Anda di halaman 1dari 15

INSIGHT DAN EFIKASI DIRI PADA KLIEN SKIZOFRENIA YANG

MENDAPATKAN TERAPI PENERIMAAN DAN KOMITMEN DAN


PROGRAM EDUKASI PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA
Abdul Jalil1, Budi Anna Keliat2 dan Hening Pujasari3
Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Jiwa
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Abstrak

Insight buruk dimiliki 80% klien skizofrenia dan efikasi dirinya rendah. Insight buruk
menurunkan efikasi diri. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh Terapi Penerimaan dan
Komitmen (TPK) dan Program Edukasi Pasien (PEP) terhadap insight dan efikasi diri klien
skizofrenia di RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang. Desain quasi experimental pre-post test with
control group. Sampel 147 diambil dengan teknik simple random sampling. Analisis data
dengan Kruskall Wallis Test dan Regresi Linear Ganda. Hasil: insight dan efikasi diri klien
skizofrenia yang mendapatkan TPK-PEP meningkat secara bermakna dan lebih tinggi secara
bermakna dari klien yang mendapatkan TPK. TPK-PEP meningkatkan insight sebesar 8,741
poin dan efikasi diri 11,522 poin. TPK-PEP direkomendasikan sebagai terapi keperawatan
utama dalam merawat klien skizofrenia dengan insight buruk dan efikasi diri rendah.
Kata Kunci: Efikasi Diri; Insight; Program Edukasi Pasien; Terapi Penerimaan dan
Komitmen

INSIGHT AND SELF-EFFICACY OF SCHIZOPHRENIA CLIENTS


AFTER ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY AND
PATIENT EDUCATION PROGRAM AN IN MENTAL HOSPITAL
Abdul Jalil1, Budi Anna Keliat2 dan Hening Pujasari3
Graduate Program Specialty Mental Health Nursing Faculty Of Nursing
Universitas Indonesia

Abstract

Impaired insight and low self-efficacy are common in schizophrenic clients. Bad
insight exacerbates self stigma and lowers self-efficacy. This study aimed to determine effect
of Acceptance and Commitment Therapy (ACT) and Patient Education Program (PEP) on
insight and self-efficacy of schizophrenic clients at Prof. Dr. Soeroyo Magelang Hospital.
This was a quasi-experimental research, using pre-post test with control group. A number of
147 samples were recruited using simple random sampling technique, divided into 3 groups of
ACT-PEP, ACT only and control. Data were analyzed using Kruskall Wallis Test and Linear
Regression. Result: insight and self-efficacy of schizophrenia clients who get ACT-PEP was
significantly increased and significantly higher than the clients were getting ACT. ACT-PEP
increased insight by 8.741 points and increased self-efficacy by 11.522 points. ACT-PEP is
recommended as primary therapy in nursing care for clients schizophrenia with poor insight
and low self-efficacy.
Keywords: Acceptance and Commitment Therapy, insight, Patient Education Programs, self-
efficacy

