Anda di halaman 1dari 53

KORTIKOSTERO

ID
:
DR .Dr. MULYADI DJOJOSAPUTRO. MS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA


JAKARTA
2022
Fisiologi
Adrenokortikal
PENDAHULUAN
Medula
adrenal • 2. Norepinefrin
• 1. Epinefrin

:
Korteks • 1. Zona glomerulosa :

adrenal mineralokortikoid
• 2. Zona fasikulata & zona retikularis :

: • glukokortikoid
● Sekresi hormon kortikosteroid dirgulasi oleh
1. hipotalamus - CRH
2. pituitari / hipofisis anterior – ACTH
3. korteks adrenal
● Berasal dari gugus kolesterol  pregnanolon
 progesteron  kortisol/hidrokortison
Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah derivat hormon steroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal.
Hormon ini memiliki peranan penting seperti mengontrol respon inflamasi.
Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu
● Glukokortikoid
○ Memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat dan fungsi imun
● Mineralokortikoid
○ Memiliki efek kuat terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit
Lapisan Korteks Adrenal
●Zona glomerulosa
○ Lapisan sel-sel tipis yang terletak dibawah kapsul dan
membentuk sekita 15 persen korteks adrenal
○ Fungsi : mengsekresi aldosterone yang diatur oleh konsentrasi
angiotensin II dan kalium cairan ekstra sel
●Zona fasciculata
○ Lapisan tengah dan membentuk sekitar 75 % korteks adrenal
○ Fungsi: mengsekresi glukokortikoid kortisol dan kortikosteron,
dan sejumlah kecil androgen dan esterogen adrenal
○ Sekresi sel tersebut diatur oleh regulasi hipotalamus-hipofisis
lewat hormone ACTH
●Zona retikularis
○ Lapisan terdalam dari korteks
○ Fungsi : mengsekresi androgen adrenal DHEA dan
androstenedione juga sejumlah kecil esterogen dan
glukokortikoid
Mekanisme sekresi glukokortikoid
Mekanisme sekresi
glukokortikoid

Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th ed.Edisi ke-
6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. Hal 1005
● Pada keadaan normal hanya 5% kortisol yang
bebas / tidak terikat dengan CBG  molekul
terapeutik aktif.
● Sekresi kortisol 10-20 mg/hari, puncak pada ±
jam 8 pagi : 16μg/100ml. Kadar terendah
kortisol ± jam 4 sore : 4μg/100ml.
• Difusi pasif melalui membran sel,
mengikat pada protein dalam
sitoplasma inti sel  regulasi
transkripsi gen  efek inhibisi
• Menurunkan sintesis sejumlah
Mekanisme molekul pro inflamasi (sitokin,
interleukin, molekul adhesi, dan
aksi: protease)
Biokimia Sintesis Kortikosteroid
Faal dan
Farmakodinamik
Pengaruh kortikosteroid terhadap
fungsi dan organ tubuh
Metabolisme karbohidrat dan protein

 Penggunaan kortikosteroid jangka panjang dan dosis besar → gejala


diabetes melitus (glukosa darah tinggi, resistensi insulin)

 Glukokortikoid merangsang lipase → lipolisiis → peningkatan deposit


lemak.

 Penggunaan jangka lama → peningkatan glukagon plasma →


glukoneogenesis
●Metabolisme lemak

Pada dosis besar dan jangka panjang  sindrom cushing

Gangguan distribusi lemak  lemak terkumpul pada depot


lemak; leher belakang (buffalo hump), daerah supraklavikula,
dimuka (moon face). Lemak di ekstremitas akan menghilang

Mekanisme: kadar insulin meningkat sehingga hiperglikemi yang


ditimbulkan oleh glukokortikoid. Insulin mempunyai efek
lipogenik dan antilipolitik pada jaringan lemak di batang tubuh
Pengaruh kortikosteroid pada
keseimbangan air dan elektrolit

Mineralkortokoid meningkatkan reabsorbsi Na + serta


ekskresi K+ dan H+ di tubuli distal

Retensi Na disertai ekspansi volume cairan ekstrasel,


hipokalemia dan alkalosis.
Sistem kardiovaskuler
Langsung Tidak langsung

Terhadap keseimbangan air dan elektrolit. Pada


hipokortisisme terjadi pengurangan volume  viskositas
Kapiler, arteriol dan darah meningkat  timbul hipotensi dan kolaps
miokard kardiovaskular

Permeabilitas dinding kapiler meningkat, respon vasomotor


Defisiensi
pembuluh darah kecil berkurang, fungsi jantung menurun 
kortikosteroid
dimonitaoring tanda edema paru

