Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KOMUNIKASI

Dosen Pembimbing : Windu Santoso M.Kes

Oleh kelompok IV :

Muhammad Syahrul Ghofin (20160)

Rastra Lika Adi Sasana (20160)

Wafi Habiburrahim (20160)

Chinika Ariantiva Sari (20160)

Dita Alam Alisyhaqi (20160)

Maya Diah Kusuma (20160)

Program Studi S1 Keperawatan

Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto 2017


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah ini.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang konsep istirahat dan
tidur dan manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Mojokerto, 30 september 2017

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rummusan masalah

1.3 Tujuan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian komunikasi
Istilah komunikasi memiliki berbagai arti, tergantung pada konteks di
mana ia digunakan Bagi beberapa orang, komunikasi adalah perubahan informasi
antara dua orang atau lebih; dengan kata lain, pertukaran gagasan atau pemikiran.
Jenis komunikasi ini menggunakan metode seperti berbicara dan mendengarkan
atau menulis dan membaca. Bagaimana, lukisan, tarian, dan pengisahan cerita
juga merupakan metode komersil. Selain itu, pikiran diungkapkan ke orang lain
tidak hanya oleh kata-kata yang diucapkan atau tertulis tapi juga oleh gerak
tubuh atau tindakan tubuh.
Komunikasi yang efektif sangat penting untuk pembentukan hubungan
perawat-klien Komunikasi dapat terjadi pada tingkat intrapersonal dalam a
individu tunggal maupun pada tingkat interpersonal dan kelompok.

2.2.Proses komunikasi
Komunikasi tatap muka melibatkan pengirim, pesan, penerima, dan
tanggapan, atau umpan balik. Dalam bentuknya yang paling sederhana,
komunikasi adalah proses dua arah yang melibatkan pengiriman dan menerima
sebuah pesan. Karena maksud komunikasi adalah untuk mendapat tanggapan,
prosesnya sedang berlangsung; penerima pesan kemudian menjadi pengirim asli
itu menjadi penerima.
a. Pengirim
Pengirim, seseorang atau kelompok yang ingin menyampaikan pesan ke yang
lain, bisa dianggap sebagai source-encoder. Istilah ini menyarankan bahwa
orang atau kelompok yang mengirim pesan harus memiliki ide atau gagasan
alasan untuk berkomunikasi (sumber) dan harus meletakkan ide atau perasaan
ke dalam bentuk yang bisa ditransmisikan. Pengkodean melibatkan pemilihan
dari tanda atau simbol tertentu (kode) untuk mengirimkan pesan tersebut
seperti bahasa dan kata-kata yang digunakan, bagaimana mengatur kata-kata,
dan nada suara dan isyarat apa yang bisa digunakan.
b. Pesan
Komponen kedua dari proses komunikasi adalah pesan sendiri-apa yang
sebenarnya dikatakan atau ditulis, bahasa tubuh itu menyertai kata-kata, dan
bagaimana pesan ditransmisikan. Itu Metode yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dapat menargetkan salah satu penerima indra. Penting
bagi metode yang sesuai untuk pesan tersebut, dan ini akan membantu
membuat maksud pesan lebih jelas.