1
LATAR BELAKANG

Skizofrenia merupakan salah satu psikosis yang dimanifestasikan dengan perubahan


berfikir, persepsi, afek tumpul, dan penurunan fungsi sosial , yang 50-80% disertai insight
buruk dan 70%-90% . Insight adalah kemampuan mengenali mengalami penyakit mental,
mengalami gejala patologis, dan membutuhkan pengobatan . Insight buruk disebabkan
disfungsi organik, dan konseptualisasi atau anggapan penolakan , disertai fungsi eksekutif
yang miskin , dan defisit kognitif . Insight buruk memperparah gejala positif dan negatif yang
dialami, sehingga memperparah penyakit , dan cenderung mempunyai sikap negatif terhadap
pengobatan , sehingga meningkatkan penggunaan obat antipsikotik . Insight buruk sering
dikaitkan dengan buruknya kepatuhan terhadap program perawatan dan pengobatan . Klien
skizofrenia dengan insight baik mempunyai respons emosional stabil dan perilaku adaptif .
Keberhasilan perawatan klien skizofrenia tidak hanya dibutuhkan insight baik (Smith et al.,
2004). Program edukasi kesehatan dapat memperbaiki insight, pada kemampuan relabel
gejala sebagai gejala patologis (Elmasri, 2011). Terapi kognitif-perilaku dapat meningkatkan
kesadaran terhadap penyakit (Mohamed & El-Hameed, 2012), dan Terapi Penerimaan dan
Komitmen (TPK) merupakan generasi baru dari terapi kognitif-perilaku (Hayes, 2003).
Efikasi diri merupakan kepercayaan diri tentang kemampuannya untuk mengatur dan
melaksanakan program pengobatan dan perawatan untuk mencapai hasil yang diharapkan .
Sebagian besar klien skizofrenia mempunyai efikasi yang rendah, akibat penurunan fungsi
pekerjaan dan sosial, kepercayaan diri (Pratt et al, 2005). Efikasi rendah berkaitan dengan
tingkat catecolamine yang rendah dalam lobus frontal dan temporal otal yang berpengaruh
pada respon koping (Snyder et al., 2011). Efikasi diri rendah dapat meningkatkan risiko
kekambuhan (Elfedli, 2012). Efikasi diri rendah ditunjukkan dengan keragu-raguan
melakukan perilaku tertentu . Efikasi diri tinggi ditunjukkan dengan kemampuan mengambil
keputusan untuk bertindak, percaya diri dan merasa kuat menghadapi kesulitan yang dialami
(Young et.al., 2012), efikasi diri yang tinggi meningkatkan kemampuan diri terhadap penyakit
yang dialami (Hill & Startup, 2012). Program Edukasi dapat memperbaiki efikasi diri klien.
Program ini efektif dalam meningkatkan kepercayaan diri atau efikasi diri klien .
Terapi Penerimaan dan Komitmen (TPK) merupakan terapi yang membantu klien
menerima kejadian dan berkomitmen, menekankan penggunaan alternatif coping strategy,
memberikan rasa kontrol atas tanggapan emosional, bukan mengurangi terjadinya peristiwa
internal yang tidak diinginkan . Tindakan TPK dapat meningkatkan kemampuan klien dalam
menerima dan berdamai dengan kondisi kesehatannya, serta dapat membuat keputusan dalam
2
memilih komitmen yang akan dilakukan untuk mencegah kekambuhan (Sulistiowati, 2011).
Program Edukasi Pasien (PEP) merupakan program edukasi berisi lima unsur (mengajarkan
klien tentang penyakit, menginstruksikan klien melakukan latihan di rumah, memberikan
saran tentang perilaku yang dibutuhkan dalam perawatan, dan konseling klien tentang
manajemen stres dalam menghadapi penyakitnya) . Pendekatan ini diharapkan membantu
menerima penyakit, mampu merelabel gejala sebagai gejala patologis, konsekuensi sosial dari
penyakit dan kebutuhan pengobatan.
Klien yang dirawat di RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang mengalami insight buruk
sebesar 92% (312 orang), 56,6% (192 orang) di antaranya pernah kambuh dan 93,33% (291
orang) dari klien yang insight-nya buruk mengungkapkan tidak percaya diri menjalin
hubungan sosial di masyarakat dan kesulitan mengerjakan tugas harian. Hal tersebut
menunjukkan klien mempunyai insight buruk dan efikasi diri yang rendah. Tindakan
keperawatan yang ditujukan untuk memperbaiki insight dan efikasi diri klien skizofrenia
belum ada, dan tindakan untuk meningkatkan kepatuhan minum obat masih diintegrasikan
dengan pemberian discharge planning. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh
TPK dan PEP terhadap insight dan efikasi diri klien skizofrenia, dan mengetahui faktor yang
berkonstribusi terhadap peningkatan insight dan efikasi diri klien skizofrenia. Kedua
pendekatan ini diharapkan dapat memperbaiki insight dan efikasi diri klien skizofrenia
sehingga dapat meningkatkan hasil pengobatan dan perawatan.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah quasi experimental dengan desain Quasi Experimental Pre-Post
Test with Control Group. TPK dan PEP digunakan untuk memperbaiki insight dan efikasi diri klien
skizofrenia. Sampel penelitian adalah sebesar 147 klien yang mempunyai insight buruk (skor < 10)
dan efikasi diri rendah (skor < 30), dan hasil pemeriksaan Brief Psychiatry Rating Scale (BPRS)
rendah (skor < 13). Pengambilan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling, yang dibagi
menjadi tiga kelompok (kelompok TPK dan PEP berjumlah 50 klien, kelompok TPK 49 klien dan
kontrol 48 klien). Pengukuran insight dilakukan menggunakan kuesioner The Birchwood
Insight Scale (BIS) berisi 8 item soal (Birchwood, 1994). Pengukuran efikasi diri
menggunakan kuesioner The Generalis Self-Efficacy (GSE) berisi 10 item soal (Yerusalem &
Schwarzer, 1992). Kuesioner dilakukan uji validitas dan reliabilitas ulang terhadap 30 klien
skizofrenia. Hasil analisis 8 item soal insight mempunyai hubungan tinggi (r =0.5120,808)
dan Alpha Cronbach 0,87 dan 10 item soal efikasi diri mempunyai hubungan tinggi (r =
0.4680,854) dan total semua item Alpha Cronbach 0,92. Pengukuran insight dan efikasi diri
3
dilakukan sebelum pemberian intervensi TPK dan PEK serta sesudah hari keenam pemberian
intervensi TPK dan PEP.
Terapi Penerimaan dan Komitmen (TPK) merupakan intervensi yang diberikan klien
skizofrenia yang mempunyai insight buruk yang bertujuan untuk melatih menerima kejadian,
merubah pola pikir terhadap kejadian, menerima kejadian tersebut, klarifikasi nilai dan
membuat komitmen untuk mencegah kekambuhan. TPK diberikan secara individu sebanyak 4
sesi (latihan menghadirkan kejadian tidak menyenangkan, menerima kejadian, klarifikasi nilai
dan membuat komitmen mencegah kekambuhan). Masing-masing sesi dilaksanakan antara
20-45 menit. Program Edukasi Pasien (PEP) merupakan intervensi yang diberikan pada klien
yang mempunyai efikasi diri rendah dengan memberikan pemahaman tentang penyakit dan
pengobatannya sehingga dapat merubah sikap terhadap pengobatan sertan meningkatkan
kemampuan manajemen diri. PEP diberikan secara individu sebanyak 4 sesi (identifikasi
pemahaman tentang penyakit dan penanganan, diskusi tentang penyakit, diskusi tentang
pengobatan dan perawatan, latihan mengambil keputusan tentang kondisi kesehatan dan
membuat rencana perawatan di rumah sakit dan di rumah). Setiap sesi berlangsung antara 20-
45 menit.
Analisis dilakukan dengan bantuan komputer, uji kesetaraan insight, efikasi diri dan
karakteristik klien dilakukan sebelum intervensi TPK dan PEP dan semua data mempunyai p
value > 0,05 (setara). Uji normalitas data dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis dengan
Kolmogorov Smirnov, dan semua data tidak berdistribusi normal. Uji hipotesis dilakukan uji
Wilcoxon test untuk rata-rata berpasangan dan Kruskall-Wallis test untuk rata-rata dependen. Uji
multivariat dilakukan dengan uji Regresi linear Ganda.

