TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Peningkatan kemandirian masyarakat dan keluarga dalam bidang
kesehatan membuat masyarakat dapat memberi andil dalam
meningkatkan derajat kesehatannya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam bidang
kesehatan.
1.3.2.2 Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan
dan peningkatan derajat kesehatannya sendiri.
1.3.2.3 Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh
masyarakat.
1.3.2.4 Masyarakat mampu mengenali, memelihara, melindungi dan
meningkatkan kualitas kesehatannya, termasuk jika sakit dapat
memperoleh pelayanan kesehatan tanpa mengalami kesulitan
dalam pembiayaannya.
1.3.2.5 Memahami dan menyadari pentingnya kesehatan.
1.3.2.6 Memiliki ketrampilan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta memiliki kemudahan untuk menjaga kesehatan
diri dan lingkungannya.
1.3.2.7 Berupaya bersama (bergotong royong) menjaga dan
meningkatkan kesehatan lingkungannya.
1.3.2.8 Meningkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
secara sistematis untuk:
a. Mempunyai kekuatan sehingga mampu bertahan kemudian
mampu mengembangkan diri dan akhirnya mampu mandiri
b. Memberikan kesempatan, kemauan serta kemampuan
bersuara
c. Mempunyai kemampuan dan hak untuk memilih
d. Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan masyarakat di
tingkat lapangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pemberdayaan masyarakat adalah kegiatan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat.Oleh karena itu, batas antara sasaran dan pelaku
pemberdayaan masyarakat sangat tipis sehingga dapat dikatakan bahwa
sasaran pemberdayaan adalah sekaligus juga pelaku pemberdayaan
mayarakat.Menurut Depkes RI (2007) pemberdayaan masyarakat (di bidang
kesehatan) adalah upaya menumbuhkan masyarakat agar mereka mempunyai
daya atau kekuatan untuk hidup mandiri.Upaya pemberdayaan tersebut
dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk
hidup sehat, disertai dengan pengembangan iklim yang mendukung.Upaya
tersebut dilakukan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat sesuai dengan
keadaan, masalah, dan potensi setempat. Dengan demikian, pemberdayaan
masyarakat adalah proses, sedangkan output-nya adalah kemandirian
mayarakat. Kemandirian masyarakat di bidang kesehatan tersebut berarti
bahwa mayarakat dapat mengenali tingkat kesehatan dan masalah kesehatan
mereka, merencanakan dan mengatasinya, memelihara, meningkatkan dan
melindungi.
Identifikasi
Fasilitasi masalah Fasilitasi
Prinsip pemberdayaan
Peningkatan
1. Potensi masyarakat
2. Kontribusi masyarakat
3. Kegotongroyongan
4. Bekerja bersama masyarakat
5. Promosi dengan potensi
setempat
6. Kemitraan Langkah kegiatan di
7. Desentralisasi Tingkat Operasional:
1. Advokasi
2. SDM/diagnosis
Model/Bentuk Pemberdayaan 3. Prescription
Masyarakat 4. Development
1. Pimpinan masyarakat
2. Organisasi
3. Pendanaan
4. Sarana
5. Pengetahuan
6. Teknologi
7. Pengambilan keputusan
2.8 Program
1. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan diharapkan dapat melaksanakan strategi yang
bersifat paripurna (Komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku
baru. Kebijakan nasional promosi kesehatan telah menetapkan tiga strategi
dasar promosi, yaitu gerakan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi
yang diperkuat oleh kemitraan serta metode dan sarana komunikasi yang
tepat. Kegiatan setrategi ini harus dilaksanakan secara lengkap dan
berkesinambungan dalam menangani setiap perilaku baru masyarakat yang
diperlukan oleh program kesehatan. Misalnya, bila program kesehatan ibu
dan anakmenghendaki agar setiap ibu hamil memeriksakan kandungannya
secara teratur di puskesmas. Untuk itu terhadap para ibu hamil harus
dilakukan pemberdayaan, pembinaan suasana lingkungan sosialnya, dan
advokasi kepada pihak-pihak yang dapat mendukung perilaku mereka.
