Anda di halaman 1dari 39

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PEMBERDAYAAN)

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Erna Pangestuti (201601080)


2. Nurul Khoriah (201601103)
3. Pipit Rahayu (201601110)
4. Risca lestari (201601094)
5. Devi Ana Ariesta (201601105)
6. Sherli Ferdiana (201601099)
7. Chinika Ariantiva (201601108)
8. Nurul Azis (201601100)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
KABUPATEN MOJOKERTO

TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama
masayarakat yang memiliki penghasilan menengah ke bawah, pemerintah
telah meluncurkan beberapa program yang pada intinya bertujuan
memberdayakan potensi yang dimiliki untuk dikembangkan secara bersama-
sama. Kegiatan seperti ini diharapkan akan menghasilkan suatu organisasi
usaha yang dibentuk dan dikelola sendiri oleh masarakat yang tergabung
dalam kelompok usaha tersebut.
Konsep pemberdayaan mempengaruhi teori-teori yangberkembang
belakangan. Jika dilihat dari proses operasionalisasinya, maka ide
pemberdayaan memiliki dua kecenderungan, antara lain : pertama,
kecenderungan primer, yaitu kecenderungan proses yang memberikan atau
mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan (power) kepada
masyarakat atau individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi
pula dengan upaya membangun asset material guna mendukung pembangunan
kemandirian mereka melalui organisasi; dan kedua, kecenderungan sekunder,
yaitu kecenderungan yang menekankan pada proses memberikan stimulasi,
mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui
proses dialog. Dua kecenderungan tersebut memberikan (pada titik ekstrem)
seolah berseberangan, namun seringkali untuk mewujudkan kecenderungan
primer harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat
danmartabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu
untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakanan. Dengan
kata lain,pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.
Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu ;
pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan
bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat
dikembangkan. Artinya, tidak adamasyarakat yang sama sekali tanpa daya,
karena jika demikian akan sudah punah.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan
mendorong,memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Kedua, memperkuat
potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka ini
diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim
dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut
penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam
berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi
berdaya. Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah
peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam
sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi,
lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut
pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik,
maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat
dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan
lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan, dimana
terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu
ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-
program umum yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat
ini

1.2 Rumusan Masalah


Bagaiman penjelasan dari pemberdayaan masyarakat ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Peningkatan kemandirian masyarakat dan keluarga dalam bidang
kesehatan membuat masyarakat dapat memberi andil dalam
meningkatkan derajat kesehatannya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam bidang
kesehatan.
1.3.2.2 Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan
dan peningkatan derajat kesehatannya sendiri.
1.3.2.3 Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh
masyarakat.
1.3.2.4 Masyarakat mampu mengenali, memelihara, melindungi dan
meningkatkan kualitas kesehatannya, termasuk jika sakit dapat
memperoleh pelayanan kesehatan tanpa mengalami kesulitan
dalam pembiayaannya.
1.3.2.5 Memahami dan menyadari pentingnya kesehatan.
1.3.2.6 Memiliki ketrampilan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta memiliki kemudahan untuk menjaga kesehatan
diri dan lingkungannya.
1.3.2.7 Berupaya bersama (bergotong royong) menjaga dan
meningkatkan kesehatan lingkungannya.
1.3.2.8 Meningkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
secara sistematis untuk:
a. Mempunyai kekuatan sehingga mampu bertahan kemudian
mampu mengembangkan diri dan akhirnya mampu mandiri
b. Memberikan kesempatan, kemauan serta kemampuan
bersuara
c. Mempunyai kemampuan dan hak untuk memilih
d. Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan masyarakat di
tingkat lapangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Pemberdayaan masyarakat adalah kegiatan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat.Oleh karena itu, batas antara sasaran dan pelaku
pemberdayaan masyarakat sangat tipis sehingga dapat dikatakan bahwa
sasaran pemberdayaan adalah sekaligus juga pelaku pemberdayaan
mayarakat.Menurut Depkes RI (2007) pemberdayaan masyarakat (di bidang
kesehatan) adalah upaya menumbuhkan masyarakat agar mereka mempunyai
daya atau kekuatan untuk hidup mandiri.Upaya pemberdayaan tersebut
dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk
hidup sehat, disertai dengan pengembangan iklim yang mendukung.Upaya
tersebut dilakukan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat sesuai dengan
keadaan, masalah, dan potensi setempat. Dengan demikian, pemberdayaan
masyarakat adalah proses, sedangkan output-nya adalah kemandirian
mayarakat. Kemandirian masyarakat di bidang kesehatan tersebut berarti
bahwa mayarakat dapat mengenali tingkat kesehatan dan masalah kesehatan
mereka, merencanakan dan mengatasinya, memelihara, meningkatkan dan
melindungi.

2.2 Sasaran dan Pelaku Pemberdayaan Masyarakat


Sasaran pemberdayaan masyarakat adalah ditujukan pada perorangan,
keluarga dan masyarakat umum meliputi kegiatan berikut:
1. Pemberdayaan perorangan/individu untuk mendorong individu
mempunyai kemampuan memilih, menentukan dan mengupayakan dirinya
dalam meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi masalah
kesehatannya
2. Pemberdayaan keluarga merupakan fasilitas non instruksi untuk
mendorong keluarga mempunyai kemampuan meningkatkan kesehatan
keluarga, mencegah dan mengatasi masalah kesehatan keluarga dan
anggota keluarga dengan memanfaatkan potensi keluarga tanpa atau
dengan bantuan orang lain yang menghasilkan kemandirian keluarga
3. Pemberdayaan masyarakat. Merupakan proses fasilitas non instruksi untuk
mendorong peran aktif masyarakat masyarakat meningkatkan kesehatan,
mencegah dan mengatasi masalah kesehatan dengan memanfaatkan
potensi setempat, tanpa bergantung pada bantuan dari luar, sehingga
menghasilkan kemandirian masyarakat dan membantu keluarga rentan
dalam mengatasi masalah kesehatan
Meskipun demikian pemberdayaan ditujukan langsung kepada
masyarakat sebagai sasaran primer. Semestara pelaku pemberdayaan
masyarakat adalah kelompok-kelompok potensial di masyarakat, seperti
organisasi berbasis masyarakat atau agama, organisasi wanita atau pemuda,
organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, kelompok media massa dan
kelompok potensial lainnya di masyarakat. Mereka merupakan pelaku
pemberdayaan masyarakat dan orang-orang yang peduli terhadap kesehatan
masyarakat.
1. Tokoh-tokoh masyarakat atau sumber daya manusia (SDM) di masyarakat,
yaitu: semua orang yang memiliki pengaruh di masyarakat yang bersifat
formal (ketua RT, ketua RW, kepala dusun, kepala desa) dan non formal
(tokoh agama, adat, tokoh pemuda) yang merupakan kekuatan besar dan
mampu menggerakkan masyarakat di dalam setiap pembangunan
2. Organisasi masyarakat (PKK, karang taruna, remaja masjid, pengajian,
dan lain sebagainya) merupakan wadah berkumpulnya para anggota dari
masing-masing organisasi tersebut sehingga upaya pemberdayaan
masyarakat akan lebih berhasil guna bila memanfaatkannya dalam upaya
pembangunan kesehatan
3. Dana, sarana, material yang dimiliki masyarakat, agar mereka merasa ikut
memiliki dan bertanggungjawab terhadap upaya pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatannya serta pengembangan system yang
bersifat subsidi silang
4. Pengetahuan masyarakat, sikap, perilaku dan budaya masyarakat yang
positif akan bermanfaat bagi upaya pembangunan kesehatan masyarakat
5. Teknologi, kegiatan, system kerja yang sederhana dan tepat guna serta
dimiliki masyarakat sehingga dapat dimanfaatkan untuk memecahkan
masalah yang dialaminya
6. Pengambilan keputusan melalui tahapan penemuan masalah dan
perencanaan kegiatan pemecahan masalah kesehatan yang telah dilakukan
oleh masyarakat, akan mendorong masyarakat merasa memiliki dan
bertanggungjawab terhadap kegiatan yang mereka rencanakan sendiri,
hingga berdampak pada kesinambungan

