MOJOKERTO
2019
1. Pengembangan Pelayanan Home Care
Dalam buku (Ferry Efendi, 2009) Sejauh ini bentuk-bentuk pelayanan kesehatan
yang dikenal masyarakat dalam sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap
dan rawat jalan. Pada sisi lain, banyak anggota masyarakat yang mendertia sakit dan
karena berbagi pertimbangan terpaksa dirawat dirumah dan tidak dirawat inap di institusi
pelayanan kesehatan.
Faktor – faktor yang mendukung perawatan kesehatan dirumah adalah berikut ini
(Depkes RI, 2002).
1. Kasus – kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak efisien lagi apabila
dirawat di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya, klieb kanker stadium akhir yang
secara medis belum ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan.
2. Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelaanan kesehatan pada kasus – kasus
penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif lama. Dengan demikian
berdampak pada semakin meningkatnya kasu-kasus yang memerlukan tindak lanjut
perawatandi rumah. Misalnya, klien pasca-stroke yang mengalami komplikasi
kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi yang membutuhkan waktu relaitf
lama.
3. Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit merasakan bahwa perawatan
klien yang sangat lama (lebih dari satu minggu) tidak menguntungkan bahkan
menjadi beban bagi manajemen.
4. Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan
membatasi kehidupan manusia karena seseorang tidak dapat menikmati kehidupan
secara optimal dan terikat dengan aturan-aturan yang diterapkan.
5. Lingkungan dirunah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien
dibandingkan dengan perawatan dirumah sakit, sehingga dapat mempercepat
kesembuhan.
1. Kesiapan Petugas HC
Kesiapan petugas mencakup pengetahuan tentang pelayanan HC yaitu
tentang tujuan HC, ruang lingkup pelayanan dan variasi jenis pasien. Tujuan HC
memberikan pelayanan, tambahan yaitu follow-up pengobatan, menggali respons
pelayanan pasien terhadap pelayanan RS dan untuk perawatan berkala bagi pasien-
pasien kronis. Tujuan utama dari pela-yanan HC adalah memberikan pengobatan
pada penyakit atau cedera dan membantu pasien untuk memperoleh kembali
kemandiriannya semaksimal mungkin. Ruang lingkup pelayanan HC Prima Me-
dika berupa pemeriksaan fisik rutin, pemberian KIE, dan beberapa pelayanan
medis sesuai dengan jenis pasien. Pelayanan HC yang berbasis RS sebenar-nya
lebih kuat dari pelayanan HC yang tidak berbasis RS, sehingga ruang lingkup
pelayanannya juga bisa lebih luas lagi.
Variasi pasien dalam pelayanan HC RS Prima Medika lebih banyak dan ada
beberapa diagnosis dominan yang sebetulnya tingkat ketergantungannya tidak
tinggi tetapi banyak dikunjungi, namun yang paling membutuhkan adalah pasien
yang perlu perawatan jangka panjang yaitu pasien kanker dan pasien lansia. Sesuai
dengan pendapat Mitton yaitu sebenarnya banyak pasien yang menggunakan
pelayanan HC ternyata bukan lansia.
2. Adanya Motivator Petugas dalam Melaksanakan Pelayanan HC
Faktor yang dapat menjadi motivator adalah pengakuan atas prestasi kerja,
kelengkapan sarana dalam pekerjaan dan adanya tantangan untuk terus
berkembang atau berprestasi. Petugas puas atas sistem kompensasi yang diterapkan
pihak manaje-men, dukungan peralatan yang diberikan juga sudah memadai. Ada
peluang pengembangan yaitu adanya permintaan kunjungan ulang dari pasien yang
dikun-jungi terutama pasien yang menderita kanker dan pasien lansia.
3. Komitmen Petugas dalam Bekerja
Sikap yang ditunjukkan oleh petugas HC yaitu mengakrabkan diri dengan
pasien dan keluarganya, sikap antusias yaitu selalu bertanya tentang keadaan
pasien, sikap empati, dokter responsif dalam memberikan informasi dan menangani
keluhan pa-sien. Sikap ini sesuai pendapat Kotler yaitu ke-mampuan petugas untuk
cepat tanggap dalam menghadapi masalah mencerminkan tanggung jawab terhadap
pelanggannya dan dapat menunjang tercapainya kepuasan pelanggan.
Kerja sama antar petugas HC RS Prima Medika sudah baik, timbul
pengertian dari masing-masing petugas. Kerja sama antara petugas dan pasien
merupakan kunci keberhasilan suatu pelayanan, kerja sama ini sudah terbina
terutama pasien-pasien dan keluarganya yang sudah berlangganan. Kerja-sama
antara petugas HC dengan petugas lain dalam RS belum maksimal, terutama saat
mencari pasien yang akan dikunjungi.
4. Kelengkapan Fasilitas dan Peralatan di RS Seiring dengan bertambah tuanya
populasi dan canggihnya teknologi terjadi perkembangan peralatan HC yang
lengkap, sistem informasi canggih serta pelayanan oleh berbagai provider.13
Rumah Sakit (RS) Prima Medika memiliki beberapa fasilitas dan peralatan
canggih, namun belum dimaksimalkan pemanfaatannya karena SDM belum
terkoordinir dengan baik.
5. Komitmen Manajemen Mengembangkan Model Pelayanan HC
Adanya komitmen pihak manajemen untuk mengembangkan pelayanan HC
menjadi divisi-divisi khusus namun terbentur pada SDM yang dikatakan terbatas.