2. Gerakan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus
menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta
proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu
menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge) dari tahu menjadi mau (aspek
attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari pemberdayaan adalah
individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. Dalam mengupayakan
agar seseorang tahu dan sadar, kuncinya terletak pada keberhasilan
membuat orang tersebut dapat memahami bahwa sesuatu (misalnya diare)
adalah masalah diri dan masyarakatnya. Sepanjang orang yang
bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu
merupakan masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima
informasi apapun lebih lanjut. Saat ia telah menyadari masalah yang
dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih
lanjut tentang masalah yang bersangkutan. Perubahan dari “tahu” ke
“mau” pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-fakta dan
mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan
harapan bahwa bahwa masalah tersebut bisa dicegah dan atau diatasi.
Disini dapat di kemukakan fakta tentang yang berkaitan dengan para tokoh
masyrakat sebagai panutan (misalnya tentang seorang tokoh agama yang
dia sendiri dan keluarganya tak pernah diserang diare karena perilaku yang
dipraktikkannya). Saat sasaran sudah akan berpindah dari “mau” ke
“mampu”, pelaksanaannya boleh jadi akan dihambat demensi ekonomi.
Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat di berikan bantuan
langsung, tetapi yang sering kali di praktikkan adalah dengan
mengajaknya kedalam proses pengorganisasian masyarakat (community
organization) atau perkembangan masyarakat (community development).
Untuk itu, sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu
kelompok untuk bekerja sama memecahkan kesulitan yang dihadapi.
Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar
(misalnya dari pemerintah ataupun dari dermawan). Di sinilah letak
pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dengan program kesehatan
yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh
program kesehatan sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada fase ini,
bukan sebelumnya. Bantuan hendaknya juga sesuai dengan apa yang
dibutuhkan masyarakat. Pemberdayaan akan lebih berhasil jika jika
dilaksanakan melalui kemitraan serta menggunakan metode dan teknik
yang tepat. Pada saat ini banyak dijumpai lembaga-lembaga swadaya
masyarakat yang bergerak dibidang kesehatan atau peduli terhadap
kesehatan. Kerjasama LSM ini harus digalang, baik anatara mereka
maupun antara mereka dan pemerintah, agar upaya pemberdayaan
masyarakat dapat berdaya guna dan berhasil guna.
3. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan social
yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan
perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau
melakukan sesuatu apabila lingkungan social dimana pun ia berada
(keluarga dirumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok
arisan, majelis agama, dan lain-lain, bahkan masyarakat umum) memeiliki
opini yang positif terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk
mendukung proses pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam upaya
mengajak para individu meningkatkan dari fase mau, perlu dilakukan bina
suasana. Tiga pendekatan dalam bina suasana, yaitu: pendekatan individu,
pendekatan kelompok, dan pendekatan masyarakat umum.
a. Bina suasana individu
Pendekatan ini diharap kan mereka akan menyebarluaskan opini yang
positif terhadap perilaku yang perkenalkan. Di samping itu mereka
juga diharapkan menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku
yang sedang diperkenalkan tersebut seperti seorang pemuda agama
yang rajin melaksanakan 3M yaitu menguras, menutup, dan mengubur
demi mencegah munculnya wabah demam berdarah. Lebih lanjut
bahkan dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan
turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang
kondusif bagi perubahan perilaku individu.
b. Bina suasana kelompok. Hal ini ditujukan kepada kelompok-kelompok
dalam masyarakat , seperti pengurus RT,RW, majelis pengajian,
perkumpulan seni, organisasi profesi, organisasi siswa dan mahasiswa,
organisasi pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat diharapkan
kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang
diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan
ini dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga mempraktikkan
perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang
terkait, dan atau melakukan control social terhadap individu-individu
anggotanya.
c. Bina suasana masyarakat umum. Dilakukan terhadap masyarakat
umum dengan membina dan memanfaatkan media media komunikasi.
Seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain
lainsehingga dapat tercipta pendapat umum. Dengan pendekatan ini
diharapkan media-media masa tersebut menjadi peduli dan mendukung
perilaku yang sedang diperkenalkan. Dengan demikian, maka media
masa tersebut lalu bersedia menjadi mitrra dalam rangka menyebar
luaskan informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan
menciptakan pendapat umum (opini publik) yang positif tentang
perilaku tersebut. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan
dirasakan pula sebagai pendukung atau penekan (social pressure) oleh
individu-individu anggota masyarakat sehingga akhirnya mereka mau
melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.
4. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang stategis dan terencana
untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihat terkait
(stakeholders). Berbeda dengan bina suasana, advokasi diarahkan untuk
menghassilkan dukungan yang berupa kebijakan (misalnya dalam bentuk
peraturan perundan-undangan), dana, sarana dan sejenisnya. Advokasi
akan lebih efektif bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan yaitu dengan
membentuk jejaring advokasi atau forum kerja sama. Stakeholders yang
dimaksud dapat berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan
sebagai penentu kebijakan pemerintah dan penyandang dana pemerintah
juga dapat berupa tokoh masyarakat informal misalnya tokoh agama,
tokoh adat, dan lain lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu
kebijakan (tidak tertulis) dibidangnya. Hal yang juga tidak boleh dilupakan
adalah tokoh-tokoh dunia usaha yang diterapkan dapat berperan sebagai
penyandang dana non pemerintah. Pada diri sasaran advokasi umumnya
berlangsung tahapan tahapan, yaitu :
Mengetahui atu menyadari adanya masalah
Tertarik ikut mengatasi masalah
Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan
berbagai alternatif pemecahan masalah
Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu
alternatif pemecahan masalah dan
Memutuskan tindaklanjut kesepakatan.
Dengan demikian advokasi harus dilakukan secara terencana,
cermat, dan cepat. Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang,
antara lain:
Sesuai minat dengan minat perhatian sasaran advokasi,
Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah,
Memuat peran sasaran dalam pemecahan masalah,
Berdasakan kepada fakta atau avindence-baced,
Dikemas secara menarik dan jelas,
Sesuai dengan waktu yang tersedia
5. Kemitraan
Kemitaan perlu adanya penggalangan dengan individu-individu,
keluarga, penjabat, instansi pemerintahan yang terkait dengan urusan
kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media masa dan
lain-lain baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina suasana, serta
advokasi. Kemitraan yang digalang harus berlandaskan pada tiga prinsip
dasar kesejahteraan, keterbukaan dan saling menguntungkan.
a. Kesejateraan. Kesejateraan berarti tidak diciptakan hubungan yang
bersifat hierarki. Semua harus diawali dengan kesediaan menerima
bahwa masing-masing berada dalam kedudukan yang sama (berdiri
sama tinggi, duduk sama rendah). Keadaan ini dapat dicapai apabila
semua pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan yaitu
hubungan yang dilandasi kebersamaan/kepentingan bersama. Bila
kemudian dibentuk stuktur yang hierarki (dalam organisasi kelompok
kemitraan) misalnya berdasarkan kesempatan.
b. Keterbukaan. Dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari
masing-masing pihak. Setiap usul saran komentar harus disertai
dengan alasan yang jujur, sesuai fakta dan tidak menutup-nutupi
sesuatu pada awalnya hal ini mungkin akan menimbulkan diskusi yang
seru layaknya pertengkaran. Akan tetapi kesadaran akan kekeluargaan
dan kebersamaan akan mendorong timbulnya solusi yang adil dari
pertengkarang tersebut.
c. Saling ketergantungan. Solusi yang adil terutama dikaitkan dengan
adanya keuntungan yang di dapat oleh semua pihak yang terlibat.
Perilaku sehat dan kegiatan-kegiatan kesehatan dengan demikian harus
dapat dirumuskan keuntungan-keuntungannya (baik langsung maupun
tidak langsung) bagi semua pihak yang terkait. Termasuk keuntungan
ekonomis bila mungkin
2. Supervisi
a. Pengertian
Supervisi adalah suatu tekhnik pelayanan yang tujuan utamanya
adalah mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama (H.
