Anda di halaman 1dari 34

KORTIKOSTEROID ORAL

PUJI AMANDA IBRAHIM


111 2016 2138
 Kortikosteroid sering disebut sebagai life saving drug. Manfaat dari preparat ini cukup

besar tetapi karena efek samping yang tidak diharapkan cukup banyak, maka dalam

penggunaannya dibatasi termasuk dalam bidang dermatologi. Kortikosteroid merupakan

pengobatan yang paling sering diberikan kepada pasien.

 Sebagian besar khasiat yang diharapkan dari pemakaian kortikosteroid adalah sebagai

antiinflamasi, antialergi atau imunosupresif. Karena khasiat inilah kortikosteroid

banyak digunakan dalam bidang dermatologi.


Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di

bagian korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormon

adrenokortikotropik (ACTH) yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis.


1. GLUKOKORTIKOID

2. MINERALOKORTIKOID
1. GLUKKORTIKOID

 Glukokortikoid utama pada manusia adalah kortisol. Disintesis dari kolesterol

oleh zona retikularis serta dilepaskan ke dalam sirkulasi di bawah pengaruh

ACTH.

 Terutama berkhasiat terhadap metabolisme karbohidrat, juga termasuk

pertukaran zat protein, pembagian lemak dan reaksi peradangan.


 Pada orang dewasa normal, tanpa stress, kortisol disekresikan 10–20 mg per

hari. Kecepatan sekresinya berubah dalam pengaruh irama sikardian oleh

pulsasi irreguler ACTH yang puncaknya waktu dini hari dan sesudah makan

serta juga dipengaruhi oleh cahaya.


Khasiat fisiologi:

 Selain berperan dalam proses metabolisme dari hidrat arang, protein

dan lemak serta pada pemeliharaan keseimbangan elektrolit dan air,

kortisol juga mendukung sistem- tangkis sehingga tubuh menjadi kebal

terhadap rangsangan buruk, yang tercakup dalam pengertian stress

sperti pembedahan, infeksi, luka berat, dan trauma psikis.


 Tetapi, bila kadar kortisol ditemukan berlebih dalam waktu yang lama

dalam tubuh akibat stress menahun dapat mengacaukan regulasi

sistem- imun (penyakit autoimun) , serta ekspresi dari gen- gen

tertentu yang penting bagi sitem ketahanan tubuh


 Khasiat farmakologi:

1. Efek anti- inflamasi

Berdasarkan efek vasokonstriksi pada trauma, infeksi dan alergi, juga

berkhasiat mencegah atau mengurangi terbentuknya cairan- peradanga dan

udema setempat.

2. Daya imunosupresif dan antialergi

Dengan menghambat reaksi imun, sedangkan migrasi dan mengurangi aktivasi

limfosit T/ B dan makrofag.


3. Peningkatan glukoneogenesis

Pembentukan glukosa ditingkatkan, penggunaan di jaringan perifer dikurangi dan

penyimpanannya sebagai glikogen ditingkatkan.

4. Efek katabolisme

Menghalangi pembentukan protein dari asam amino sedangkan pengubahannya

menjadi glukosa dipercepat, sehingga mengakibatkan terjadinya osteoporosis, atrofi

otot dan kulit dengan terbentuknya striae, menghambat pertumbuhan tulang pada

anak- anak.
“osteoporosis”
5. Pengubahan berbagai lemak

Mengakibatkan terhadinya moon face atau penumpukan lemak di

wajah serta buffalo hump (sindroma cushing)


“Buffalo Hump”
“moon face”
2. MINERALOKORTIKOID

Mineralokortikoid yang terpenting pada manusia adalah aldosteron. Walaupun

begitu, juga dibentuk dan dilepaskan sejumlah kecil desoksikortikosteron

(DOC). Sedangkan Fludrokortison merupakan suatu kortikosteroid sintetik

yang paling sering dipakai sebagai hormon penahan garam.


