Anda di halaman 1dari 24

Kortikosteroid

TITIEK NIRWANA CITRA SARI


11120081
Kortikosteroid adalah obat yang memiliki efek sangat luas sehingga
banyak digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Meskipun
kortikosteroid mempunyai efek terapi yang luas, tetapi
penggunaannya dalam jangka panjang menimbulkan berbagai efek
samping yang dapat merugikan pasien. Efek samping yang muncul
akibat penggunaan kortikosteroid diantaranya gangguan
keseimbangan cairan elektrolit, ulkus pepticum, infeksi / penurunan
sistem imun, miopati, osteoporosis, osteonekrosis, gangguan
pertumbuhan
Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang
dihasilkan di bagian korteks kelenjar adrenal sebagai
tanggapan atas hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang
dilepaskan oleh kelenjar hipofisis. Hormon ini berperan pada
banyak sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan
terhadap stres, tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan
pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat, pemecahan
protein, kadar elektrolit darah, serta tingkah laku.

Ada dua kelas kortikosteroid – glukokortikoid dan


mineralokortikoid.
Kortikosteroid
 Glukokortikoid, mineralokortikoid dan hormon-
hormon kelamin merupakan hormon steroid yang
dihasilkan oleh bagian kulit (cortex) kelenjar anak
ginjal/kelenjar adrenal.
 Glukortikoid (kortisol) berfungsi terhadap metabolisme karbohidrat,
pertukaran protein, pembagian lemak dan reaksi peradangan.
 Sekresi kortisol memperlihatkan ritme circadian (ritme siang –malam) naik di
waktu pagi dan sepanjang hari menurun lagi.
 Produksi kortisol total sehari kurang lebih 20-30 mg pada kondisi strees
produksi meningkat sampai 100-200 mg
 Mineralokortikoid : aldosteron (prekusornya adalah kortikosteron
dan desoksikorton), hormon ini terutama mempengaruhi metabolisme
garam dan air, produksi hormon ini juga dipengaruhi oleh
penggunaan garam.
 Aldosteron dan prekusornya juga mempunyai efek
seperti glukokortikoid (sekitar 30% dibanding
kortisol),
 Demikian juga kortisol memiliki efek
mineralokotikoid tetapi relatif kecil.
Sistesis steroid dari kolesterol di anak
ginjal kolesterol

pregnenolon

progesteron prasteron

17OH-progesteron kortikosteron Testoteron + Estradiol +


androgen estrogen lainya
aldosteron lainya
kortisol
Struktur dasar steroid
COCH2OH
12 17
R
11 16
13
C D
1
9
10 14 15
2 8
A B
3 5 7
4 6 O

kortikosteron
Efek farmakologi kortisol
1. Efek glukokortikoid :
a. Efek anti radang (anti-inflamasi), misalnya akaibat trauma, alergi, infeksi, juga
berkhasiat merintangi terbentuknya cairan peradangan dan udem setempat, misalnya
selama radiasi sinar-x di daerah kepala
b. Daya imunosupresif & antialergi, reaksi imun dihambat, migrasi dan aktivitas
limfosit T/B dan makrofag dikurangi.
c. Peningkatan glukoneogenesis, pembentukan glukosa distimulasi, penggunaan di
jaringan perifer dikurangi penyimpanan sebagai glikogen ditingkatkan
d. Efek katabol, yaitu merintangi pembentukan protein dari asam amino, sedangkan
pengubahannya menjadi glukosa dipercepat. akibat efek katabol adalah terhambatnya
pertumbuhan anak-anak, penyembuhan tukak lambung dipersulit, tejadi osteoporosis.
e. Pengubahan pembagian lemak, yang terkenal adalah penumpukan lemak diatas
tulang selangka dan muka (sehingga menjadi bundar “moon face”), juga di perut dan
belakang tengkuk.