HASIL PENELITIAN
Klien skizofrenia berusia 33,67 tahun dengan usia termuda 20 tahun dan tertua 54
tahun. Frekuensi dirawat rata-rata 5 kali, dan lama sakit 7 tahun. Perempuan lebih banyak,
sebagian besar berpendidikan rendah, sebagian besar tidak bekerja dan tidak menikah. Insight
klien skizofrenia sebelum mendapatkan TPK dan PEP adalah 1,78 atau pencapaian sebesar
11,13% (buruk). Insight klien sebelum dan setelah mendapatkan TPK dan PEP dapat dlihat
pada grafik 1.

4
p=0,001

p =0,001

p=0,001

Grafik 1. Perubahan Insight Klien Skizofrenia Pre-Post test Pada Ketiga Kelompok

Berdasarkan Grafik 1 diketahui insight klien yang mendapatkan TPK dan PEP
meningkat secara bermakna (p < 0,05) dari 1,84 menjadi 13,56 atau pencapaian insight
sebesar 84,75% (baik). Insight klien yang mendapatkan TPK meningkat secara bermakna (p <
0,05) dari 1,96 menjadi 12,37 atau pencapaian insight sebesar 77,29% (baik). Insight klien
yang mendapatkan intervensi keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan yang berlaku di
rumah sakit meningkat secara bermakna (p < 0,05) dari 1,75 menjadi 4,73 atau pencapaian
insight sebesar 29,57% (buruk).
Peningkatan insight pada ketiga kelompok mempunyai selisih insight yang berbeda.
Insight klien skizofrenia yang mendapatkan TPK dan PEP mempunyai selisih insight yang
paling tinggi, yaitu 11,72. Hasil uji Kruskall Wallist test, ada perbedaan bermakna insight
klien yang mendapatkan TPK dan PEP, TPK saja dan intervensi sesuai standar yang berlaku
di rumah sakit dengan p < 0,05.
Karakteristik klien yang berhubungan dengan insight klien skizofrenia dengan
menggunakan uji Regresi Linear Ganda dapat dilihat pada bagan 1.

Insight klien = 17,639 + 8,454 TPK dan PEP + 7,468 TPK + 0,115 lama
sakit 1,293 pendidikan 1,390 jenis kelamin

Bagan 1 Persamaan Faktor yang Mempengaruhi Insight Klien Skizofrenia

5
Insight klien skizofrenia dipengaruhi oleh intervensi TPK dan PEP, jenis kelamin, pendidikan
klien dan lama sakit. Klien yang diberikan intervensi TPK dan PEP akan mengalami
peningkatan pencapaian insight sebesar 8,5 poin dibandingkan dengan klien yang tidak
mendapatkan intervensi tersebut. Sedangkan klien yang mendapatkan intervensi TPK akan
mengalami peningkatan insight sebesar 7,468 poin setelah dikontrol variabel jenis kelamin,
pendidikan dan lama sakit. Klien dengan lama sakit lebih dari 7 tahun akan mempunyai
insight lebih baik sebesar 0,115 poin dibandingkan dengan klien yang mempunyai lama sakit
kurang dari 7 tahun. Klien dengan pendidikan rendah mempunyai insight lebih rendah
sebesar 1,293 dibandingkan yang mempunyai pendidikan tinggi, klien yang berjenis kelamin
perempuan mempunyai insight lebih rendah sebesar 1,390 poin dibandingkan dengan klien
berjenis kelamin laki-laki.
Efikasi diri klien skizofrenia sebelum mendapatkan TPK dan PEP adalah 1,78 atau
pencapaian sebesar 11,13% (buruk). Insight klien sebelum dan setelah mendapatkan TPK dan
PEP dapat dlihat pada grafik 1.