2.3 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat


1. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.Di dalam upaya pemeliharaan
dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebaiknya secara bertahap
sedapat mungkin menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh
masyarakat, jika diperlukan bantuan dari luar bentuknya hanya berupa
rangsangan atau perlengkapan sehingga tidak semata – mata bertumpu
pada bantuan tersebut.
2. Menumbuhkan dan atau mengembangkan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan.Peran serta masyarakat di dalam pembangunan
kesehatan dapat diukur dengan makin banyaknya jumlah anggota
masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti
memanfaatkan Puskesmas, Pustu, Polindes, mau hadir ketika ada kegiatan
penyuluhan kesehatan, mau menjadi kader kesehatan, mau menjadi peserta
Tabulin, JPKM dan lain sebagainya.
3. Mengembangkan semangat kegiatan gotong royong dalam pembangunan
kesehatan.Semangat gotong royong yang merupakan warisan budaya
masyarakat Indonesia hendaknya dapat juga ditunjukkan dalam upaya
pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.Adanya
semangat gotong royong ini dapat diukur dengan melihat apakah
masyarakat bersedia bekerjasama dalam peningkatan sanitasi lingkungan,
penggalakan gerakan 3M (menguras-menutup-menimbun) dalam upaya
pemberantasan penyakit demam berdarah, dan lain sebagainya.
4. Bekerja bersama masyarakat.Setiap pembangunan kesehatan hendaknya
Pemerintah atau petugas kesehatan menggunakan prinsip bekerja untuk
dan bersama masyarakat. Maka akan meningkatkan motivasi dan
kemampuan masyarakat karena adanya bimbingan, dorongan, alih
pengetahuan dan keterampilan dari tenaga kesehatan kepada masyarakat.
5. Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat. Semua bentuk
upaya pemberdayaan masyarakat termasuk di bidang kesehatan apabila
ingin berhasil dan berkesinambungan hendaknya bertumpu pada budaya
dan adat setempat. Untuk itu pengambilan keputusan khususnya yang
menyangkut tata cara pelaksanaan kegiatan guna pemecahan masalah
kesehatan yang ada di masyarakat hendaknya diserahkan kepada
masyarakat, pemerintah/tenaga kesehatan hanya bertindak sebagai
fasilitator dan dinamisator. Dengan demikian masyarakat merasa lebih
memiliki tanggungjawab untuk melaksanakannya karena pada hakikatnya
mereka adalah subjek dan bukan objek pembangunan
6. Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan yang
ada di masyarakat.Prinsip lain dari penggerakan dan pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan adalah Pemerintah atau tenaga kesehatan
hendaknya memanfaatkan dan bekerja sama dengan LSM serta organisasi
kemasyarakatan yang ada di tempat tersebut. Dengan demikian upaya
pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat lebih berhasil
guna (efektif) dan berdaya guna (efisien).
7. Promosi, pendidikan dan pelatihan dengan sebanyak mungkin
menggunakan dan menanfaatkan potensi setempat
8. Upaya dilakukan secara kemitraan dengan berbagai pihak
9. Desentralisasi (sesuai dengan keadaan dan budaya setempat)
2.4 Ciri Pemberdayaan Masyarakat
Sebuah kegiatan dapat dikategorikan sebagai upaya yang berlandaskan
pada pemberdayaan masyarakat apabila dapat menumbuhkan dan
mengembangkan kemampuan / kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri, bukan kegiatan yang segala sesuatunya diatur dan disedikaan oleh
pemerintah maupun pihak lain. Kemampuan (potensi) yang dimiliki oleh
masyarakat dapat berupa hal-hal berikut:
1. Tokoh-tokoh masyarakat.Tokoh masyarakat adalah semua orang yang
memiliki pengaruh di masyarakat baik yang bersifat formal (ketua RT,
ketua RW, kepala dusun, kepala desa) dan non formal (tokoh agama, adat,
tokoh pemuda). Tokoh-tokoh masyarakat ini merupakan kekuatan yang
sangat besar dan mampu menggerakkan masyarakat di dalam setiap
pembangunan
2. Organisasi kemasyarakatan. Organisasi yang ada di masyarakat seperti
PKK, Lembaga Persatuan Pemuda (LPP), pengajian, dan lain sebagainya)
merupakan wadah berkumpulnya para anggota dari masing-masing
organisasi tersebut. Upaya pemberdayaan masyarakat akan lebih berhasil
apabila pemerintah/tenaga kesehatan memanfaatkannya dalam upaya
pembangunan kesehatan
3. Dana Masyarakat. Pada golongan masyarakat tertentu penggalangan dana
masyarakat merupakan upaya yang tidak kalah pentingnya. Namun pada
golongan masyarakat yang ekonominya pra-sejahtera, penggalangan dana
masyarakat hendaknya dilakukan sekadar agar mereka merasa ikut
memiliki dan bertanggungjawab terhadap upaya pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatannya. Cara lain yang dapat ditempuh adalah
dengan tabungan-tabungan atau system yang bersifat subsidi silang
4. Sarana dan material yang dimiliki masyarakat. Pemberdayagunaan sarana
dan material yang dimiliki oleh masyarakat, seperti peralatan, batu kali,
bambu, kayu dan lain sebagainya untuk pembangunan kesehatan akan
menumbuhkan rasa tanggungjawab dan ikut memiliki dari masyarakat
5. Pengetahuan masyarakat. Masyarakt memiliki pengetahuan yang
bermanfaat bagi pembangunan kesehatan masyarakat, seperti pengetahuan
tentang obat tradisional (asli Indonesia), pengetahuan mengenai penerapan
teknologi tepat guna untuk pembangunan fasilitas kesehatan di
wilayahnya, misalnya penyaluran air menggunakan bambu. Pengetahuan
yang dimiliki masyarakat tersebut akan meningkatkan keberhasilan upaya
pembangunan kesehatan
6. Teknologi system yang dimiliki masyarakat. Masyarakat juga memiliki
teknologi sendiri dalam memecahkan masalah yang dialaminya, teknologi
biasanya bersifat sederhana tapi tepat guna. Untuk itu pemerintah
sebaiknya memanfaatkan teknologi yang dimiliki oleh masyarakat tersebut
dan apabila memungkinkan dapat memberikan saran teknis guna
meningkatkan hasil gunanya
7. Pengambilan keputusan. Apabila tahapan penemuan masalah dan
perencanaan kegiatan pemecahan masalah kesehatan yang telah dilakukan
oleh masyarakat, maka pengambilan keputusan terhadap upaya pemecahan
masalahnya akan lebih baik apabila dilakukan oleh masyarakat sendiri.
Dengan demikian kegiatan pemecahan masalah kesehatan tersebut akan
berkesinambungan karena masyarakat merasa memiliki dan
bertanggungjawab terhadap kegiatan yang mereka rencanakan sendiri.