2. Efek mineralokortikoid
 yaitui retensi natrium dan air oleh tubuli ginjal, sedangkan kalium ditinggkatkan
ekskresinya.
Derivat kortisol sintesis.
 Untuk meningkatkan efek glukokortikoid dan
menurunkan efek mineralokortikoid banyak disintesis
senyawa-senyawa derivat kortisol, zat ini dibagi dalam 2
kelompok :
a. Deltakortikoid : predniso(lo)n, metilprednison, budesonida, desonida dan
prednikarbat. Zat ini berbeda dengan kortisol dengan adanya ikatan rangkap dua pada
C1-2 (delta 1-2) dengan efek glukokortikoid 5x lebih kuat dari kortisol dan efek
mineralokortikoid lebih ringan dengan lama kerjanya 2x lebih panjang
b. Fluorkortikoida : betametason, deksametason, triamsinolon, dsb. Merupakan turunan
fluor dari prednisolon dengan 1 atau 2 atom flour pada C6 atau(dan) C9. daya anti
radangnya 10-30x lebih kuat daripada kortisol, sedangkan daya mineralokortikoidnya
praktis hilang. Plasma t1/2-nya lebih panjang (3-5 jam) karena perombakan dalam hati
dipersulit oleh adanya atom fluor sehingga efeknya bertahan 3-5x lebih lama.
 Penggunaan sistemisnya tidak menguntungkan dibanding prednisolon karena efek
sampingnya juga relatif lebih besar. Maka zat ini digunakan untuk sistemik jika dalam
penggunaan diperlukan pednisolon yg terlampau tinggi.
 Penggunaan topikal (salep/krim), sangat banyak & sering disalahgunakan karena
efeknya lebih bagus dibanding kortisol.
 T1/2 adalah waktu paruh obat, yang merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
konsentrasi obat plasma turun menjadi setengahnya
Penggunan glukokortikoid
 Terapi subtitusi, digunakan pada insufisiensi adrenal, seperti pada penyakit
addison (rasa letih, kurang tenaga dan otot lemah akibat kekurangan kortisol).
Dalam hal ini diberikan hidrokortison karena efek mineralokortikoidnya paling
kuat.
 Terapi non-spesifik, yaitu berdasar efek anti-radang, anti-alergi dan imunosupresif.
Juga untuk menghilangkan perasaan tidak enak (malaise). Umumnya diberikan
prednisolon, triamsinolon, & deksametason.
Indikasi terpenting dari glukokortikoid :
 Asma hebat yg akut/kronis, sediaan yang standar adalah inhalasi (spray,
aerosol) umumnya bersama obat-obat
beta-2–mimetika (adrenergika)
 Radang usus akut.
 Penyakit auto-imun, sistem imun terganggu dan menyerang jaringan
tubuh sendiri. Kortikoid menekan reaksi imun dan meredakan gejala
penyakit.
 Sesudah transplantasi organ, bersama siklosporin untuk mencegah
penolakan oleh sistem imun tubuh
 Kanker, bersama onkolitika (sitostatika) dan setelah radiasi sinar-x untuk
mencegah pembengkakan dan udem (khususnya deksametason). Juga
sebagai antimual akibat penggunaan sitostatika.
 Pada penggunaan sistemik ini sebaiknya diminum dalam satu dosis pagi
hari, karena menyesuaikan ritme circadian dalam tubuh.
Penggunaan lokal glukokortikoid

