Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PEMBAHASAN
1.1 Latar Belakang
Hasil Penelitian di Amerika mengeluarkan suatu data yang berisi
tentang klarifikasi keuntungan dan resiko terapi sulih hormon (TSH) setelah
menopause. Hasil penelitian menemukan bahwa TSH secara nyata dapat
mengurangi resiko kematian, kendatipun demikian hal tersebut baru akan akan
muncul setelah 3 tahun menghentikan TSH. Keuntungan terbesarnya baru akan
terasa setelah satu dekade pemakaian, dimana wanita pengguna TSH 37% lebih
rendah tinggkat resiko kematiannya dibandingkan dengan wanita yang tidak
menggunakan TSH, resiko kematian itu umumnya karena penyakit jantung.
Meskipun wanita mengadapi peningkatan 43 persen resiko kanker payudara
setelah sepuluh tahun atau lebih, TSH masih berasosiasi dengan penurunan
keseluruhan angka kematian dari 20 persen. Penelitian menunjukkan bahwa TSH
melindungi wanita dari beberapa penyakit lainnya, menyangsikan kecenderungan
dokter merekomendasikan ini ke semua wanita yang memasuki masa menopause.
Wanita dengan satu atau banyak faktor resiko untuk penyakit jantung, seperti
sejarah keluarga atau kegemukan,lebih bayak keuntungannya, tetapi untuk yang
dengan resiko kanker tinggi dan resiko penyakit jantung rendah, keuntungan
mungkinnya tidak sebanding dengan beratnya lebih resiko.
Terapi hormon menjadi terlihat menakutkan bagi perempuan, khususnya
perempuan paruh baya yang memasuki usia menopause. Padahal harapan hidup
perempuan terus meningkat dibanding harapan hidup laki-laki. Di Indonesia,
angka harapan hidup perempuan melonjak dari 40 tahun pada tahun 1930 menjadi
67 tahun pada tahun 1998, sedang laki-laki dari 38 tahun menjadi 63 tahun dalam
kurun waktu sama. Sementara perkiraan umur rata-rata usia menopause di
Indonesia adalah 48 tahun.
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya maka
rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Apa itu terapi hormon?
2. Bagaimanakah Definisi terapi sulih hormon?
3. Kapan Penggunaan Terapi Sulih Hormon  dan apa efek yang ditimbulkan?
4. Apa Akibat terapi hormonal?
5. kapankah terapi sulih hormon diperlukan?