2.5 Model atau Bentuk Pemberdayaan Masyarakat


1. Pemberdayaan pimpinan masyarakat (community leaders) misalnya
melalui sarasehan
2. Pengambangan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
(communityorganizations) seperti Posyandu dan Polindes
3. Pemberdayaan pendanaan masyarakat (communityfund), misalnya dana
sehat dan JPKM
4. Pemberdayaan sarana masyarakat (communitymaterial), misalnya
membangun sumur atau jamban di masyarakat
5. Peningkatan pengetahuan masyarakat (communityknowledge) misalnya
lomba terampil dan lomba lukis anak-anak
6. Pengambangan teknologi tepat guna (communitytechnology) misalnya
penyederhanaan deteksi dini kanker dan ISPA. Peningkatan manajemen
atau proses pengambilan keputusan (communitydecisionmaking) misalnya
pendekatan edukatif

2.6 Strategi Pemberdayaan Masyarakat


Strategi yang dipergunakan dalam pemberdayaan masyarakat adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh Pemerintah.
3. Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan
sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan
kesehatan.
4. Mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan yang
sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat.
5. Mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat
secara terbuka (transparan).

2.7 Langkah – langkah Pemberdayaan Masyarakat


Langkah utama pemberdayaan masyarakat melalui upaya pendampingan
atau memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui
siklus pemecahan masalah yang terorganisasi (pengorganisasian masyarakat).
Tahap-tahap siklus pemecahan masalah meliputi hal-hal berikut:
1. Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah dan sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah
2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternative pemecahan masalah
dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki
3. Menetapkan alternative pemecahan masalah yang layak, merencanakan
dan melaksanakannya
4. Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang
telah dilakukan

Identifikasi
Fasilitasi masalah Fasilitasi

Pemantauan dan SIKLUS PEMECAHAN Perumusan alternative


evaluasi MASALAH pemecahan

Tetapkan dan laksanakan


Fasilitasi pemecahan masalah Fasilitasi

Gambar Indokator keberhasilan pemberdayaan masyarakat

Untuk melaksankan fasilitas atau pendampingan dapat dipergunakan


metode participatoryRuralApprasial (PRA). Untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan, dapat dipergunakan metode
Komunikasi Informasi Edukasi (KIE). PRA adalah suatu cara mengkaji
bersama yang dilakukan oleh atau pendamping untuk melakukan beberapa
kegiatan.
Berikut adalah beberapa kegiatan PRA:
1. Menilai atau memahami keadaan di masyarakat dan dapat dilakukan
akurasi data/informasi di antara mereka sehingga diperoleh pelajaran yang
berguna bagi partisipan sendiri
2. Mendorong upaya mereka untuk mengatasi masalah secara partisipatif
dengan mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang ada serta
kebersamaan menuju kemandirian

Keuntungan melibatkan orang yang terkait dengan masalah agar data


lebih akurat dan dapat dikonfirmasikan langsung di antara mereka, serta upaya
pemecahan akan lebih sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan mereka.
PRA akan mengembangkan forum pemberdayaan dan akan mendorong
partisipasi aktif masyarakat yang terkait. Partisipasi adalah tindakan yang
dilakukan dengan inisiatif dari masyarakat dan dibimbing oleh cara pola piker
sendiri, serta upaya control penting dilakukan oleh masyarakat sendiri. Wujud
partisipasi mereka ikut menciptakan sarana atau wahana serta aturan sehingga
terjadi mekanisme dan proses keterlibatan mereka dan dapat mengontrol
peran, saran dan proses. Dalam menyusun perencanaan dengan PRA, proses
yang sering dipergunakan adalah sebagai berikut:
1. Survey Mawas Diri (SMD) serta mendapatkan informasi tentang masalah,
sebab masalah dan potensi yang ada di desa, dengan menggunakan hal-hal
berikut.
a. Pemetaan hasil observasi dan kajian data yang meliputi:
- Keadaan umum, fasilitas umum, lingkungan
- Masalah kesehatan, resiko bencana, kejadian kegawatdaruratan
kesehatan yang terjadi
- Kegiatan gotong royong masyarakat dalam mencegah dan
mengatasi masalah kesehatan atau bencana
- Upaya kesehatan untuk kesehatan ibu, balita, posyandu dan lain-
lain
- Pengamatan dan pemantauan masalah kesehatan atau bencana
- Pembiayaan kesehatan
b. Focus group diskusi bersama masyarakat terkait sesuai dengan
masalah yang ditemukan dari hasil pemetaan sebelumnya, untuk
menggali informasi yang lebih dalam mengenai:
- Kebutuhan, kepedulian dan penyebab masalah
- Kesiapan masyarakat mengatasi masalah secara mandiri dengan
berbagai bentuk kegiatan gotong royong masyarakat, upaya
kesehatan, pengamatan dan pemantauan serta pembiayaan
kesehatan
2. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) dengan menggunakan cara berikut:
a. Dialog dan diskusi kesepakatan, untuk identifikasi masalah dan potensi
di desa dari hasil SMD
b. Pembobotan atau lembar masalah untuk menyusun urutan prioritas
masalah dengan argumentasi penilaian oleh peserta dan diakhiri
kesepakatan urutan prioritas dan penentuan masalah yang akan diatasi
c. Curah pendapat dialog dan diskusi untuk identifikasi penyebab
masalah dari masalah yang akan diatasi lalu diakhiri dengan
kesepakatan penyebab masalah yang akan diatasi
d. Table masalah, penyebab masalah dan potensi dapat digunakan untuk
menyususn alternative pemecahan penyebab masalah dengan
memanfaatkan potensi yang dimiliki, menudian diakhiri dengan
akternatif pemecahan yang layak atau dapat dilaksanakan
e. Table penyusunan kegiatan operasional dapat dilakukan untuk
menyusun kegiatan operasional dari setiap langkah kegiatan yang
meliputi bentuk kegiatan, tujuan, oleh siapa, dimana, kapan dan
bagaimana pelaksanaannya
f. Table pemantauan dan evaluasi dapat digunakan untuk kesiapan yang
meliputi indicator keberhasilan yang akan dipantau, bagaimana cara
memantau, kapan, oleh siapa dan dimana