Sekresi aldosteron berlebihan → gejala hipotensi dan


Aldosteron primer
hipokalemia.
Otot rangka
● Insufisiensi adrenal/pasien Addison → penurunan
kapasitas kerja otot rangka → cepat lemah dan lelah

● kelemahan otot pada pasien aldosteronisme prime →


hipokalemia

● Pada cushing sindrom → wasting otot rangka


(pengurangan masa otot)
Anti inflamasi
Dapat mencegah atau menekan timbulnya gejala
inflamasi akibat radiasi, infeksi, zat kimia, mekanik atau
alergen

Kortikosteroid → menghambat reaksi inflamasi →


menghambat migrasi leukosit ke daerah inflamasi.
Jaringan limfoid dan sistem imunologi
Pertumbuhan
Bila glukokortikoid digunakan oleh anak untuk waktu yang lama 
menghambat pertumbuhan, karena efek antagonisnya terhadap kerja
hormone pertumbuhan di perifer

Glukortikoid di Otot & tulang → menghambat sintesis dan ↑ degradasi


protein & RNA → gagal fungsi hormon pertumbuhan

Pertumbuhan terhambat pada pemakaian kortikosteroid karena : Hambatan


somatomedin oleh hormon pertumbuhan, Hambatan sekresi hormon
pertumbuhan, Hambatan osteoblas di tulang
Kortikosteroid
Beberapa jenis stress yang meningkatkan pelepasan
kortisol, yaitu
1. Trauma
2. Infeksi
3. Keadaan hipotermi
4. Penyuntikan norepinefrin dan obat-obat
simpatomimetik lainnya
PRINSIP DASAR
Sebelum mulai pengobatan dengan
glukokortikosteroid, perlu
dipertimbangkan keuntungan hasil
pengobatan yang diharapkan serta efek
samping yang dapat timbul.
Tabel Perbandingan aktivitas farmakologi glukokortikosteroid sistemik
Potensi Potensi Plasma Duration of
glukokortikoi mineralokortikoid half-life action (jam)
d ekuivalen (mg) (menit)
(mg)
Short-acting
20 0,8 90 8 – 12
Hidrokortison
(kortisol)
25 1 30 8 – 12
Kortison
Intermediate-acting

5 0,25 60 24 – 36
Prednison
5 0,25 200 24 – 36
Prednisolon
4 0 180 24 – 36
Metilprednisolon
4 0 300 24 – 36
Triamsinolon
Long acting
FARMAKOKINETIK
Absorbsi
Pada keadaan normal 90% kortisol terikat oleh 2 jenis protein plasma

1. ­ lobulin pengikat kortikosteroid (afinitas tinggi, kapasitas ikat rendah)


G
2. Albumin (afinitas rendah, kapasitas ikat tinggi)

­ aat kadar kortikosteroid rendah atau normal, sebagian besar kortikosteroid


S
terikat dengan globulin

­ aat kadar kortikosteroid meningkat, jumlah hormon yang terikat dengan


S
Albumin meningkat, sedangkan jika yang terikat globulin lebih sedikit
mengalami perubahan.
Farmakokinetik (Metabolisme)
 Biotransformasi steroid terjadi di dalam dan diluar hati.
 Senyawa kortikosteroid aktif memiliki ikatan rangkap pada atom C4,5
dan gugus keton pada atom C3 reduksi ikatan rangkap di hepar dan
ekstrahepatik dan menghasilkan senyawa inaktif.
 Perubahan gugus keton menjadi gugus hidroksil hanya terjadi di hati
 Terjadi penggabungan asam sulfat dan gugus keton di hati yang
membentuk Ester yang mudah larut dan kemudian di eksresi (Reaksi
terjadi di hepar dan sebagian di ginjal)

Setelah penyuntikan IV steroid radioaktif sebagian besar dalam waktu 72 jam di


ekskresikan dalam urin. 70% dimetabolismedi hepar

Masa paruh eliminasi kortisol sekitar 1,5 jam


PEMILIHAN
GLUKOKORTIKOID
● Pilih preparat glukokortikosteroid yang efek
mineralokortikoid nya minimal untuk
menurunkan risiko terjadinya retensi natrium
● Pemberian pengobatan prednison atau obat
sejenisnya secara jangka panjang dengan
half-life intermediate dan afinitas reseptor
steroid yang relatif lemah dapat menurunkan
kemungkinan timbulnya efek samping.
●Bila penderita tidak respons terhadap
kortison/prednison, perlu dipertimbangkan
pemberian substitusi bentuk aktif kortisol/
prednisolon.
●Metilprednisolon yang berpotensi tinggi
dengan kemampuan retensi natrium yang
rendah dapat digunakan pada pulse-therapy.
CARA PEMBERIAN DAN
SKEMA DOSIS
a. Intralesi