1). Aldosteron

Terutama disintesis di dalam zona glomerulosa korteks adrenal. Adanya lesi dalam

system saraf seperti pada deserebrasi, akan menurunkan sekresi hidrokortison dan

meningkatkan sekresi aldosteron

2). Desoksikortikosteron (DOC)

3). Fludrokortison

Merupakan suatu steroid yang kuat dengan aktivitas glukokortikoid dan

mineralokortikoid
FARMAKODINAMIK
a. Glukokortikoid

Pada waktu memasuki jaringan, glukokortikoid berdifusi atau ditranspor

menembus sel membran dan terikat pada kompleks reseptor sitoplasmik

glukokortikoid heat-shock protein kompleks.


b. Mineralokortikoid

Aldosteron dan steroid lain yang bersifat mineralokortikoid menyebabkan reabsorbsi

natrium dari urin oleh tubulus distalis ginjal yang bergabung dengan sekresi ion kalium

dan hidrogen. Reabsorbsi kalium dalam kelenjar keringat dan kelenjar liur, mukosa

saluran cerna, dan lintasan melalui sel membrane pada umumnya juga meningkat.

Kadar aldosteron yang berlebihan misalkan dihasilkan oleh tumor, menyebabkan

terjadinya hipernatremi, hipokalemi, alkalosis metabolik, peningkatan volume plasma,

dan hipertensi.
FARMAKOKINETIK

a. Glukokortikoid
Waktu paruh kortisol dalam sirkulasi normalnya kira- kira 60- 90 menit, waktu paruh

dapat meningkat bila hidrokortison (preparat kortisol farmasi) diberikan dalam jumlah

besar atau bila stress, hipotiroidisme, atau adanya penyakit hati. Hanya 1% kortisol

diekskresikan dalam bentuk tidak berubah di urin, kira- kira 20% kortisol dikonversi

menjadi kortison oleh 11-hidroksisteroid dehidrogenase di ginjal dan jaringan lain

dengan reseptor meneralokortikoid sebelum mencapai hati


b. Mineralokortikoid

Mineralokortikoid bekerja dengan mengikat reseptor mineralokortikoid

pada sitoplasma sel target, terutama sel utama dari tubulus pengumpul

ginjal. Reseptor tersebut mempunyai afinitas yang sama untuk kortisol,

yang terdapat pada konsentrasi yang lebih tinggi di dalam cairan

ekstraseluler
 Aldosteron

Waktu paruh aldosteron yang disuntikkan dalam jumlah yang sangat

sedikit adalah 15- 20 menit, dan tidak tampak terikat kuat pada protein

serum. Kira- kira 50 µg/24 jam aldosteron diekskresikan dalam bentuk

tetrahidroaldosteron konjugat dan 5- 15 µg/24 jam diekskresikan dalam

bentuk bebas atau 3-okso glukuronida.


 Desoksikortikosteron

Juga bertindak sebagai prekursor aldosteron, normalnya disekresikan

dalam jumlah 200 µg/ hari. Waktu paruhnya bila disuntikkan ke dalam

sirkulasi manusia kira- kira 70 menit, dengan kadar konsentrasi dalam

plasma kira- kira 0,03 µg/dL


Potensi Dosis
Kortikosteroid Retensi Lama kerja ekuivalen
Anti-inflamasi
natrium (mg)*
Keterangan: Kortisol 1 1 S 20

* hanya berlaku untuk pemberian oral atau IV. (hidrokortison)


Kortison 0,8 0,8 S 25
S = kerja singkat (t1/2 biologik 8-12 jam);
Kortikosteron 15 0,35 S -
I = intermediate, kerja sedang (t1/2 biologik 12-36 jam); 6-α-metilprednisolon 0,5 5 I 4

L = kerja lama (t1/2 biologik 36-72 jam). Fludrokortison 125 10 I -


(mineralokortikoid)
Prednisone 0,8 4 I 5
Prednisolon 0,8 4 I 5
Triamsinolon 0 5 I 4
Parametason 0 10 L 2
Betametason 0 25 L 0,75
Deksametason 0 25 L 0,75
1. Penyakit vesikobulosa autoimun (pemfigus, pemfigoid bulosa)

2. Reaksi anafilaksis (akibat sengatan, alergi obat)

3. Penyakit jaringan ikat dan gangguan vascular autoimun (lupus eritematosus

sistemik, dermatomyositis, vaskulitis)

4. Reaksi kusta tipe 1

5. Urtikaria yang luas atau rekalsitran dan angioedema

6. Lain-lain : pyoderma gangrenosum, sarkoidosis, penyakib behcet.


1. Untuk tiap penyakit pada tiap pasien, dosis efektif harus ditetapkan dengan trial and error,

dan harus dievaluasi dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan penyakit,

2. Suatu dosis tunggal kortiksteroid umumnya tidak berbahaya,

3. Penggunaan kortikosteroid untuk beberapa hari tanpa adanya kontraindikasi spesifik, tidak

membahayakan kecuali dosis sangat besar,


4. Bila pengobatan diperpanjang sampai 2 minggu/lebih hingga dosis melebihi dosis substitusi,

insidens efek samping dan efek lethal potensial akan bertambah. Awasi dan sadari risio

pengaruhnya terhadap metabolisme terutama bila gejala terkait muncul misalnya diabetes

resistensi insulin, osteoporosis, lambatnya penyembuhan luka,

5. Kecuali untuk insufisiensi adrenal, penggunaan kortikosteroid bukan terapi kausal melainkan

hanya paliatif saja,

6. Penghentian pengobatan tiba-tiba pada terapi jangka panjang dengan dosis besar, mempunyai

risiko insufisiensi adrenal yang hebat dan mengancam jiwa.


Nama penyakit Macam kortikosteroid dan dosisnya sehari

Dermatitis Metilprednisolon 16 – 24 mg dosis terbagi

Erupsi alergi obat Metilprednisolon 24 – 32 mg dosis terbagi

ringan Metilprednisolon 1 – 3 x 62.5 mg

SSJ - NET Metilprednisolon 40 – 62.5 mg dosis

Eritroderma terbagi

Reaksi lepra Metilprednisolon 24 – 48 mg

Pemfigoid bulosa Metilprednisolon 32 – 62.5 mg dosis terbagi

Pemfigus vulgaris Metilprednisolon 40 – 125 mg dosis terbagi


Tempat Macam efek samping
1. HPA axis Krisis adrenal (atrofi korteks adrenal sehingga tidak dapat mengatasi stress)
2. Metabolisme Hiperglikemia, hiperlipidemia, perlemakan hati, katabolisme protein, perubahan
Cushingoid
3. Kardiovaskular Kenaikan tekanan darah, gagal jantung
4. Tulang dan sendi Gangguan pertumbuhan (anak), osteoporosis, scoliosis, nekrosis avascular
5. Saluran cerna Tukak lambung, hipersekresi asam lambung, pankreatitis, ileitis regional, colitis ulseratif
6. Otot Miopati panggul / bahu, hipotrofi, fibrosis
7. Darah Kenaikan Hb, eritrosit, leukosit dan limfosit retensi natrium, hypokalemia
8. Sistem imunitas Rentan terhadap infeksi, reaktivasi tuberculosis dan herpes simpleks, keganasan
9. Lain – lain Sindrom cushing, gangguan menstruasi, pseudotumor serebri, nyeri kepala, impotensi,
hyperhidrosis, flushing, perubahan kepribadian (euphoria, insomnia, gelisah, mudah
tersinggung, psikosis, paranoid, hiperkinesis, kecenderungan bunuh diri), nafsu makan
bertambah
Efek Samping Dari Penggunaan Singkat Kortikosteroid

Jika sistemik steroids telah ditetapkan untuk satu bulan atau kurang, efek samping yang

serius jarang. Namun masalah yang mungkin timbul berikut :

 Gangguan tidur

 Meningkatkan nafsu makan

 Meningkatkan berat badan

 Efek psikologis, termasuk peningkatan atau penurunan energi

Jarang tetapi lebih mencemaskan dari efek samping penggunaan singkat dari kortikosteroids

termasuk: mania, kejiwaan, jantung, ulkus peptik, diabetes dan nekrosis aseptik yang pinggul.
Efek Samping Penggunaan Kortikosteroid dalam Jangka Waktu yang Lama

• Pengurangan produksi cortisol sendiri.

• Osteoporosis terutama perokok, perempuan postmenopausal, orang tua, orang-orang yang kurang berat atau

yang tidak bergerak, dan pasien dengan diabetes atau masalah paru-paru.

• Penurunan pertumbuhan pada anak-anak, yang tidak dapat mengejar ketinggalan jika steroids akan

dihentikan (tetapi biasanya tidak).

• Otot lemah, terutama di bahu dan otot paha.

• Jarang, nekrosis avascular pada caput tulang paha (pemusnahan sendi pinggul).

• Meningkatkan diabetes mellitus (gula darah tinggi).

• Kenaikan lemak darah (trigliserida).

• Redistribusi lemak tubuh: wajah bulan, punuk kerbau dan truncal obesity.
 Retensi garam: kaki bengkak, menaikkan tekanan darah, meningkatkan berat badan dan gagal jantung.

 Kegoyahan dan tremor.

 Penyakit mata, khususnya glaukoma (peningkatan tekanan intraocular) dan katarak subcapsular posterior.

 Efek psikologis termasuk insomnia, perubahan mood, peningkatan energi, kegembiraan, delirium atau depresi.

 Sakit kepala dan menaikkan tekanan intrakranial.

 Peningkatan resiko infeksi internal, terutama ketika dosis tinggi diresepkan (misalnya tuberkulosis).

 Ulkus peptikum, terutama pada pengobatan yang menggunakan anti-inflamasi.

 Ada juga efek samping dari mengurangi dosis; termasuk kelelahan, sakit kepala, nyeri otot dan sendi dan depresi.
Sehubungan dengan berbagai efek samping tersebut di atas, maka penggunaan

kortikosteroid jangka panjang harus disertai dengan monitor yang ketat. Pasien dianjurkan

untuk mendapatkan diet rendak kalori, rendah lemak, rendah garam, tinggi protein, tinggi

kalium dan tinggi kalsium. Konsumsi alkohol, kopi dan rokok harus sangat dikurangi. Olahraga

dan aktivitas fisik harus diperbanyak.


1. Linuwih, S. 2015. Kortikosteroid Sistemik. Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Balai penerbit FK UI.
2. Abidin, T. 2009. Oral Cortocosteroid. Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.
3. Freeberg. M. Irwin, Eisen. Z. Atrhur, Wolff. Klaus, dkk. 2003. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Volume II B. Edisi 6.
Newyork: Mc Graw-Hill Medical Publishing Division. Halaman : 2381-2387, 2322-2327
4. Doctorology Indonesia. Kortikosteroid dan Efek Sampingnya. 2009. http://doctorology.net/?p=61. Diakses 5 Juni 2017.
5. Gunawan. 2013. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI.
6. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. ACTH dan Kortikosteroida dalam Obat- obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek
Sampingnya Edisi 6. Jakarta. Halaman723-731.
7. Katzung, B.G. 2014. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 12. Jakarta: EGC.
8. E health links. Synthetic Glucocoticoids. 2009. Diunduh dari http://www.endotext.org/adrenal/adrenal14/ch01s02.html. Diakses 5 Juni
2017.
9. http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/kortikosteroid-dan-efek-sampingnya/rod-tobing webblog. Diakses 5 Juni 2017.

Anda mungkin juga menyukai