Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER II (DUA)

Mata Kuliah : Hurmonal Aspect

Dosen Penguji : Prof. Dr. dr. Taufiq RN, M. Kes., Sp. And

Nama : Catur Retno Lestari

MBK 17.9.01.0113

MAGISTER BIOMEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

2017
Kasus:
Seorang wanita usia 54 tahun rajin melakukan konsultasi dengan dokter keluarganya.
Dalam konsultasi, wanita tersebut mulai khawatir dengan kehidupan rumah tangganya yang
sudah dibina selama 20 tahun. Akhir-akhir ini sering mengalami pertengkaran dengan
suami, mudah tersinggung, kekuatan, dan gampang marah. Menstruasi berhenti sejak 2
tahun yang lalu, sejak saat itu mengalami rasa panas pada wajah 6-7 kali perhari, di malam
hari sering berkeringat, bahkan tidur juga terganggu. Hubungan seksual sudah tidak
dilakukan lagi karena sakit setiap kali hubungan. Selain itu, diketahui vagina tampak
menipis, pucat, rugae vaginae juga menghilang.

Soal:

1. Ceritakan dengan singkat apa yang dialami oleh pernderita tersebut dengan
menggunakan sistematika yang terdiri dari:
a. Pendahuluan
Dalam setiap tahap kehidupan, wanita akan menghadapi perubahan mulai
dari masa menarche hingga pada tahap menopause. Menopause didefinisikan
sebagai berhentinya menstruasi pada wanita selama dua belas bulan secara
berturut-turut akibat penurunan kadar esterogen. Sebelum melalui masa
menopause, wanita biasanya mengalami gejala klimakterik terlebih dahulu
diantaranya gejala vasomotor, fisik, keluhan psikologis maupun seksual.
Sebagian besar wanita menopause tidak menyadari akan perubahan-perubahan
yang mereka alami ketika memasuki masa menopause (Seeta et al., 2015).
Wanita 30-49 tahun di Indonesia yang mengalami menopause meningkat seperti
yang diduga persentase menopause meningkat dari 11% pada wanita umur 3034
tahun, menjadi 23% pada wanita umur 44-45; dan menjadi 44% pada wanita
umur 48-49 tahun (Sari, 2017).
Hasil penelitian Trisetyaningsih (2016) tentang hubungan gejala menopause
dengan kualitas hidup perempuan klimakterik, didapatkan hasil bahwa 78.4%
wanita klimakterium mengalami gejala ketidaknyamanan akibat nyeri otot dan
persendian, 72.2% wanita juga mengalami masalah seksual berupa perubahan
gairah dan aktivitas seksual serta rasa kering di vagina. Gejala tersebut bila terus
menerus dirasakan tentunya akan menurunkan kualitas hidup wanita
menopause. Perubahan mood, iritabilitas, ansietas dan depresi seringkali
dihubungkan dengan masa perimenopause. Pada masa ini wanita secara
emosional merasa lebih labil, gugup atau gelisah. Penelitian yang dilakukan
Choirah (2004) dalam Yusuf (2017), menemukan bahwa ada hubungan antara
penurunan kadar esterogen dengan perubahan mood yang terjadi pada masa
perimenopause. Sebanyak 37,9% perempuan perimenopause dengan penurunan
kadar esterogen mengalami depresi. Kadar esterogen yang rendah memiliki
risiko untuk menjadi depresi 3,7 kali lebih besar dibandingkan dengan yang
tidak mengalami penurunan esterogen.
Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup wanita menjadi 70.43
tahun pada tahun 2014 dan 73.77 tahun di tahun 2025, maka dapat diprediksi
bahwa mayoritas wanita akan mengalami gejala menopause lebih dari 30 tahun
setelah melalui masa menopause dan menghabiskan sekitar sepertiga umur dari
kehidupan mereka dengan keadaan kekurangan estero-gen yang berdampak
pada berbagai masalah kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidupnya (Bener
and Anas, 2014).
b. Lakukan analisi terhadap setiap keluhan, fakta, dan tanda yang tercantum
dalam kasus, bagaimana keterlibatan hormone gonadotropin dan estrogen
dengan keluhan tersebut?
Menurut analisa saya, keluhan seperti mudah tersinggung, ketakutan dan
gampang marah disebabkan karena adanya penurunan hormon yang dirasakan
dan adanya tingkat kecemasan pada istri tersebut. Malm sering berkeringat
dapat menandakan adanya gangguan pada fikiran sang istri serta tidur yang
terganggu karena seringnya terbangun pada malam hari. Penurunan hormone
estrogen sehingga menyebabkan vagina yang terlihat menipis dan pucat.
Wanita yang mencapai usia sekitar 45 tahun akan mengalami penuaan indung
telur sehingga tidak sanggup memenuhi kebutuhan hormon esterogen. Sistem
hormonal di seluruh tubuh akan mengalami kemunduran dalam mengeluarkan
hormon. Terjadi kemunduran pada kelenjar tiroid dengan hormon tiroksin yang
berfungsi untuk metabolisme umum, kemunduran kelenjar paratiroid yang
mengatur metabolisme kalsium dan terdapat pula peningkatan FSH dan LH.
Perubahan pengeluaran hormon yang terjadi menyebabkan berbagai perubahan