1.3  Tujuan
Untuk mengetahui Terapi Sulih Hormon pada kesehatan reproduksi.

1.4    Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Memberikan pengetahuan tentang Terapi Sulih Hormon
2. Manfaat praktisi
a. Untuk Mahasiswa :
Sebagai bahan kontribusi mahasiswa dalam membina dan menambah
ilmu pengetahuan tentang mata kuliah kesehatan reproduksi. khususnya
mengenai Terapi Sulih Hormon.
b. Untuk pembaca :
Menambah wawasan kepada pembaca mengenai Terapi Sulih Hormon
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Menopause berasal dari bahasa Yunani yaitu Men Dan Pauseis yang
menggambarkan berhentinya haid.
Menopause didefinisikan secara klinis sebagai suatu periode ketika
seorang wanita tidak lagi mengalami menstruasi karena produksi hormonnya
berkurang atau berhenti.
2.2 Jenis-Jenis Menopause
a. Menopause Alamiah
Menopause ini terjadi secara bertahap, biasanya antara usia 45-55 tahun.
Menopause alamiah terjadi pada wanita yang masih mempunyai indung telur.
Durasinya sekitar 5-10 tahun. Meskipun seluruh proses itu kadang-kadang
memerlukan waktu tiga belas tahun. Selama itu menstruasi mungkin akan
berhenti beberapa bulan kemudian akan kembali lagi. Menstruasi datang
secara fluktuatif. Lamanya, intensitasnya, dan alirannya mungkin bertambah
atau berkurang.
b. Menopause Dini
Menurut dr. ali Baziad, Sp.O.G KFFR, staf pada Bagian Obstetri dan
Ginekologi, FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta “menopause dini
adalah berhentinya haid di bawah usia 40 tahun”.
2.3 Tahap-Tahap Menopause
a. Pramenopause
Pada tahap pramenopause akan terjadi kekacauan siklus haid, perubahan
psikologis, perubahan fisik, perdarahan memanjang dan relatif banyak yang
terkadang disertai nyeri haid. Pramenopause merupakan permulaan dari
transisi klimaterik yang dimulai dua hingga lima tahun sebelum menopause.
Pramenopause terjadi pada usia antara 45-55 tahun.
b. Perimenopause
Perimenopause adalah masa ketika kondisi tubuh menyesuaikan diri dengan
masa menopause yang berkisar antara 2-8 tahun ditambah dengan satu tahun
setelah periode terakhir menstruasi. Di Indonesia, usia perimenopause
berkisar antara 46-55 tahun.
c. Menopause
Pada tahap menopause, ovarium berhenti mengeluarkan hormon estrogen dan
progesterone namun tetap mengeluarkan hormon pria seperti testosterone dan
androstenedione yang menyebabkan semakin menonjolnya perubahan serta
keluhan psikologik dan fisik. Tahapan ini bisanya terjadi pada  usia antara
49-50 tahun, dan dapat berlangsung selama 3 hingga 4 tahun.
d. Pascamenopause
Pada tahap ini, sudah terjadi adaptasi perubahan psikologis dan fisik, ovarium
juga sudah tidak berfungsi dan mengalami atrofi atau pengecilan ukuran.
Selain itu, hormon gonadotropin meningkat. Usia rata-rata wanita berada
pada tahap pascamenopause adalah 50-55 tahun. Normalnya,
paskamenopause berlangsung kira-kira 10-15 tahun diikuti oleh masa senium
(uzur) sekitar usia 65 tahun sampai akhir kehidupan.
Perubahan yang terjadi saat Menopause Menurut Purwoastuti (2008), adalah:
1. Perubahan Organ Reproduksi
Akibat berhentinya haid, berbagai organ reproduksi akan mengalami
perubahan.
2. Perubahan Hormon
Sesuatu yang berlebihan atau kurang, tentu mengakibatkan timbulnya
suatu reaksi pada kondisi menopause reaksi yang nyata adalah perubahan
hormon estrogen yang menjadi berkurang. Meski perubahan terjadi juga
pada hormon lainnya, seperti progesteron, tetapi perubahan yang
mempengaruhi langsung kondisi fisik tubuh maupun organ reproduksi,
juga psikis adalah perubahan hormon estrogen. Menurunnya kadar
hormon ini menyebabkan terjadi perubahan haid menjadi sedikit, jarang,
bahkan siklus haidnya mulai terganggu, hal ini disebabkan tidak
tumbuhnya selaput lendir rahim akibat rendahnya hormon estrogen.
3. Perubahan Fisik
Akibat perubahan organ reproduksi maupun hormon tubuh pada saat
menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita,
keadaan ini berupa keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Perubahan Emosi
Selain fisik perubahan psikis juga sangat mempengaruhi kualitas hidup
seorang wanita dalam menjalani masa menopause sangat tergantung pada
masing-masing individu, pengaruh ini sangat tergantung pada pandangan
masing-masing wanita terhadap menopause, termasuk pengetahuannya
tentang menopause.
Adapun efek jangka pendek dan panjang yang ditimbulkan yaitu :
a. Masalah kesehatan jangka pendek pada menopause
1. Gangguan vasomotor
2. Gangguan psikologis
b. Masalah Kesehatan jangka Panjang pada menopouse
1. Osteoporosis
2. Penyakit Jantung koroner
3. Dimensia tipe Alzheimer
4. Kanker usus besar
5. Stroke
2.4 Definisi Terapi Sulih Hormon
Hormone Replacement Therapy (HRT) atau Terapi Sulih Hormon (TSH)
adalah perawatan medis yang menghilangkan gejala-gejala padawanita selama
dan setelah menopause untuk menggantikan hormone yang kurang kadarnya
karena tidak diproduksi secukupnya lagi akibat kemunduran fungsi organ-organ
endokrin hormone
Menopause adalah berhentinya masa haid pada wanita sehingga
kemampuan untuk bereproduksi sudah tiadak ada, hal ini ditandai dengan
perubahan hormonal yang nyata pada tubuhnya. Hal ini juga menyebabkan
menurunnya jumlah hormon estrogen, dimana hormon ini merupakan hormon
yang berhunbungan dengan sistem reproduksi, yang menyebabkan wanita
merasakan gejala tak enak, termasuk panas pada wajah, vaginal kekeringan, sifat
lekas marah, dan depresi. TSH secara parsial mengembalikan keseimbangan
estrogen di tubuh wanita untuk mengurangi atau mengeliminasi gejala ini. TSH
dapat meringankan penderitaan tidak hanya pada wanita dewasa yang mengalami
menopause alami, tetapi juga di wanita muda yang mungkin mengalami
menopause prematur untuk alasan medis, seperti kanker atau sebab kelainan
ovarium yang berhenti menghasilkan estrogen.
Sebagai tambahan dalam mengurangi gejala asosiasi dengan menopause,
TSH memiliki banyak keuntungan dan bahkan proteksi dari penyakit tertentu,
