Disusun Oleh:
A. Latar Belakang
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah persisten
dengan tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di
atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002). Hipertensi adalah gangguan
asimptomatik pada umumnya terjadi dengan ditandai adanya peningkatan
tekanan darah secara persisten. Stroke dan faktor yang memperberat
terjadinya infark miokard (serangan jantung) dapat disebabkan oleh hipertensi
dan dapat menyebabkan kematian. (Potter & Perry, 2006).
Penyakit hipertensi merupakan salah satu masalah kardiovaskuler
terbanyak yang disebabkan oleh berbagai faktor resiko. Faktor resiko yang
dapat dimodifikasi, antara lain gangguan psikologis dan stres, merokok,
obesitas, hiperlipidemia/ hiperkolesterolemia, bertambahnya jumlah darah
yang dipompa ke jantung, penyakit ginjal, penyakit kelenjar adrenal, kurang
berolahraga, konsumsi garam dan alkohol berlebih. Sedangkan faktor resiko
yang tidak dapat dimodifikasi, antara lain usia, jenis kelamin dan genetik
(Smeltzer & Bare, 2002). Berbagai penyebab tersebut, masalah utama yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi adalah terjadinya gangguan pada sistim
saraf otonom dan sirkuasi hormon. Menurut Udjianti dalam Susanti (2015),
pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan
sirkulasi hormon. Stimulus negatif yang diperoleh tubuh dapat mempengaruhi
kerja sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Stimulus negatif tersebut
dapat berupa stres fisik maupun stres psikologis sehingga menyebabkan
ketidakstabilan emosional dan akan memicu rangsangan di area pusat
vasomotor yang terletak pada medula otak. Rangsangan area ini akan
mengaktivasi sistem saraf simpatis dan pelepasan berbagai hormon yang
selanjutnya akan mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan darah
(Corwin, 2009).
Penanganan hipertensi yang tidak tepat akan beresiko terhadap
timbulnya komplikasi akibat hipertensi yang diderita seperti Cerebral
Vascular Accident (CVA), gagal jantung dan penyakit lainnya. Diperkirakan
2/3 dari klien hipertensi yang berumur lebih dari 60 tahun akan mengalami
gagal jantung kongesif, infark miokard, stroke diseksi aorta dalam lima tahun
jika hipertensi tidak diobati (Arif Muttaqin, 2009).
Tekanan darah tinggi dapat diturunkan melalui perubahan gaya hidup
diantaranya manajemen stres dimana stres dapat meningkatkan tekanan darah.
Salah satu caranya adalah dengan teknik relaksasi. Relaksasi merupakan salah
satu teknik pengolahan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf
simpatis dan parasimpatis. Relaksasi ini mampu menghambat stres atau
ketegangan jiwa yang dialami seseorang sehingga tekanan darah tidak
meninggi atau menurun, Demikian relaksasi akan membuat kondisi seseorang
dalam keadaan rileks atau tenang, dalam mekanisme autoregulasi, relaksasi
dapat menurunkan tekanan darah melalui penurunan denyut jantung dan Total
Peripheral Resistance (Corwin, 2009)
Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) termasuk salah
satu dari tehnik relaksasi selain terapi musik klasik, yoga, tehnik nafas dalam,
dan terapi masase. (Muttaqin, 2009). Terapi SEFT merupakan salah satu
bentuk mind-body therapy dari terapi komplementer dan alternatif
keperawatan SEFT merupakan teknik penggabungan dari sistem energy tubuh
(energy medicine) dan terapi spiritual dengan menggunakan tapping pada
titik-titik tertentu pada tubuh. Terapi SEFT bekerja dengan prinsip yang
kurang lebih sama dengan akupuntur dan akupresur. Ketiganya berusaha
meerangsang titik-titik kunci pada sepanjang 12 jalur energy (energy
meridian) tubuh. Bedanya dibandingkan denga metode akupuntur dan
akupresur adalah teknik SEFT menggunakan unsur spiritual, cara yang
digunakan lebih aman, lebih mudah, lebih cepat dan lebih sederhana, karena
SEFT hanya menggunakan ketukan tingan (tapping) (Zainuddin, dalam
Rofacky & Aini, 2015).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2015) menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh terapi SEFT terhadap penurunan tekanan darah baik
sistolik maupun diastolik pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh Padang. Rata-rata nilai tekanan darah sistolik sebelum
diberikan terapi SEFT di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Padang adalah
148,53 mmHg dan sesudah diberikan terapi SEFT adalah 136,18 mmHg.