2
c. Penerima
Penerima, komponen ketiga dari proses komunikasi, adalah pendengar, siapa
yang harus mendengarkan, mengamati, dan hadir. Orang ini decoder, siapa
yang harus mengerti apa maksud pengirim (interpreation). Persepsi
menggunakan semua indra untuk menerima pesan balok verbal dan non
verbal. Untuk memecahkan kode berarti menghubungkan pesan yang
dipersepsikan gudang pengetahuan dan pengalaman penerima dan untuk
menyortir keluar makna pesannya. Apakah pesan itu diterjemahkan Secara
akurat oleh penerima, sesuai dengan maksud si pengirim, tergantung sebagian
besar pada kesamaan mereka dalam pengetahuan dan pengalaman dan latar
belakang sosial budaya. Jika arti dari pesan yang diterjemahkan tersebut
cocok maksud pengirim, maka komunikasi sudah efektif. Komunikasi yang
tidak efektif terjadi saat receiver salah menafsirkan pesan terkirim.
d. Tanggapan
Komponen keempat dari proses komunikasi, tanggapan atau respon, adalah
pesan bahwa penerima kembali ke pengirim. Mode Komunikasi umumnya
dilakukan dalam dua mode yang berbeda yakni komunikasi verbal dan
nonverbal. Komunikasi verbal menggunakan kata yang diucapkan atau kata
tertulis; Komunikasi nonverbal menggunakan bentuk lain, semacam itu
sebagai isyarat atau ekspresi wajah, dan sentuhan. Meski keduanya macam
Komunikasi terjadi bersamaan, mayoritas komunikasi adalah nonverbal
Belajar tentang komunikasi nonverbal itu penting bagi perawat dalam
mengembangkan pola komunikasi dan relasi yang efektif dengan klien.
Bentuk komunikasi lain telah berkembang dengan teknologi komunikasi
elektronik. Bentuk yang umum Komunikasi elektronik adalah e-mail, di mana
seseorang dapat melakukannya mengirim pesan, komputer, ke orang lain atau
sekelompok orang. Perawat perlu tahu kapan dan bila tidak sesuai untuk
digunakan e-mail untuk berkomunikasi dengan klien.

2.3. Komunikasi verbal


Komunikasi verbal sebagian besar disadari karena orang memilih kata-
kata yang mereka gunakan. Kata-kata yang digunakan bervariasi di antara
individu sesuai dengan budaya, latar belakang sosial ekonomi, usia, dan
pendidikan. Sebagai Hasilnya, ada kemungkinan yang tak terhitung banyaknya
karena gagasan itu dipertukarkan. Banyak kata bisa digunakan untuk membentuk
pesan. Selain itu, Berbagai perasaan bisa ditransmisikan saat orang berbicara.
Perawat perlu mempertimbangkan hal berikut saat memilih kata-kata Katakan
atau tulis: kecepatan dan intonasi, kesederhanaan, kejelasan dan singkatnya, tim
dan relevansi, kemampuan beradaptasi, kredibilitas, dan humor.

3
a. Pease dan intonasi
Cara berbicara, seperti pada tingkat atau irama dan nada, akan mengubah
perasaan dan dampak pesan. Nada kata bisa mengekspresikan antusiasme,
kesedihan, kemarahan, atau geli. Tingkat bicara mungkin menunjukkan minat,
kecemasan, kebosanan, atau ketakutan. Misalnya, berbicara perlahan dan
lembut kepada klien yang bersemangat dapat membantu tenang klien.
b. Simplisitas
Kesederhanaan mencakup penggunaan yang umum dipahami kata-kata,
singkatnya, dan kelengkapan. Banyak istilah teknis yang kompleks menjadi
alami bagi perawat. Namun, awam sering salah paham istilah ini. Kata-kata
seperti vasokonstriksi atau kolesistektomi itu berarti bagi perawat dan mudah
digunakan tapi sakit disarankan saat berkomunikasi dengan klien Perawat
perlu belajar memilih tepat, mudah dimengerti, dan sederhana berdasarkan
umur, pengetahuan, budaya, dan pendidikan klien.
c. Klaritas dan brevitas
Pesan yang langsung dan sederhana akan efektif. Kejelasan mengatakan
dengan tepat apa yang dimaksud, dan singkatnya menggunakan kata-kata
paling sedikit yang diperlukan. Hasilnya adalah pesan itu sederhana dan jelas.
Aspek dari hal ini adalah kongruensi atau konsistensi, dimana perilaku
perawat atau komunikasi nonverbal cocok kata-kata yang diucapkan Saat
perawat memberi tahu kliennya.
d. Waktu dan relefan
Perawat perlu menyadari keduanya relevansi dan waktu saat berkomunikasi
dengan klien. Tidak penting seberapa jelas atau hanya kata-kata yang tertulis
atau tertulis, kebutuhan waktunya agar sesuai untuk memastikan bahwa kata-
kata terdengar. Selain itu, pesan perlu berhubungan dengan orang atau
kepentingan orang tersebut dan keprihatinan. Ini melibatkan kepekaan
terhadap kebutuhan dan kekhawatiran klien.
e. Adaptabilitas
Perawat perlu mengubah pesan lisan di sesuai dengan isyarat perilaku dari
klien. Penyesuaian ini disebut sebagai kemampuan beradaptasi. Apa yang
dikatakan perawat dan bagaimana dikatakannya harus diperhatikan secara
individual dan cermat. Ini membutuhkan cerdik penilaian dan kepekaan pada
pihak perawat.
f. Kredibilitas
Kredibilitas berarti kelayakan kepercayaan, kepercayaan, dan kehandalan.
Kredibilitas mungkin paling banyak kriteria penting komunikasi yang efektif.
Perawat asuh kredibilitas dengan bersikap konsisten, andal, dan jujur. Perawat
perlu mengetahui tentang apa yang sedang dibahas dan untuk dilakukan

