Anda di halaman 1dari 5

MANAGEMEN NYERI

1. Managemen Farmakologi
Managemen farmakologi merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk
menghilangkan nyeri dengan menggunakan obat-obatan. Obat merupakan bentuk
pengendalian nyeri yang paling sering diberikan oleh perawat 28 dengan kolaborasi
dengan dokter.
Terdapat tiga kelompok obat nyeri yaitu:
a. Analgetik non opioid – Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAISN) Efektif untuk
penatalaksanaan nyeri ringan sampai sedang terutama asetomenofn (Tylenol) dan
OAISN dengan ef anti peritik, analgetik dan anti iflamasi, Asam asetilsalisilat (aspirin)
dan Ibuprofin (Morfin, Advil) merupakan OAINS yang sering digunakan untuk
mengatasi nyeri akut derajat ringan. OAINS menghasilkan analgetik dengan bekerja
ditempat cedera melalui inhibisi sintesis prostaglandin dari prekorsor asam arokidonat.
Prostaglandin mensintesis nosiseptor dan bekerja secara sinergis dengan prodok
inflamatorik lain di tempat cedera, misalnya bradikinibin dan histamin untuk
menimbulkan hiperanalgetik. Dengan demikian OAINS mengganggu mekanisme
transduksi di nosiseptor aferen primer dengan menghambat sintesis prostaglandin.
b. Analgesia opioid Merupakan analgetik yang kuat yang bersedia dan digunakan dalam
penatalaksanaan nyeri dengan skala sedang sampai dengan berat. Obat-obat ini
merupakan patokan dalam pengobatan nyeri pasca operasi dan nyeri terkait kanker.
Morfin merupakan salah satu jenis obat ini yang digunakan untuk mengobati nyeri
berat. Berbeda dengan OAINS yang bekerja diperifer, Morfin menimbulkan efek
analgetiknya di sentral. Morfin menimbulkan efek dengan mengikat reseptor opioid di
nukleus modulasi di batang otak yang menghambat nyeri pada sistem assenden.
c. Adjuvan / Koanalgetik Merupakan obat yang memiliki efek analgetik atau efek
komplementer dalam penatalaksanaan nyeri yang semula dikembangkan untuk
kepentingan lain. Contoh obat ini adalah Karbamazopin (Tegretol) atau Fenitoin
(Dilantin) (Price & Wilson, 2006).
2. Managemen Non-Farmakologi
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi (memanajemen) nyeri saat
persalinan, yaitu salah satunya dengan memberikan terapi non farmakologis.
Terapi nonfarmakologis yaitu terapi yang digunakan yakni dengan tanpa menggunakan
obat-obatan, tetapi dengan memberikan berbagai teknik yang setidaknya dapat sedikit
mengurangi rasa nyeri saat persalinan tiba.
Beberapa hal yang dapat dilakukan ialah:
a. Distraksi
Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri. Ada
empat tipe distraksi, yaitu distraksi visual, misalnya membaca atau menonton televisi,
Distraksi auditory, misalnya mendengarkan musik, Distraksi taktil, misalnya menarik
nafas dan massase, Distraksi kognitif, misalnya bermain puzzle.
b. Hypnosis-diri
Hypnosis-diri dengan membantu merubah persepsi nyeri melalui pengaruh
sugesti positif. Hypnosis-diri menggunakan sugesti dari dankesan tentang perasaan
yang rileks dan damai. Individu memasuki keadaan rileks dengan menggunakan
bagian ide pikiran dan kemudian kondisikondisi yang menghasilkan respons tertentu
bagi mereka (Edelman & Mandel, 1994). Hypnosis-diri sama seperti dengan melamun.
Konsentrasi yang efektif mengurangi 30 ketakutan dan sters karena individu
berkonsentrasi hanya pada satu pikiran. Selain itu juga mengurangi persepsi nyeri
merupakan salah satu sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman ialah membuang
atau mencegah stimulasi nyeri. Hal ini terutama penting bagi klien yang imobilisasi
atau tidak mampu merasakan sensasi ketidaknyamanan. Nyeri juga dapat dicegah
dengan mengantisipasi kejadian yang menyakitkan, misalnya seorang klien yang
dibiarkan mengalami konstipasi akan menderita distensi dan kram abdomen. Upaya ini
hanya klien alami dan sedikit waktu ekstra dalam upaya menghindari situasi yang
menenyebabkan nyeri (Mander, 2003).
c. Stimulas Kutaneus Terapi stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan
untuk menghilangkan nyeri massase, mandi air hangat, kompres panas atau dingin dan
stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS) merupakan langkah-langkah sederhana
dalam upaya menurunkan persepsi nyeri. Cara kerja khusus stimulasi kutaneus masih
belum jelas. Salah satu pemikiran adalah cara ini menyebabkan pelepasan endorfin,
sehingga memblog transmisi stimulasi nyeri. Teori Gate-kontrol mengatakn bahwa
stimulasi kutaneus mengaktifkan transmisi tersebut saraf sensori A-Beta yang lebih
besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut dan
delta-A berdiameter kecil. Gerbang sinaps menutup transmisi impuls nyeri. Bahwa
keuntungan stimulasi kutaneus adalah tindakan ini dapat dilakkan dirumah, sehingga
memungkinkan klien dan keluarga melakukan upaya kontrol gejala nyeri dan
penanganannya. Penggunaan yang benar dapat mengurangi persepsi nyeri dan
membantu mengurangi ketegangan otot. 31 Stimulasi kutaneus jangan digunakan
secara langsung pada daerah kulit yang sensitif (misalnya luka bakar, luka memar,
cram kulit, inflamasi dan kulit dibawah tulang yang fraktur) (Mander,2004).
d. Massase
Masasse adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot,
atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk
meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan / atau memperbaiki sirkulasi. Masase
adalah terapi nyeri yang paling primitive dan menggunakan refleks lembut manusia
untuk menahan, menggosok, atau meremas bagian tubuh yang nyeri (Smeltzer & Bare,
2002). Terapi masase merupakan manipulasi dari jaringan lunak tubuh yang bertujuan
untuk menurunkan rasa nyeri dan memberi efek relaksasi. Mekanisme terapi masase
dalam menurunkan nyeri diduga dengan meningkatkan produksi endorfin dalam
tubuh. Melalui peningkatan endorfin, transmisi sinyal antara sel saraf menjadi
menurun sehingga dapat menurunkan ambang batas persepsi terhadap nyeri. Sudah
terdapat beberapa studi yang menunjukkan bahwa masase mungkin efektif dalam
penurunan rasa nyeri. Studi terbaru dari Iraq menunjukkan bahwa metode masase
bagian punggung saat kala I persalinan efektif dalam menurunkan rasa nyeri pasien.
Studi ini juga menunjukkan bahwa skor rasa nyeri pada pasien yang menerima metode
terapi masase punggung lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang melakukan
metode perubahan posisi saat kala I. Namun, perlu dicatat bahwa studi ini memiliki
berbagai keterbatasan. Jumlah sampel yang digunakan masih sangat kecil dan studi ini
juga tidak melakukan pengukuran objektif untuk mengetahui derajat nyeri (misalnya :
tanda vital dan penanda nyeri lainnya). Selain daripada itu, metode randomisasi yang
digunakan tidak dijelaskan dengan mendetail. Efek intervensi
terhadap outcome  persalinan juga tidak dinilai.  
Hal yang sama juga ditemukan oleh Unalmis et al, dimana masase punggung
bawah dinilai signifikan dalam menurunkan nyeri persalinan dan meningkatkan
kepuasan pada persalinan. Efikasi terapi masase juga diteliti oleh sebuah studi meta
analisis pada wanita primipara, dimana pada studi ini didapatkan bahwa terapi masase
dapat menurunkan rasa nyeri, baik pada fase laten, aktif, maupun transisional.
Sentuhan pada pasien juga dapat berdampak menurunkan ketegangan saat persalinan
dan juga dapat menunjukkan rasa peduli pada pasien. Studi mengenai terapi sentuhan
ini masih sangat terbatas, namun terdapat suatu studi yang menunjukkan bahwa
sentuhan yang diberikan tiap kali pasien merasa anxietas akan membantu menurunkan
anxietas dan tekanan darah

