Remaja
Abstrak
Angka kejadian dismenorea primer pada remaja wanita usia 14–19 tahun di Indonesia sekitar 54, 89 %. Di SMA
Negeri I Cimahi pada tahun 2014, jumlah siswi kelas XI 167 orang, sebanyak 161 orang (96,4%) siswi mengalami
dismenorea. Dampak dismenorea berat menyebabkan (27,7%) siswi tidak dapat mengikuti proses pembelajaran,
tidak masuk sekolah, dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Beratnya dismenorea dibutuhkan penanganan non
farmakologi yang cukup terjangkau, hemat dan efisien, salah satunya menggunakan kompres hangat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap dismenorea primer pada remaja. Metode penelitian
yang digunakan adalah quasy experiment dengan pendekatan one group pretest-posttest design. Populasi penelitian
remaja kelas XI SMA Negeri 1 Cimahi tahun 2014 yang mengalami dismenorea sebanyak 83 orang. Sebanyak
18 responden diambil sebagai sampel melalui teknik simple random sampling. Untuk mengukur skala nyeri
digunakan Verbal Descriptor Scale (VDS), tingkat nyeri diukur sebelum dan setelah kompres hangat dengan suhu
air 46°C selama 20 menit. Data analisis dengan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat nyeri
dismenorea sebelum kompres 6.5 dengan standar deviasi 1.654 dan setelah kompres hangat 4.22 dengan standar
deviasi 1.665. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan pada tingkat sebelum dan sesudah kompres
hangat pada remaja. Disarankan bagi pihak puskesmas dan sekolah untuk meningkatkan frekuensi penyuluhan
tentang penanganan nyeri dismenorea pada remaja dengan metode non farmakologi yang murah, mudah, efektif
dan efisien menggunakan kompres hangat dan agar sekolah memfasilitasi peralatan untuk kompres hangat.
Abstract
In Indonesia, primary dysmenorrhea occurs in 54.89% of adolescent girls age 14-19 years old. At SMA Negeri
1 Cimahi (Cimahi 1 High School) in 2014, 161 in 167 (96.4%) second-grade female students had dysmenorrhea.
Severe dysmenorrhea interrupted daily activities of 27.7% of students and caused them to be distracted in class
and miss school. Severe dysmenorrhea requires affordable, cheaper and efficient nonpharmacological treatment,
such as warm compress. The research aimed to identify the effect of warm compress in adolescents with primary
dysmenorrhea. The study used Quasy experiment method with one group pretest-posttest design. Out of 83 second-
grade female students at SMA Negeri I Cimahi Year 2014, 18 respondents were selected using simple random
technique sampling. Pain score was measured using Verbal Descriptor Scale (VDS) before and after students were
given warm compress for 20 minutes with water temperature of 46°C. The statistical analysis used Wilcoxon
formula. The results showed that the pain level before given warm compress was 6.5 with deviation standard
of 1.654, and after given warm compress was 4.22 with deviation standard of 1.665. The statistical analysis
showed that warm compress affected dysmenorrhea with a p-value of 0.000 (<α=0.05 ). It was concluded that
warm compress is able to influence dysmenorrhea pain level in adolescents. It was suggested to the community
health center and to the school that they should conduct more health educations sessions about management
of dysmenorrhea in adolescents, particularly about nonpharmacological technique of warm compress which is
cheap, easy, effective and efficient. The school health clinic was also suggested to start providing warm compress.
orang (48,4%), dismenorea sedang 65 orang dismenorea sedang dan berat, terjadi
(40,4%), dismenorea berat terkontrol 14 orang pada saat 24 jam saat menstruasi tiba,
(8,7%) dan dismenorea berat tidak terkontrol tidak menderita dismenorea yang tidak
4 orang (2,48%). Dampak dari dismenorea terkontrol, tidak sedang dalam pengobatan,
tersebut menyebabkan (27,7%) dari mereka dan siklus menstruasi regular setiap bulan.