Berbeda dengan pendapat Stevens14 yang menyatakan bahwa pelayanan HC yang
berbasis RS dapat diberikan oleh tenaga profesional kesehatan yang banyak
tersedia di RS yaitu perawat profesio-nal, dokter, fisioterapis, ahli terapi kerja, ahli
terapi wicara, ahli gizi, radiografer, petugas laboratorium, dan psikolog.
6. Komitmen Manajemen dalam Sistem Pembiayaan HC
Pihak manajemen berkomitmen untuk mencoba pelayanan HC masuk
tanggungan asuransi karena menurut pihak manajemen pelayanan ini memang ada
di beberapa asuransi. Tanggungan perusahaan juga akan diajukan kembali
walaupun sebelumnya sudah pernah dilakukan namun karena informasi yang
diberikan belum lengkap sehingga belum ada perusahaan yang mau
mengambilnya. (Suarjana et al., 2012)
3. Harapan dan Tantangan dalam Pengembangan Pelayanan HC
Harapan sekaligus merupakan tantangan bagi RS dalam upaya pengembangan.
Pasien post SC menitikberatkan pada pelayanan perawatan bayi dan perawatan payudara,
pasien stroke memerlukan pelayanan rehabilitasi medis khususnya fisiotherapi, pasien
diabetes memerlukan pelayanan yang siap 24 jam, pasien lansia memerlukan pelayanan
HC khususnya penanganan keluhan-keluhan mendadak dan penyediaan alat-alat yang
membantu perawatan pasien lansia oleh pasien. Pasien post operasi mem-butuhkan
pelayanan berupa perawatan luka operasi, dan pasien kanker membutuhkan untuk
mengatasi keluhan-keluhan setelah kemotherapi
Petugas yang datang diharapkan sesuai dengan kondisi penyakit pasien sehingga
sebuah unit HC seharusnya mempunyai tim yang lengkap untuk memenuhi harapan
pasien. Frekuensi kun-jungan disesuaikan dengan prosedur dari tim HC dan yang sesuai
kebutuhan.
Beberapa pasien mempunyai tanggungan asu-ransi dan ikatan kerja sama (IKS)
dengan RS Prima Medika, mengharapkan pelayanan HC ditanggung oleh asuransi.
Sebagai contoh pada beberapa negara maju contohnya di Amerika, sistem pembiayaan ke-
sehatan masyarakat sudah terkoordinasi dengan baik melalui suatu program sejenis
asuransi kese-hatan yang terkenal yaitu Medicare dan Medicaid. (Suarjana, Dwi, &
Siswianti, 2012)
Selain penampilan dan komunikasi, perawat juga perlu memperhatikan bag technique
seperti berikut ini :
1. Jaga agar bagian dalam tas tetap dalam kondisi bersih
2. Letakkan tas di atas alas atau Koran yang baru atau besi, terutama jika ditaruh
didalam mobil
3. Ditempat klien, tempatkan tas diatas area yang bersih jauhkan dari anak – anak
atau binatang.
4. Peralatan atau bahan untuk cuci tangan I tempatkan paling atas di bagian tas
5. Ambil alat yang dibutuhkan untuk cuci tangan ke tempat cuci tangan (wastafel
atau yang lainnya yang tersedia), keringkan tangan dengan tissue
6. Setelah tangan di keringkan, gunakan tissue (papper towel) untuk mematikan
keran
7. Buka lagi tasnya kemudian ambil alat-alat yang diperlukan untuk home visit.
8. Gunakan sabun dan air atau desinfektan untuk membersihkan semua peralatan
yang digunakan sebelum dimasukkan ke dalam tas. Untuk peralatan yang tidak
mungkin di bersihkan di tempat klien, gunakan plastic bag lalu diserahkan ke
tempat mensteril alat.
9. Jangan menaruh tas pada suhu yang ekstrem atau menaruhnya di dalam mobil
dalam jangka waktu yang panjang.
10. Bersihkan desinfektan dan restock nursing bag tersebut setiap minggunya.
Kelebihan kekurangan
Biaya lebih murah di bandingkan dengan System nilai perawat dan model praktik
dirawat di rumah sakit. mungkin tidak cocok dengan pemberian
pelayanan di rumah.
Interaksi dengan klien lebih baik. Memerlukan waktu lebih lama
dibandingkan dengan pelayanan di rumah
sakit atau klinik.
Keluarga lebih menerima health education Tidak mudah mendapatkan pelayanan
dengan peralatan dan konsul emergensi.
Perawat dapat mengobservasi factor yang Kekhawatiran akan keselamatan diri.
mempengaruhi kesehatan keluarga.
Perawat dapat mengobservasi interaksi Tidak dapat bekerja dengan kelompok.
keluarga
Memungkinkan untuk dilakukan tindakan Gangguan lebih sulit dikontrol
lebih awal.
Memungkinkaan untuk mengidentifikasi Keluarga tidak senang ada yang masuk
sumber lingkungan dan hazards tanpa ijin atau memilih pelayanan
kesehatan.
Memfasilitasi partisipasi keluarga dalam Ada potensi terjadi kelelahan bagi pemberi
perawatan kesehatan. pelayanan
Memfasilitasi focus keluarga dan perawatan
individu.
DAFTAR PUSTAKA
Ferry Efendi, M. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Suarjana, K., Dwi, V., & Siswianti, Y. (2012). Prospek Pengembangan Pelayanan Home Care