termasuk osteoporosis, penyakit jantung, dan stroke. Studi medis yang sedang
berjalan telah menunjukkan bahwa menggunakan TSH, dalam jangka panjang itu
tidak selalu berguna, dan dalam beberapa peristiwa ini mungkin sebenarnya
menaikkan resiko kanker, serangan jantung, dan penyakit lain.
2.5 Penggunaan Terapi Sulih Hormon dan efek yang ditimbulkan
TSH secara parsial mengembalikan keseimbangan estrogen di
tubuh wanita untuk mengurangi atau mengeliminasi gejala : tidak enak badan ,
termasuk panas pada wajah, vaginal kekeringan, sifat lekas marah, dan depresi
Dimulai dengan pubertas dan berikut tiga atau empat dasawarsa, tubuh
wanita mengalami siklus hormonal teratur, hal ini memungkinkan wanita dapat
hamil dan melahirkan anak. Estrogen dan hormon lainnya, progesteron,
dikeluarkan oleh ovarium selama ovulasi, sebulan proses di mana telur
dilepaskan dari ovarium dan dipersiapkan untuk fertilization dengan sperma.
Estrogen memiliki peranan dalam hal ini sementara progesterone mempengaruhi
lapisan permukaan jaringan vagina dan rahim, membuat kondisi yang banyak
baik bagi ovum untuk dibuahi. Jika kehamilan tidak terjadi, bagian dari
endometrium (bahan pelapis uterus) akan meluruh melalui vagina selama haid.
Sebagai tambahan terhadap peranan dalam reproduksi, estrogen beredar di aliran
darah, mempengaruhi bagian-bagian lain dari tubuh, termasuk otak, pembuluh
darah, tulang, dan sel-sel lemak.
Pada menopause, yang dialami oleh wanita pada usia 40-an atau awal 50-
an, secara berangsur-angsur ovarium berhenti menghasilkan estrogen,
menyebabkan penurunan tingkat estrogen di dalam darah. Setelah lewat beberapa
tahun, estrogen ini tidak lagi diproduksi yang menyebabkan berbagai, perubahan
dalam organ tubuh termasuk vagina, rahim, kandung kemih, saluran kemih,
payudara, tulang, hati, pembuluh darah, dan otak.
Pada beberapa wanita, perubahan ini memicu efek samping tak enak.
Gejala yang biasa berasosiasi dengan menopause termasuk flush. Tahap ini bisa
terjadi beberapa menit, bahkan secara mendadak akan terasa sangat panas di
muka dan bagian tubuh atas, beserta keringat yang bercucuran. Palpasi pada
jantung dan perasaan lemas dapat juga terjadi. Flashe diakibatkan oleh hilangnya
estrogen pada sistem signaling hormon dari otak yang dikenal sebagai
hypothalamus, yang terletak di daerah sistem pengatur suhu tubuh.  
Gejala lainnya menopause yang mempengaruhi wanita meliputi perubahan
pada bahan pelapis dan elastisitas vagina. Vagina mungkin mengerut dan
menjadi cenderung akan kekeringan, mendorong ke arah sakit selama hubungan
seksual. Sejumlah perubahan perasaan emosional dan kejiwaan terjadi selama
menopause tersebut, pada beberapa wanita biasa berakibat hilangnya siklus tidur,
hilangnya libido, sebagian kehilangan ingatan dan depresi.
Penurunan tingkat estrogen pada wanita menopause merupakan hal yang
menarik bagi dokter dan pasien selama bertahun-tahun. Estrogen sintesis telah
dikembangkan sejak 1920 sampai pertengahan 1930 yang bertujuan untuk
menghilangkan gejala-gejala menopause. Pada pertengahan tahun 1960 buku
‘feminin forever’ menggunakan estrogen buatan sebagai cara untuk tetap menjadi
awet muda dan cantik. Penggunaan TSH mengurangi secara drastic hubungan
diantara penggunaan dari estrogen buatan dan resiko tinggi kanker endometrial di
tahun 1970.
Penggunaan TSH secara bertahap meningkat setiap tahun bila riset jangka
panjang menunjukkan efek protektif TSH melawan osteoporosis dan penyakit
jantung. Memperbaiki waktu pemulihan dan sistem penghantaran pada tubuh
menjadikan penggunaan TSH meningkat di USA. Mengurangi resiko kanker
endometrial, dokter jauh lebih mungkin memberi dosis lebih rendah estrogen dan
dikombinasi dengan progesterone.
Selanjutnya, banyak perbedaan formulasi dan dosis yang sekarang
diizinkan dokter ke tiap pasien lebih baik agar TSH dapat berjalan optimal.
Meskipun kita ketahui lebih banyak TSH pada hari ini masih diliputi oleh
kontroversi antara resiko dan keuntungannya. Bagi wanita yang menggunakan
TSH sering terjadi peningkatan resiko kanker endometrial dan kanker payudara
sehubungan dengan penggunaan estrogen, terkhusus untuk memperpanjang
waktu penggunaan, akan menimbulkan efek samping seperti mual, pendarahan
tak dapat diramalkan, bloating, dan fluktuasi keadaan pikiran. Suatu alasan bagi
yang menggunakan TSH menyatakan bahwa hal itu tidak hanya meringankan
gejala menopause tapi juga mengurangi resiko osteoporosis dan penyakit
jantung. Penyakit tersebut lebih banyak resikonya dibandingkan dengan kanker
pada saat wanita di masa postmenopause. Sampai lebih banyak informasi efek
tentang TSH hubungannya dengan penyakit, setiap wanita harus membantu
dokternya, menimbang resiko dan keuntungan-keuntungan penggunaannya.
Bagaimanapun penggunaan TSH pada wanita tergantung pada banyak faktor,
termasuk bagaimana dia melihat resiko dan keuntungan-keuntungan TSH
dibandingkan dengan potensi resiko yang akan dihadapinya serta berbagai
macam penyakit yang kemungkinan timbul selama pengobatan.
Diakhir 1960 dan awal 1970, ketika terapi estrogen pertama kali meluas
diberi kepada wanita menopause, dokter memperingatkan akan adanya
kemungkinan bertambahnya kasus kanker endometrium. Persiapan untuk
estrogen menjadi sangat menurun, sampai ditemukannya metode untuk
menggabungkan progesterone dengan estrogen. Progesterone sebagai bagian dari
siklus mentruasi secara alami menetralkan efek estrogen di endometrium.
Saat ini dokter biasa menetapkan jenis TSH yang merupakan kombinasi
estrogen dan progesterone sintetis, yang dikenal sebagai progestin. Kedua
hormon mungkin pemberiannya dalam tahapan-tahapan tertentu, dengan
memberikan estrogen setiap hari dan ditambahkan progestin pada selama 12 hari
dalam sebulan. Estrogen dan progestin juga biasa diberikan dalam wujud pil
gabungan yang diminun setiap hari. Kira-kira 90 persen wanita dengan rahim
yang utuh kembali mengalami menstruasi selama terapi gabungan estrogen dan
