0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
237 tayangan9 halaman
Dokumen ini membahas tentang intoleransi aktivitas dan deprivasi tidur sebagai gangguan kebutuhan dasar manusia. Intoleransi aktivitas didefinisikan sebagai ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari. Deprivasi tidur adalah periode tanpa tidur yang lama. Dokumen ini juga membahas pengkajian, diagnosa, dan perencanaan asuhan keperawatan untuk kedua
Deskripsi Asli:
Judul Asli
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN INTOLERANSI AKTIVITAS.docx
Dokumen ini membahas tentang intoleransi aktivitas dan deprivasi tidur sebagai gangguan kebutuhan dasar manusia. Intoleransi aktivitas didefinisikan sebagai ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari. Deprivasi tidur adalah periode tanpa tidur yang lama. Dokumen ini juga membahas pengkajian, diagnosa, dan perencanaan asuhan keperawatan untuk kedua
Dokumen ini membahas tentang intoleransi aktivitas dan deprivasi tidur sebagai gangguan kebutuhan dasar manusia. Intoleransi aktivitas didefinisikan sebagai ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari. Deprivasi tidur adalah periode tanpa tidur yang lama. Dokumen ini juga membahas pengkajian, diagnosa, dan perencanaan asuhan keperawatan untuk kedua
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO 2020 LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep Kebutuhan 1.1 Definisi/deskripsi kebutuhan Aktivitas adalah suatu energi ayau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan aktivitas (pergerakan) merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dengan kebutuhan dasar tidur dan saling mempengaruhi seperti istirahat.
1.2 Batasan karakteristik (data mayor minor)
1.2 Fisiologi sistem/ Fungsi normal sistem pergerakan
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi dengan sistem muskuluskeletal. Sisttem muskuluskeletal berfungsi sebagai : a. Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh b. Melindungi bagian tubuh tertentu seperti hati, ginjal, otak, dan paru-paru. c. Tempat mengankatnya otot dan tendon 1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem pergerakan 1. Kesehatan fisik Penyakit, cacat tubuh, dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh 2. Keadaan nutrisi Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan obesitas dapat menyebabkan pergerakan kurang bebas 3. Emosi Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktivitas tubuh seseorang. Keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan semangat yang kemudian sering di manifestasikan dengan kurangnya aktifitas. 4. Kelemahan neuromuskel dan skeletal Adanya abnormal postur seperti lordosis dapat berpengaruh terhadap pergerakan. 1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem pergerakan 1. Gangguan pada tulang Fisura atau yang biasa disebut retak tulang atau patah tulang 2. Gangguan pada sendi Dapat terjadi memar sendi yaitu robeknya selaput sendi 3. Gangguan pada otot Jenis-jenis gangguan pada otot meliputi kaku leher, kram atau nyeri otot, dan keseleo. II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan istirahat dan aktivitas 2.1 Pengkajian 2.1.1 Riwayat keperawatan a. Riwayat penyakit sekarang Proses penyakit atau cedera dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh atau aktivitas. Seseorang yang mengalami patah tulang akan kesulitanuntuk melakukan aktifitas yang bebas. Misalnya saat klien menderita penyakit tertentu sehingga klien harus selalu beristirahat ditempat tidur tetapi pada akhirnya berakibat pada kelumpuhan. b. Riwayat penyakit dahulu Gaya hidup mempengaruhi aktifitas dan istirahat tubuh.perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-hari. Seseorang yang kurang bergerak dan berolahraga akan mengalami kelemahan otot. Demikian pula dengan orang yang pernah menjalani operasi, karena adanya nyeri mereka cenderung bergerk lebih lamban. c. Riwayat penyakit keluarga Apabila ada penyakit seperti jantung, struk maka akan beresiko berpengaruh terhadap aktivitas.
2.1.2 Pemeriksaan fisik: data fokus
a. Tingkat kesadaran Tingkat kesadaran klien berpengaruh terhadap aktivitas. Dengan mengkaji menggunakan skala koma glasgow GCS dengan hasil 14-15 normal atau disfungsi ringan, 11-13 disfungsi sedang, 10 atau kurang disfungsi berat 1. Respon membuka mata 4: spontan 3: terhadap perintah 2: terhadap nyeri 1: tidk ada respon 2. Respon verbal 5 : terorientasi 4 : bingung 3 : kata-kata yang tidak teratur 2 : tidak dapat dimengerti 1 : tidak ada 3. Respon motorik 6: mematuhi pemerintah 5: melokalisasi nyeri 4: penarikan karena nyeri 3: fleksi abnormal 2: tidak dapat dimengerti 1: tidak ada respon b. Postur atau bentuk tubuh 1. Skoliosis Melengkungnya tulang belakang kearah samping, mengakibatkan tubuh melengkung kearah kanan dan kiri. 2. Kifosis Perubahan kelengkungan pada tulang belakang secara keseluruhan sehingga orang menjadi bengkok 3. Lordosis Kelengkungan tulang belakang kearah depan sehingga kepala tertarik kearah belakang c. Ekstermitas Kaji kekuatan otot dengan menggunakan skala kekuatan otot: 0: kontraksi otot tidak terdeteksi 1: kejapan yang hamper tidak tereteksi atau bebas kontraksi dengan observasi atau palpasi 2: pergerakan aktif bagian tubuh dengan mengeliminasi grafitasi 3: pergerakan aktif hanya melawan grafitasi dan tidak melawan tahanan 4: pergerakan aktif melawan grafitasi dan sedikit tahanan 5: pergerakan aktif melawan tahanan penuh tanpa adanya kelelahan otot
2.1.3 Pemeriksaan penunjang
a. Sinar X Tulang menggambarkan kepadtan tulang tekstur dan perubahan hubungan tulang b. CT Scan Menunjukkan rincian bidang tertentu tulang dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera tendon. CT Scan digunakan untuk mengidentivikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi c. MRI (magnetik resonance imaging) Digunakan untuk memperlihatkan abnormalitas (misal: tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang) 2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa 1: Intoleransi aktivitas 2.2.1 Definisi Intoleransi aktivitas adalah ketidak kecukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan
2.2.2 Batasan karakteristik
a. Subjectiv 1. Ketidak nyamanan atau dipsneu saat beraktivitas 2. Lmelaporkan keletihan atau kelemahan b. Objectiv 1. Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas 2. Perubhan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
2.2.3 Faktor yang berhubungan
a. Tirah baring dan imobilisasi b. Kelemahan umum c. Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen d. Gaya hidup kurang gerak
2.2.4 Diagnosa 2: deprifasi tidur
2.2.5 Definisi Priode waaktu yang lama tanpa tidur (terputusnya kesadaran relatif yang periodik dan alami secara terus menerus). 2.2.6 Batasan karakteristik a. Subjectiv 1. Ansietas 2. Mengantuk disiang hari 3. Keletihan 4. Halusinasi 5. Peningkatan sensitifitas b. Objectiv 1. Konfusi akut 2. Agitasi 3. Ansietas 4. Penurunan kemampuan fungsi 5. Tremor pada tangan 2.2.7 Faktor yang berhubungan a. Perubahan tahap tidur yang berhubungan dengan proses penuaan b. Dimensia c. Ketidak adekuatan aktivitas disiang hari d. Mimpi buruk 2.3 Perencanaan Diagnosa1:intoleransi aktifitas 2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien mampu: a. Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang minumbulkan kecemasan yang dapat mengakibatkan intoleransi aktifitas b. Berpartisipasi dalam aktifitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan normal denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah serta memantau pola dalam batas normal. c. Menampilkan aktifitas kehidupan sehari-hari dengan beberapa bantuan misalnya (eliminasi dengan bantuan eliminasi kekamar mandi) 2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC a. Intervensi : beri anjuran dan bantuan dalam aktifitas fisik, kognitif, sosial, dna sepiritual yang spesifik untuk meningkatkan rentang frekuensi atau durasi aktifitas individu. Rasional: membantu pasien agar mudah dalam melakukan aktifitas. b. Intervensi : atur penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi Rasional : energi yang optimal dan cukup akan mempermudah dalam melakukan aktivitas c. Intervensi : lekukan terapi latihan fisik, mobilitas sendi Rasional : gerakan tubuh aktif atau pasif untuk mempertahankan atau memperbaiki fleksibilitas sendi Diagnosa 2: deprifasi tidur 2.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil berdasarkan NOC Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien mampu: a. Melaporkan penurunan gejala deprifasi tidur (misalnya konfusi, ansietas, mengantuk pad siang hari, gangguan perseptual dan kelelahan) b. Mengidentifikasi dan melakukan tindakan yang dapat meningkatkan tidur atau istirahat c. Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulakn deprifasi tidur 2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC a. Intervensi: lakukan managemen energi Rasional : penggunaan energi yang cukup dapat megatasi atau mencegah keletihan dan mengoptimalkan fungsi b. Intervensi : lakukan managemen alam dan perasaan Rasional: untuk menciptakan kestabilan, pemulihan peningkatan alam perasaan
III. Daftar Pustaka
Anonim 2016. Konsep instirahat dan tidur. Tersedia dalam < Respiratori.usu.ac.id.>
Anonim 2016. Gangguan Pergerakan. Tersedia dalam <
www.pendidikan.com>
Jackson M & Jackson L. (2011). Seri Panduan Praktis keperawatan
klinis. Jakarta: Erlangga
Walkinson J. M & Ahern N. R. (2011). Buku Saku Diagnosis