Anda di halaman 1dari 18

UJIAN TENGAH SEMESRTER II TA.

2017/2018
Degenerative Disease, It’s Impact Musculoskeletal

Dosen Pengampu :
Dr. dr. Dwi Pudjonarko, M.Kes., Sp.S (K)

Catur Retno Lestari


MBK.17.9.01.0113
PRODI MAGISTER BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
Osteoporosis
 Osteoporosis
 Dampak Osteoporosis
 Cara Mendeteksi Osteoporosis
 Pentingnya Suplementasi Kalsium Dan Exercise
 Pencegahan Ostoporosis
Pendahuluan
Berdasarkan studi di Indonesia, Prevalensi Osteoporosis
usia <70 tahun pada wanita sebanyak 18-36%, sedangkan
pria 20-27 %, untuk usia >70 tahun untuk wanita 53.6%,
pria 38%.

Lebih dari 50% keretakan Osteoporosis pinggang diseluruh


dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. Mereka yang
terserang rata-rata berusia diatas 50 tahun (Yayasan
Osteoporosis Internasional).

Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena


penyakit Osteoporosis (Wulandari, 2017)
Osteoporosis

Osteoporosis sering disebut sebagai silent killer disease (Wulandari, 2017).


Osteoporosis merupakan hilangnya jaringan tulang termasuk garam kalsium, osteoid
dan kolagen, tanpa berkurangnya volume tulang dan morfologi tulang yang tersisa
adalah normal. Faktor predisposisi antara lain imobilisasi yang lama, defisiensi
kalsium dari makanan, atau malabsorbsi seperti yang terjadi pada paska gastrektomi,
hipersensitif terhadap hormon paratiroid pada beberapa wanita paska menopause,
terapi kortikosteroid dosis tinggi/lama (Kurniati, 2017).
Macam- Macam Osteoporosis
 Osteoporosis Postmenopausal
a. Kekurangan hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang
membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita
b. wanita yang berusia di antara 51-75 tahun
c. wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini
daripada wanita kulit hitam.
 Osteoporosis Senilis
a. Kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan
ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan
tulang yang baru.
b. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia di atas 70 tahun dan 2 kali lebih
sering menyerang wanita.
c. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
Lanjutan…
 Osteoporosis Sekunder
a. Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan
hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal)
b. Obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid
yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa
memperburuk keadaan osteoporosis
 Osteoporosis Juvenil Idiopatik
a. Penyebabnya belum diketahui
b. Terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi
hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab
yang jelas dari rapuhnya tulang
(Lestari, 2017)
Faktor Risiko (Kurniati, 2017)
Faktor resiko
1. Wanita
2. Usia lanjut
3. Perawakan tubuh kecil, kurus
Faktor resiko yang tidak
dapat diubah:
4. Riwayat keluarga
1. Jenis Kelamin
5. Ras Asia atau Kaukasia Faktor resiko yang
2. Usia
6. Absence of menstrual periods dapat diubah:
3. Perawakan tubuh
7. Menopause
1. Sex hormon
8. Kadar testosteron yang rendah pada pria 4. Ras
2. Anorexia
9. Anorexia (Kaukasia, Latin, Asia lebih
beresiko daripada Afrika) 3. Pola makan
10. Kekurangan asupan Kalsium dan vitamin D
4. Penggunaan obat-obatan
11. Pengobatan, terutama dg glukokortikoid
5. Merokok
12. Merokok
6. Minuman keras/beralkohol
13. Konsumsi alkohol berlebihan
14. Kurangnya aktifitas fisik
15. Prolonged bed rest
Gejala
Beberapa gejala umum
 patah tulang
 tulang punggung yang semakin membungkuk
 menurunnya tinggi badan
 nyeri punggung.
(Lestari, 2017)
Dampak Osteoporosis
 Kelainan mikroarsitektur jaringan tulang, dengan akibat meningkatnya
kerapuhan tulang dan resiko terjadinya fraktur atau patah tulang

 Penurunan massa tulang yang cepat akan menyebabkan kerusakan pada


mikroarsitektur tulang khususnya pada tulang trabecular
(Lestari, 2017)
Cara Mendektesi Osteoporosis
 Dual-energy X-ray absorptiometry (DEXA)
Metode pemeriksaan BMD yang dijadikan standar baku emas oleh organisasi kesehatan
dunia (WHO). Hasil pengukuran densitas massa tulang menggunakan teknik DEXA
adalah nilai bone mineral density (BMD) dan T-score yang mencerminkan kepadatan
tulang berdasarkan kandungan mineral dalam tulang.
Definisi WHO mengenai osteoporosis dan osteopenia untuk interpretasi spine, hip, dan
lengan hasil DEXA.

(Lestari. S, 2017)
Lanjutan…
 Peripheral dual-energy X-ray absorptiometry (P-DEXA)
Alat ini mengukur kepadatan tulang anggota badan seperti pergelangan
tangan, tetapi tidak dapat mengukur kepadatan tulang yang berisiko patah tulang
seperti tulang belakang atau pangkal paha. Jika kepadatan tulang belakang dan
pangkal paha sudah diukur maka pengukuran dengan P-DEXA tidak diperlukan.
Mesin P-DEXA mudah dibawa, menggunakan radiasi sinar-X dengan dosis yang
sangat kecil, dan hasilnya lebih cepat dan konvensional dibandingkan DEXA.
(Kurniati, 2017)
Pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Biasanya kadar kalsium serum normal walaupun pemeriksaan
b. Keseimbangan kalsium menunjukan defisit
c. Fosfatase alkali biasanya normal kecuali terdapat fraktur
d. Hidroksiprolin urin meningkat

2. Pemeriksaan radiologi
Menunjukkan tulang osteoporosis, fraktur bila ada, termasuk vertebral crush
atau wedging.
(Kurniati, 2017)
Suplementasi Kalsium dan Latihan Fisik
 Peran utama kalsium adalah untuk kontraksi dan eksitasi otot jantung dan otot
lainnya, transmisi sinap sistem saraf, agregasi platelet, koagulasi, dan sekresi
hormon dan regulator lain yang memerlukan eksositosis
 Fungsi utama kalsium intrasel adalah second messenger intraselular untuk
mengatur pembelahan sel, kontraktilitas otot, pergerakan sel, dan sekresi.
(Setyorini, 2016)

Menurut pendapat saya, kalsium dapat menurunkan risiko osteoporosis karena


membantu vitamin dan mineral lainnya untuk membantu proses pembentukan
kepadatan tulang dan memberikan peran dalam proses penyaluran zat gizi lainnya.
Lanjutan…
 Latihan fisik adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, dan
berkesinambungan dengan melibatkan gerakan tubuh yang berulang-ulang bertujuan
untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Latihan fisik dengan berolah raga secara baik,
benar, terukur, teratur (BBTT) paling tidak 30 menit 3x/minggu. Berjalan kaki
10.000/hari
 Program yang baik untuk pencegahan osteoporosis adalah kombinasi antara lima tipe
olahraga
a. aerobik yang terbebani berat badan
b. latihan dengan benturan keras
c. latihan untuk kekuatan
d. perimbangan dan kelenturan
(Lestari, 2017)
Menurut pendapat saya, pentingnya latihan fisik karena dapat membantu kepadatan tulang
dan membantu kesehatan tubuh serta kebugaran. Latihan fisik yang teratur dapat membuat
sistem metabolisme meningkat lebih baik dan menurunkan risiko terjadinya osteoporosis.
Pencegahan Osteoporosis
Bagi lansia sebaiknya melakukan aktivitas fisik antara lain:
 Jalan kaki dan senam lansia minimal 3 kali/seminggu dengan durasi 30 menit
 Pemeriksaan kepadatan tulang secara berkala
 Istirahat yang cukup kurang lebih 8 jam sehari
 Menghindari faktor pencetus stress
 Bagi lansia yang merokok sebaiknya berhenti merokok sehingga diharapkan dapat
meminimalkan risiko terkena osteoporosis.
(Dimyati, 2017).
 Pengaruh asupan zat gizi seimbang terhadap kepadatan mineral tulang
 Vitamin C berfungsi untuk stabilitas kolagen dan pembentukan tulang
 Vitamin D yang adekuat penting untuk mencegah kerapuhan tulang
 Asupan kalsium mempengaruhi pencapaian massa tulang puncak dan juga dengan baik
mampu untuk mempertahankan kalsium kerangka sepanjang kehidupan
 Vitamin dan Mineral yang sesuai dengan kebutuhan tubuh
(Rahmawati, 2017).
Kesimpulan
 Osteoporosis merupakan proses pengeroposan tulang, sehingga
menurunnya kepadatan tulang. Perempuan lebih berisiko mengalami
osteoporosis dibandingkan laki-laki. Osteoporosis disebut juga sebagai
penyakit diam, karena tidak ada gejala yang pasti. Osteoporosis lebih
banyak terkena pada lansia.
 Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah osteoporosis
a. Olahraga yang teratur 3x/minggu
b. Asupan zat gizi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan (Pesan Gizi
Seimbang)
c. Istirahat yang cukup
d. Tidak merokok
e. Pemeriksaan kesehatan yang berkala
Daftar Pustaka
 Dimyati, K. F. (2017). Correlations Between Physical Activity, Smoking Habit And Attitude
In Elderly With Incidence of Osteoporosis. Jurnal Berkala Epidemiologi, 5(1), 107-117.
 Kurniati, I. D., Setiawan, M. R., Rohmani, A., Lahdji, A., Tajally, A., Ratnaningrum, K., &
Basuki, R. (2017). BUKU AJAR: ILMU PENYAKIT DALAM.
 Lestari, N. M. S. D. (2017). Latihan Fisik Dan Osteoporosis Pada Wanita Postmenopause.
JURNAL PENJAKORA, 3(1).
 Lestari, S. (2017). Uji Korelasi Nilai Tekstur Citra Radiograf Periapikal Digital Dengan Nilai
Kepadatan Massa Tulang. Jurnal Teknologi Informasi Respati, 9(26).
 Rahmawati, A. Y. (2017). Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (Imt), Asupan Zat Gizi Dan
Riwayat Reproduksi Dengan Kepadatan Mineral Tulang Pada Wanita Pre Menopause. Jurnal
Riset Kesehatan, 5(2), 83-91.
 Setyorini, A., Suandi, I. K. G., Sidiartha, I. G. L., & Suryawan, W. B. (2016). Pencegahan
osteoporosis dengan suplementasi kalsium dan vitamin D pada penggunaan kortikosteroid
jangka panjang. Sari Pediatri, 11(1), 32-8.
 Wulandari, Y. S., Mudayati, S., & Susmini, S. (2017). Hubungan Pengetahuan Tentang
Osteoporosis Pada Wanita Menopause Dengan Konsumsi Kalsium Dalam Tubuh Di
Lowokwaru Malang. Nursing News, 2(1).
Maturnuwun 

Anda mungkin juga menyukai