tidak dapat mengikuti proses pembelajaran Setelah diberikan informed consent pada
dan tak jarang mereka meminta ijin untuk 18 responden, peneliti memberitahukan
tidak masuk sekolah, sehingga dampak agar pada saat penelitian responden tidak
tersebut dapat mengganggu kegiatan sehari- mengonsumsi obat-obatan. Pada saat
hari. Hasil wawancara pada sebagian siswi responden mengalami dismenorea hari
yang mengalami dismenorea didapatkan pertama, responden memberitahukan kepada
bahwa mereka melakukan cara untuk peneliti dengan cara mengirim pesan melalui
mengurangi nyeri dengan mengonsumsi telepon atau telepon langsung. Kemudian
obat, minuman kunyit, minum air hangat dan peneliti datang ke sekolah responden untuk
tidur. Apabila dismenorea terjadi di sekolah memberikan intervensi kompres hangat
mereka istirahat di ruang UKS atau minum di ruang UKS. Intervensi diberikan secara
obat sesuai kebiasaan masing-masing siswi. perorangan dan dilakukan sesuai waktu dan
Menurut mereka yang mengalami dismenorea tempat yang telah disepakati.
berat, nyeri tidak teratasi hanya dengan Sebelum diberikan intervensi, responden
mengonsumsi kunyit. Berdasarkan fenomena dipersilahkan untuk mengisi kuesioner skala
tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah nyeri, kemudian dilakukan kompres hangat
untuk mengetahui pengaruh kompres hangat menggunakan buli-buli karet dibungkus
terhadap dismenorea primer pada remaja kantong kain bersih dengan ukuran 26cm x
kelas XI SMA Negeri 1 Cimahi. 18 cm, diisi air panas 500 ml dengan suhu air
46°C diukur menggunakan termometer air,
diletakkan di area abdomen bawah selama 20
Metode Penelitian menit, dengan posisi responden semi fowler.
Setelah diberikan intervensi kemudian
Rancangan penelitian ini menggunakan quasi peneliti langsung membereskan peralatan
eksperimen tanpa ada kelompok kontrol, yaitu selama 2 menit dan peneliti memberikan
One Group PreTest – Post test design (Grove, kembali kuesioner skala nyeri untuk diisi
Burns & Gray, 2013). Penelitian dilakukan kembali oleh responden. Instrumen penelitian
dengan cara memberikan pretest sebelum yang digunakan adalah lembar check list
intervensi dan posttest setelah intervensi. intensitas nyeri yaitu skala pendeskripsi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui verbal (Verbal Descriptor Scale/VDS);
pengaruh kompres hangat dalam mengurangi merupakan sebuah garis terdiri angka 0
skala nyeri dismenorea primer pada siswi sampai 10, “0 merupakan tidak nyeri’’, “1–3
kelas XI di SMA Negeri 1 Cimahi. nyeri ringan”, “4–6 nyeri sedang “, “7–9
Variabel independen pada penelitian nyeri berat terkontrol” dan “10 nyeri berat
ini adalah kompres hangat. Variabel tidak terkontrol”.
dependennya adalah nyeri saat menstruasi Analisis data dilakukan peneliti untuk
sebelum dilakukan kompres hangat dan nyeri menjawab tujuan yang ingin dicapai dalam
menstruasi setelah dilakukan kompres hangat. penelitian ini, yaitu analisis univariat dan
Populasi penelitian adalah siswi kelas 2 SMA bivariat. Analisis univariat untuk mengetahui
Negeri 1 Cimahi yang berjumlah 83 orang, rata-rata skala nyeri dismenorea sebelum
jumlah sampel ditentukan berdasarkan rumus kompres hangat, dan rata-rata skala nyeri
Dahlan (2012), didapatkan sampel sejumlah dismenorea setelah kompres hangat. Analisis
18 orang siswi yang mengalami dismenorea. bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh
Sampel diambil dengan teknik Simple kompres hangat terhadap dismenorea primer
Random Sampling dengan cara mengundi pada remaja, analisis yang digunakan uji
anggota populasi. nonparametrik dengan menggunakan uji
Adapun kriteria inklusi yang ditetapkan Wilcoxon.