p=0,001

p=0,001

p =0,001

Grafik 2. Perubahan Efikasi Diri Klien Skizofrenia Pre-Post test Pada Ketiga Kelompok

Berdasarkan Grafik 2 diketahui efikasi diri klien yang mendapatkan TPK dan PEP
meningkat secara bermakna (p < 0,05) dari 16,68 menjadi 32,64 atau pencapaian efikasi diri
sebesar 73,23% (tinggi). Efikasi diri klien yang mendapatkan TPK meningkat secara
bermakna (p < 0,05) dari 16,49 menjadi 26,9 atau pencapaian efikasi diri sebesar 26,33%
(rendah). Efikasi diri klien yang mendapatkan intervensi keperawatan sesuai standar asuhan

6
keperawatan yang berlaku di rumah sakit meningkat secara bermakna (p < 0,05) dari 16,73
menjadi 21,17 atau pencapaian efikasi diri sebesar 37,23% (rendah).
Peningkatan efikasi diri pada ketiga kelompok mempunyai selisih efikasi diri yang
berbeda. Efikasi diri klien skizofrenia yang mendapatkan TPK dan PEP mempunyai selisih
efikasi diri yang paling tinggi, yaitu 15,96. Hasil uji Kruskall Wallist test, ada perbedaan
bermakna efikasi diri klien yang mendapatkan TPK dan PEP, TPK saja dan intervensi sesuai
standar yang berlaku di rumah sakit dengan p < 0,05.
Karakteristik klien yang berhubungan dengan efikasi diri klien skizofrenia dengan
menggunakan uji Regresi Linear Ganda dapat dilihat pada bagan 2.

Efikasi Diri klien = 17,141 + 11,179 TPK dan PEP + 6,310 TPK + 2,052
status perkawinan

Bagan 2 Persamaan Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri Klien Skizofrenia

Efikasi diri klien skizofrenia dipengaruhi oleh intervensi TPK dan PEP, status
perkawinan. Klien yang diberikan intervensi TPK dan PEP akan mengalami peningkatan
pencapaian efikasi diri sebesar 17,141 poin dibandingkan dengan klien yang tidak
mendapatkan intervensi tersebut. Sedangkan klien yang mendapatkan intervensi TPK akan
mengalami peningkatan efikasi diri sebesar 6,310 poin setelah dikontrol variabel intervensi
TPK dan PEP, dan status perkawinan. Klien yang mempunyai status perkawinan tidak
menikah akan mempunyai efikasi diri lebih rendah 2,052 poin dibandingkan dengan klien
yang mempunyai status menikah.

PEMBAHASAN
Insight klien skizofrenia pada kelompok TPK dan PEP, TPK dan kontrol sebagian besar
buruk. Insight buruk mempengaruhi penilaian diri terhadap kondisi kesehatannya dan
berdampak kemampuan melakukan aktivitas harian yang kurang akurat. Kurtz et al, (2013),
menemukan insight memoderasi hubungan antara efikasi diri dan menurunkan pelaksanaan
tugas harian. Insight yang buruk dapat memperburuk efikasi diri klien, insight buruk berkaitan
dengan defisit kognitif, dan penurunan fungsi eksekusi (Lysaker & Buck, 2007). Insight
buruk berkaitan ketidakpatuhan dalam minum obat dan berisiko terjadi kekambuhan. Klien
skizofrenia yang mempunyai insight buruk cenderung mengalami peningkatan gejala positif
maupun negatif yang menurunkan hasil pengobatan. Klien dengan insight buruk tidak
menyadari jika mempunyai penyakit gangguan jiwa, tidak mampu mengenali gejala sebagai
gejala yang patologis dan tidak membutuhkan pengobatan. Hal ini memperburuk sikap