Sementara langkah kegiatan di tingkat operasional


1. Pendekatan pada pimpinan masyarakat (advokasi)
2. Survey Mawas Diri atau pengkajian masalah di masyarakat
(communitydiagnosis)
3. Perumusan masalah dan kesepakatan bersama dalam Musyawarah
Masyarakat Desa (communityprescription)
4. Pemecahan masalah bersama (communitytreatment)
5. Pembinaan dan pengambangan (development)

Prinsip pemberdayaan
Peningkatan
1. Potensi masyarakat
2. Kontribusi masyarakat
3. Kegotongroyongan
4. Bekerja bersama masyarakat
5. Promosi dengan potensi
setempat
6. Kemitraan Langkah kegiatan di
7. Desentralisasi Tingkat Operasional:
1. Advokasi
2. SDM/diagnosis
Model/Bentuk Pemberdayaan 3. Prescription
Masyarakat 4. Development
1. Pimpinan masyarakat
2. Organisasi
3. Pendanaan
4. Sarana
5. Pengetahuan
6. Teknologi
7. Pengambilan keputusan

Gambar Prinsip, model/bentuk dan langkah kegiatan dalam


pemberdayaan masyarakat

2.8 Program
1. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan diharapkan dapat melaksanakan strategi yang
bersifat paripurna (Komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku
baru. Kebijakan nasional promosi kesehatan telah menetapkan tiga strategi
dasar promosi, yaitu gerakan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi
yang diperkuat oleh kemitraan serta metode dan sarana komunikasi yang
tepat. Kegiatan setrategi ini harus dilaksanakan secara lengkap dan
berkesinambungan dalam menangani setiap perilaku baru masyarakat yang
diperlukan oleh program kesehatan. Misalnya, bila program kesehatan ibu
dan anakmenghendaki agar setiap ibu hamil memeriksakan kandungannya
secara teratur di puskesmas. Untuk itu terhadap para ibu hamil harus
dilakukan pemberdayaan, pembinaan suasana lingkungan sosialnya, dan
advokasi kepada pihak-pihak yang dapat mendukung perilaku mereka.
2. Gerakan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus
menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta
proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu
menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge) dari tahu menjadi mau (aspek
attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari pemberdayaan adalah
individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. Dalam mengupayakan
agar seseorang tahu dan sadar, kuncinya terletak pada keberhasilan
membuat orang tersebut dapat memahami bahwa sesuatu (misalnya diare)
adalah masalah diri dan masyarakatnya. Sepanjang orang yang
bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu
merupakan masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima
informasi apapun lebih lanjut. Saat ia telah menyadari masalah yang
dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih
lanjut tentang masalah yang bersangkutan. Perubahan dari “tahu” ke
“mau” pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-fakta dan
mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan
harapan bahwa bahwa masalah tersebut bisa dicegah dan atau diatasi.
Disini dapat di kemukakan fakta tentang yang berkaitan dengan para tokoh
masyrakat sebagai panutan (misalnya tentang seorang tokoh agama yang
dia sendiri dan keluarganya tak pernah diserang diare karena perilaku yang
dipraktikkannya). Saat sasaran sudah akan berpindah dari “mau” ke
“mampu”, pelaksanaannya boleh jadi akan dihambat demensi ekonomi.
Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat di berikan bantuan
langsung, tetapi yang sering kali di praktikkan adalah dengan
mengajaknya kedalam proses pengorganisasian masyarakat (community
organization) atau perkembangan masyarakat (community development).
Untuk itu, sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu
kelompok untuk bekerja sama memecahkan kesulitan yang dihadapi.
Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar
(misalnya dari pemerintah ataupun dari dermawan). Di sinilah letak
pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dengan program kesehatan
yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh
program kesehatan sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada fase ini,
bukan sebelumnya. Bantuan hendaknya juga sesuai dengan apa yang
dibutuhkan masyarakat. Pemberdayaan akan lebih berhasil jika jika
dilaksanakan melalui kemitraan serta menggunakan metode dan teknik
yang tepat. Pada saat ini banyak dijumpai lembaga-lembaga swadaya
masyarakat yang bergerak dibidang kesehatan atau peduli terhadap
kesehatan. Kerjasama LSM ini harus digalang, baik anatara mereka
maupun antara mereka dan pemerintah, agar upaya pemberdayaan
masyarakat dapat berdaya guna dan berhasil guna.
3. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan social
yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan
perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau
melakukan sesuatu apabila lingkungan social dimana pun ia berada
(keluarga dirumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok
arisan, majelis agama, dan lain-lain, bahkan masyarakat umum) memeiliki
opini yang positif terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk
mendukung proses pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam upaya
mengajak para individu meningkatkan dari fase mau, perlu dilakukan bina
suasana. Tiga pendekatan dalam bina suasana, yaitu: pendekatan individu,
pendekatan kelompok, dan pendekatan masyarakat umum.
a. Bina suasana individu
Pendekatan ini diharap kan mereka akan menyebarluaskan opini yang
positif terhadap perilaku yang perkenalkan. Di samping itu mereka
juga diharapkan menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku
yang sedang diperkenalkan tersebut seperti seorang pemuda agama
yang rajin melaksanakan 3M yaitu menguras, menutup, dan mengubur
demi mencegah munculnya wabah demam berdarah. Lebih lanjut
bahkan dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan
turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang
kondusif bagi perubahan perilaku individu.
b. Bina suasana kelompok. Hal ini ditujukan kepada kelompok-kelompok
dalam masyarakat , seperti pengurus RT,RW, majelis pengajian,
perkumpulan seni, organisasi profesi, organisasi siswa dan mahasiswa,
organisasi pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat diharapkan
kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang
diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan
ini dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga mempraktikkan
perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang
terkait, dan atau melakukan control social terhadap individu-individu
anggotanya.
c. Bina suasana masyarakat umum. Dilakukan terhadap masyarakat
umum dengan membina dan memanfaatkan media media komunikasi.
Seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain
lainsehingga dapat tercipta pendapat umum. Dengan pendekatan ini
diharapkan media-media masa tersebut menjadi peduli dan mendukung
perilaku yang sedang diperkenalkan. Dengan demikian, maka media
masa tersebut lalu bersedia menjadi mitrra dalam rangka menyebar
luaskan informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan
menciptakan pendapat umum (opini publik) yang positif tentang
perilaku tersebut. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan
dirasakan pula sebagai pendukung atau penekan (social pressure) oleh
individu-individu anggota masyarakat sehingga akhirnya mereka mau
melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.
4. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang stategis dan terencana
untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihat terkait
(stakeholders). Berbeda dengan bina suasana, advokasi diarahkan untuk
menghassilkan dukungan yang berupa kebijakan (misalnya dalam bentuk
peraturan perundan-undangan), dana, sarana dan sejenisnya. Advokasi
akan lebih efektif bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan yaitu dengan
membentuk jejaring advokasi atau forum kerja sama. Stakeholders yang
dimaksud dapat berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan
sebagai penentu kebijakan pemerintah dan penyandang dana pemerintah
juga dapat berupa tokoh masyarakat informal misalnya tokoh agama,
tokoh adat, dan lain lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu
kebijakan (tidak tertulis) dibidangnya. Hal yang juga tidak boleh dilupakan
adalah tokoh-tokoh dunia usaha yang diterapkan dapat berperan sebagai
penyandang dana non pemerintah. Pada diri sasaran advokasi umumnya
berlangsung tahapan tahapan, yaitu :
 Mengetahui atu menyadari adanya masalah
 Tertarik ikut mengatasi masalah
 Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan
berbagai alternatif pemecahan masalah
 Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu
alternatif pemecahan masalah dan
 Memutuskan tindaklanjut kesepakatan.
Dengan demikian advokasi harus dilakukan secara terencana,
cermat, dan cepat. Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang,
antara lain:
 Sesuai minat dengan minat perhatian sasaran advokasi,
 Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah,
 Memuat peran sasaran dalam pemecahan masalah,
 Berdasakan kepada fakta atau avindence-baced,
 Dikemas secara menarik dan jelas,
 Sesuai dengan waktu yang tersedia
5. Kemitraan
Kemitaan perlu adanya penggalangan dengan individu-individu,
keluarga, penjabat, instansi pemerintahan yang terkait dengan urusan
kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media masa dan
lain-lain baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina suasana, serta
advokasi. Kemitraan yang digalang harus berlandaskan pada tiga prinsip
dasar kesejahteraan, keterbukaan dan saling menguntungkan.
a. Kesejateraan. Kesejateraan berarti tidak diciptakan hubungan yang
bersifat hierarki. Semua harus diawali dengan kesediaan menerima
bahwa masing-masing berada dalam kedudukan yang sama (berdiri
sama tinggi, duduk sama rendah). Keadaan ini dapat dicapai apabila
semua pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan yaitu
hubungan yang dilandasi kebersamaan/kepentingan bersama. Bila
kemudian dibentuk stuktur yang hierarki (dalam organisasi kelompok
kemitraan) misalnya berdasarkan kesempatan.
b. Keterbukaan. Dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari
masing-masing pihak. Setiap usul saran komentar harus disertai
dengan alasan yang jujur, sesuai fakta dan tidak menutup-nutupi
sesuatu pada awalnya hal ini mungkin akan menimbulkan diskusi yang
seru layaknya pertengkaran. Akan tetapi kesadaran akan kekeluargaan
dan kebersamaan akan mendorong timbulnya solusi yang adil dari
pertengkarang tersebut.
c. Saling ketergantungan. Solusi yang adil terutama dikaitkan dengan
adanya keuntungan yang di dapat oleh semua pihak yang terlibat.
Perilaku sehat dan kegiatan-kegiatan kesehatan dengan demikian harus
dapat dirumuskan keuntungan-keuntungannya (baik langsung maupun
tidak langsung) bagi semua pihak yang terkait. Termasuk keuntungan
ekonomis bila mungkin

2.9 Penilaian Pemberdayaan Masyarakat


1. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari
indicator output, proses dan input.
Indicator input merupakan SDM yang berperan (pimpinan
masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan kader); jumlah dan
sumber dana yang digunakan; barang, alat; dan sarana lain yang
digunakan.

Indicator proses merupakan jumlah dan jenis kegiatan yang


dilakukan, khususnya; jumlah pelatihan tokoh masyarakat/tokoh
agama/kader, jumlah kegiatan penyuluhan yang dilakukan dan jumlah
pertemuan dalam rangka pengambilan keputusan yang diselenggarakan
Indikator output. Peningkatan jumlah pimpinan tokoh organisasi /
kelompok masyarakat yang berperan aktif, jumlah individu/keluarga yang
meningkatkan pengetahuan/kesadaran kemampuannya di bidang
kesehatan, peningkatan jumlah rumah yang memenuhi persyaratan
kesehatan, jumlah posyandu, polindes, pemanfaatan dan tingkat
pengembangannya, serta SDM (pimpinan masyarakat, tokoh masyarakat,
tokoh agama dan kader) yang berperan.
Kegiatan teknis dalam pergerakan dan pemberdayaan masyarakat
meliputi sebagai berikut:
 Pengamatan epidemiologi sederhana
 Promosi kesehatan
 Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
 PHBS

INPUT PROSE OUTPU


S T

Jumlah SDM, dana Jumlah dan jenis Jumlah pimpinan masyarakat


dan sarana yang kegiatan yang yang berperan aktif, jumlah
berperan digunakan dilakukan rumah yang sehat