Burton dalam Pier. AS,1997;hal20).
Supervisi keperawatan adalah proses pemberian sumber yang
dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka
pencapaian tujuan.
b. Tujuan supervisi keperawatan
Pemenuhan dan peningkatan kepuasan pelayanan klien dan keluarga
Dalam proses supervisi dilakukan :
Apa yang dilakukan perawat agar dia dapat menegtahui tugasnya
dan dapat melakukan tugasnya
Membantu perawat untuk mengembangkan ketrampilan yang
diperlukan dalam melakukan tugasnya
Mempunyai kemampuan penuh yang dapat dikembangkan lebih
lanjut
c. Pelaksana supervisi
1) Kepala ruangan:
Bertanggung jawab dalam supervsi pelayanan keperawatan
untuk klien
Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayan kesehatan di rumah sakit.
Mengawasi perawat pelaksana dalam melakukan praktek
keperawatan
2) Pengawas Perawatan
Betanggung jawab dalam supervisi pelayan keperawatan pada
kepala ruangan yang ada pada SMF
3) Kepala seksi Perawatan
Kasi mengawasi pengawas SMF dalam melaksanakan tigas
secara langsung dan sekuruh perawt secara tidak langsung
4) Kepala Bidang Perawatan
Kabid bertanggung jawab untuk supervisi pada kasi perawatan
secara langsung dan semua perawat secra tidak langsung
d. Prinsip Supervisi keperawtan
Supervisi dilakukan sesuai denga struktur organisasi
Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, ketrampilan
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip
menejemen
Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi, dan
dinyatakan melalui petunjuk, perauran atau kebijakan dan uraian
tugas standar
Supervisi adalah proses kerja sama yang demokratis antara
supervisor dan staff perawat
Supervsisi menggunakan proses manajemen termasuk menerapkan
misi,falsafah, tujuan, dan rencana spesifik untuk mencapai tujuan
Supervisi menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi
efektif , merangsang kreatifitas dan motifasi
Supervisi mempunyai tujuan utaman atau ahiryang memberi
keamanan, hasil guna dan daya guna pelayanan keperawatan yang
memberi kepuassan klein , perawat dan manager.
e. Peran dan Fungsi Supervisi Keperawatan
Peran dan fungsi manager dalam supervisi terutama adalah
mempertahankan keseimbangan manager pelayanan keperawatan,
sumberdaya dan managemen anggaran yang tersedia.
f. Tekhnik Supervisi
Proses supervisi praktek keperawatan,meliputi 3 element :
1. Standar praktek keperawatan sebagai acuan
2. Facta pelaksanaan praktek perawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapaian dan kesenjangan
3. Tindak lanjut baik mempertahankan kualitas maupun upaya
memperbaiki.
Area Supervisi :
1. Pengetahuan dan pengertian tentang klien
2. Ketrampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar
3. Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran, empati
Cara Supervisi :
1) Langsung
Supervisi keperawatan dilaksanakan pada kegiatanyang
sedang berlangsung. Pada supervisi modern diharapkan supervisor
terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan epmberian petunjuk
tidak dirasakan sebagai perintah. Umpan balik dan perbaikan dapat
dilakukan saat supervise Proses Supervisi langsung :
a. PA melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan
didampingi supervisor
b. Selama proses, supervisor dapat membri dukungan,
reinforcement, dan petunjuk
c. Setelah selesai, supervisor dan PA melakukan diskusi yang
bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai, dan
memperbaiki apa yang belum/kurang sesuai.
2) Tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis maupun lisan,
Supervisor tidak meliat langsung apa yang terjadi dilapangan,
sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta/data.
Umpan balik dapat dilaksanakan secara tertulis.