Macam – maacam massage dalam neyri persalinan kala I


a. Massag efflurage e
b. Massage counterpressure
c. Deep back massage
d. Metode abdominal liftin, dll
e. Terapi Hangat dan Dingin
Terapi hangat dan dingin bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri
(non-nosiseptor). Terapi dingin dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat
sensitifitas reseptor nyeri. Agar efektif es harus diletakkan di area sekitar pembedahan.
Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran darah yang dapat mempercepat
penyembuhan dan penurunan nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).

f. Pemberian rasa dingin dan panas secara bergantian merupakan salah satu cara non-
farmakologi dalam menurunkan nyeri persalinan. Rasa dingin dapat menyebabkan
rasa baal, menstimulasi reseptor saraf perifer, dan melambatkan transmisi nyeri ke
sistem saraf pusat sehingga intensitas nyeri pada pasien dapat berkurang. Rasa panas
sendiri dapat melambatkan impuls saraf ke otak dengan menstimulasi reseptor panas
pada kulit dan jaringan yang lebih dalam. Aplikasi rasa dingin biasanya diberikan pada
lokasi punggung, abdomen bawah, paha, dan/atau perineum. Sedangkan aplikasi rasa
panas biasa diberikan pada daerah punggung bawah ketika pasien merasa nyeri pada
daerah punggung. Efikasi metode ini ditemukan signifikan dalam menurunkan rasa
nyeri pada beberapa studi. Selain itu, aplikasi panas dan dingin juga ditemukan dapat
memperpendek waktu persalinan.