7
terhadap pengobatan dan mengurangi partisipasi klien dalam menjalankan program perawatan
dan pengobatan. Upaya memperbaiki insight klien skizofrenia sangat penting karena dapat
memperbaiki hasil pengobatan.
Perbaikan insight dalam 6 bulan pertama perawatan sangat menentukan hasil pengobatan
(Saravanan, 2010). Terapi penerimaan dan komitmen terhadap penyakitnya dapat
memperbaiki insight melalui peningkatan fungsi eksekusi yang ditunjukkan dengan
kemampuan klien dalam berdamai dengan kondisi kesehatannya. Pencapaian fleksibilitas
psikologis mempermudah klien mengeksplorasi nilai-nilai dan membuat komitmen untuk
mencegah kekambuhan. Kondisi fleksibilitas psikologis membuat klien mudah menerima
informasi yang berhubungan dengan penyakit dan pengobatannya. Pendekatan Program
Edukasi Pasien (PEP) diberikan untuk menambah pengetahuan klien tentang penyakit
skizofrenia, pengobatan dan perawatannya, konsekuensi sosial dari penyakit. Menurut
Ruzanna (2011) program psikoedukasi dapat membantu klien memperbaiki pengetahuan
tentang penyakit, sikap dan penerimaan terhadap penyakitnya dan meningkatkan ketepatan
dalam penggunaan pengobatan. Pemberian kombinasi TPK dan PEP dapat memperbaiki
ketiga dimensi insight (kesadaran diri, relabel gejala dan kebutuhan pengobatan).
Insight klien skizofrenia pada ketiga kelompok mengalami peningkatan secara
bermakna (P value < 0,05) antara sebelum dan sesudah mendapatkan TPK dan PEP. Klien
yang mendapatkan TPK dan PEP mengalami peningkatan pencapaian insight yang lebih
tinggi pada ketiga dimensi daripada klien yang mendapatkan TPK saja dan kelompok kontrol.
Terapi kombinasi TPK dan PEP diperlukan untuk meningkatkan insight klien skizofrenia.
Klien skizofrenia dengan TPK juga mengalami peningkatan insight. Terdapat dua dimensi
insight membaik, yaitu kebutuhan pengobatan dan kemampuan relabel gejala. Insight baik
dapat mengurangi stigma diri (Mak, 2006). TPK didasarkan pada pandangan banyak perilaku
maladaptif yang dilakukan oleh usaha sehat dalam rangka menghindari atau menekan pikiran,
perasaan atau sensasi tubuh (Bach dan Hayes, 2002). TPK membantu melatih menerima dan
dapat membuat komitmen untuk mencegah kekambuhan. Penerimaan terhadap kebutuhan
pengobatan dan kemampuan merelabel gejala dapat diperbaiki dengan pendekatan ini.
Perbaikan dimensi kesadaran penyakit sulit dilakukan ketika klien hanya dilatih menerima
dan berkomitmen tanpa mengetahui penyakitnya dan pengobatan yang harus dijalani. Ashok
(2007) menemukan CBT (Cognitive Behavior Therapy) membantu memperbaiki kemampuan
merelabel gejala sebagai suatu patologis tetapi tidak secara signifikan merubah kesadaran
terhadap penyakitnya. Pada penelitian ini, perubahan insight paling tinggi terjadi pada TPK
dan PEP. Pada kelompok kontrol, walaupun mengalami peningkatan skor insight akan tetapi
ketiga dimensi insight masih buruk.