BAB III
PROPOSAL
3.4 Sasaran
3.4.1 Objek pengawasan : Proses penyuluhan
3.4.2 Subjek pengawasan : Pengawasan intern /pengawasan vertical/
pengawasan formal
3.4.3 Materi : Penanganan ISPA
3.5 Metode
3.5.1 Diskusi
3.5.2 Demonstrasi
Penilaian
No Unsur Yang dinilai
1 2 3 4
1 Menyampaikan salam
2 Menyampaikan tujuan penyuluhan
3 Penguasaan materi
4 Kemampuan menyajikan
5 Ketepatan waktu
6 Penggunaan metode dan alat bantu
7 Sikap dan perilaku
8 Cara menjawab pertanyaan
9 Penggunaan bahasa
10 Mengevaluasi kemampuan peserta
Jumlah skor nilai
Nilai total: skor nilai x 2,5
Saran :...........................................................................................
.......................................................................................................
Keterangan: Supervisor
1 : Tidak dilakukan
Klasifikasi nilai:
Mojokerto,…………
Penilai
( )
Keterangan
Interval Nilai dan Kategori
Jumlah Nilai = 35 – 55 Kategori kurang persiapan dalam penyuluhan
Jumlah Nilai = 55 -75 Kategori Cukup persiapan dalam penyuluhan
Jumlah Nilai = 75 – 100 Kategori Baik persiapan dalam penyuluhan
LAMPIRAN SAP PENYULUHAN
A. Karakteriktis Peserta
1. Tingkat pendidikan : Tamat SD,SMP,SMA / STM
2. Usia : 25 – 50 tahun
3. Sosial : Menengah ke atas , menengah ke bawah
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan warga Mojoanyar memahami
tentang kesehatan anak
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan warga Mojoanyar
memahami tentang ksehatan pada anak.
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan warga Mojoanyar dapat
melakukan tindakan pencegahan agar anak – anaknya tidak terkena
penyakit ISPA.
C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian kesehatan anak
2. Menjelaskan tentang ISPA pada anak
3. Penyebab terjadinya ISPA
4. Pencegahan penyakit ISPA
D. Kegiatan
Kegiatan Kegiatan
Media
No. Tahap Pemberian Yang Diberi Metode Waktu
dan Alat
Penyuluhan Penyuluhan
1. Penda- 1. Memberi salam 1. Menjawab 1. Metode 5 menit
huluan dan perkenalan salam Tanya
2. Menginformasi 2. Memperhati- jawab
kan pokok- kan
pokok materi
E. Perencanaan evaluasi
1) Input
- Jumlah peserta 100%
- Ketetapan metode yang akan dipilih dengan pemahaman peserta
2) Proses
- 50% peserta mengalami peningkatan pemahaman tentang materi yang
diberikan
- Para peserta termotivasi pada materi penyuluhan
3) Output
- Ketepatan waktu pelaksanaan terwujudnya maasyarakat yang sadar
akan kesehatan
Lampiran
ROLE PLAY
Tokoh Role Play
1. Erna P sebagai Tim Penyuluh
2. Nurul sebagai kader
3. Pipit sebagai Supervisi
4. Risca sebagai moderator
5. Deviana sebagi peserta penyuluhan
6. Sherly sebagi peseta penyuluhuan
7. Chika sebagai peserta penyuluhan
8. Aziz sebagi sie perlengkapan
Sesi Diskusi
Erna :bapak redakan batuk dengan bahan yang aman seperti
campuran 1 sendok teh jeruk nipis dan 1 sendok teh
kecap manis, diminum 3 X sehari.
Nurul : untuk menciptakan lingkungan yg seperti itu berawal
dari kesadaran masing – masing semisalnya dengan
menjaga lingkungan rumah dll
Erna : gizi yang seimbang bu yaa. Seperti ada karbonya dll
Sesi penutup
Moderator : Dari penjelasan ini tadi didapatkan kesimpulan bahwa ,
Lingkungan yang sehatdapat tercipta dengan cara menjega lingkungan
sekitar agar bersih dan juga mencukupi kebutuhan dengan gizi yang
seimbang, dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung protein,
karbohidrat, vitamin dan lain-lain. Semoga apa yang disampaikan hari
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terima kasih wassalamualaikum
wr. wb