sebagai berikut; remaja putri mengalami Etika penelitian dilakukan dangan cara
Tabel 2 Distribusi Rata-Rata Dismenorea Primer Setelah dilakukan Kompres Hangat pada
Remaja Kelas XI SMA Negeri 1 Cimahi Tahun 2014
Variabel Pengukuran Mean SD (Median) 95%
Minimal – CI
maksimal
Nyeri Post test 4.22 1.665 (4.50) 3.39-5.05
Tabel 3 Pengaruh Kompres Hangat terhadap Dismenorea Primer pada Remaja Kelas XI SMA
Negeri 1 Cimahi Tahun 2014
Variabel Pengukuran N (Median) Rata-Rata ± P
SD
Minimal –maksimal Value
Nyeri Pre test 18 7.00 (4-9) 6.50±1.654
Post test 18 4.50 (1-7) 4.22±1.665 0.000
dilakukan kompres hangat 4.22. Pada post- mengharuskan mereka untuk berbaring di
test diketahui hasil skor terendah adalah 1 dan UKS. Data tersebut menunjukkan responden
hasil skor tertinggi adalah 7 dengan standard yang mengalami nyeri (dari skala 4–9) yang
deviation 1.665 dan median 4.50. dideskriptifkan dismenorea sedang sampai
berat seluruhnya mengatakan ketika mereka
3.Pengaruh Kompres Hangat Terhadap sedang mengalami dismenorea mereka tidak
Dismenorea Primer mengonsumsi obat atau menggunakan hal
Tabel 3 Pengaruh kompres hangat terhadap yang lainnya untuk mengurangi nyeri. Alasan
dismenorea primer pada remaja kelas XI mereka tidak menggunakan obat-obatan
SMA Negeri 1 Cimahi Tahun 2014 karena mereka takut menimbulkan dampak
Tabel 3 tersebut memperlihatkan bahwa ketergantungan terhadap obat-obatan. Sesuai
hasil uji Wilcoxon didapatkan p-value 0.000 yang disampaikan oleh Kozier & Erb’s, (2009),
(<α=0.05) maka H0 ditolak dan Ha diterima. bahwa penanganan secara farmakologi yaitu
Hal ini dapat disimpulkan bahwa kompres penggunaan obat-obatan akan menyebabkan
hangat berpengaruh dalam menurunkan ketergantungan dan memiliki kontraindikasi
tingkat nyeri dismenorea primer pada remaja yaitu hipersensitivitas, ulkus peptik (tukak
kelas XI SMA Negeri 1 Cimahi tahun 2014. lambung), perdarahan atau perforasi
gastrointestinal, insufisiensi ginjal, dan risiko
tinggi perdarahan. Adapun penanganan
Pembahasan dismenorea secara non farmakologi yaitu
dengan kompres hangat, dinyatakan cukup
1. Rata-rata dismenorea sebelum dilakukan efektif, hemat dan terjangkau serta tidak akan
kompres hangat menimbulkan efek samping.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat
data bahwa nyeri dismenorea sebelum nyeri dismenorea responden bervariasi
dilakukan kompres hangat nilai terendah karena nyeri yang dirasakan individu satu
adalah 4, nilai tertinggi adalah 9 dan nilai dengan yang lainnya tidak sama, dari
yang sering muncul adalah 8. Hasil tersebut tingkat dismenorea sedang sampai berat.
sesuai dengan penelitian Oktaviana (2012) Sesuai yang disampaikan (Tamsuri, 2007),
di Asrama Kebidanan Tanjungkarang tahun bahwa perbedaan nyeri ini dipengaruhi oleh
2012 didapatkan data bahwa rata-rata nyeri beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin,
dismenorea sebelum dilakukan kompres kultur/budaya, dukungan keluarga/sosial, dan
hangat didapatkan nilai terendah adalah 3 koping. Kondisi tubuh seseorang yang tidak
(ringan), nilai tertinggi adalah 8 dan nilai akan sama satu dengan yang lainnya yang
yang sering muncul adalah 6 hasil dari skala disebabkan oleh perbedaan kadar endorphin.
1–10. Endorphin berfungsi mengatur berbagai
Sesuai data yang didapatkan dari responden fungsi fisiologi transmisi nyeri, emosi,
rata-rata responden yang mengalami nyeri kontrol nafsu makan dan sekresi hormon.
(skala 7–9) yang dideskriptifkan dismenorea Perbedaan kadar endorphin yang tinggi akan
berat hampir seluruhnya meninggalkan sedikit merasakan nyeri dan kadar endorphin
proses pembelajaran karena tidak kuat yang sedikit akan merasakan nyeri yang
menahan nyeri, pusing, lemas yang berlebih (Harry, 2007).
menjadi 1–3. Pemberian kompres hangat hangat. Sesuai yang disampaikan oleh
dilakukan dengan perlakuan yang sama dan (Barbara, 2003 & Kozier & Erb’s, 2009),
sesuai prosedur dengan menggunakan buli- bahwa panas juga meningkatkan pengiriman
buli dan air panas, perpindahan panas akibat nutrisi dan kebutuhan oksigen ke daerah
paparan langsung dari buli-buli ke perut yang diberikan kompres dan kongesti vena
bagian bawah. menurun, meningkatkan suplai darah ke area-
Sesuai yang disampaikan oleh (Kozier & area tubuh, penggunaan kompres air hangat
Erb’s, 2009), bahwa penggunaan kompres dapat membuat sirkulasi darah lancar, dan
hangat membuat sirkulasi dan vaskularisasi vaskularisasi lancar yang membuat relaksasi
darah lancar, dengan cara menggunakan buli- pada otot menghilangkan ketegangan otot
buli panas yang di bungkus dengan kantong. dan kekakuan sendi.