Gambar Indokator keberhasilan pemberdayaan masyarakat

2. Supervisi
a. Pengertian
 Supervisi adalah suatu tekhnik pelayanan yang tujuan utamanya
adalah mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama (H.
Burton dalam Pier. AS,1997;hal20).
 Supervisi keperawatan adalah proses pemberian sumber yang
dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka
pencapaian tujuan.
b. Tujuan supervisi keperawatan
Pemenuhan dan peningkatan kepuasan pelayanan klien dan keluarga
Dalam proses supervisi dilakukan :
 Apa yang dilakukan perawat agar dia dapat menegtahui tugasnya
dan dapat melakukan tugasnya
 Membantu perawat untuk mengembangkan ketrampilan yang
diperlukan dalam melakukan tugasnya
 Mempunyai kemampuan penuh yang dapat dikembangkan lebih
lanjut
c. Pelaksana supervisi
1) Kepala ruangan:
 Bertanggung jawab dalam supervsi pelayanan keperawatan
untuk klien
 Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayan kesehatan di rumah sakit.
 Mengawasi perawat pelaksana dalam melakukan praktek
keperawatan
2) Pengawas Perawatan
 Betanggung jawab dalam supervisi pelayan keperawatan pada
kepala ruangan yang ada pada SMF
3) Kepala seksi Perawatan
 Kasi mengawasi pengawas SMF dalam melaksanakan tigas
secara langsung dan sekuruh perawt secara tidak langsung
4) Kepala Bidang Perawatan
 Kabid bertanggung jawab untuk supervisi pada kasi perawatan
secara langsung dan semua perawat secra tidak langsung
d. Prinsip Supervisi keperawtan
 Supervisi dilakukan sesuai denga struktur organisasi
 Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, ketrampilan
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip
menejemen
 Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi, dan
dinyatakan melalui petunjuk, perauran atau kebijakan dan uraian
tugas standar
 Supervisi adalah proses kerja sama yang demokratis antara
supervisor dan staff perawat
 Supervsisi menggunakan proses manajemen termasuk menerapkan
misi,falsafah, tujuan, dan rencana spesifik untuk mencapai tujuan
 Supervisi menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi
efektif , merangsang kreatifitas dan motifasi
 Supervisi mempunyai tujuan utaman atau ahiryang memberi
keamanan, hasil guna dan daya guna pelayanan keperawatan yang
memberi kepuassan klein , perawat dan manager.
e. Peran dan Fungsi Supervisi Keperawatan
Peran dan fungsi manager dalam supervisi terutama adalah
mempertahankan keseimbangan manager pelayanan keperawatan,
sumberdaya dan managemen anggaran yang tersedia.
f. Tekhnik Supervisi
Proses supervisi praktek keperawatan,meliputi 3 element :
1. Standar praktek keperawatan sebagai acuan
2. Facta pelaksanaan praktek perawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapaian dan kesenjangan
3. Tindak lanjut baik mempertahankan kualitas maupun upaya
memperbaiki.
Area Supervisi :
1. Pengetahuan dan pengertian tentang klien
2. Ketrampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar
3. Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran, empati
Cara Supervisi :
1) Langsung
Supervisi keperawatan dilaksanakan pada kegiatanyang
sedang berlangsung. Pada supervisi modern diharapkan supervisor
terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan epmberian petunjuk
tidak dirasakan sebagai perintah. Umpan balik dan perbaikan dapat
dilakukan saat supervise Proses Supervisi langsung :
a. PA melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan
didampingi supervisor
b. Selama proses, supervisor dapat membri dukungan,
reinforcement, dan petunjuk
c. Setelah selesai, supervisor dan PA melakukan diskusi yang
bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai, dan
memperbaiki apa yang belum/kurang sesuai.
2) Tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis maupun lisan,
Supervisor tidak meliat langsung apa yang terjadi dilapangan,
sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta/data.
Umpan balik dapat dilaksanakan secara tertulis.
BAB III
PROPOSAL

3.1 Latar Belakang


Supervisi merupakan salah satu fungsi dari manajemen. Seorang
manajer dalam hal ini supervisor hendaknya mampu menjalankan fungsi-
fungsi manajemen sebagaimana mestinya agar dapat dicapai tujuan secara
berdaya guna dan berhasil guna.
Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi. Salah satu
prinsip pokok dalam setiap organisasi adalah delegasi kekuasaan (pelinpahan
wewenang). Kekuasaan atau wewenang merupakan hak seseorang untuk
mengambil tindakan yang perlu agar tugas dan fungsi-fungsinya dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dalam mendelegasikan kekuasaan agar
proses delegasi dapat efektif maka pejabat yang mendelegasi kekuasaan harus
membimbing dan mengawasi (supervisi) orang yang menerima delegasi
wewenang.
Wewenang dan instruksi-instruksi yang jelas harus dapat diberikan
kepeda bawahan sehingga dapat diketahui apakah bawahan dapat melakukan
tugasnya dengan baik.Atas dasar instruksi yang diberikan kepada bawahan
dapat diawasi pekerjaan seorang bawahan. Suatu system pengawasan adalah
efektif bilamana system pengawasan itu memenuhi prinsip fleksibilitas. Titik
berat pengawasan (supervisi) sesungguhnya berkisar pada manusia sebab
manusia itulah yang melakukan kegiatan-kegiatan dalam organisasi yang
bersangkutan.
Dalam proses supervisi ada beberapa fase yang harus diperhatikan oleh
supervisor yaitu, (1) menetepkan alat ukur (standart), (2) mengadakan
penilaian (evaluation) dan (3) mengadakan tindakan perbaikan (corrective
actions).
3.2 Tujuan
3.2.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan proses spervisi pada pembelajaran masyarakat
3.2.2 Tujuan Khusus
1) Mengevaluasi atau menilai proses penyuluhan
2) mampu mengadakan tindakan perbaikan / konsep solusi (corrective
actions)
3) memberikan masukan dari hasil evaluasi

3.3 Tempat dan Waktu


3.3.1 Tempat : Di Balai Dusun Mojoanyar
3.3.2 Waktu : Hari Selasa, 22 Juni 2019
3.3.3 pukul : 16.00 WIB

3.4 Sasaran
3.4.1 Objek pengawasan : Proses penyuluhan
3.4.2 Subjek pengawasan : Pengawasan intern /pengawasan vertical/
pengawasan formal
3.4.3 Materi : Penanganan ISPA

