
sepenuhnya menerapkan komunikasi non verbal giginya. Sehingga apa yang dilakukan perawat
pada pasien secara optimal, didapatkan gigi dalam hal ini menunjukan bahwa mereka
sebanyak 75,7% perawat gigi tidak belum melakukan tahap terminasi secara optimal.
membungkukkan atau memiringkan badan Menurut Stuart dan Sundeen, tahap terminasi
mereka saat melakukan percakapan dengan merupakan tahap perawat akan menghentikan
klien, serta 51,3% mereka kurang memberikan interaksinya dengan klien, tahap ini bisa
tanggapan terhadap perilaku yang ditampilkan merupakan terminasi sementara maupun
klien. Dikhawatirkan apabila proses komunikasi terminasi akhir. Terminasi sementara adalah
tidak dilakukan secara maksimal, maka harapan terminasi yang dilakukan untuk berhenti
untuk mendapatkan respon dari lawan berintegrasi dalam waktu yang sebentar, misalnya
komunikasi (komunikan) tidak bisa tercapai pergantian jaga atau sesi. Sedangkan terminasi
dengan baik, karena dalam berkomunikasi kita akhir adalah terminasi yang dilakukan biasanya
sangat berharap adanya reaksi berupa respon pada saat klien akan pulang kembali ke rumahnya
positif dari komunikan. Sebagaimana batasan setelah dilakukan perawatan. Pada tahap ini
komunikasi yang mengharapkan pesan yang perawat mempunyai tugas : 1) mengevaluasi
diberikan dengan sengaja disampaikan untuk kegiatan kerja yang telah dilakukan baik secara
mendapatkan respon, seperti pertanyaan yang kognitif, psikomotor maupun afektif; 2)
diajukan memerlukan jawaban, instruksi yang merencanakan tindak lanjut dengan klien; 3)
diberikan juga perlu diikuti (Machfoedz, 2009). melakukan kontrak; 4) mengakhiri terminasi
Pada pertemuan pertama kali dengan klien, dengan cara baik (Nurjannah, 2009).
sebanyak 68,3% perawat gigi tidak menanyakan
nama panggilan kesukaan dari kliennya serta Supervisi untuk Perawat Gigi dengan
65,9% tidak memberitahukan identitasnya Penerapan Komunikasi Terapeutik
kepada klien. Stuart dan Sundeen mengatakan Hasil penelitian didapatkan angka p. value
bahwa komunikasi terapeutik adalah suatu = 0,029 dan OR (Exp B)= 5,873 yang artinya
proses yang melibatkan usaha-usaha untuk perawat gigi yang mendapatkan supervisi
menjalin hubungan terapeutik antara perawat kategori baik, mempunyai kemungkinan