4
memiliki informasi yang akurat Perawat harus menyampaikan keyakinan dan
kepastian dalam apa yang mereka katakan, sambil bisa mengakui keterbatasan
mereka.
g. Humor
Penggunaan humor bisa menjadi alat yang positif dan ampuh. Hubungan
perawat-klien, tapi harus digunakan dengan hati-hati. Humor dapat digunakan
untuk membantu klien menyesuaikan diri dengan situasi yang sulit dan
menyakitkan. Tindakan fisik tawa bisa menjadi pelepasan emosional dan
fisik, mengurangi ketegangan dengan memberikan perspektif dan promosi
yang berbeda rasa kesejahteraan. Bila menggunakan humor, penting untuk
mempertimbangkan tipuan klien tentang apa yang dianggap lucu. Waktu juga
penting mempertimbangkan. Meski humor dan tawa bisa membantu
mengurangi stres dan Kecemasan, perasaan klien perlu dipertimbangkan.

2.4. Komunikasi nonverbal


Komunikasi nonverbal, kadang-kadang disebut bahasa tubuh, dalam
gerakan cludes, gerakan tubuh, penggunaan sentuhan, dan penampilan fisik,
termasuk hiasan. Komunikasi nonverbal sering diceritakan. Yang lain lebih
tentang apa yang dirasakan seseorang daripada apa yang sebenarnya sedang
terjadi Dikatakan, karena perilaku nonverbal dikendalikan kurang sadar dari pada
perilaku verbal.
a. Penampilan pribadi
Pakaian dan hiasan bisa jadi sumber informasi tentang seseorang. Meski
pilihan pakaian jadi sangat personal, bisa menyampaikan status sosial dan
keuangan, budaya, agama, asosiasi kelompok, dan konsep diri. Mantra dan
jimat mungkin dipakai untuk keperluan dekoratif atau untuk tujuan
perlindungan kesehatan. Kapan Arti simbolis suatu objek tidak dikenal,
perawat bisa bertanya tentang pentingnya, yang dapat mendorong hubungan
dengan klien. Bagaimana seseorang berpakaian sering menjadi indikator
bagaimana orang tersebut terasa. Orang yang lelah atau sakit mungkin tidak
memiliki energi atau keinginan untuk menjaga perawatan normal mereka.
b. Posture dan gait
Pakaian dan hiasan bisa jadi sumber informasi tentang seseorang. Meski
pilihan pakaian jadi sangat personal, bisa menyampaikan status sosial dan
keuangan, budaya, agama, asosiasi kelompok, dan konsep diri. Mantra dan
jimat mungkin dipakai untuk keperluan dekoratif atau untuk tujuan
perlindungan kesehatan. Kapan Arti simbolis suatu objek tidak dikenal,
perawat bisa bertanya tentang pentingnya, yang dapat mendorong hubungan
dengan klien. Bagaimana seseorang berpakaian sering menjadi indikator

5
bagaimana orang tersebut terasa. Orang yang lelah atau sakit mungkin tidak
memiliki energi atau keinginan untuk menjaga perawatan normal mereka.
c. Ekspresi wajah
Tidak ada bagian tubuh yang seekspresif wajah. Perasaan kaget, takut, marah,
jijik, kebahagiaan, dan kesedihan bisa disampaikan dengan ekspresi wajah.
Meski wajah bisa mengekspresikan emosi asli seseorang, memang begitu juga
memungkinkan untuk mengendalikan otot-otot ini sehingga emosi pun
diekspresikan tidak mencerminkan perasaan orang itu. Bila pesannya tidak
jelas, itu penting untuk mendapatkan umpan balik untuk memastikan maksud
ungkapan. Banyak ekspresi wajah menyampaikan makna universal.
d. Gerakan
Gerakan tangan dan tubuh mungkin menekankan dan mengklarifikasi kata
yang diucapkan, atau mungkin terjadi tanpa kata-kata untuk menunjukkan
perasaan tertentu atau memberi tanda.

2.5. Komunikasi elektronik


Komputer memainkan peran yang meningkat dalam praktik keperawatan.
Banyak agen kesehatan bergerak menuju rekam medis elektronik dimana perawat
mendokumentasikan penilaian dan asuhan keperawatan mereka.
a. E-mail
E-mail adalah bentuk elektronik yang paling umum komunikasi. Penting bagi
perawat untuk mengetahui kelebihannya dan kerugian dari e-mail dan juga
panduan lainnya untuk memastikan klien kerahasiaan.

2.6. Faktor yang mempengaruhi komunikasi


a. Pengalaman
Pengembangan bahasa, psikososial, dan intelektual berjalan melalui tahapan
di seluruh rentang hidup. Pengetahuan tentang pengembangan klien panggung
akan memungkinkan perawat untuk memodifikasi pesan yang sesuai.
Menggunakan boneka dan permainan yang digabungkan dengan bahasa
sederhana bisa membantu menjelaskan sebuah prosedur untuk anak berusia 8
tahun. Dengan remaja yang telah berkembang Kemampuan berpikir abstrak
lebih banyak, penjelasan lebih rinci bisa jadi diberikan, sedangkan seorang
eksekutif bisnis paruh baya yang terdidik ingin memiliki informasi teknis rinci
yang diberikan Klien yang lebih tua cenderung memiliki pengalaman yang
lebih luas dengan perawatan kesehatan sistem, yang dapat mempengaruhi
tanggapan atau pemahaman mereka. Dengan Penuaan juga terjadi perubahan
dalam penglihatan dan ketajaman pendengaran yang dapat mempengaruhi
interaksi perawat-klien.

6
b. Jenis kelamin
Sejak usia dini, laki-laki dan perempuan berkomunikasi secara berbeda. Anak
perempuan cenderung menggunakan bahasa untuk mencari konfirmasi,
meminimalkan perbedaan, dan membangun keakraban Anak laki-laki
menggunakan bahasa untuk membangun kebebasan dan bernegosiasi status
dalam kelompok. Perbedaan ini bisa terus berlanjut dewasa sehingga pria dan
wanita bisa menafsirkan komunikasi yang sama berbeda
c. Nilai dan presepsi
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku, dan persepsi adalah
pandangan pribadi suatu peristiwa. Karena setiap orang memiliki keunikan
ciri kepribadian, nilai, dan pengalaman hidup, masing-masing akan merasakan
dan menafsirkan pesan dan pengalaman secara berbeda
d. Ruang pribadi
Ruang pribadi adalah jarak yang disukai orang dalam berinteraksi dengan
lainnya Proxemics adalah studi tentang jarak antara orang-orang di dalamnya
interaksi. Komunikasi dengan demikian mengubah sesuai dengan empat jarak,
masing-masing dengan jarak yang dekat dan jauh. Beebe, Beebe, dan
Redmond (2014, hal 202) mencantumkan contoh berikut :

1. Intim: 0 sampai 11/ 2 kaki


2. Pribadi: 11/ 2 sampai 4 kaki
3. Sosial: 4 sampai 12 kaki
4. Publik: 12 kaki dan seterusnya.

7
BAB III

PENUTUP

3.1. Evaluasi

3.2. Saran

8
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai