■ Definisi nyeri berdasarkan International Association for the
Study of Pain (IASP, 1979) adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadi kerusakan jaringan. Mekanisme dan perjalanan nyeri
■ Antara suatu rangsang kuat (noxious stimulus) sampai
dirasakan sebagai nyeri, terdapat 4 rangkaian peristiwa elektrofisiologik yang jelas. ■ Keempat peristiwa elektrofisiologik tersebut adalah: 1. Transduksi 2. Transmisi 3. Modulasi 4. Persepsi Sensitisasi perifer dan sentral Klasifikasi nyeri Nyeri akut Nyeri kronik - Lamanya dalam hitungan menit - Lamannya sampai hitungan bulan (> 3 - Sensasi tajam menusuk bulan) - Dibawa oleh serat A-delta - Sensasi terbakar, tumpul, pegal - Ditandai peningkatan BP, nadi, dan - Dibawa oleh serat C respirasi - Fungsi fisiologi bersifat normal - Kausanya spesifik, dapat diidentifikasi - Kausanya mungkin jelas mungkin tidak secara biologis - Tidak ada keluhan nyeri, depresi dan - Respon pasien : Fokus pada nyeri, menangis kelelahan dan mengerang, cemas - Tidak ada aktifitas fisik sebagai respon - Tingkah laku menggosok bagian yang nyeri terhadap nyeri - Respon terhadap analgesik: meredakan - Respon terhadap analgesik: sering kurang nyeri secara efektif meredakan nyeri Klasifikasi nyeri
■ Tipe nyeri akut dan kronis dibagi menjadi empat kategori :
nosiseptif, inflamatori, neuropatik dan disfungsional.
Nyeri nosiseptif Normal, persepsi nyeri akut yang dirangsang oleh
stimuli bahaya yang bertahan singkat pada jaringan intak, tanpa adanya sensitasi perifer atau sentral.
Nyeri inflamatori Nyeri diikuti dengan cedera jaringan tetapi tanpa
cedera neural Nyeri neuropati Status patofisiologis nyeri setelah cedera saraf mengakibatkan sensitasi perifer dan sentral Penilaian Nyeri 1. Wong-Baker Faces Pain Rating Scale
2. Verbal Rating Scale (VRS)
Penilaian Nyeri 3. Visual Analogue Scale (VAS)
• Tidak Nyeri :0 • Nyeri Ringan (Mild) : 1-3 • Nyeri sedang (Moderate) : 4-6 • Nyeri berat (Severe) : 7-10 Penanganan nyeri
Prinsip Umum penanganan nyeri:
■ Mengawali pemeriksaan dengan seksama ■ Menentukan penyebab dan derajat/stadium penyakit dengan tepat ■ Komunikasi yang baik dengan penderita dan keluarga ■ Mengajak penderita berpartisipasi aktif dalam perawatan ■ Meyakinkan penderita bahwa nyerinya dapat ditanggulangi ■ Memperhatikan biaya pengobatan dan tindakan ■ Merencanakan pengobatan, bila perlu, secara multi disiplin Farmakologis Ada empat grup utama dari obat-obatan analgetik yang digunakan untuk penanganan nyeri paska pembedahan ■ Atas dasar level nyerinya seorang pasien akan diberikan obat sesuai dengan petunjuk dari "Three Step Ladder WHO Tiga langkah tangga analgesik meurut WHO untuk pengobatan nyeri itu terdiri dari : ■ Pada mulanya, langkah pertama, hendaknya menggunakan obat analgesik non opiat. ■ Apabila masih tetap nyeri naik ke tangga/langkah kedua, yaitu ditambahkan obat opioid lemah misalnya kodein. ■ Apabila ternyata masih belum reda atau menetap maka, sebagai langkah ketiga, disarankan untuk menggunakan opioid kuat yaitu morfin. Pada dasarnya prinsip Three Step Analgesic Ladder dapat diterapkan untuk nyeri kronik maupun nyeri akut, yaitu : ■ Pada nyeri kronik mengikuti langkah tangga ke atas 1-2-3 ■ Pada nyeri akut, sebaliknya, mengikuti langkah tangga ke bawah 3-2-1 ■ Analgesik adjuvant (adjuvant analgesic) adalah obat yang mempunyai sifat analgesic lemah atau tidak ada sifat analgesic sama sekali apabila diberikan sendiri, namun dapat meningkatkan efek agen analgesic lain. Analgesia multimodal
Nyeri ditangani dengan menggunakan pendekatan multimodal.
Pendekatan ini melibatkan penggunaan lebih dari satu metode atau modalitas untuk mengendalikan rasa sakit (misalnya obat dari dua kelas atau lebih, pengobatan nondrug plus obat) untuk mendapatkan efek menguntungkan tambahan, mengurangi efek samping, atau keduanya. ■ mekanisme nyeri dihambat atau ditekan pada setiap tahap pada proses nosisepsi (transduksi, transmisi dan modulasi). Jadi nyeri dihambat pada tiga tempat secara bersamaan, sehingga terjadi hambatan yang bersifat sinergik. Analgesia Preemptif
Analgesia preemptif artinya mengobati nyeri sebelum
terjadi, terutama ditujukan pada pasien sebelum dilakukan tindakan operasi (pre-operasi). Pemberian analgesia sebelum onset dari rangsangan melukai untuk mencegah sensistisasi sentral dan membatasi pengalaman nyeri selanjutnya. Bisa diberikan obat tunggal, misalnya opioid, ketorolak, maupun dikombinasikan dengan opioid atau AINS lainnya, dilakukan 20 – 30 menit sebelum tindakan operasi. PCA (Patient Control Analgesia)
Pasien dikontrol nyerinya dengan memberikan obat analgesik
itu sendiri dengan memakai alat (pump), dosis diberikan sesuai dengan tingkatan nyeri yang dirasakan. PCA bisa diberikan dengan cara Intravenous Patient Control Analgesia (IVPCA) atau Patient Control Epidural Analgesia (PCEA), namun dengan cara ini memerlukan biaya yang mahal baik peralatan maupun tindakannya. Pendekatan non-farmakologis
■ Metode fisik manajemen rasa sakit dapat dilakukan, misalnya
: Istirahat penerapan kompresi dingin, ketinggian latihan untuk mendapatkan kembali kekuatan dan jangkauan gerak Sumber nyeri Metode fisik Metode psikologi Nyeri akut Getaran atau terapi dingin, Edukasi pasien, relaksasi, imobilisasi jauhkan dari gangguan Nyeri perioperatif - latihan atau Edukasi pasien, relaksasi, imobilisasi jauhkan dari gangguan, - pemijatan hipnosis - penerapan panas dingin - elektroanalgesia Trauma - istirahat, kompres Relaksasi, hypnosis, es, elevasi jauhkan dari gangguan, - terapi fisik seperti dukungan psikoterapi, pelenturan, latihan skill penguatan, terapi suhu, TENS, getaran Luka bakar - elevasi tungkai Edukasi pasien, relaksasi, bawah jauhkan dari gangguan, - meminimalisir hipnosis jumlah penggantian pakaian Procedural - aplikasi dingin Edukasi pasien, relaksasi, (sebelum dan jauhkan dari gangguan, sesudah prosedur) relaksasi dengan musik - pemijatan, pelenturan, penekanan Obstetric Edukasi pasien, relaksasi, jauhkan dari gangguan, latihan pernafasan