pada fisik dan psikis. Penurunan hormon esterogen menyebabkan peningkatan
enzim monoamin oksidase (MAO). Enzim ini membuat serotonin dan
noradrenalin menjadi tidak aktif. Berkurangnya aktivitas serotonin di otak
menyebabkan terjadinya depresi pada wanita yang mengalami penurunan
esterogen. Hal ini menyebabkan wanita mempunyai kadar estrogen yang rendah
setelah menopause. Karena sel lemak juga dapat mensintesis estrogen dalam
jumlah sedikit, wanita gemuk yang memasuki fase menopause, mungkin akan
mengalami beberapa keluhan seperti hot flashes dan osteoporosis, kedua
keluhan ini berhubungan dengan penurunan estrogen Perasaan depresi pada
wanita menopause juga dapat disebabkan oleh faktor psikososial dan kultural.
Faktor psikososial berupa kehilangan kemampuan bereproduksi, ditinggal anak-
anak dan penyesuaian peran baru. Faktor kultural dihubungkan dengan cara
pandang dan penerimaan wanita terhadap menopause serta gejalanya. Keluhan
akibat perubahan fisik dan psikis dapat mengganggu kesehatan dan kualitas
hidup wanita pada saat menopause terjadi.(Yusuf, 2017). Dan Gonadotropin
sangat berperan dalam kesuburan. Gonadotropin pada wanita meliputi Follicle-
stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH). Semakin tua, folikel
wanita makin resisten terhadap stimulasi hormon gonadotropin dan reaksi
umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Akibatnya FSH dan LH di darah
akan naik dan berakibat stimulasi stromal terhadap ovarium. Kadar estrogen dan
progesteron pun menurun. Akhirnya terjadi feedback negatif dengan
peningkatan FSH dari kalenjar hipofise. Tubuh pun bereaksi dengan
menopause.
c. Bagaimana mengelola penderita tersebut agar dapat menjalani hidup
dengan baik dan harmonis lagi.
Wanita perimenopause sebaiknya membekali diri dengan informasi yang cukup
tentang menopause, melakukan konsultasi dengan anggota keluarga terdekat,
teman bahkan dokter untuk mendapatkan informasi yang benar dan menjalani
masa menopause dengan gaya hidup yang sehat dan berpikiran positif agar
dapat menghindari kecemasan itu sendiri. Menjaga pola makan yang baik dan
aktivitas fisik yang disesuaikan dengan usia serta aktivitas sosial sebaiknya lebih
diperhatikan. Selalu berpikiran positif, menghindari stres serta taat beribadah
akan menciptakan keseimbangan kesehatan jiwa dan fisik. Mendiskusikan suatu
masalah dengan orang lain merupakan suatu indikasi dari adanya sikap positif.
Gaya hidup sehat dapat meningkatkan derajat kesehatan wanita yang memasuki
usia menopause (Amalina, 2017).
d. Kesimpulan dan saran yang perlu diberikan kepada penderita tersebut.
Kesimpulan dari kasus diatas bahwa pada saat mengalami premenopause aakn
banyak mengalami penurunan dari fisik, maupun hormonal. Tingkat kecemasan
pada ibu yang akan mengalami premenopause akan meningkat, rasa ketakutan
dan stress membuat terjadinya perubahan sikap pada ibu tersebut. Penurunan
hormonal mempengaruhi dalam perubahan vagina dan sakitnya saat
berhubungan. Saran untuk ibu tersebut adalah melakukan komunikasi yag baik
kepada pasangannya, menjaga pola hidup yang sehat, pola makan yang bergizi
dan melakukan olahraga yang teratur dan berkonsultasi ke dokter agar diberikan
edukasi terlebih dahulu agar dapat mengurangi resiko yang ada, serta sering ikut
berkumpul saat adanya pemberian edukasi ataupun konseling dari petugas
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Amalina, P., & Kinanthi, M. R. (2017). Hubungan antara Kepuasan Pernikahan dengan
Kecemasan terhadap Menopause pada Individu yang Berada dalam Tahap Usia
Menjelang Menopause. PSIKODIMENSIA, 16(1), 31-39.

Bener A, Anas F (2014). Measurementspecific quality-of-life satisfaction during


premenopause, perimenopause and postmenopause in Arabian Qatari women. Journal
of Mid-life Health. 5(3).

Sari, N. I. Y., Adriani, R. B., & Mudigdo, A. (2017). Effect of Menopause Duration and
Biopsychosocial Factors on Quality of life of Women in Kediri District, East Java.
Journal of Maternal and Child Health, 2(2), 125-136.

Seeta D, Sheela U, Ranjana C, Sheetal B (2015). Assessment of Menopausal Symptoms


Using Modified Menopause Rating Scale (MRS) Among Middle Age Women in
Selected Urban And Rural Area Of Pune District. Journal Of Advanced Scientific
Research 2015, 6(3): 47-50, ISSN 0976-9595.

Trisetiyaningsih Y (2016). Hubungan gejala menopause dengan kualitas hidup perempuan


klimakterik. Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”, 7(1).

Yusuf, A., Armini, N. K. A., & Hardiyan, D. (2017). Peer Group Support Decrease
Depression Level In Menopause Woman. Jurnal Ners, 3(1), 61-66.

Anda mungkin juga menyukai