mineralokortikoid. Efek utama glukokortikoid adalah penyimpanan glikogen hepar dan efek
antiinflamasinya, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit sangat kecil.
Efek utama golongan mineralokortikoid adalah terhadap keseimbangan air dan elektrolit,
sedangkan pengaruhnya pada penyimpanan glikogen hepar sangat kecil dan golongan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, dan juga bersifat anti inflamasi dengan cara
menghambat pelepasan fosfolipid, serta dapat pula menurunkan kinerja eosinofil. Kelompok
Korteks kelenjar adrenal dibagi dalam 3 zona yang mensintesis berbagai steroid.
Bagian luar yaitu zona glomerulosa menghasilkan mineralokortikoid, yaitu aldosteron yang
kalium. Tanpa mineralokortikoid, maka besarnya konsentrasi ion kalium dalam cairan
ekstraselular meningkat secara bermakna, konsentrasi natrium dan klorida akan berkurang,
dan volume total cairan ekstraselular dan volume darah juga akan sangat berkurang.
Bagian tengah, zona fasikulata dan lapisan terdalam zona retikularis mensintesis
yaitu untuk merangsang proses glukoneogenesis. Sekresi kortikosteroid diatur oleh hormon
hipotalamus yaitu CRH (Corticotropin Releasing Hormone). CRH kemudian akan memberi
sinyal kepada hipofisis anterior untuk mengeluarkan ACTH. ACTH ini akan merangsang sel
Farmakokinetik
Pada keadaan normal, >90% kortisol dalam plasma terikat pada protein. Hanya fraksi
kortikosteroid yang tidak terikat yang dapat memasuki sel dan menimbulkan efek. Jika
kortisol
plasma melebihi 20-30 μg/dL, CBG akan tersaturasi dan konsentrasi kortisol bebas akan
meningkat dengan cepat. Protein plasma yang mengikat sebagian besar hormon steroid
adalah:
CBG adalah suatu α-globulin yang disintesis oleh hepar. CBG memiliki
CBG memiliki afinitas yang relatif tinggi terhadap kortisol, dan memiliki
2. Albumin disintesis oleh hepar, namun memiliki sifat yang berbeda dengan
CBG, dimana memiliki afinitas yang rendah terhadap steroid dan kapasitas
Waktu paruh kortisol pada sirkulasi adalah sekitar 60-90 menit; waktu paruh dapat
meningkat pada pemberian hidrokortison dalam dosis besar, pada keadaan stres, hipotiroid,
atau pada gangguan hepar. Steroid yang sudah terkonjugasi akan menjadi larut air (water
soluble) dan dapat diekskresikan melalui urin. Sekresi steroid juga dapat terjadi melalui bilier
Kortikosteroid memiliki efek spesifik dan non spesifik yang terkait dengan
mekanisme
yang berbeda dari aksi, termasuk antiinflamasi, imunosupresif ,antiproliferatif, dan efek
vasokonstriksi. Sebagian besar aksi dari kortikosteroid tersebut di mediasi olleh reseptor
Efek antiinflamasi
Kortikosteroid di duga memberikan efek anti inflamasi kuat dengan cara menghambat
Kortikosteroid juga menghambat faktor transkripsi, seperti aktifator protein I dan faktor
nuklir k, yang terlibat dalam aktifasi gen proinflamasi. kortikosteroid juga mengurangi dari
Efek imunosupresif
Kortikosteroid menekan produksi dan efek dari faktor humoral yang terlibat dalam
respon inflamasi, menghambat migrasi leukosit ke situs peradangan, dan mengganggu fungsi
sel endotel, granulosit, sel mast, dan fibroblas. Selain itu, beberapa sitokin secara langsung
dipengaruhi oleh kortikosteroid, termasuk IL1, tumor necrosis factor , granulositmakrofag
colonystimulating factor, dan IL8. Efek ini juga mungkin α akibat dari aksi steroid pada sel-
sel antigen.
Efek antiproliferatif
DNA
dan mitosis, sebagian menjelaskan tindakan terapi obat ini dalam skala dermatosis.
Mereka dikenal untuk mengurangi ukuran keratinosit dan proliferasi. Aktivitas fibroblast
Vasokontriksi
ini
diduga terkait dengan penghambatan vasodilator alami seperti histamin, bradikinin, dan
Cara penggunaan
Kortikosteroid yang diberikan adalah kortikosteroid dengan masa kerja yang panjang. Jika
digunakan kurang dari 3 – 4 minggu, kortikosteroid diberhentikan tanpa tapering off. Dosis
yang paling kecil dengan masa kerja yang pendek dapat diberikan setiap pagi untuk
meminimal efek samping karena kortisol mencapai puncaknya sekitar jam 08.00 pagi dan
dan harganya murah. Bila ada gangguan hepar digunakan metilprednisolon karena prednison
gangguan jantung, atau keadaan lain yang retensi garam merupakan masalah, maka dipilih
kortikosteroid yang efek kortikosteroidnya sedikit/tidak ada, lebih-lebih bila diperlukan dosis
jangan dipakai pada pemberian jangka panjang (lebih dan pada sebulan).
mengalami eksaserbasi dan tidak terjadi sindrom putus obat. Pada sindrom putus obat
terdapat keluhan lemah, lelah, anoreksia dan demam ringan yang jarang melebihi 39°C.
Terjadinya efek samping tergantung pada dosis, lama pengobatan dan macam kortikosterid.
Pada pengobatan jangka pendek (beberapa hari / minggu) umumnya tidak terjadi efek
samping yang gawat. Sebaliknya pada pengobatan jangka panjang (beberapa bulan / tahun)
Efek samping lain adalah sindrom Cushing yang terdiri atas moon face, buffalo hump,
akneformis dan hirsustisme. Selain itu juga gangguan menstruasi, nyeri kepala, pseudotumor
dipercepat.
Klasifikasi
dosis ekuivalen, potensi glukokortikoid (GK), potensi mineralokortikoid (MK), waktu paruh
Dosis Potensi
Potensi WPP WPB
Macam Kortikosteroid ekuivalen mineralok
glukokortikoid (menit) (Jam)
(mg) ortikoid
1. Kerja singkat
a. Hidrokortison 1 20 2+ 60-120 8-12
b. Kortison 0,8 25 2+ 30-9 8-12
2. Kerja sedang
a. Prednison 4 5 +1 60 24-36
b. Metilprednisolon 5 4 0 180 24-36
e. Triamsinolon 5 4 0 78-188 24-36
3. Kerja lama
a. Deksametason 20-30 0,75 0 100-300 36-54
lemah sampai yang paling kuat. Dksametason mempunyai potensi paling kuat dengan waktu
paruh 36-54 jam. Sedangkan kortison dan hidrokortison mempunyai waktu paruh paling
singkat yaitu kurang dari 12 jam. Harus diingat semakin kuat potensinya semakin besar efek
menanyakan kepada pasien terjadinya poliuri, polidipsi, nyeri abdomen, demam, gangguan
tidur dan efek psikologi. Penggunaan glukokortikoid dosis besar mempunyai kemungkinan
terjadi efek yang serius terhadap afek bahkan psikosis. Berat badan dan tekanan darah tetap
selalu di monitor. Elektrolit serum, kadar gula darah puasa, kolesterol, dan trigliserida tetap
diukur dengan regular. Pemeriksaan tinja perlu dilakukan pada kasus darah yang
menggumpal. Selain itu, pemeriksaan lanjut pada mata karena ditakutkan terjadinya katarak
dan glaukoma.
Dosis inisial kortikosteroid sistemik perhari untuk orang dewasa pada berbagai
dermatosis
inflamasi dan anti mitotik, Golongan 1 yang paling kuat daya anti inflamasi dan anti
Kortikosteroid topikal dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk
suatu penyakit kulit. Perlu diperhatikan bahwa kortikosteroid topikal bersifat paliatjf dan
supresjf terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal. Biasanya pada
kelainan akut dipakai kortikosteroid dengan potensi lemah contohnya pada anak-anak dan
usia lanjut, sedangkan pada kelainan subakut digunakan kortikosteroid sedang contonya pada
dermatitis kontak alergik, dermatitis seboroik dan dermatitis intertriginosa. Jika kelainan
kronis dan tebal dipakai kortikosteroid potensi kuat contohnya pada psoriasis, dermatitis
Pengobatan kortikosteroid pada bayi dan anak harus dilakukan dengan lebih hati-hati.
Penggunaan pada anak-anak memiliki efektifitas yang tinggi dan sedikit efek samping
terhadap pemberian kortikosteroid topikal dengan potensi lemah dan dalam jangka waktu
yang singkat. Sedangkan pada bayi memiliki risiko efek samping yang tinggi karena kulit
bayi masih belum sempurna dan fungsinya belum berkembang seutuhnya. Secara umum,
kulit bayi lebih tipis, ikatan sel-sel epidermisnya masih longgar, lebih cepat menyerap obat
sehingga kemungkinan efek toksis lebih cepat terjadi serta sistem imun belum berfungsi
secara sempurna. Pada geriatri memiliki kulit yang tipis sehingga penetrasi steroid topikal
meningkat. Selain itu, pada geriatric juga telah mengalami kulit yang atropi sekunder karena
proses penuaan. Kortikosteroid topikal harus digunakan secara tidak sering, waktu singkat
Steroid topikal terdiri dan berbagai macam vehikulum dan bentuk dosis. Salep
(ointments) ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi
seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak. Jenis
ini merupakan yang terbaik untuk pengobatan kulit yang kering karena banyak mengandung
pelembab. Selain itu juga baik untuk pengobatan pada kulit yang tebal contoh telapak tangan
dan kaki. Salep mampu melembabkan stratum komeum sehingga meningkatkan penyerapan
dan potensi obat. Krim adalah suspensi minyak dalam air. Krim meniiliki komposisi yang
bervaniasi dan biasanya lebih berminyak dibandingkan ointments tetapi berbeda pada daya
hidrasi terhadap kulit. Banyak pasien lebih mudah menemukan krim untuk kulit dan secara
kosmetik lebih baik dibandingkan ointments. Meskipun itu, krim terdiri dari emulsi dan
bahan pengawet yang mempermudah terjadi reaksi alergi pada beberapa pasien. Lotion
(bedak kocok) tediri atas campuran air dan bedak, yang biasanya ditambah dengan gliserin
sebagai bahan perekat, lotion mirip dengan krim. Lotion terdiri dan agents yang membantu
melarutkan kortikosteroid dan lebih mudah menyebar ke kulit. Solution tidak mengandung
minyak tetapi kandungannya terdini dan air, alkohol dan propylene glycol. Gel komponen
solid pada suhu kamar tetapi mencair pada saat kontak dengan kulit. Lotion, solution, dan gel
memiliki daya penyerapan yang lebih rendah dibandingkan ointment tetapi berguna pada
pengobatan area rambut contoh pada daerah scalp dimana lebih berminyak dan secara
2. Penggunaan kortikosteroid topilcal dengan potensi kuat atau sangat kuat atau
Harus diingat bahwa makin tinggi potensi kortikosteroid topikal, makin cepat terjadinya efek
1. Atrofi
2. Strie atrofise
3. Purpura
4. Dermatosis akneiformis
5. Hipopigmentasi