Terlihat bahwa terdapat penurunan tekanan darah sistolik sesudah intervensi
sebesar 12,35 mmHg. Sedangkan angka rata-rata nilai tekanan darah diastolik
sebelum diberikan terapi SEFT di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Padang
adalah 97,06 mmHg dan sesudah diberikan terapi SEFT adalah 89,71 mmHg.
Terlihat bahwa terdapat penurunan tekanan darah diastolik sesudah intervensi
sebesar 7,35 mmHg.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Faridah (2012) di RSUD Dr. Soegiri
Lamongan juga menunjukkan hal serupa. Tekanan darah systole dan diastole
pada penderita hipertensi dengan usia 45-59 tahun yang mendapat terapi
SEFT menunjukkan perbedaan bermakna. Tekanan darah systole rata-rata
sebelum dilakukan SEFT adalah 156.92mmHg. Tekanan darah systole
setelah dilakukan SEFT adalah 131.54mmHg. Sedangkan untuk tekanan
darah diastole rata-rata sebelum dilakukan terapi SEFT adalah 96,82mmHg
dan berubah setelah dilakukan terapi SEFT menjadi 85,38mmHg.
Data hasil skrining yang dilakukan oleh kelompok kami pada
pertengahan Juni 2017 meninunjukkan bahwa penderita hipertensi di RW VI
Kelurahan Pudak Payung Kecamatan Banyumanik sebanyak 64 orang.
Masalah hipertensi ini menjadi prioritas utama berdasarkan musyawarah
warga yang telah kami lakukan pada MW II. Hal ini juga menunjukkan
bahwa hipertensi adalah masalah yang serius di RW VI Kelurahan Pudak
Payung Kecamatan Banyumanik Semarang. Intervensi yang dipilih untuk
mengatasi masalah hipertensi adalah SEFT.
Terapi SEFT dipilih sebagai salah satu bentuk intervensi yang diberikan
kepada warga dan kepada kader posyandu lansia. Hal ini bertujuan supaya
warga dapat menerapkan terapi SEFT untuk mengatasi hipertensi. Selain itu
juga dengan pemberian intervensi SEFT kepada kader diharapkan kader dapat
mengetahui tentang terapi SEFT dan dapat mengajarkan SEFT ke warga lain
di lingkup RW VI terutama yang mengalami hipertensi.
B. Tujuan
Warga mampu menerapkan terapi SEFT secara benar dan mandiri sebagai
salah satu bentuk intervensi hipertensi.
C. Manfaat
1. Mengatasi mulai dari rasa takut, cemas, sedih, kecewa, stress, phobia,
trauma dan penyakit psikologis lainnya
2. Mengatasi masalah fisik seperti mual, mules, sakit kepala
berkepanjangan, epilepsi, stroke, jantung dan kanker.
D. Rencana Kegiatan
1. Sasaran
Penderita Hipertensi di Desa Jabon
2. Pengorganisasian (Waktu, kelompok, dan Tempat)
Tempat : Balai Desa Jabon
Hari/ tanggal : Jum’at, 28 November 2019
Waktu : Pukul 08.00 WIB – selesai
Jumlah audiens : 20 orang
Setting tempat :
Keterangan :
: Fasilitator
: Penyaji
: Klien
Pembagian peran dalam kegiatan :
a. Penyaji : Nawang Wulan
b. Fasilitator :
Wahyuna Dia Admiyatul
Alfin Kurniawan
Chinika Ariantiva Sari
Nabilla Choirun Nisa
3. Media
a. Speaker
b. Laptop
4. Metode
Terlampir
6. Pelaksanaan Demonstrasi Terapi SEFT
15 menit
2 Penyajian a. Menjelaskan pengertian Terapi SEFT Memperhatikan Ceramah dan
b. Menjelaskan indikasi Terapi SEFT penjelasan diskusi
c. Menjelaskan kontraindikasi Terapi SEFT perawat
d. Menjelaskan teknik pelaksanaan Terapi
SEFT
e. Menjelaskan nilai penurunan tekanan
darah setelah melakukan Terapi SEFT
f. Menjelaskan langkah-langkah Terapi Demonstrasi
Melakukan
SEFT terapi SEFT
Terapi SEFT
g. Demonstrasi Terapi SEFT bersama
4 menit Klien
3 Penutup a. Mempersilahkan warga untuk bertanya Tanya jawab
memberikan
b. Memberikan penjelasan lisan kepada
pertanyaan
klien
kepada perawat.
c. Melakukan evaluasi terhadap
Perawat
pelaksanaan Terapi SEFT
menjawab
d. Membuat kesimpulan
pertanyaan
e. Menutup dengan salam
klien.