progestin. Inilah yang juga menjadi alasan wanita menggunakan TSH.
2.6 Penggunaan Terapi Sulih Hormon
Ada beberapa cara pemberian TSH,tergantung kebutuhan dan keadaan
pasien. Pemberian dengan estrogen murni (Unopposed Oestrogen Therapy –
ERT) disarankan hanya untuk wanita yang telah dilakukan histerektomi.
Pemberian estrogen murni pada wanita yang masih mempunyai uterus ditakutkan
dapat menimbulkan kanker endometrium.
a. Cara pemberian TSH berikutnya adalah dengan kombinasi antara estrogen
dan progesteron (oestrogen Combined with Progesteron –CHRT), yang
dibagi menjadi cara sekuensial (Sequentially Combined HRT – SCHRT) dan
cara kontinu (Continuosly Combined HRT – CCHRT).
b. Cara sekuensial (SCHRT) adalah memberikan estrogen secara terus menerus
dengan ditambah progesteron selama 10-14 hari setiap bulan, ada yang
memberikan progesteron setiap tiga bulan selama 12-14 hari. SCHRT
menyebabkan perdarahan lucut (withdrawl bleeding), yang menjadi salah
satu penyebab utama rendahnya angka kepatuhan para pengguna TSH.
c. Pemberian kontinu (CCHRT) estrogen dan progesteron diberikan terus
menerus bersama-sama, tujuan utama dari cara ini agar supaya terjadi
amenore, akan tetapi kadang-kadang dapat terjadi perdarahan bercak
(breakthrough bleeding), hal ini harus diinformasikan sebagai konseling
sebelum memulai TSH.
2.7 Kontra indikasi Terapi Sulih Hormon
a. Mutlak : tromboemoloisme (thrombosis), anemia sel sabit, penyakit serebro,
hipertensi berat, uji fungsi hati setelah hepatitis abnormal, gangguan enzim.
b. Relatif : penyakit kardiovaskuler, DM, penyakit ginjal, TBC, kanker
payudara,fibroadenasis, caendometrium, migraine dan epilepsy
2.8 Resiko Penggunaan Terapi Hormon Pengganti
a. Kanker payudara
Data penelitian tentang benar-tidaknya terapi hormonal menggunakan
preparat estrogen dapat menyebabkan kanker payudara masih kontroversial.
Risiko kanker payudara meningkat secara signifikan jika penggunaan terapi
sulih hormon dilakukan dalam waktu lama. Para peneliti sangat yakin, risiko
kanker payudara semakin besar jika terapi sulih hormon (dengan estrogen)
berlangsung lebih dari 10 tahun. Anda yang hendak memilih terapi hormonal
dengan preparat estrogen disarankan untuk mendiskusikannya secara intensif
dengan dokter.
b. Kanker rahim
c. Penelitian-penelitian klinis pada saat ini sudah mencapai konfirmasi bahwa
terapi hormonal dengan preparat estrogen saja dapat menyebabkan kanker
rahim. Risiko ini dapat diperkecil dengan memberikan hormon progesteron
selama 12 hari setiap siklus menstruasi.
d. Problem kantung empedu
Problem ini banyak dijumpai pada perempuan yang menggunakan terapi
hormonal dalam jangka panjang.
e. Tekanan darah tinggi
f. Estrogen dahulu diduga dapat menyebabkan naiknya tekanan darah pada
sebagian pemakai terapi sulih hormon. Penelitian terkini menyimpulkan,
pada dasarnya terapi ini tidak menyebabkan naiknya tekanan darah, sehingga
aman bagi wanita penderita tekanan darah tinggi, asalkan tekanan darahnya
dipantau secara saksama.
g. Selain pelbagai risiko tadi, efek sampingan terapi sulih hormon juga sering
menimbulkan keraguan. Sebagaimana layaknya prinsip kerja suatu obat, obat
apa pun punya efek sampingan, tak terkecuali terapi sulih hormon. Banyak
wanita yang menderita efek samping tidak mengenakkan, tetapi tidak sedikit
juga yang mengalami efek yang menguntungkan. Efek yang tak dikehendaki
diatasi dengan mengubah dosis. Bagi yang tubuhnya tak mampu mengatasi
efek sampingan yang merugikan, ada baiknya penggunaan terapi sulih
hormon dihentikan saja.
h. Jika sediaan progesteron digunakan bersama dengan sediaan estrogen,
sebagian besar akan mengalami perdarahan bulanan sebagaimana layaknya
siklus menstruasi. Efek sampingan yang mungkin dialami para wanita
pengguna terapi hormon di antaranya mual, payudara menjadi lebih besar dan
lebih lembut, puting payudara berdiri, dan menjadi lebih gemuk. Efek itu
mungkin akan semakin berkurang seiring dengan lamanya masa terapi.
Sedangkan efek sampingan yang agak jarang dijumpai, antara lain
kekurangan dorongan untuk berhubungan intim, depresi, perdarahan di
tengah-tengah siklus menstruasi, sakit pada dada dan persendian (kaki). Jika
mengalami efek sampingan seperti itu, segeralah memeriksakan diri ke
dokter.
2.9 Efek samping umum Terapi Sulih Hormon
Mual, sakit kepala, perdarahan, depresi, perubahan emosi, nyeri tekanan pada
payudara, perut kembung, siklus menstruasi yang berkepanjangan, kegagalan
untuk mengurangi gejala-gejala. Efek samping TSH (estrogen) adalah kanker
payudara, kanker endometrium, tromboplebitis, perdarahan bercak.
2.10 Dalam keadaan bagaimana terapi sulih hormon diperlukan
Seperti sudah disebut, setiap perempuan adalah unik. Ada yang secara
alami mempunyai kadar hormon estrogen tinggi dalam darahnya, ada pula yang
rendah. Pemeriksaan kadar hormon dapat mendeteksi masalah ini. Bila
memasuki masa menopause kelak Anda termasuk memiliki kadar hormon
estrogen tinggi, Anda tidak memerlukan terapi sulih hormon. Demikian pula
bila dijumpai benjolan-benjolan yang belum terdiagnosis pada payudara. Juga
kalau Anda mempunyai riwayat kanker payudara, kanker rahim, kelainan hati,
dan kelainan penggumpalan darah.
Andaikata kelak mengalami gejala menopause dan sangat menderita oleh
karenanya, penggunaan terapi sulih hormon dapat menjadi salah satu pilihan.
Semoga datangnya masa menopause nanti bukan suatu periode yang
menakutkan.
2.11 Petunjuk praktis penggunaan Terapi Sulih Hormon
Adapun wanita-wanita yang direkomendasikan untuk diberi TSHadalah :
a. Semua wanita klimaterik, tanpa kecuali yang ingin menggunakan HRT
untuk pencegahan (meskipun tanpa keluhan).
b. Semua wanita yang memiliki risiko penyakit kardiovaskuler dan
osteoporosis
c. Semua wanita dengan keluhan klimaterik
Untuk dapat menilai keluhan klimaterik dapat digunakan Menopause
Rating Scale (MRS) dari green yang biasa dikenal dengan skala klimaterik
green.