51
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013

menerapkan komunikasi terapeutik 6 kali, mendukung. Sesuai dengan teori Green bahwa
dibandingkan dengan perawat gigi yang sikap termasuk faktor yang mempermudah
mendapatkan supervisi kurang. Hasil penelitian (predisposing faktor) terjadinya perubahan
menunjukkan bahwa supervisi pimpinan yang perilaku dan sikap belum merupakan suatu
berkaitan dengan penerapan komunikasi tindakan (Green and Kreuter, 1991). Hasil
terapeutik sebagian besar pada kategori kurang penelitian ini sesuai dengan pendapat Newcomb
yaitu sebanyak 56,1%, sedangkan kategori baik dalam Notoatmodjo, menyatakan bahwa sikap
sebesar 43,9%. itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
Hasil penelitian supervisi pimpinan dan bertindak. Terbentuknya penerapan komunikasi
hubungannya dengan penerapan komunikasi terapeutik yang baik, terlebih dahulu didasari
terapeutik menunjukkan bahwa pada penerapan sikap yang baik, dengan kata lain semakin baik
komunikasi terapeutik kategori kurang, sebagian sikap perawat gigi maka semakin baik juga
besar pada perawat gigi yang mendapatkan praktik sterilisasi perawat gigi (Notoatmodjo,
supervisi kurang (82,6%), dibandingkan dengan 2007).
perawat gigi yang mendapatkan supervisi baik Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(38,9%). Hasil uji statistik didapatkan nilai 0,004, sebagian besar perawat gigi mempunyai sikap
yang artinya ada hubungan yang signifikan antara tentang penerapan komunikasi terapeutik masih
supervisi pimpinan dengan penerapan komunikasi kurang mendukung sebanyak 53,7%, Sikap
terapeutik. perawat gigi terhadap penerapan komunikasi
Menurut Green, faktor-faktor proses terapeutik didapatkan hasil bahwa perawat gigi
pembentukan perilaku dapat dipengaruhi oleh yang kurang menerapkan komunikasi terapeutik
faktor-faktor reinforcing, diantaranya dukungan lebih banyak pada perawat gigi yang mempunyai
atasan yang ditunjukkan dengan adanya supervisi sikap kurang (81,8%), dibandingkan dengan
(Green and Kreuter, 1991). Supervisi yang baik perawat gigi yang mempunyai sikap baik
akan memperkuat bagi perawat gigi dalam (42,1%). Hasil uji statistik didapatkan p.value
menerapkan komunikasi terapeutik. Hasil = 0,008, yang artinya ada hubungan yang
penelitian sesuai pendapat Peters dan Austin, signifikan antara sikap perawat gigi dengan
bahwa keberhasilan dari suatu program sangat penerapan komunikasi terapeutik. Sikap menurut
tergantung dari komitmen dan perhatian dari para Azwar adalah suatu kecenderungan untuk
top manajer (Azwar, 2007). Menurut Solita, merespon terhadap suatu obyek atau sekumpulan
perilaku dapat diubah dengan tiga cara yaitu obyek dalam bentuk perasaan memihak
dengan menggunakan kekuasaan/kekuatan (favorable) maupun tidak memihak
atasan, memberi informasi, diskusi dan (unfavorable) melalui suatu proses interaksi
partisipasi(Solita, 2003). komponen-komponen sikap yaitu kognitif
(pengetahuan), afektif (perasaan) dan konatif
Sikap Perawat Gigi dengan Penerapan (kecenderungan bertindak) (Azwar, 1997).
Komunikasi Terapeutik
Hasil penelitian didapatkan p. value = 0,046 lama kerja perawat gigi
dan OR (Exp B)= 5,061 dapat diartikan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama
perawat gigi yang mempunyai sikap mendukung kerja perawat gigi lebih banyak berada pada
terhadap penerapan komunikasi terapeutik, kategori baru sebesar 53,7%. Penerapan
mempunyai kemungkinan menerapkan Komunikasi ditinjau dari lama kerja
komunikasi terapeutik 5 kali dibandingkan dengan menunjukkan bahwa perawat gigi yang kurang
perawat gigi yang mempunyai sikap kurang menerapkan komunikasi terapeutik lebih banyak