Cara pemindahannya secara konduksi Hal yang paling utama yang menyebabkan
dimana terjadi pemindahan panas dari buli- dismenorea primer ada hubungannya dengan
buli ke dalam perut bagian bawah sehingga faktor endokrin yaitu hormon estrogen,
terjadi vasodilatasi yang membuat relaksasi progesterone dan prostaglandin. Saat satu
pada otot. Kompres panas dengan suhu 46°C hari menjelang ovulasi hormon estrogen
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi di akan turun, dan hormon progesteron akan
daerah simphisis pubis yang bisa membuka meningkat. Teori tersebut berhubungan
aliran darah membuat sirkulasi darah lancar dengan pengaruh kompres hangat terhadap
kembali sehingga terjadi relaksasi pada otot dismenorea primer, karena mekanisme
mengakibatkan kontraksi otot menurun dan terjadinya penurunan nyeri akibat dilakukan
nyeri berkurang. kompres hangat karena panas menyebabkan
vasodilatasi. Selain itu ketika kompres
3. Pengaruh kompres hangat terhadap nyeri diberikan juga akan merangsang serat saraf
dismenorea primer pada remaja kelas XI yang menutup gerbang karena adanya sensasi
SMA Negeri 1 Cimahi tahun 2014 hangat sehingga transmisi implus nyeri ke
Hasil penelitian menunjukkan terdapat medula spinalis dan otak dapat dihambat.
penurunan tingkat nyeri dismenorea sebelum Sesuai yang disampaikan oleh (Potter
dan sesudah diberikan kompres hangat. & Perry, 2006), panas juga merangsang
Hal ini menunjukkan ada pengaruh yang serat saraf yang menutup gerbang sehingga
signifikan dari kompres hangat dalam transmisi implus nyeri ke medula spinalis
menurunkan nyeri dismenorea pada remaja dan otak dapat dihambat. Penurunan nyeri
kelas XI SMA Negeri 1 Cimahi tahun 2014. dengan transmisi yang dipengaruhi oleh teori
Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil gate control yaitu apabila terdapat impuls
penelitian sebelumnya Wahyuningsih (2012) yang ditransmisikan oleh serabut berdiameter
di STIKES R.S. Baptis Kediri Sesudah besar karena adanya stimulasi kulit,
dilakukan uji statistik dengan uji Wilcoxon sentuhan, getaran, hangat dan dingin serta
Signed Ranks Test didapatkan hasil intensitas sentuhan halus, impuls ini akan menghambat
nyeri sebelum dan sesudah dilakukan impuls dari serabut berdiameter kecil di
kompres hangat ρ = 0,00. Karena α < 0,05 area SG (Substansia Gelatinosa) sehingga
maka Ha diterima dan H0 ditolak, hal ini sensasi yang dibawa oleh serabut kecil akan
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan berkurang atau bahkan tidak dihantarkan ke
sebelum dan sesudah dilakukan kompres otak oleh SG, karenanya tubuh tidak dapat
hangat. merasakan nyeri.
Penelitian ini senada dengan penelitian Menurut Potter dan Perry, (2006),
yang telah dilakukan oleh Ayu (2010) mekanisme terjadinya penurunan nyeri akibat
diperoleh penurunan rata-rata nyeri kelompok dilakukan kompres hangat karena ketika panas
kompres hangat sebesar 2 derajat skala VAS diterima reseptor, impuls akan diteruskan
dengan nilai p value 0,001 (< 0,005). Karena menuju hipotalamus posterior akan terjadi
P value < 0,05 sehingga H0 ditolak hal ini reaksi reflek penghambatan simpatis yang
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan akan membuat pembuluh darah berdilatasi
sebelum dan sesudah dilakukan kompres sehingga membantu meningkatkan aliran