3.5 Metode
3.5.1 Diskusi
3.5.2 Demonstrasi

3.6 Alat Bantu


3.6.1 Sarana diskusi: buku, pulpen
3.6.2 Leaflet
3.6.3 LCD
3.6.4 Leptop
3.7 Panitia Penyelenggara
Agar pelaksanaan aplikasi peran supervisi terselenggara dengan baik
maka struktur organisasinya sebagai berikut :
1) Supervisor : Pipit Rahayu
2) Kader : Nurul Khoriah
3) Tim penyuluh : Erna Pangestuti

3.8 Kegiatan Supervisi


No Tahap Waktu Kegiatan
1 Pembukaan 5 menit 1. Perkenalan
2. Menjelaskan tujuan kegiatan
2 Supervisi
a. Pra supervisi 5 menit 1. Supervisor menetapkan kegiatan
yang akan dilakukan supervisi
2. Menyiapakan instrumen (format
supervisi)

b. Pelaksanaan 30 menit 1. Sepervisor mengikuti kegiatan yang


dilakukan (opservasi,wawancara
dan memvalidasi)
2. Melakukan klarifikasi permasalahan
3. Melakukan dokumentasi kegiatan
yang telah dilakukan

c. Pasca supervisi 15 menit 1. Memberikan penilaian


2. Memberikan feed back
3. Membuat laporan dan rencana
tindak lanjut
3 Penutup 5 menit Salam
3.9 Kriteria Evaluasi
a. Struktur (input)
1. Pelaksanaan penyuluhan.
2. Persiapan di lakukan sebelumnya.
3. Perawat yang bertugas.
b. Proses
1. Pelaksanaan penyuluhan di lakukan sesuai dengan prosedur
penyuluhan
2. Pelaksanaan penyuluhan sesuai dengan alur yang telah di tentukan.
c. Hasil
1. Puas dengan hasil pelaksanaan penyuluhan
2. Pendokumentasian penyuluhan dapat di lakukan dengan benar
FORMAT SUPERVISI

Nama Kader : Nurul Khoriah

Tema Pendidikan Kesehatan : Penanganan ISPA

Hari / Tanggal :22 Mei 2019

Penilaian
No Unsur Yang dinilai
1 2 3 4
1 Menyampaikan salam
2 Menyampaikan tujuan penyuluhan
3 Penguasaan materi
4 Kemampuan menyajikan
5 Ketepatan waktu
6 Penggunaan metode dan alat bantu
7 Sikap dan perilaku
8 Cara menjawab pertanyaan
9 Penggunaan bahasa
10 Mengevaluasi kemampuan peserta
Jumlah skor nilai
Nilai total: skor nilai x 2,5
Saran :...........................................................................................

.......................................................................................................
Keterangan: Supervisor

1 : Tidak dilakukan

2 : Sebagian kecil dilakukan

3 : Sebagian besar dilakukan

4 : Semua dilakukan (..........................................)

Klasifikasi nilai:

Baik: > 76, Cukup: 60-76, Kurang: < 60


FORMAT PENILAIAN PENYULUHAN
Desa : Jabon
Rw / Rt : 01/02
Hari-tanggal : Senin-08
Tempat : Balai dusun Mojoanyar
Materi Penyuluhan : Penangan ISPA

Aspek yang dinilai Nilai Nilai


No
(Tahap persiapan penyuluhan ) Maksimal Didapat
1 Persiapan peserta 5
 Undangan
2 Persiapan penyuluh 5
 Ketersediaan tempat duduk
3 Persiapan Alat 5
 Leaflet atau yang lain
 Lcd
 Leptop dan kabel
4 Persiapan konsumsi 5
 Minuman atau makanan untuk peserta

Aspek yang dinilai Nilai Nilai


No
(Fase Kerja) Maksimal Didapat
1 Persiapan Materi 5
2 Penguasaan Materi Penyuluhan 5
3 Menyampaikan tujuan pokok penyuluhan 5
4 Kejelasan dalam menyampaikan materi 5
5 Ketepatan waktu 5
6 Kemampuan menyampaikan argumentasi 5
7 Kemampuan memahami pertanyaan 10
8 Ketepatan menjawab pertanyaan 10
9 Kemampuan mendorong diskusi secara aktif 10
Aspek yang dinilai Nilai Nilai
No
(Tahap Terminasi) Maksimal Didapat
1 Kemampuan Peserta penyuluhan setelah 10
mengikuti kegiatan
2 Kemampuan menyimpulkan hasil penyuluhan 10

Mojokerto,…………
Penilai

( )
Keterangan
Interval Nilai dan Kategori
Jumlah Nilai = 35 – 55 Kategori kurang persiapan dalam penyuluhan
Jumlah Nilai = 55 -75 Kategori Cukup persiapan dalam penyuluhan
Jumlah Nilai = 75 – 100 Kategori Baik persiapan dalam penyuluhan
LAMPIRAN SAP PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Penanganan ISPA


Sasaran : Seluruh warga Kecamatan Mojoanyar
Hari / tgl : 22 Mei 2019
Waktu : 16.00 WIB - selesai
Tempat : Balai dusun Mojoanyar

A. Karakteriktis Peserta
1. Tingkat pendidikan : Tamat SD,SMP,SMA / STM
2. Usia : 25 – 50 tahun
3. Sosial : Menengah ke atas , menengah ke bawah

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan warga Mojoanyar memahami
tentang kesehatan anak
2. Tujuan Khusus
 Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan warga Mojoanyar
memahami tentang ksehatan pada anak.
 Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan warga Mojoanyar dapat
melakukan tindakan pencegahan agar anak – anaknya tidak terkena
penyakit ISPA.

C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian kesehatan anak
2. Menjelaskan tentang ISPA pada anak
3. Penyebab terjadinya ISPA
4. Pencegahan penyakit ISPA
D. Kegiatan
Kegiatan Kegiatan
Media
No. Tahap Pemberian Yang Diberi Metode Waktu
dan Alat
Penyuluhan Penyuluhan
1. Penda- 1. Memberi salam 1. Menjawab 1. Metode 5 menit
huluan dan perkenalan salam Tanya
2. Menginformasi 2. Memperhati- jawab
kan pokok- kan
pokok materi

2. Penya- 1. Menanyakan 1. Memberi 1. Ceramah leaflet 30


jian kepada pendapat dan tanya menit
keluarga Jawab
tentang
pengertian
kesehatan anak
2. Menanggapi 2. Memperhati 2. Ceramah
jawaban kan
keluarga
Menjelaskan
pengertian
kesehatan anak 3. Memeperhati 3. Ceramah
3. Menjelaskan akn dan
ISPA pada mencatat
anak 4. Memperhati 4. Ceramah
kan dan
4. Menjelaskan mencacat
tentang
penyebaba 5. Memperhati 5. Ceramah
ISPA kan dan dan
5. Menjelaskan mencacat demons-
pencegahan trasi
agar tidak
terjadi ISPA 6. Memperhati 6. Ceramah
6. Mempersilahk kan dan
an warga untuk cacat
bertanya 7. Memperhati 7. Ceramah
7. Mengumpul- kan dan
kan mencatat
pertanyaaan 8. Memberi 8. Ceramah
8. Menanggapi pertayaan
pertanyaan 9. Mendengar- 9. Diskusi
kan
3 Penu- 1. Memotivasi Bersedia Ceramah 5menit
tup warga agar melaksanak
dapat hidup an dan
sehat dan menjawab
bersih salam
2. Memberikan
saran dan
menutup
dengan salam

E. Perencanaan evaluasi
1) Input
- Jumlah peserta 100%
- Ketetapan metode yang akan dipilih dengan pemahaman peserta
2) Proses
- 50% peserta mengalami peningkatan pemahaman tentang materi yang
diberikan
- Para peserta termotivasi pada materi penyuluhan
3) Output
- Ketepatan waktu pelaksanaan terwujudnya maasyarakat yang sadar
akan kesehatan
Lampiran

ROLE PLAY
Tokoh Role Play
1. Erna P sebagai Tim Penyuluh
2. Nurul sebagai kader
3. Pipit sebagai Supervisi
4. Risca sebagai moderator
5. Deviana sebagi peserta penyuluhan
6. Sherly sebagi peseta penyuluhuan
7. Chika sebagai peserta penyuluhan
8. Aziz sebagi sie perlengkapan

Pada hari kamis tanggal 16 Juni 2019 Di Mojoanyar terdapat Kegiatan


Penyuluhan tentang pendidikan penanganan ISPA :
 Para undangan masuk ketempat yang telah disiapkan oleh Panitia.(Sie
terima Tamu mempersilahkan duduk )
 Panitia membagi makanan dan minu/man.(Sie konsumsi membagikan
makanan dan minuman )
 Acara penyuluhan pun dimulai
 Penyampaian materi
 Sesi Tanya jawab
Rischa : kami membuka 1 sesi pertanyaan jika bertanya
sebut nama ., iya dengan bapak siapa?
Sherly : bagaimana cara bila saat dirumah anak saya sakit
batuk, apa yang harus saya lakukan?
:bagaimana cara kita menciptakan lingkungan yang
sehat ?
Deviana : gizi apa saja yang dibutuhkan balita dalam
pertumbuhan balita? Sedangkan di dusun ini gajinya
saja pas-pasaan,,

 Sesi Diskusi
Erna :bapak redakan batuk dengan bahan yang aman seperti
campuran 1 sendok teh jeruk nipis dan 1 sendok teh
kecap manis, diminum 3 X sehari.
Nurul : untuk menciptakan lingkungan yg seperti itu berawal
dari kesadaran masing – masing semisalnya dengan
menjaga lingkungan rumah dll
Erna : gizi yang seimbang bu yaa. Seperti ada karbonya dll
 Sesi penutup
Moderator : Dari penjelasan ini tadi didapatkan kesimpulan bahwa ,
Lingkungan yang sehatdapat tercipta dengan cara menjega lingkungan
sekitar agar bersih dan juga mencukupi kebutuhan dengan gizi yang
seimbang, dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung protein,
karbohidrat, vitamin dan lain-lain. Semoga apa yang disampaikan hari
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terima kasih wassalamualaikum
wr. wb

Peserta penyuluhan pulang

Beberapa saat kemudian setelah para peserta pulang, panitia


penyuluhan berkumpul untuk melakukan evaluasi tentang jalanya
penyuluhan tadi,.

Pipit : assalamualaikum wr. wb


Bagaimana kabarnya sehat semua?
Penyuluhannya cukup bagus , apakah ada hambatan dalam melakukan
penyuluhan tadi ?
Erna : Dari saya penyampai materi , saya kurang menguasai materi
karena terburu buru dalam pengarapannya terburu waktu
Aziz : susah mencari pinjaman kursi itu , jadi yaa seadanya .
Saya tadi sudah mengikuti jalannya penyuluhan yang saudara lakukan,
dari penyuluhan yang anda lakukan saya mendaptkan ada beberapa hal
yang kurang, benar yang telah disampaikan wike dan Dita, saya
menilai diantarnya:
1. Dari tahap persiapan
Dari tahap persiapan seharusnya unuk penyediaan tempat duduk itu
jangan disamakan dengan jumlah para undangan, maka harus
dilebihkan soalnya jika ada peserta dari dusun lain yang ingin
mengikuti penyuluhan dapat tempat duduk, tidak seperti tadi. Maka
untuk kedepannya tidak terulang lagi.
2. Dari tahap pelaksanaan
 Dari penyampaian materi pemahaman terhadapa materi
kurang, tergesa gesa dalam menyampaiakan materi, dan
tujuan pokok dalam penyuluhan tidak disebutkan. Jika dalam
menyampaikan materi anda tidak peham dengan materinya
bagaiman masyarakat akan mengerti tentang materi yang
anda berikan,
 Saat memberikan jawaban dari sebuah pertanyaan maka
harus diajarkan cara menanganinya misalnya dengan
demonstrasi cara memberika obat batuk yang benar.
3. Dari tahap terminasi
 Untuk moderator saat memberikan kesimpulan disesuaikan
dengan materi yang sudah disampaiakan dan mengunakan
bahasa yang mudah dimengerti oleh warga serta pertanyaan –
pertanyaan yang dari peserta penyuluhan disimpulkan juga dan
berikan jawaban ulang agar peserta mendapat informasi yang
lebih jelas.
Pipit : mungkin itu yang dapat saya sampaikan dan masuk –
masukkan ini jadikan peganggan untuk kedepannya lebih
baik
Rischa : Terima kasih masukkannya

Pipit : sama – sama , tapi saat saya melakukan supervise tadi


bagaimana perasaan kalian???
Erna : jujur saya grogi bu, tapi akan saya perbaiki dan teman -
temanjuga akan berusaha lebih baik lagi bu,
Pipit : itu wajar bagi kalian, kan baru pertama kali, ya sudah ini
semua dapat kalian jadikan motivasi kalian untuk
berkembang lebih baik lagi. Saya ucapkan trimakasih pada
kalian semua saya akhiri wassalamualaikum, wr, wb

Anda mungkin juga menyukai