8
Selisih peningkatan insight klien pada ketiga kelompok berbeda, hasil uji hopotesis
ditemukan ada perbedaan yang bermakna insight klien yang mendapatkan TPK dan PEP,
mendapatkan TPK dam mendapatkan intervensi sesuai standar asuhan keperawatan.
Perbedaan ini disebabkan karena TPK bertujuan untuk melatih klien mampu berdamai dan
menerima penyakitnya. Pemberian edukasi tentang penyakit membuat klien mengenal
penyakit dan penanganannya. TPK adalah generasi baru dari terapi kognitif-perilaku yang
memfokuskan pada masalah kognitif dan perilaku, TPK selain berfokus pada mengatasi
masalah kognitif dan perilaku juga melatih penerimaan dan pembuatan komitmen. Hasil
penelitian Mohamed dan El-Hameed (2012) terapi kognitif-perilaku dapat meningkatkan
kesadaran terhadap penyakit dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan program terapi
kognitif-perilaku, akan tetapi hanya meningkat pada kemampuan klien dalam merelabel gejala
penyakitnya. Hasil penelitian Turkington dan Turner (2009) klien skizofrenia yang diberikan
terapi kognitif-perilaku menunjukkan peningkatan insight.
Pada penelitian ini, pencapaian insight setelah pemberian TPK dan PEP belum optimal
100%, dan masih mempunyai 15,25% insight yang belum tercapai. Beberapa faktor dapat
menyebabkan pencapaian insight belum optimal. Pelaksanan prosedur TPK dan PEP menjadi
salah satu yang kemungkinan dapat menyebabkan hal tersebut, selain faktor karakteristik
klien. Pelaksanaan TPK dilakukan sebanyak 4 sesi dalam 3 pertemuaan atau ada
pengabungan sesi 3 dan 4, demikian juga pada pelaksanaan PEP yang rencananya
dilaksanakan 4 kali pertemuan menjadi 3 kali pertemuan (sesi 1 dan 2 digabung). Faktor lain
dari pelaksanaan prosedur adalah pelaksanaan kedua pendekatan ini tidak sesuai dengan
perencaan awal yang memberikan jeda satu hari diantara kedua terapi. Pada pelaksanaannya,
PEP diberikan sehari setelah pemberian TPK sesi terakhir diberikan. Hal ini kurang
memberikan kesempatan bagi klien untuk menginternalisasi informasi atau pesan yang
diterima. Adanya perbedaan karakteristik klien dalam penelitian ini juga dapat mempengaruhi
hasil dari pemberian terapi atau mempengaruhi insight.
Ada beberapa faktor karakteristik klien yang mempengaruhi insight selain intervensi
TPK dan PEP. Jenis kelamin, pendidikan, dan lama sakit ikut berkontribusi terhadap insight
klien skizofrenia. TPK dan PEP meningkatkan pencapaian insight klien sebesar 8,5 poin
setelah dikontrol variabel lain. Ruzanna et al (2010) menemukan psikoedukasi efektif
meningkatkan insight klien. TPK membuat klien mengalami peningkatan keterampilan
kesadaran dalam menerima penyakitnya dan mengembangkan kesedaran diri terhadap
penyakit (White et, 2011). TPK meningkatkan pencapaian skor insight sebesar 7,468 poin
setelah dikontrol variabel lain. TPK merupakan pendekatan kolaboratif dengan klien yang
membahas pemahaman penyakit klien meskipun tidak secara eksplisit dengan re-label gejala
penyakit yang dirasakan (Staring et al, 2009). Klien dengan lama sakit >7 tahun mempunyai
9
insight lebih baik sebesar 0,115 poin dibandingkan klien dengan lama sakit < 7 tahun.
Ruzanna et al (2010) menemukan adanya hubungan antara lama sakit dengan insight klien.
Semakin lama sakit, maka akan semakin membaik insight klien. Klien dengan pendidikan
rendah mempunyai insight lebih rendah sebesar 1,293 dibandingkan dengan klien
berpendidikan tinggi, demikian juga klien berjenis kelamin perempuan mempunyai insight
lebih rendah sebesar 1,390 poin dibandingkan dengan klien berjenis kelamin laki-laki.
Ruzanna et al (2010), menemukan jenis kelamin memberikan konstribusi terhadap perbaikan
insight setelah klien diberikan intervensi psikoedukasi.
Efikasi diri klien skizofrenia sebelum mendapatkan intervensi TPK dan PEP
mempunyai pencapaian yang rendah (16,63). Efikasi diri merupakan kemampuan memenuhi
pencapaian kinerja spesifik dan bagian dari aspek swa-regulasi perilaku. Efikasi rendah
meningkatkan risiko kekambuhan (Elfedli, 2012). Sebagian besar klien skizofrenia yang tidak
diobati dan dirawat dengan benar, terus-rerus akan menunjukkan gejala signifikan dan
disfungsi psikososial, penurunan kepercayaan diri dan satu atau lebih domain fungsi dapat
menurun (Pratt et al, 2005). Efikasi diri tinggi sangat dibutuhkan klien dalam melakukan
manajemen gejala. Efikasi diri terbentuk dari pengalaman klien, terutama dalam menerima
penyakit dan pengobatan yang sedang dijalani. Menurut Kopke et al (2011), peran efikasi diri
dalam inisiasi dan pemeliharaan perilaku kesehatan sangat penting, intervensi yang
meningkatkan rasa efikasi diri klien akan menghasilkan kesehatan yang positif, selain itu
peningkatan efikasi diri klien juga dapat memperbaiki kesehatan dan kualitas hidup. Upaya
memperbaiki efikasi diri klien skizofrenia sangat penting dilakukan untuk memperbaiki hasil
pengobatan. Program edukasi pasien adalah pendekatan yang dapat digunakan untuk
memperbaiki efikasi diri klien. PEP dapat diberikan setelah klien selesai dilatih terapi
penerimaan dan komitmen merupakan kombinasi yang tidak hanya meningkatkan efikasi diri
tetapi juga meningkatkan insight klien.
Efikasi diri klien skizofrenia setelah mendapatkan TPK dan PEP mempunyai
pencapaian sebesar 81,6% (tinggi). Ada perbedaan signifikan efikasi diri antara sebelum
dengan sesudah TPK dan PEP. Peningkatan efikasi diri pada klien dengan TPK dan PEP
terjadi pada dimensi kemampuan diri, kekuatan diri dan kepercayaan diri. Peningkatan
pencapaian efikasi diri juga terjadi secara bermakna pada kelompok TPK dan kontrol Jackson
et al (2000) dalam Vout et al (2007) CBT dapat digunakan untuk mengurangi stigma diri dan
21% dari varian dalam efikasi diri dapat dijelaskan oleh stigma diri. TPK adalah generasi baru
dari CBT, pemberian TPK dapat menerima dan berdamai dengan kondisi kesehatan dan
kelemahan timbul akibat penyakitnya sehingga mengurangi stigma diri. Pengurangan stigma
diri membantu meningkatkan efikasi diri. TPK terdiri dari empat elemen: briefing dengan
klien tentang penyakit mereka, pelatihan pemecahan masalah, latihan komunikasi dan
10
pelatihan terbuka pada diri sendiri. Hal ini mendukung manajemen diri klien skizofrenia
(Hatonen, 2010). Pemberian PEP dapat membantu meningkatkan pemahaman klien tentang
penyakit dan pengobatan, merubah sikap pengobatan, meningkatkan kemampuan diri,
kekuatan diri dan kepercayaan diri. Pemberian kombinasi terapi ini semakin meningkatkan
efikasi diri klien (Gronning et al, 2011). Klien dengan TPK juga mengalami peningkatan
efikasi diri, tetapi peningkatan efikasi diri hanya pada kemampuan diri. Peningkatan efikasi
diri pada ketiga kelompok klien menunjukkan tingkat pencapaian yang berbeda.
Ada perbedaan yang bermakna antara efikasi diri klien skizofrenia yang mendapatkan
TPK dan PEP, mendapatkan TPK dan mendapatkan intervensi sesuai standar asuhan
keperawatan. Bandura (1977, 1997) dalam Pratt et al (2005) berteori bahwa efikasi diri
memainkan peran sentral dalam menentukan jumlah usaha yang n dikeluarkan klien untuk
mencapai tujuan yang berpotensi dapat dicapai secara spesifik. Upaya memperbaiki efikasi
diri penting dilakukan untuk mengoptimalkan hasil pengobatan. Pada TPK, klien diajak
menyadari apa yang sudah dialami, hal ini membantu klien mengenal masalah kesehatannya.
Pada kelompok kontrol, walaupun ada peningkatan efikasi diri, tetapi pada ketiga dimensi
efikasi diri masih rendah. Menurut Pratt et al (2005), ada kemungkinan bahwa efikasi diri
tidak ditemukan berkontribusi berfungsi dalam skizofrenia karena beberapa karakteristik unik
dari gangguan. Hal ini mengindikasikan bahwa sebelum dilakukan intervensi untuk
memperbaiki efikasi diri, maka klien harus diberikan intervensi yang dapat merubah pola
pikir dan perasaan yang dialami sehingga gangguan kognitif dan pikiran dapat diminimalkan.

