Anda di halaman 1dari 20

ACTH DAN KORTIKOSTEROID

Hormon yang dihasilkan oleh cortex adrenal


adalah :
1. Kortisol atau hidrokortison (glukokortikoid)
2. Aldosteron dan zat pelopor kortikosteron serta
desoksikortikosteron (mineralokortikoid)
3. Hormon-hormon kelamin seperti testosteron,
estrogen/ progesteron dalam jumlah kecil
 Produksi kortisol dan hormon kelamin dipengaruhi oleh
hormon hipofisis ACTH (kortikotropin) yang dikendalikan
oleh CRH (corticotropin Releasing Hormon) di

hipotalamus.
 Produksi ACTH dihambat oleh kortisol melalui
mekanisme feedback negatif
 Produksi mineralokortikoid tidak dipengaruhi oleh ACTH,
tetapi dipengaruhi oleh kadar Na+ dan K+ dalam darah
serta volume plasma yang mengalir melalui ginjal
GLUKOKORTIKOID ALAMI : CORTISOL (HIDROKORTISON)
 Pada orang dewasa normal disekresikan 10-20 mg
kortisol/hari, tanpa adanya stress.
 kortisol terikat dengan protein plasma (CBG 90%)
sisanya berada dalam keadaan bebas atau terikat lemah
dengan albumin (5-10%) dan tersedia untuk digunakan
efeknya pada sel target
 Jika kadar kortisol plasma > 20-30 µg/dl, CBG menjadi
jenuh dan konsentrasi kortisol bebas meningkat dengan
cepat
 CBG meningkat pada wanita hamil, pemberian estrogen
dan hipertiroidisme
 CBG menurun pada hipotiroidisme, gangguan genetis
dalam sintesis dan kondisi kekurangan protein.
 T ½ kortisol 60-90 menit dan dapat meningkat pada
penggunaan dosis tinggi, stress, hipotiroidisme dan
penyakit hati
 Hanya 1, 5 kortisol dieksresikan tanpa perubahan di urin
sebagai kortisol bebas. 2,5 kortisol diubah menjadi
kortison oleh 11-hidroksisteroid dehydrogenase di ginjal
dan jaringan lain dengan reseptor mineralokortikoid
sebelum mencapai hati
Khasiat kortisol
Kortisol memegang peranan penting pada proses
metabolisme dari karbohidrat, protein dan lemak serta
pada pemeliharaan keseimbangan air dan elektrolit.
Mengatur fungsi kardiovaskular, sistem saraf, otot-otot,
ginjal dan organ lain.
Kortisol juga berperan dalam sistem imun, sehingga
tubuh bisa kebal terhadap rangsangan dari luar seperti
infeksi.
Khasiat fisiologi kortisol
a. Efek glukokortikoid
Meningkatkan glukoneogenesis sehingga dapat
menimbulkan hiperglikemia.
Efek katabolik, dimana pembentukan protein dari asam
amino berkurang, sedangkan perombakannya menjadi
glukosa dipercepat yang dapat menimbulkan
osteoporosis dan terhambatnya pertumbuhan pada
anak-anak.
Moon face, karena adanya penumpukan lemak terutama
pada bagian wajah.
b. Efek mineralokortikoid
Yaitu terjadinya retensi natrium dan air ditubuli ginjal,
sedangkan eksresi kalsium ditingkatkan.
c. Antiflogistik dan anti alergi
Menghambat bermacam proses radang terutama dari
mukosa (spt infeksi, alergi), tetapi tidak menghambat
reaksi antigen-antibody.
Efek anti radang dan anti alerginya berdasarkan :
Vasokontriksi dan turunnya permeabilitas kapiler yang dapat
menghilangkan udem.
Stabilisasi membran liposom sehingga mediator-mediator
yang bisa merusak sel tidak keluar.
d. Imunosupresi
Yaitu menekan reaksi imunologis yang terjadi pada
transplantasi organ, produksi antibodi dihambat, jumlah
limfosit dan jaringan limfa berkurang yang menyebabkan
turunnya daya tahan tubuh.
e. Menekan sistem HHA (Hipotalamus- Hipofisis-
Adrenal)dan atrofia adrenal. Meningkatnya kadar kortisol
darah akan menghambat produksi ACTH yang berakibat
tertekannya aktivitas adrenal
f. Efek sentral, susah tidur, gelisah, psikosis dan depresi.
Derivat kortisol sintetik
a. Delta kortikoid (prednison, prednisolon, metil- dan
klorprednisolon.Daya glukokortikoidnya 5 x lebih kuat
dari kortisol dan daya mineralokortikoidnya lebih ringan.
b. Fluorkortikoid (fluokortolon, flunisolida, triamsinolon,
deksametason, betametason, desoksimetason,
fludpredniden, amsinonida, flumetason,flusinolon,
halometason dll)
Daya glukokortikoid dan anti radangnya 10-30 kali lebih
kuat dari kortisol dan efeknya bertahan 3-5 kali lebih
lama, sedangkan daya minerakortikoidnya hilang sama
sekali.
Penggunaan hidrokortison dan derivat sintetiknya
a. Terapi substitusi dilakukan pada keadaan insufisiensi adrenal
(spt penyakit addison) dengan gejala letih, kurang tenaga dan
otot lemah akibat kekurangan kortikosteroid.
b. Terapi non spesifik, dilakukan berdasarkan efek anti radang,
anti alergi dan daya imunospresifnya. Untuk ini digunakan
derivatkortisol dengan kerja selektif seperti prednison,
prednisolon, triamsinolon dan deksametason.
Indikasi-indikasi utama glukokortikoid
Asma bronkhial
Reumatoid arthritis
Alergi
Leukemia dan bentuk kanker lain, bersama sitostatik
Sesudah transplantasi organ, dikombinasi dengan
azotioprin atau siklosporin
Sebagai terapi tambahna pada penyakit tipoid, hepatitis
yang dapat meringankan gejala.
Penggunaan lokal
Obat mata (hidrokortison, prednisolon an fluormetolon)
Inhalasi, untuk obat asma (beklometason, budisonida)
Rektal berupa suppositoria untuk obat wasir
(hidrokortison, triamsinolon)
Intra-artikuler, pada radang sendi, hidrokortison dan
metilprednisolon dapat disuntikan diantara sendi guna
mencapai efek lokal.
Penggunaan topikal
Efek samping
Efek samping dapat terjadi pada penggunaan kronis
mirip dengan gejala hiperfungsi adrenal. Kompel gejala
ini disebut chusing sindrom dengan ciri-ciri moon face,
udem dan hipertensi, osteoporosis.
Supresi anak ginjal melalui sistem HHA, khususnya bila
hidrokortison digunakan diatas dosis 50 mg lebih dari 1
minggu.
Supresi sistem imunitas.
Efek ulcerogen
Efek sentral, gelisah, psikosis dan depresi
Terhambatnya pertumbuhan pada anak-anak
Seleksi obat dan pengaturan dosis
a. ACTH Vs streroid adrenokortikoid
Pada pasien dengan adrenal normal, ACTH digunakan
untuk menginduksi produksi kortisol. Penggunaan
ACTH sebagai agent terapeutik tidak dibenarkan
kecuali bila diinginkan terjadingya peningkatan
androgen.
b. Dosis
Dalam menentukan regimen dosis harus
dipertimbangkan, tingkat keparahan penyakit, jumlah
obat yang diperlukan untuk memperoleh efek yang
diinginkan dan lamanya terapi.
Cara pengaturan dosis penggunaan kortikosteroid
Jika diperlukan untuk mempertahankan kadar plasma
kortikosteroid yang meningkat terus menerus, untuk
menekan ACTH dibutuhkan preparat parenteral atau
dosis kecil peroral dengan interval yang sering.
Pada penggunaan kortikosteroid untuk pengobatan
inflamasi dan alergi, kuantitas total yang sama yang
diberikan dalam beberapa dosis lebih efektif dari pada
cara pemberian dalm bentuk banyak dosis yang lebih
kecil
Mineralokortikoid
1. Aldosteron
2. Deoksikortikosteron
3. Fludrokortison
1. Aldosteron
Mineralokortikoid yang paling penting pada manusia adalah
aldosteron, yang disintesa pada zona glomerulosa pada
kortek adrenal.
Efek fisiologis dan farmakologis
Memicu reabsorbsi natrium dari tubulus roksimal. Reabsorbsi
natrium pada kelenjer ludah dan keringat, mukosa saluran
cerna dan membran sel juga meningkat.
Produksi aldosteron yang berlebih akibat tumor atau
overdosis mineralokortikoid menyebabkan hipernatremia,
hipokalemia peningkatan volume plasma dan hipertensi
Mineralokortikoid bekerja dengan cara terikat pada
reseptor mineralokortikoid pada sitoplasma sel target
terutama pada tubulus proksimal dan tubulus distal ginjal.
Metabolisme
Aldosteron dieksresikan dengan kecepatan 100-200µg/hari
pada individu normal dan diet garam sedang. T ½ 15-20
menit dan tidak terikat dengan serum protein. Aldosteron
ditemui di urin dalam bentuk tetrahydroaldosteron.
2. Deoksikortikosteron
Berfungsi sebagai prekusor aldosteron, normalnya
dieksresikan 200 µg/hari dengan t ½ 70 menit.
Sekresinya dipengaruhi oleh ACTH
Seksresinya juga meningkat pada kondisi abnormal
seperti pada karsinoma adrenokortikal dan hiperplasia
adrenal kongenital dengan penurunan aktivitas P450c11
dan P450c17.
Digunakan untuk penyakit addison dan insufisiensi
adrenal
Digunakan secara sulingual atau parenteral
(penggunaan oral kurang baik diabsorbsi)
3. Fludrokortison
Mempunyai aktivitas glukokortikoid dan mineralokortikoid
20 kali lebih kuat dari deoksikortikosteron dan banyak
digunakan.
Digunakan pada insufisiensi adrenal dengan dosis 0,1-
0,2 mg sehari bersama kortisol
Dapat digunakan pada gangguan kulit (inflamasi)

Anda mungkin juga menyukai