Skala ini dapat mengukur 3 kelompok keluhan yaitu :


a. Keluhan psikologis
b. Keluhan somatic
c. Keluhan vasomotor
Tiap-tiap keluhan dinilai derajatnya sesuai dengan ringan beratnya keluhan
dengan memakai 4 tolak ukur skala nilai yaitu: 
a. Nilai 0 (tidak ada) : Bila tidak ada keluhan sama sekali 
b. Nilai 1 (sedikit) : Bila keluhan yang timbul sekali-kali dan tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari.
c. Nilai 2 (sedang) : Bila keluhan sering timbul tetapi belum mengganggu
aktivitas sehari-hari 
d. Nilai 3 (berat)  : Bila keluhan sering timbul dan sudah mengganggu aktivitas
sehari-hari
Ada beberapa hal yang harus dijelaskan dan dipantau kepada seorang wanita
sebelum diberikan TSH yaitu :
a. Pemeriksaan fisik lengkap
b. Mengetahui efek samping TSH
c. Jelaskan cara pemakaian atau cara pemberian
d. Khasiat pengobatan umumnya baru terlihat >6 bulan dan apabila belum
terlihat khasiat yang diinginkan, maka dosis obat perlu dinaikkan.
e. Pada tahap awal HRT diberrikan 5 tahun dulu dan jika dianggap perlu
pengobatan dapat dilanjutkan
f. Pemeriksaan rutin setiap 6 bulan, dan setiap 1-2 tahun perrlu dilakukan
mamografi serta pap smear setiap 6 bulan.
Konseling yang efektif pada penggunaan Terapi Sulih Hormon
Adapun tujuan dari konseling secara obyektif yaitu :
a. Memberitahukan klien bahwa HRT dapat mengurangi atau mengatasi
keluhan pada saat menopause
b. Dapat mencegah dampak kekurangan estrogen dalam jangka waktu yang
panjang
c. Dapat meningkatkan kualitas hidup
BAB II

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Terapi Sulih Hormon

(TSH) adalah perawatan medis yang menghilangkan gejala-gejala pada wanita

selama dan setelah menopause. Beberapa risiko akibat terapi hormonal yaitu

Kanker payudara, Kanker rahim, Problem kantung empedu dan Tekanan darah

tinggi. Terapi sulih hormon diperlukan apabila mempunyai riwayat kanker

payudara, kanker rahim, kelainan hati, dan kelainan penggumpalan darah.

3.2 Saran

Jika kelak mengalami gejala menopause dan sangat menderita oleh

karenanya, penggunaan terapi sulih hormon dapat menjadi salah satu pilihan.

Semoga datangnya masa menopause nanti bukan suatu periode yang menakutkan

bagi seorang wanita.

Semoga isi makalah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dan

kami harapkan kritik dan saran dari berbagai pihak  agar  pembuatan makalah

selanjutnya dapat lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Sulih Hormon Plus & Minusnya. www. Kompas Cyber Media. “Hormone

Replacement Therapy”. Microsoft Encarta 2008. Microsoft Corporation.

USA.

Anonim. Terapi Sulih Hormon, Amankah.

https://rizkidyan.wordpres.com/2012/10/11/terapi-sulih-hormon-dan-fitostrogen

dosen-pembimbing-klanting-klasiati-s-pd-amd-keb-m-kes

Anda mungkin juga menyukai