TPK dan PEP berkonstribusi terbesar dalam meningkatkan efikasi diri. Setiap
pemberian TPK dan PEP, pencapaian efikasi diri akan meningkat sebesar 11,179 poin setelah
variabel lain dikontrol. TPK meningkatkan kemampuan menerima dengan kondisi
kesehatannya, dan dapat membuat komitmen untuk mencegah kekambuhan (Sulistiowati,
2011). Program Edukasi Pasien berpengaruh terhadap efikasi diri dan status kesehatan klien,
perubahan efikasi diri berhubungan dengan perubahan status kesehatan karena efikasi diri
yang meningkat akan disertai kemampuan manajemen diri yang meningkat (Taal et al, 1996).
Pemberian TPK meningkatkan efikasi diri klien sebesar 6,310 poin setelah variabel lain
dikontrol. Pencapaian efikasi diri pada klien yang mendapatkan TPK dan PEP belum
mencapai 100%, atau masih kurang 26,77%. Ada beberapa faktor yang mungkin dapat
mempengaruhi hasil penelitian ini antara lain adanya perubahan dalam pelaksanaan prosedur
TPK dan PEP serta faktor klien (status perkawinan).
Pelaksanaan TPK dan PEP, yang pada perencanaan dilakukan sebanyak 8 kali
pertemuan, hanya dilakukan 6 kali pertemuan tanpa adanya jeda. Hal ini menimbulkan
kejenuhan dan kesulitan dalam menginternalisasi pesan yang didapatkan, ditambah lagi

11
pendidikan klien yang sebagian besar rendah dapat mempengaruhi kemampuan menerima dan
memahami pesan yang di sampaikan. Klien dengan status perkawinan tidak menikah akan
mempunyai efikasi diri lebih rendah 2,052 poin dibandingkan dengan klien dengan status
menikah. Iswanti (2012), menemukan klien skizofrenia yang tidak menikah memiliki
kemungkinan untuk mengalami performa fungsi yang buruk sebesar 0,967 kali lebih besar
dibandingkan dengan klien yang menikah. Klien yang menikah memungkinkan memperoleh
dukungan yang lebih banyak sehingga dapat meningkatkan efikasi dirinya. TPK dapat
dijadikan pilihan terapi keperawatan pertama ketika menemukan klien skizofrenia dengan
insight yang buruk dan terapi PEP dapat diberikan setelahnya untuk memperkuat atau
semakin meningkatkan pencapaian insight klien selain dapat meningkatkan efikasi dirinya.
Keterbatasan dalam penelitian ini pemberian intervensi TPK dengan PEP tanpa jeda
satu hari seperti yang sudah direncanakan, kurang memberikan kesempatan untuk
menginternalisasi informasi. Adanya pengabungan sesi pada intervensi TPK (sesi 3 dan 4) dan
intervensi PEP (sesi 1 dan 2) menyebabkan kejenuhan bagi klien. Walaupun demikian hasil
penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pelayanan keperawatan jiwa di rumah, sakit
bahwa TPK dapat memperbaiki insight pada ketiga dimensi dan pemberian PEP tidak hanya
mengoptimalkan pencapaian insight tetapi juga meningkatkan efikasi diri klien. TKT dapat
memperbaiki insight pada dimensi relabel gejala dan kebutuhan pengobatan dan efikasi diri
pada dimensi kemampuan diri klien.