52
Perawat Gigi dalam Menerapkan ... (Zulfikri, Zahroh S)

pada perawat gigi yang baru bekerja (77,3%), perawat gigi, karena perawat gigi harus mampu
dibandingkan dengan perawat gigi yang sudah melaksanakan komunikasi terapeutik dengan
lama bekerja (47,4%). Hasil uji statistik baik sesuai dengan standar profesi dan
didapatkan p.value = 0,047, artinya ada kompetensi perawat gigi (Anonim, 2007).
hubungan yang signifikan antara lama kerja
dengan penerapan komunikasi terapeutik di BP Jenis Kelamin Perawat Gigi dengan
gigi Puskesmas Kabupaten Agam. Penerapan Komunikasi Terapeutik
Hasil penelitian juga sesuai dengan yang ada Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
dalam teori yang menjelaskan bahwa tenaga kerja sebagian besar perawat gigi berjenis kelamin
yang berpengalaman dan sudah lama menggeluti perempuan (87,8%). Budioro mengatakan
pekerjaannya akan lebih mudah dalam bahwa tidak ada perbedaan yang penting antara
pengenalan lingkungannya. Selain itu lama karyawan laki-laki dengan karyawan perempuan
bekerja akan berkaitan dengan pengalaman dalam prestasi kerja, karena tidak ada perbedaan
kerja. Hal positif lain mengenai masa kerja adalah dalam penyelesaian problem, keterampilan analis,
seorang pekerja akan semakin terampil dalam motivasi, kepemimpinan dan kemampuan belajar
melakukan pekerjaannya (Nurmianto, 2003). (Budioro, 1998).
Hasil penelitian membuktikan bahwa semakin Hubungan antara jenis kelamin dengan
banyak masa kerja seseorang maka berbagai penerapan komunikasi terpeutik didapatkan hasil
perubahan positif yang bisa diberikan akan bahwa perawat gigi yang kurang menerapkan
sangat mungkin terjadi, karena didasari oleh komunikasi terapeutik lebih banyak pada
pengalaman yang sekian lama sudah dijalankan. perawat gigi yang berjenis kelamin laki-laki
(80,0%), dibandingkan dengan perawat gigi
Umur Perawat Gigi dengan Penerapan perempuan (61,1%). Hasil uji statistik didapakan
Komunikasi Terapeutik nilai p.value = 0,411, yang berarti tidak ada
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara jenis kelamin
bahwa sebagian besar perawat gigi berumur dengan penerapan komunikasi terapeutik di BP
kategori tua (umur 36-54 tahun) sebesar 56,1%. gigi Puskesmas Kabupaten Agam. Dari hasil
Umur perawat gigi dan hubungannya dengan penelitian, responden jenis kelamin laki-laki
penerapan komunikasi terapeutik, proporsinya (12,2%) lebih kecil dibandingkan
memperlihatkan bahwa perawat gigi yang kurang proporsi jenis perempuan (87,8%), sehingga
menerapkan komunikasi terapeutik lebih banyak tidak seimbang untuk dilakukan perbandingan.
pada perawat gigi yang berumur muda (72,2%), Hasil penelitian menunjukkan dan membuktikan
dibandingkan dengan perawat gigi yang berumur kebenarannya bahwa teori terdahulu yang
tua (56,5%). Hasil uji statistik didapatkan menjelaskan tidak ada perbedaan penting antara
p.value = 0,300 yang menunjukkan tidak ada karyawan laki-laki dengan perempuan dalam
hubungan yang signifikan antara umur perawat prestasi kerja, karena tidak ada perbedaan dalam
gigi dengan penerapan komunikasi terapeutik di penyelesaian problem, keterampilan analisis,
BP gigi Puskesmas Kabupaten Agam. motivasi, kepemimpinan, dan kemampuan
Budioro mengungkapkan, bahwa proses belajar. Secara psikologis karyawati lebih mampu
pendewasaan seseorang melalui perjalanan menyesuaikan diri dengan atasan dan dengan
waktu, semakin dewasa umur individu maka akan teman tetapi perbedaannya sangat kecil
melakukan adaptasi terhadap lingkungannya (Widhiati, 2001).
(Budioro, 1998). Tuntutan penerapan
komunikasi terapeutik tidak memandang umur

