Anda di halaman 1dari 2

Implikasi Keperawatan

Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan


psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan
perilaku seseorang (Sadock, 2003). Pasien dengan skizofrenia tentu memerlukan terapi, salah
satunya adalah terapi edukasi. Pada jurnal yang berjudul “The Impact of an Empowerment
Intervention on People with Schizophrenia: Result of a Randomized Controlled Trial”, terapi
edukasi dapat dilakukan pada pasien dengan skizofrenia. Hal yang dibutuhkan oleh pasien
dengan skizofrenia adalah edukasi mengenai penyakit yang sedang pasien alami, sehingga pasien
dapat mengerti mengenai penyakit skizofrenia tersebut. Dalam jurnal ini dikatakan bahwa pasien
datang ke klinik rawat jalan untuk melakukan kontrol, mengambil obat serta melakukan
konseling yang dimana perawat berperan penting sebagai educator dan konselor. Dalam
konseling ini pasien mendapatkan edukasi mengenai skizofrenia. Pasien melakukan kontrol
setiap minggu, dimana pasien mendapatkan edukasi yang berbeda – beda di setiap minggunya.

Intervensi edukasi didukung juga oleh jurnal yang berjudul “Effect of a Group Psycho
education Program on Self-Stigma, Empowerment and Peceived Discrimination of Persons with
Schizophrenia” mengatakan bahwa intervensi psikoedukasi memiliki banyak efek yang
menguntungkan diantaranya adalah meningkatkan pemulihan pada pasien dengan skizofrenia
dan berkurangnya stigma di masyarakat mengenai skizofrenia. Sehingga pasien dengan
skizofrenia merasa aman dan tidak memikirkan prognosis buruk mengenai penyakitnya.

Penelitian yang dilakukan Park & Sung (2013) dalam jurnal berjudul “The Effect on
Helplessness and Recovery of An Empowerment Program for Hospitalized Person for
Hospitalized Person with Schizophrenia” menyatakan bahwa program pemberdayaan untuk
pasien skizofrenia kronis efektif dalam mengurangi perasaan tidak berdaya, yang mana setelah
dilakukan intervensi dan posttest tingkat skizofrenia lebih rendah. Intervensi program
pemberdayaan telah dimodifikasi sehingga berfungsi sebagai salah satu intervensi keperawatan
dan diperiksa efeknya di beberapa dimensi pasien dan laporan perawat.

Kemudian menurut Chou et al, (2012) dalam jurnal yang berjudul “A Nurse-Led, Needs-Based
Psycho-Education Intervention for Chinese Patient with First-Onset Mental Illness” menyatakan
bahwa kelompok psikoedukasi terjadi perbaikan secara signifikan dalam status kesehatan mental
dan secara keseluruhan, wawasan pengobatan dan penyakit, dan tingkat rawat inap. Pada
penelitian ini memberikan bukti bahwa perawatan berbasis kebutuhan psikoedukasi dapat
meningkatkan kesehatan mental di China.

Penelitian ini dilakukan di Yordania, yang mana memiliki infrastruktur yang buruk dari
pelayanan kesehatan mental. Dalam hal latar belakang budaya, Yordania memiliki hubungan
interpersonal yang intim dan banyak interaksi dengan anggota keluarga. Pengaruh negatif budaya
berkorelasi dengan stigma yang lebih parah terhadap orang - orang sakit mental dan kerabat
keluarga mereka bila dibandingkan dengan budaya independen. Dari aspek infrastruktur dan
budaya di Yordania memiliki kesamaan dengan fenomena di Indonesia. Sehingga, intervensi
dengan menggunakan terapi edukasi diharapkan mampu diterapkan di Indonesia, mengingat
pengobatan di Indonesia memiliki kesamaan dengan pengobatan/perawatan kesehatan mental di
Yordania.

Anda mungkin juga menyukai