 Pada mata : radang selaput mata, selaput-bening, radang pinggir kelopak


mata. contohnya adalah hidrocortison, prednisolon, deksametason,
betametason, fluormetolon. Obat-obat ini mempunyai aktivitas relatif
lemah dan sedikit diserap ke dalam darah. Tidak boleh diberikan pada
gangguan mata lain (gatal2 dan mata merah) karena efek sampingnya
adalah katarak dan glaucoma.
 Di telinga pada radang gendang telinga, biasanya dikombinasi dengan
antibiotik
 Di hidung (intranasal), digunakan sebagai spray untuk rhinitis, polip
untuk menghambat pertumbuhannya.
 Di mulut, untuk asma
 Rektal, digunakan sebagai supositoria pada wasir yang meradang,
biasanya dikombinasi dengan anestetik lokal (lidokain)
 Intra-artikuler, pada radang sendi, biasanya disuntikan hidrokortison
atau triamsinolon diantara sendi-sendi.
Penggunaan dermal (kulit)
 Merupakan obat yang sangat baik untuk pengobatan gangguan kulit (eksem,
dermatitis, psoriasis, prurigo, dan gatal-gatal lain), berkat sifat antiradang dan anti-
mitosisnya.
 Atas dasar aktivitasnya kortikoid lokal dapat dibagi dalam 4 tingkatan dengan
urutan potensi yang meningkat. Pada kadar yang lebih rendah aktivitasnya juga
menurun ke tingkat yang lebih rendah. Misal triamsinolon 0,1% termasuk tingkat 2,
triamsinolon 0,05% masuk ke tingkat 1
Tabel, tingkatan aktivitas glukokrtikoid pada
penggunaan dermal
Pilihan obat untuk terapi gangguan
kulit.
 Untuk eksem, prurigo, gatal-gatal dan dematitis popok, juga
pada sengatan tawon digunakan kortikoid lemah (tingkat 1)
yakni hidrokortison 1%, jika hasil kurang memuaskan bisa
beralih pada zat tingkat 2, misal triamsinolon 1%, juga pada
eksim / alergi atau eksem atopis.
 Zat tingkat 3 & 4 berkhasiat antimitosis yaitu menghambat
pembelahan sel. Maka zat ini lebih cocok untuk menghambat
pertumbuhan kulit yang berlebihan misalnya pada psoriaziz
dsb.
 Zat tingkat 4 hanya digunakan jika zat tingkat 3 tidak efektif.
Kebijakan dalam terapi dermal
 Karena kortikoida ditimbun dalam lapisan tanduk dari epidermis /
kulit ari dan dilepaskan kembali kelapisan yang lebih dalam maka
dikembangkan kebijakan terapi dalam 2 fase :
1. penyembuhan: salep sediaan tingkat 1-3 dioleskan 2-3 dd sehari,
guna secepat mungkin mengendalikan penyakit selama 1-2
minggu, kontinyu, tanpa istirahat.
2. Pemeliharaan : guna menghindari kambuhnya penyakit
 Selama 1-2 minggu,1 dd setiap hari salep tingkat 1-3
 Selama 1-2 minggu,1 dd setiap 2 hari maksimal 100 dan 50 g untuk masing-masing tingkat 3
dan 4
 Selama 1-3 bulan, 1 dd pada 2 hari seminggu
 Pada hari istirahat perlu digunakan suatu salep netral, tanpa zat aktif.
 Bila penggunaan obat yg kuat akan dihentikan sebaiknya tidak secara
mendadak , terlebih setelah pengobatan lama.
 Sebaiknya penggunaan diakhiri dengan salep berkhasiat lemah
(Hidrokortison) atau salep netral
Efek samping
1. Efek samping glukokortikoid yang penting adalah:
1.a. Sindrom Cushing, gejala utamanya adalah retensi cairan di jaringan-jaringan yang
menyebabkan naiknya berat badan dengan pesat, muka menjadi bundar (moon face)
adakalanya kaki tangan gemuk bagian atas, selain itu terjadi penumpukan lemak di
bahu dan tengkuk, kulit menjadi tipis dan mudah terluka, timbul garis kebiru-biruan
(akibat pendarahan di bawah kulit.)
1.b. Kelemahan otot (myopathie steroid), khusus dari anggota badan dan bahu. Lebih
sering terjadi pada hidrokortison dari pada derivat sintesisnya.
1.c. Osteoporosis (rapuh tulang) karena menyusutnya tulang dan resiko besar akan
fraktur bila terjatuh. Efek ini terutama pada penggunaan lama prednison diatas 7,5
mg sehari (ekivalen dengan dosis glukokortikoid lain), seperti pada rema dan asma
hebat. Pencegahan dilakukan dengan vit D3 + kalsium, masing2 500 UI dan 1000
mg sehari.
1.d. Merintangi pertumbuhan pada anak-anak, akibat dipercepatnya penutupan
epifysis tulang pipa
1.e. Diabetogen. Penurunan toleransi glukosa dapat menimbulkan hiperglikemia
dengan efek menjadi diabetes atau memperhebat diabetes, penyebabnya adalah
stimulasi pembentukan glukosa dalam hati.
1.f. Imunosupresi, yaitu menekan reaksi tangkis tubuh, seperti yang terjadi pada
trasplantasi organ. Jumlah dan aktivitas limfosit-T/B dan makrofak dikurangi,
efeknya adalah daya tangkis tubuh turun sehingga lebih peka terhadap infeksi
kuman patogen.
1.g. Antimitosis yaitu menghambat pembelahan sel, terutama kortikoida-fluor yang
kuat yang hanya untuk penggunaan dermal.
2. Efek samping mineralokortikoid berupa :
 Hipokalemia akibat kehilangan kalium melalui kemih, bisa terjadi kejang,
kelemahan otot, aritmia jantung
 Udema dan berat badan meningkat karena retensi garam dan air, juga resiko
hipertensi dan gagal jantung.
3. Efek samping umum adalah :
 Efek sentral (atas SSP) berupa gelisah, rasa takut, sukar tidur, depresi.
 Efek adrogen, seperti acne, dan gangguan haid
 Cataract dan kenaikan tekanan okuler, juga bila digunakan sebagai tetes mata,
resiko glaukoma meningkat.
 Bertambahnya sel-sel darah
 Bertambahnya nafsu makan dan berat badan
 Reaksi hipersensitivitas.
 Kontra indikasi

 Sedian kortikoid lokal tidak boleh digunakan pada gangguan kulit untuk
infeksi kuman, virus, jamur atau parasit, juga tidak pada acne.

 ************ the end *****************

Anda mungkin juga menyukai