53
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013

Pendidikan Perawat Gigi dengan Penerapan dengan pasien (Anonim, 2007). Hal ini
Komunikasi Terapeutik menunjukkan bahwa perawat gigi mampu
Perawat gigi adalah setiap orang yang telah melaksanakan praktik sterilisasi karena
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan perawat merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh
gigi yang telah diakui oleh pemerintah dan lulus semua perawat gigi dengan tidak membedakan
ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku tingkat pendidikan perawat gigi.
(Anonim, 2007). Hasil penelitian menunjukkan Melihat kenyataan ini menunjukkan bahwa
bahwa pendidikan sebagian besar perawat gigi kelompok pendidikan tinggi tidak bisa
adalah jenjang pendidikan tinggi (D3, D4, S1) memberikan eksistensi serta contoh yang baik
sebesar 53,7%, dan yang berpendidikan SPRG kepada responden yang berasal dari pendidikan
sebesar 46,3%. Perawat gigi yang kurang menengah. Adanya kecenderungan bahwa untuk
menerapkan komunikasi terapeutik lebih besar pendidikan tinggi tidak bisa memberikan
pada perawat gigi yang berpendidikan tinggi eksistensi pada pelaksanaan komunikasi yang
(68,2%), dibandingkan dengan perawat gigi yang lebih baik menunjukkan bahwa dalam
berpendidikan menengah (57,9%). Hasil uji pelaksanaan proses pendidikan, kemampuan
statistik didapatkan nilai p.value = 0,495, yang seseorang untuk berperilaku juga sangat
berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara dipengaruhi oleh adanya dasar sikap yang positif,
tingkat pendidikan dengan penerapan komunikasi artinya walaupun pendidikan seseorang sudah
terapeutik di BP gigi Puskesmas Kabupaten tinggi tetapi kalau tidak dilandasi adanya
Agam. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan untuk bersikap dalam melakukan
pendidikan tidak berpengaruh terhadap perubahan dan mempersembahkan hasil yang
penerapan komunikasi terapeutik. Perawat gigi lebih baik tidak akan bisa terwujud. Hal ini
merupakan tenaga profesional yang bekerja sebagaimana teori yang menjelaskan bahwa hasil
berdasarkan standar kompetensi sesuai dengan belajar pendidikan adalah perubahan
standar profesi. Keputusan Menteri Kesehatan kemampuan penampilan atau pelakunya,
No. 378/Menkes/ SK/III/2007 tentang standar selanjutnya perubahan perilaku didasari adanya
profesi perawat gigi, bahwa perawat gigi perubahan atau penambahan pengetahuan sikap
mempunyai Kemampuan; a) menunjukkan atau keterampilannya. Perubahan pengetahuan
komunikasi dan hubungan antar manusia yang dan sikap bukan merupakan jaminan perubahan
efektif dan berembuk dengan pasien dan tim perilaku sebab perilaku tersebut kadang-kadang
kesehatan gigi baik secara perorangan dan dalam memerlukan material (Tulus, 1992).
tim atau pertemuan; b) Kemampuan
melaksanakan komunikasi yang efektif dan Jumlah Pasien dengan Penerapan
proses pendidikan kesehatan gigi dan mulut Komunikasi Terapeutik
termasuk saran pre/post operation (chair side Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
talk ); c) Kemampuan menilai kebersihan mulut sebagian besar perawat gigi menangani pasien
dan memotivasi pasien untuk berperilaku yang dalam kategori sedikit (< 7 orang) sebanyak
menunjang kesehatan gigi dan mulut; d) 58,5% dan yang kategori banyak (e” 7 orang)
Kemampuan berkomunikasi dengan sebesar 41,5%. perawat gigi yang kurang
menggunakan saluran-saluran komunikasi formal menerapkan komunikasi terapeutik lebih besar
maupun informal; e) Kemampuan berkomunikasi pada perawat gigi yang jumlah pasiennya banyak
dalam taraf international; f) Kemampuan (64,7%), dibandingkan dengan perawat gigi yang
melakukan inform concern dengan pasien; g) jumlah pasiennya sedikit yaitu (62,5%). Hasil uji
Kemampuan melakukan komunikasi terapeutik statistik didapatkan nilai p.value = 0,885 yang

54
Perawat Gigi dalam Menerapkan ... (Zulfikri, Zahroh S)

berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pada saat praktikum klinik, di mana setiap
jumlah pasien dengan penerapan komunikasi peserta didik harus menggunakan komunikasi
terapeutik di BP gigi Puskesmas Kabupaten yang baik dengan kliennya dan masuk dalam
Agam. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan penilaian (Anonim, 2004). Menurut Miller dan
kerja dari perawat gigi, yang merupakan Dollard dalam Notoatmodjo, tingkah laku
kapasitas individu dalam menyelesaikan berbagai manusia merupakan hasil belajar yang
tugas dalam sebuah pekerjaan, yang meliputi : a) dipengaruhi oleh dorongan, isyarat, tingkah laku
Kemampuan intelektual. Kemampuan ini dan ganjaran (reward). Ganjaran yang diperoleh
dibutuhkan untuk menunjukkan aktivitas-aktivitas oleh peserta didik adalah nilai yang bagus, yang
mental. Kemampuan intelektual dibutuhkan akhirnya telah menjadi suatu kebiasaan perilaku
untuk mensukseskan pekerjaan, tetapi jenis-jenis tetap pada saat melakukan pelayanan kesehatan
pekerjaan berbeda tantangannya dalam gigi (Notoatmodjo, 2003).
menggunakan kemampuan intelektual. Secara Melihat hasil ini menunjukkan bahwa
umum makin tinggi hirarki jabatan seseorang nantinya ada harapan terjadinya perubahan
makin dibutuhkan kemampuan intelegensi dan perilaku yang lebih positip setelah seorang
verbal untuk mensukseskan pekerjaannya; b) perawat gigi mengikuti training. Training atau
Kemampuan fisik, hal ini diperlukan untuk tugas- pelatihan adalah salah satu bentuk proses
tugas yang menuntut stamina, koordinasi tubuh pendidikan,dengan training sasaran sasaran
atau keseimbangan, kekuatan dan kecepatan, belajar dan memperoleh pengalaman-
kelenturan tubuh terutama diperlukan pada pengalaman belajar yang akhirnya akan
pekerjaan standar bawah. Kemampuan fisik menimbulkan perubahan perilaku mereka. Tujuan
diperlukan tergantung dari pekerjaan rutin; c) dari pelatihan adalah untuk merubah kemampuan
Kesesuaian kemampuan dan pekerjaan. Prestasi penampilan seseorang dalam melaksanakan
kerja karyawan dengan sendirinya akan pekerjaannya. Training sangat di butuhkan oleh
meningkat kalau ada kesesuaian antara setiap pegawai agar pegawai dapat
kemampuan dan jenis pekerjaan (Robbins dan melaksanakan pekerjaan dengan baik dan efektif
Judge, 2009). (Anonim, 2010).

Pelatihan untuk Perawat Gigi dengan Pengetahuan Perawat Gigi dengan


Penerapan Komunikasi Terapeutik Penerapan Komunikasi Terapeutik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
perawat gigi belum pernah mengikuti kegiatan bahwa sebagian besar perawat gigi mempunyai
pelatihan yang berkaitan dengan penerapan pengetahuan yang baik tentang komunikasi
komunikasi terapeutik, dan perawat gigi yang terapeutik sebanyak 63,4%, sisanya 36,6%
kurang menerapkan komunikasi terapeutik berpengetahuan kurang. Berdasarkan hasil
adalah sebesar 63,4%. Walaupun mereka belum penelitian diketahui bahwa perawat gigi yang
pernah mengikuti pelatihan, namun sebagian kecil kurang menerapkan komunikasi terapeutik lebih
dari mereka sudah menerapkan komunikasi banyak pada perawat gigi yang berpengetahuan
terapeutik dengan baik. Hal ini disebabkan kurang (66,7%) dibandingkan dengan perawat
karena selama mengikuti pendidikan baik tingkat gigi yang berpengetahuan baik (61,5%). Hasil
SPRG, maupun D-III dan D-IV Kesehatan gigi uji statistik didapatkan nilai p.value = 0,743,
telah memperoleh materi tentang komunikasi artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
terapeutik. Penerapan komunikasi terapeutik pengetahuan perawat gigi dengan penerapan
sudah dibiasakan sejak menempuh pendidikan komunikasi terapeutik di BP gigi Puskesmas