KESIMPULAN DAN SARAN


Klien dalam penelitian ini, rata-rata berusia 33,67 tahun. Sebagian besar berjenis
kelamin perempuan, pendidikan rendah dan tidak bekerja. Mayoritas klien mempunyai status
tidak menikah. Lama sakit 7 tahun dan pernah dirawat sebanyak 5 kali. Insight klien yang
mendapatkan TPK dan PEP mengalami peningkatan secara bermakna (p<0,05), demikian juga
dapat kelompok yang hanya diberikan TPK dan intervensi keperawatan sesuai dengan standar
asuhan keperawatan yang berlaku di rumah sakit. Efikasi diri klien yang mendapatkan TPK
dan PEP mengalami peningkatan secara bermakna (p<0,05), demikian juga dapat kelompok
yang hanya diberikan TPK dan intervensi keperawatan sesuai dengan standar asuhan
keperawatan yang berlaku di rumah sakit. Selisih peningkatan insight dan efikasi diri klien
yang mendapatkan TPK dan PEP, mendapatkan TPK dan kelompok kontrol mempunyai
perbedaan secara bermakna. Insight dan efikasi diri klien yang mendapatkan TPK dan PEP
mempunyai peningkatan yang paling tinggi dibandingkan dengan kedua kelompok yang lain.
Intervensi TPK dan PEP adalah yang paling besar kontribusinya dalam mempengaruhi
insight dan efikasi diri klien skizofrenia. Jenis kelamin, pendidikan, lama sakit, intervensi
TPK berkontribusi dalam mempengaruhi insight klien. sedangkan intervensi TPK dan status

12
perkawinan klien berkontribusi mempengaruhi efikasi diri klien setelah dikontrol variabel
yang lain. Klien berstatus menikah, efikasi diri klien akan lebih tinggi sebesar 2,052 poin dari
klien yang tidak menikah.

Saran-Saran
1. Pelayanan keperawatan
Rumah Sakit membuat program pengembangan pelayanan keperawatan menggunakan
hasil penelitian ini sebagai salah satu prioritas pengembangan melalui sosialiasasi hasil
penelitian pada perawat dan dokter yang terlibat dalam pelayanan pasien,
menyelenggarakan pelatihan tentang intervensi TPK dam PEP bagi perawat Ners generalis
serta membuat standar operasional prosedur kedua intervensi tersebut. Perawat segera
memberikan TPK dan PEP ketika menemukan klien dengan insight buruk dan efikasi diri
yang rendah. Pada saat pelaksanaan TPK dan PEP, perawat memperhatikan faktor jenis
kelamin, pendidikan dan lama sakit ketika memperbaiki insight dan memperhatikan
fstatus perkawinan klien ketika akan meningkatkan efikasi diri klien.
2. Pengembangan keilmuan keperawatan jiwa
Hasil penelitian ini bisa dijadikan evidence based dalam pengembangan terapi spesialis
keperawatan jiwa untuk mengembangkan pendekatan terapi kombinasi dalam pemberian
asuhan keperawatan pada klien skizofrenia terutama dalam memperbaiki insight dan
meningkatkan efikasi diri klien
3. Penelitian selanjutnya
a. Dilakukan penelitian sejenis tentang pengaruh TPK dan PEP terhadap insight dan
efikasi diri klien skizofrenia menggunakan 4 pertemuan untuk 4 sesi dalam TPK dan 4
pertemuan untuk 4 sesi dalam PEP. Lama waktu tiap sesi dipertimbangkan sesuai
dengan kondisi klien serta melakukan evaluasi terhadap skor insight dan efikasi diri
dalam waktu cukup lama, misalnya 3 bulan untuk mengoptimalkan pencapaian skor
insight dan efikasi diri klien skizofrenia.
b. Dilakukan penelitian lanjutan dengan desain kohort untuk melihat efektivitas terapi
spesialis TPK dan PEP pada klien skizofrenia dalam jangka waktu lama untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap kepatuhan minum obat, kemampuan manajemen
diri, periode kekambuhan, dan kualitas hidup klien skizofrenia
c. Dilakukan penelitian dengan melibatkan keluarga sebagai caregiver dengan
memberikan psikoedukasi keluarga, selain TPK dan PEP. Pemberian kombinasi TPK
dan PEP serta PEK pada keluarganya dapat merupakan terapi spesialis yang sinergi
dalam memperbaiki pencapaian skor insight dan efikasi diri yang dilebih optimal serta
meningkatkan kepatuhan minum obat.

13
Daftar Pustaka

14
1
Ns. Abdul Jalil,S.Kep: Mahasiswa Program Pasca Sarjana Kekhususan Keperawatan Jiwa FIK-UI.
2
Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp., M. App.Sc: Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa FIK UI Jakarta.
3
Hening Pujasari, SKp., M.Biommed.MANP.: Dosen Kelompok Keperawatan Dasar Fakultas Ilmu Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai