Anda di halaman 1dari 3

Tatalaksana Dalam Penanganan Nyeri

Nyeri merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi pengalaman individu sebelumnya, factor
psikologis, serta bagaimana otak mempersepsikan nyeri tersebut (Newton & John, 2005).
Penilaian terhadap nyeri dari pasien perlu diperhatikan oleh paramedis, sehingga intervensi yang
dilakukan dapat bekerja dengan optimal.

a. Non Farmakologi

Beberapa nyeri dapat dikurangi dengan pendekatan non farmakologis, misalnya:

- Relaksasi
Relaksasi dapat menjadi salah satu cara dalam mengatasi rasa nyeri. Pasien
diminta untuk menarik napas, kemudian menghembuskan napas perlahan dan diulangi
hingga didapat rasa nyaman. Selain itu, dapat dilakukan stimulasi pada kulit berupa
pemijatan secara halus pada bagian yang nyeri dengan sentuhan lembut. Cara ini
merupakan salah satu pendekatan dalam membangkitkan serabut saraf A-β yang
berfungsi antagonis terhadap serabut penghantar nyeri. Stimulasi lain juga dapat
dilakukan dengan pengompresan hangat atau dingin.

- Distraksi (terapi pengalihan)


Terapi dilakukan dengan mengalihkan focus pasien pada hal lain, misalnya terapi
music atau berbincang. Tingkat perhatian seseorang terhadap rasa nyeri dikaitkan
dengan meningkatnya rasa nyeri, sehingga adanya distraksi dari rasa nyeri akan
membuat rasa nyeri berkurang.

- Al-Quran dan dzikir

b. Farmakologi
Three steps ladder WHO (1986)
Pada 1986, World Health Organization mempublikasikan WHO pain ladder, yang didesain
untuk meningkatkan prinsip dasar bahwa nyeri membutuhkan assessment. Apabila kelas
analgesic tidak memberikan hasil yang baik (rasa nyeri tidak berkurang atau justru bertambah)
pemberi obat atau dokter harus mengubah resep obat satu langkah selanjutnya. Namun
apabila terdapat tanda tanda toksisitas atau efek samping yang berat, dokter harus
menurunkan dosis atau turun ke satu langkah sebelumnya. Beberapa obat yang digunakan
misalnya :
- Non opioid ; Paracetamol, NSAID
- Opioid lemah ; Tramadol
- Opioid kuat ; Morphine, Oxycodone

Sebagai tambahan, tidak semua nyeri, utamanya nyeri neuropatik merespon terhadap
parasetamol, NSAID, atau opioid. Pasien dengan nyeri neuropatik kemungkinan perlu
diresepkan terapi adjuvant. Adjuvan ini termasuk carbamazepine, gabapentin, antidepresan
seperti amitriptyline, lidocaine, atau capsaicin cream. Apabila nyeri masih dirasakan,
intervensi bersifat invasive dapat dipertimbangkan oleh dokter spesialis.

Terapi invasive
Metode invasive dalam manajemen nyeri harus dilakukan dan diawasi oleh dokter
spesialis berpengalaman pada kasus yang spesifik. Ada beberapa metode dalam terapi
invasive, mulai dari pemblokiran saraf individual (misalnya anestesi epidural), hingga
neurodestraktif dan neurosurgery. Bila ada orang yang merasakan nyeri sedemikian berat
dan tidak tertahankan (biasanya akibat penyebaran kanker yang cepat), perlu dilakukan
suatu tindakan untuk meredakan nyeri tersebut. Untuk itu, dapat dilakukan tindakan
pemotongan pada beberapa titik jaras saraf nyeri. Misalnya pada kasus nyeri yang
terdapat di tubuh bagian bawah, tindakan kordotomi pada regio toraks medula spinalis
sering kali dapat menghilangkan nyeri selama beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Untuk melakukan tindakan itu, medula spinalis pada sisi yang berlawanan dengan nyeri
dipotong sebagian pada kuadran anterolateralnya untuk mengganggu jaras sensorik
anterolateral.

Sumber :
Swieboda, Paulina, et al. 2013. Assessment of pain: types, mechanism, and treatment.
Ann Agric Environ Med. 1:2-7
Cox, F. 2010. Basic principles of pain management: assessment and intervention. Nursing
Standard. 25, 1, 36-39
Guyton, Arthur C dan John E. Hall. 2011 . Textbook of Medical Physiology. 12th Edition.
Saunders Elsevier

Anda mungkin juga menyukai