55
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013

Kabupaten Agam. Keputusan Menteri Kesehatan No. 378/


Pengetahuan atau kognitif merupakan Menkes/SK/III/2007 ada 12 kompetensi, salah
domain yang sangat penting untuk terbentuknya satu diantaranya adalah Kemampuan melakukan
suatu tindakan seseorang (Isyrag, 2008). komunikasi terapeutik dengan pasien (Anonim,
Pengetahuan yang diperoleh seseorang akan 2007). Menurut Makmuri, individu dapat
menimbulkan pengertian dan pemahaman mengubah perilaku jika dipaksakan dengan
terhadap pengetahuan tersebut. Dengan adanya peraturan-peraturan, undang-undang dan
memahami sesuatu hal yang dipelajari, seseorang program, namun perubahan perilaku yang melalui
akan dapat mengadakan penilaian. Penilaian ini program-program atau peraturan-peraturan tidak
dapat positif atau negatif. Penilaian yang positif dapat bertahan lama tanpa adanya pengawasan
akan menimbulkan sikap positif, yang akhirnya dari atasan yang berwenang (Makmuri, 1997).
akan berpengaruh pada perilaku positif terhadap
sesuatu yang dipelajari tersebut Winkel, 1986). Dukungan Teman Sejawat dengan
Pengetahuan merupakan pembentukan konsepsi Penerapan Komunikasi Terapeutik
perubahan, beragam pengalaman manusia, Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perubahan empirik manusia, perubahan kualitas kebanyakan dukungan teman untuk perawat gigi
persepsi, dan analisa pikiran atas objek dalam menerapkan komunikasi terapeutik berada
pengetahuan (Isyrag, 2008). pada ketegori baik sebesar 78,0%, dan yang
kurang hanya 22,0%. Hubungan dukungan teman
Peraturan untuk Perawat Gigi dengan dengan penerapan komunikasi terapeutik
Penerapan Komunikasi Terapeutik menunjukkan bahwa perawat gigi yang kurang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menerapkan komunikasi terapeutik lebih banyak
peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pada perawat gigi yang kurang mendapatkan
penerapan komunikasi terapeutik sebagian besar dukungan teman (77,8%), dibandingkan dengan
pada kategori kurang sebesar 68,3%, sedangkan perawat gigi yang baik dukungan temannya
kategori baik sebesar 31,7%. Dari penelitian ini (56,3%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p.value
diketahui bahwa perawat gigi yang kurang = 0,311, artinya tidak ada hubungan yang
menerapkan komunikasi terapeutik lebih besar signifikan antara dukungan teman untuk perawat
pada perawat gigi yang mempunyai peraturan gigi dengan penerapan komunikasi terapeutik di
baik (76,9%), dibandingkan dengan perawat gigi BP gigi Puskesmas Kabupaten Agam. Menurut
yang mempunyai peraturan kurang (51,1%). Green dukungan teman sejawat merupakan
Hasil uji statistik didapatkan p.value = 0,221, faktor penguat (reinforcing factor) dalam
dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang menentukan apakah tindakan kesehatan
signifikan antara peraturan untuk perawat gigi memperoleh dukungan atau tidak (Green and
dengan penerapan komunikasi terapeutik di BP Kreuter, 1991). Dukungan bisa bersifat positif
gigi Puskesmas Kabupaten Agam. atau negatif tergantung pada sikap dan perilaku
Peraturan adalah kaidah yang dibuat untuk teman sejawat yang berkaitan, yang sebagian
mengatur atau petunjuk yang dipakai untuk diantaranya lebih kuat dari yang lain dalam
menata sesuatu dengan aturan, ketentuan yang mempengaruhi perilaku. Faktor penguat
harus dijalankan dan dipatuhi (Diknas, 2007). mencakup dukungan sosial, pengaruh sebaya dan
Sehubungan dengan hal tersebut, perawat gigi di umpan balik dari tenaga kesehatan. Penguatan
dalam menjalankan peran dan fungsinya harus mungkin berasal dari seorang individu atau
mempunyai standar kompetensi (kemampuan inti kelompok dari satu orang ke orang lain atau
perawat gigi). Kompetensi perawat gigi menururt institusi-institusi di lingkungan atau dari

56
Perawat Gigi dalam Menerapkan ... (Zulfikri, Zahroh S)

masyarakat (Green and Kreuter, 1991). KEPUSTAKAAN


Anonim. 2004. Pedoman Penilaian Praktek.
SIMPULAN Semarang: Jurusan Kesehatan Gigi
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang Politeknik Kesehatan Semarang.
telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa Anonim. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan
penerapan komunikasi terapeutik sebagian besar Republik Indonesia nomor : 378/Menkes/
responden dalam kategori kurang menjalankan SK/III/2007 tentang Standar Profesi
(63,4%), karena kebanyakan mereka tidak Perawat Gigi. Jakarta.
membungkukkan/ memiringkan badannya saat Anonim. 2010. Reward and Punishment. http://
percakapan, tidak menanyakan nama panggilan mascholikcom/2010/10/13/reward-and-
kesukaan dari klien, tidak memberitahukan punishment/;Diakses tanggal 23 November
identitas dirinya kepada klien, tidak memberikan 2011
tanggapan terhadap perilaku klien serta tidak
merencanakan tindak lanjut perawatan gigi klien. Azwar A. 2007. Program Menjaga Mutu
Variabel yang berpengaruh terhadap penerapan Pelayanan Kesehatan (Aplikasi prinsip
komunikasi terapeutik adalah variabel supervisi Lingkaran Pemecahan Masalah). Jakarta:
pimpinan (OR = 5,873), serta variabel sikap (OR Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter
= 5,061). Variabel yang berhubungan dengan Indonesia.
penerapan komunikasi terapeutik adalah variabel Azwar S. 1997. Sikap Manusia Teori dan
lama kerja, sedangkan variabel yang tidak Pengukurannya. Edisi kedua. Yogyakarta:
berhubungan adalah : umur, jenis kelamin, Pustaka Pelajar.
pendidikan, Jumlah pasien, pelatihan, Budioro B. 1998. Pengantar Pendidikan dan
pengetahuan, peraturan, dan dukungan teman. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat
hendaknya melakukan pembinaan kepada Universitas Diponegoro.
petugas terutama perawat gigi yang masih baru Diknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
bekerja agar melakukan pelayanan sesuai Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
dengan prosedur, serta mengadakan pelatihan Green LW, and Kreuter M.W. 1991. Health
yang berkaitan dengan komunikasi antara Promotion Planning an Educational and
perawat dan klien, untuk meningkatkan Environmental Approach, Second Edition,
pengetahuan dan sikap petugas dalam melakukan Mayfield Publishing Company
tindakan perawatan
Pimpinan BP gigi Puskesmas agar melakukan Keliat, B. 1992. Hubungan Terapeutik Perawat-
supervisi secara rutin setiap hari kepada perawat Klien. Jakarta: Balai Kedokteran
gigi, selalu memberikan pembinaan kepada Kristiana D. 2004. Pengaruh Komunikasi
petugas yang kurang baik dalam menerapkan Terapeutik Terhadap Perilaku Kepatuhan
komunikasi terapeutik melalui penegakan disiplin Pasien Berobat Pulpitis di Poli Gigi
standar operasional prosedur, serta memberikan Puskesmas Pucang Sewu Kota Surabaya :
penghargaan pada petugas yang disiplin dalam JIPTUNAIR
melaksanakan tugasnya dan memberikan Kusmawan AR. 2010. Infeksi Nosokomial di
motivasi dan kepercayaan kepada perawat gigi Klinik Gigi. http://wwwresearchgatenet/
untuk menumbuhkan sikap yang positif terhadap publication/42349655_Infeksi_
penerapan komunikasi terapautik melalui Nosokomial_Di__Gigi, Diakses tanggal 20
pemberian reward dan punishment. Juli 2010.

57
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013

Indriyati S. 2002. Pelatihan Komunikasi Solita S. 2003. Sosiologi Kesehatan Beberapa


Terapeutik dalam Asuhan Keperawatan Konsep Beserta Aplikasinya. Yogyakarta:
dengan Kepuasan Pasien, Bina Diknakes Gadjah Mada University Press.
Isyrag. 2008. Subtansi dan Definisi Pengetahuan, Steiber, S.R. & Krowinski, W.J. 1995.
Available from URL: http:// Measuring and Managing Patients
Isyrag.wordpress.com.substansi-dan- Satisfaction. USA: American Hospital
definisi-pengetahuan/-177.pdf [cited 2008 Publishing, Inc
Maret 22] Stuart,G. W dan Sundeen,S. J. 1998. Principles
Machfoedz M. 2009. Komunikasi Keperawatan and Practice of Psychiatric Nursing (6th ed).
(komunikasi terapeutik). Yogyakarta: St. Louis: The C. V. Mosby Company.
Ganbika Robbins S.P.dan Judge T.A. 2009. Perilaku
Makmuri M. 1997. Perilaku Organisasi I. Organisasi (Organizational Behavior).
Yogyakarta: Magister Manajemen Rumah Jakarta: Salemba Empat
Sakit UGM. Tulus, MA. 1992. Manajemen Sumber daya
Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Widhiati, A. 2001. Faktor-Faktor Yang
Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Berhubungan Dengan Kinerja Tenaga
Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Pelaksana UKGS Puskesmas di
Nurjannah I. 2005. Komunikasi Keperawatan: Kabupaten Muara Enim Tahun 2001, Tesis,
Dasar-dasar komunikasi bagi perawat. FKM UI
Jogyakarta: Mocomedika Winkel, W.S. 1986. Psikologi Pendidikan dan
Nurmianto. E. 2003. Ergonomi, Konsep dasar Evaluasi Belajar, Jakarta : Gramedia
dan Aplikasi. Edisi Pertama. Gunawijaya:
Jakarta

58

Anda mungkin juga menyukai