Smeltzer, S.C. 2004. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart.
Ed.8. Vol.2. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabet. J (2009). Buku saku patofisiologi. Alih Bahasa Nike Budi
Subekti. Penerbit Buku Kedokteran EGC
(SOP)
4. KONTRAINDIKASI -
5. PERSIAPAN KLIEN 1. Pastikan klien siap untuk dilakukan SEFT
2. Jauhkan benda toxin (jam, sabuk, handphone, laptop,
cincin, pakaian yang wangi atau benda yang berada di
tubuh kita atau didepan kita dijauhkan)
3. Anjurkan untuk meminum air putih terlebih dahulu
(untuk mencegah energi yang keluar saat tapping)
4. Posisi SEFTer dengan pasien tidak boleh berhadapan
karena adanya hantaran energi yang keluar dari tubuh,
dianjurkan untuk posisi menyamping antara SEFTer
dengan pasien
5. Tentukan masalah yang akan diterapi. Masalah ini harus
jelas dan spesifik, bisa dibayangkan atau rasakan
langsung
7. CARA BEKERJA :
1. Estimate Severity
a. Ukur skala awal dari masalah dengan kisaran angka 0 sampai 10
b. Identifikasi rasa sakitnya, bukan nama sakitnya. Contoh: (sakit kepala bagian
samping, nyeri pundak atas kanan, dan lain-lain).
Angka 0 berarti tidak ada gangguan (tidak terasa sakit sama sekali)
Angka 10 berarti gangguan sangat kuat atau masalahnya sangat berat.
2. Melakukan Set Up
Ucapkan kalimat set up sesuai dengan masalah yang sedang anda hadapi dengan
penuh perasaan sebanyak 3 kali, sambil menekan dada di bagian sore spot, yaitu di
daerah sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit.
Contoh:Ya Allah, meskipun saya menderita nyeri perut yang sangat hebat dan
sering beser, saya ikhlas, saya pasrah padaMu sepenuhnya. (Bila anda beragama
lain, anda bisa mengganti Ya Allah dengan Ya Tuhan)
3. Lakukan Tune In
a. Pikirkan dan bayangkan peristiwa spesifik yang membangkitkan emosi negatif
yang ingin dihilangkan sambil mengulangi kata pengingat yang mewakili emosi
negatif yang kita rasakan. Kata pengingat terbaik, biasanya diambil dari kalimat
yang kita pilih dalam set up, misalnya: rasa nyeri.
b. Cara lain melakukan tune in ialah sambil membayangkan peristiwanya atau
merasakan sakitnya, lalu kita mengganti kata pengingatnya dengan doa
khusyuk: Saya ikhlas, saya pasrah padaMu Ya Allah.
4. Lakukan Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di
tubuh kita sebanyak kurang lebih 5-7 kali ketukan, sambil terus melakukan tune in
(mengucapkan permasalahn yang sedang dialami klien). Adapun titik-titik tersebut
adalah:
a. top of head (bagian atas kepala)
b. end of eyebrow (titik permulaan alis mata)
c. side of eye (titik permulaan alis mata)
d. under eye (2 cm di bawah mata)
e. under nose (di bawah hidung)
f. chin (antara dagu dan bagian bawah bibir)
g. collarbone (pada ujung tempat bertemu tulang dada dan tulang rusuk pertama)
h. under arm (untuk laki-laki terletak di bawah ketiak sejajar dengan putting susu
dan wanita terletak di perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah
payudara)
i. gamut (di bagian antara perpanjangan tulang jari manis dan tulang jari
kelingking)
j. karate point (di samping telapak tangan)
5. Di titik terakhir (Gamut Spot), lakukan 9 Gamut procedure sambil menekan pada
titik gamut dan tuning adalah sebagai berikut:
a. Menutup mata
b. Membuka mata
c. Menggerakkan mata dengan keras ke kanan bawah
d. Menggerakkan mata dengan keras ke kanan bawah
e. Memutar bola mata searah jarum jam
f. Memutar bola mata berlawanan arah jarum jam
g. Bergumam dengan berirama selama 2 detik
h. Menghitung dari 1 sampai 5
i. Bergumam dan bersenandung lagi selama 2 detik
6. The Tapping Again
langkah terakhir adalah mengulang lagi the tapping dan diakhiri dengan tarik
nafas panjang, hembuskan dan ucapkan rasa syukur (sesuai agama masing-
masing).