g. Relaksasi pernafasan
Relaksasi pernafasan yang merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajakan pada klien bagaimana cara melakukan pernafasan,
nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan
nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi
pernafasan juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi
darah (Smeltzer & Bare, 32 2002). Menurut kegunaanya teknik relaksasi pernafasan
dianggap mampu meredakan nyeri, prosesnya menarik nafas lambat melalui hidung
(menahan inspirasi secara maksimal) dan menghembuskan nafas melalui mulut secara
perlahan-lahan.

Teknik Bernapas Dengan Relaksasi : Ritme dari bernapas sangat penting untuk
mencapai relaksasi saat bersalin. Nyeri persalinan, terutama saat fase laten, dapat
menurun dengan teknik bernapas ini. Teknik yang digunakan biasanya adalah dengan
ritme yang lambat (6 – 12 napas / menit) sampai sedang (30 – 60 napas / menit), tanpa
melakukan hiperventilasi.  Ritme napas harus beradaptasi dengan intensitas kontraksi
pasien. Sebuah studi menunjukkan bahwa dibandingkan teknik lainnya, teknik
bernapas merupakan metode non-farmakologi yang paling banyak digunakan dalam
menurunkan rasa nyeri. Teknik ini juga dianggap pasien sangat bermanfaat dalam
menurunkan rasa nyeri saat persalinan.
h. Pergerakan Dan Posisi Maternal
Salah satu kunci dalam manajemen nyeri persalinan adalah dengan membuat
pasien merasa nyaman. Pasien sering kali bergerak, berjalan, dan mengubah posisinya
untuk mencapai rasa nyaman saat bersalin. Selain itu, posisi tertentu juga dapat
memberikan keuntungan pada pasien bersalin, seperti mempercepat persalinan dan
membantu memperbaiki masalah kegawatdaruratan persalinan. Posisi-posisi,
seperti hand-to-knee dan squatting sudah dinilai dapat mempengaruhi diameter pelvis
sehingga dapat mempercepat persalinan. Namun sering kali saat pasien bersalin sudah
masuk rumah sakit, pasien akan sangat sulit bergerak karena sudah dipasang oleh alat-
alat monitor medis.
Efikasi metode pergerakan dan posisi maternal pada kala satu dan dua sudah
diteliti pada beberapa studi. Beberapa studi menunjukkan bahwa posisi duduk dan
banyak pergerakan saat persalinan kala I memiliki skor intensitas nyeri yang lebih
rendah dibanding posisi terlentang. Menurut studi lain, posisi terlentang memberikan
intensitas nyeri yang lebih tinggi pada pasien dibandingkan dengan posisi lainnya.
Selain itu, studi Cochrane juga mengatakan bahwa pasien bersalin yang sering tegak
dan banyak bergerak memiliki waktu persalinan yang lebih cepat dan lebih jarang
menjalani operasi sesar.

i. Terapi musik. (Musik Dan Audioanalgesik)


Stimulasi suara, seperti musik atau suara alam, dapat menjadi suatu distraksi
bagi pasien bersalin sehingga dapat menurunkan rasa nyeri. Selain itu, metode ini
juga dilaporkan mungkin dapat menurunkan rasa anxietas pada pasien. Metode ini
dapat dilakukan dengan pemilihan musik yang pasien pilih sebelum persalinan. Studi
terbaru menunjukkan bahwa musik dapat menurunkan rasa nyeri persalinan pada fase
laten, namun pada fase aktif tidak ditemukan adanya manfaat. Studi lebih lanjut
dibutuhkan untuk meneliti efikasi dari metode ini.
j. Metode Lainnya
Sejumlah metode-metode lain sudah menunjukkan efikasinya dalam
menurunkan rasa nyeri pada pasien bersalin. Metode birth ball diduga efektif dalam
penurunan rasa nyeri persalinan dengan cara meningkatkan relaksasi pada tungkai
bawah dan pelvis. Terdapat studi yang juga menunjukkan teknik akupuntur
dan acupressure dapat menurunkan rasa nyeri dan menurunkan penggunaan analgesik
pada pasien bersalin. Metode lainnya, seperti aromaterapi, yoga, dan hipnosis
juga diduga memiliki efikasi dalam menurunkan rasa nyeri pada pasien bersalin. 
(Smeltzer & Bare, 2002) dan Bobak (2004),

Anda mungkin juga menyukai