b. Oral

c. IM

d. Intravena.
Pemberian intra vena
dilakukan pada 2 keadaan :
1.Untuk menekan stress yang terjadi pada penderita yang
menderita penyakit akut, menjalankan tindakan pembedahan
atau penderita yang mengalami supresi adrenal akibat
pengobatan glukokortikoid harian.
2.Untuk penderita dengan penyakit tertentu seperti pioderma
gangrenosum yang resisten, pemfigus dan pemphigoid bulosa
berat, lupus eritematosus sistemik berat atau dermatomiositis
Cara pemberian preparat glukokortikosteroid
sistemik:
● Dosis harian tunggal (single daily dose)
● Dosis harian terbagi (divided dose)
● Dosis selang-seling (alternate-day dose)
SKEMA DOSIS

1. Mulai dengan dosis tinggi, lalu diturunkan ke dosis


rendah (high-low).
2. Mulai dari dosis rendah, lalu dinaikkan ke dosis
tinggi (low-high).
3. Dosis menetap atau konstan.
4. Dosis intermitten.
Indikasi
Penggunaan kortikosteroid awalnya di berikan untuk terapi empiris
Penggunaan harus dilihat 6 prinsip terapi:
1. ­Dosis efektif harus ditetapkan trial and error dan harus di evaluasi dari waktu ke
waktu
2. Suatu dosis tunggal kortikosteroid umunya tidak berbahaya
3. ­Penggunaan untuk beberapa hari tanpa adanya kontraindikasi spesifik umumnya
tidak berbahaya, kecuali penggunaan dengan dosis besar
4. ­Pengobatan diperpanjang sehingga melebihi dosis subtitusi, insiden efek samping
dan efek lethal potensial akan bertambah, maka dari itu awasi dan sadari resiko
pengaruhnya terhadap metabolisme
5. ­Penggunaan kortikosteroid bukan merupakan terapi akusal atau kuratif akan
tetapi bersifat paliatif karena efek dari kortikosteroid (inflamasi)
6. ­Penghentian secara tiba tiba pada terapi jangka panjang dengan dosis besar
memiliki resiko insufiensi adrenal yang hebat
Memperbaiki kekurangan akibat insufiensi
sekresi korteks adrenal akibat gangguan fungsi
dan struktur adrenal atau hipofisis
•1. Infusiensi adrenal akut dan kronis
Terapi Subtitusi •2. Hiperplasia adrenal kongenital
•3. insufiensi adrenal sekunder akibat insufiensi
adenohipofisis

Efek anti inflamasi dan kemampuan menekan reaksi imun.


Pada penyakit dengan dasar respon imun contoh
Terapi Non •1. Fungsi paru pada fetus
•2. Asma Bronkhial dan penyakit saluran napas lainnya
Endokrin •3. Alergi
•4. Penyakit kolagen, mata, hepar, dan ginjal
•5. keganasan
Kontraindikasi Kortikosteroid
Hingga saat ini pemberian kortikosteroid tidak memiliki
kontraindikasi absolut
Kontraindikasi relatif
1. ­Pada pasien DM, kortikosteroid memiliki sifat anti
insulin yang berpengaruh terhadap pemberian
pengobatan kepada pasien
2. Infeksi bakteri berat, karena memiliki sifat
immunosupresan
3. ­Tukak peptik/ duodenum
4. ­Hipertensi serta gangguan kardiovaskuler
Interaksi obat
• Obat seperti barbiturat, fenitoin, dan
rifampin, dapat mempercepat
metabolisme glukokortikoid.
• Obat seperti cholestyramine,
colestipol, dan antasid mengganggu
absorbsi glukortikoid.
INTERAKSI OBAT
Makrolida Diberikan bersama eritromisin dan
gentamisin bisa menurunkan klirens metil
prednisolone

Metotreksat Meningkatkan hepatotoksik dari metotreksat


dosis tinggi

Mifepristone Efikasi steroid menurun dalam 3 – 4 hari


penggunaan mifepristone

Efedrin Meningkatkan klirens metilprednisolon

NSAID Kortikosteroid meningkatkan keparahan


ulserasi akibat NSAID, dan meningkatkan
kemungkinan perdarahan gastrointestinal
INTERAKSI
Rifampisin
OBAT
Efek kortikosteroid berkurang