8. Hasil :
Pasien memiliki perasaan lega dengan beban yang dirasakan selama ini, missal
kecemasan, rasa takut, stress, kecewa, nyeri
A. PENGERTIAN
SEFT adalah teknik penyembuhan yang memadukan keampuhan
energi psikologi dengan kekuatan doa dan spiritualitas. Energi psikologi
adalah ilmu yang menerapkan berbagai prinsip dan teknik berdasarkan
konsep sistem energi tubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran, emosi dan
perilaku seseorang.
SEFT atau biasa disapa dengan “terapi ketuk” merupakan sebuah
metode yang menggunakan dasar sistem energi tubuh dalam
menghilangkan masalah-masalah fisik maupun emosi secara cepat.
Merupakan kolaborasi ketukan dua jari pada titik energy, dan spiritualitas
berupa doa-ikhlas-dan pasrah. Mengatasi mulai dari rasa takut, cemas,
sedih, kecewa, stress, phobia, trauma dan penyakit psikologis lainnya serta
masalah fisik seperti mual, mules, sakit kepala berkepanjangan, epilepsi,
stroke, jantung, kanker, dll. Metode ini dibawa ke Indonesia oleh Bapak
Ahmad Faiz Zainuddin seorang psikolog.
B. MANFAAT
Beberapa manfaat terapi SEFT antara lain :
1. Memberikan efek relaksasi pada tubuh
2. Memiliki efek positif pada tekanan darah, frekuensi denyut jantung,
dan frekuensi pernafasan
3. Merangsang pengeluaran hormon endhorpin yang dapat memberikan
efek tenang
4. Menurunkan kadar hormon kortisol dan menurunkan kecemasan
5. Membuat vasodilatasi pada pembuluh darah sehingga pembuluh darah
menjadi rileks dan terjadi penurunan tekanan darah
D. LANGKAH – LANGKAH
Prosedur gerakan terapi SEFT antara lain :
a. The Set-Up
The Set-Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita
vterarahkan dengan tepat. Langkah ini dilakukan untuk menetralisir
psychological reversal (perlawanan psikologis yang berupa pikiran
negatif spontan atau keyakinan bawah sadar negatif), seperti :
1) Saya selalu gagal mencapai sesuatu
2) Saya tidak mungkin mampu bersaing
3) Saya tidak bisa lepas dari kecanduan rokok
4) Saya sakit hati karena orangtua selalu menyalahkan saya, dan
sebagainya.
3) The Tapping
Bersamaan dengan tune-in, kita melakukan langkah ke-3, The
Tapping. Pada proses inilah (tune-in yang dilakukan bersamaan
dengan tapping) kita menetralisir emosi negatif atau rasa sakit fisik.
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada
titik-titik tertentu di tubuh kita sambil terus tune-in. Titik-titik ini
adalah titik-titik kunci dari The Major Energy Meridians, yang jika
kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya
gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan karena aliran
energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali.
Tapping dilakukan dengan ketukan ringan 5-7 kali dibagian tubuh
tertentu dengan mengucapkan masalah yang sedang dialami
misalnya, “Saya ikhlas menerima penyakit yang diberikan
Alloh SWT, saya pasrahkan kepada Alloh”. Titik-titik tapping
tersebut adalah:
Ini adalah langkah yang terlihat aneh dan lucu. Dalam psikoterapi
kontemporer, ini disebut teknik EMDR (Eye Movement
Desensitization Repatterning). Setelah menyelesaikan 9 Gamut
Procedure, langkah terakhir adalah mengulang lagi tapping dari titik
pertama hingga ke-17 (berakhir di Karate Chop). Kemudian
diakhiri dengan mengambil nafas panjang dan menghembuskannya,
sambil mengucap rasa syukur, Alhamdullilaah.