Beta blocker Bronkodilatir menyebaban hipokalemia

teofilin Meningkatan level serum teofilin kertika


diberikan korikosteroid topikan dan
parenteral

Vaksin Infeksi  mengancam jiwa

Diuretik Hipokalemia
EFEK SAMPING
Sistem kardiovaskular
• hipertensi,
• arterosklerosis,
• infark miokard,
• ekimosis,
• perdarahan gastrointestinal
• menoragi
Sistem pernapasan
• menghebatnya penyakit tuberkulosis laten
Saluran pencernaan
• ulkus peptikum,
• perforasi ulkus
• hematemesis
Ginjal
• retensi cairan,
• glukosuria renal,
• azetemia
Kulit
• akne,
• hirsutism,
• striae,
• ekimosis,
Supresi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal
Saraf dan Jiwa
• Reaksi minor: euforia, depresi, gelisah, mudah tersinggung
dan insomnia
• Reaksi mayor : psikosis manik depresif, shizophrenia,
paranois, acute toxic confusal state dan epilepsi
Sistem endokrin
• meningkatkan berat badan,
• moon face
• buffalo hump
• penurunan libido,
• osteoporosis,
• ginekomastia
Berkaitan dengan kehamilan dan
laktasi
• Glukokortikoid melintasi plasenta, namun tidak teratogenik.
• Infant yang terpapar, termasuk bayi yang diberi ASI dari ibu
yang menggunakan glukokortikoid harus dimonitor untuk
supresi adrenal dan supresi pertumbuhan.
Strategi untuk mengurangi efek samping
glukokortikoid
Evaluasi sebelum pengobatan.
 Riwayat pribadi dan keluarga.
 Ukur tekanan darah dan berat badan awal.
 Jika penggunaan jangka panjang glukokortikoid ukur densitas tulang
spinal.
Evaluasi selama pengobatan
 Berat badan dan tekanan darah harus dimonitor.
 Elektrolit serum, gula darah puasa, dan kadar kolesterol serta trigliserida
harus diukur.
KOMPLIKASI
Komplikasi Gastrointestinal
• Pada penderita yang memiliki 2 atau lebih faktor risiko seperti adanya
riwayat ulkus peptikum, penyakit keganasan atau dosis total
glukokortikoid sistemik melebihi 1.000 mg, harus diberikan pengobatan
profilaksis.
• Pengobatan profilaksis yang dapat diberikan termasuk pemberian
antasida, H2 receptor blockers seperti cimetidine, rantidine, dll

Supresi adrenal
Pada penderita yang mendapat pengobatan glukokortikoid sistemik lebih
dari 3-4 minggu harus dilakukan penilaian kemungkinan adanya supresi
adrenal yang perlu dilakukan tapering glukokortikoid sistemik untuk
memulihkan aksis HPA.
Osteoporosis
Untuk mencegah terjadinya osteoporosis, pemberian suplemen
kalsium dan vitamin D, sulih hormon seks, melakukan program
olahraga latihan beban dan restriksi natrium merupakan pengobatan
lini pertama.

Aterosklerosis
Pada penderita yang mendapat pengobatan dengan glukokortikoid
sistemik perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah, lipid serum
dan kadar glukosa secara seri. Pada penderita yang merokok, harus
dianjurkan untuk menghentikan kebiasaan merokok.
GAMBARAN SEDIAAN
HYDROCORTISO
NE
KORTIKOSTEROID TOPIKAL
● Kortikosteroid topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang
bukan disebabkan oleh infeksi, khususnya penyakit eksim, dermatitis
kontak, gigitan serangga dan eksim scabies
● Obat-obat ini diindikasikan untuk menghilangkan gejala dan
penekanan tanda-tanda penyakit bila cara lain seperti pemberian
emolien tidak efektif.
KORTIKOSTEROID TOPIKAL
EFEK SAMPING
Efek samping lokal kortikosteroid topikal dalam penggunaan jangka panjang meliputi:
Penyebaran dan perburukan infeksi yang tidak diobati;
Penipisan kulit yang belum tentu pulih setelah pengobatan dihentikan karena struktur asli mungkin tak
akan kembali;
Striae atrofis yang menetap;
Dermatitis kontak;
Dermatitis perioral;
Jerawat, perburukan jerawat atau rosasea;
Depigmentasi ringan; yang mungkin hanya sementara tetapi bisa menetap sebagai bercak-bercak putih;
Hipertrikosis.
0
TERIMAKA
SIH

Anda mungkin juga menyukai