REFERAT BESAR
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEI 2015
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID UNTUK TERAPI
PADA PENYAKIT KULIT
Disusun Oleh:
Arliawan Arsadi Ali
C111 11 022
C111 10 161
C111 11 013
Pembimbing
dr. Muhlis
Supervisor
dr. Widyawati Djamaluddin Sp.KK
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASSANUDDIN
MAKASSAR
2015
I.
PENDAHULUAN
sebagai
antiinflamasi,
antialergi
atau
imunosupresif.
Manfaat
korteks
kelenjar
adrenal
sebagai
tanggapan
atas
hormon
hormon
steroid
sama-sama
mempunyai
rumus
bangun
struktur cincin dan struktur luar akan mengakibatkan perubahan pada efektivitas
dari steroid tersebut. Atom karbon tambahan dapat ditambahkan pada posisi 10
dan 13 atau sebagai rantai samping yang terikat pada C17. Semua steroid
termasuk glukokortikosteroid mempunyai struktur dasar 4 cincin kolestrol dengan
3 cincin heksana dan 1 cincin pentana.2,3,7,9
Hormon steroid adrenal disintesis dari kolestrol yang terutama berasal
dari plasma. Korteks adrenal mengubah asetat menjadi kolestrol, yang kemudian
dengan bantuan enzim diubah lebih lanjut menjadi kortikosteroid dengan 21 atom
karbon dan androgen lemah dengan 19 atom karbon. Sebagian besar kolesterol
yang digunakan untuk steroidogenesis ini berasal dari luar (eksogen), baik pada
keadaan basal maupun setelah pemberian ACTH.9
Dalam korteks adrenal kortikosteroid tidak disimpan sehingga harus
disintesis terus menerus. Bila biosintesis berhenti, meskipun hanya untuk
beberapa menit saja, jumlah yang tersedia dalam kelenjar adrenal tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan normal. Oleh karenanya kecepatan biosintesisnya
disesuaikan dengan kecepatan sekresinya. Berikut adalah tabel yang menunjukkan
kecepatan sekresi dan kadar plasma kortikosteroid terpenting pada manusia.1,9
Kecepatan
dalam
Kortisol
Aldosteron
optimal (mg/hari)
20
0,125
(g/100ml)
Jam 08.00
16
0,01
Jam 16.00
4
-
Pada pemeriksaan sampel dengan tes saliva sebanyak 4 kali dalam satu
hari yaitu sebelum sarapan pagi hari, siang, sore hari dan pada malam hari
sebelum tidur. Pada pagi hari kadar kortisol yang paling tinggi dibandingkan
waktu lainnya yang membuat orang menjadi lebih semangat dalam menjalani
aktivitasnya. Orang yang sehat pengeluaran kortisol mulai menurun hingga kadar
terendah yaitu pada pukul 11 malam dibuktikan dengan seseorang yang dapat
beristirahat dengan cukup.2
gejala inflamasi akibat radiasi, infeksi, zat kimia, mekanik, atau alergen. Secara
mikroskopik obat ini menghambat fenomena inflamasi dini yaitu edema, deposit
fibrin, dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang dan aktivitas fagositosis.
Selain itu juga dapat menghambat manifestasi inflamasi yang telah lanjut yaitu
proliferasi kapiler dan fibroblast, pengumpulan kolagen dan pembentukan
sikatriks. Hal ini karena efeknya yang besar terhadap konsentrasi, distribusi dan
fungsi leukosit perifer dan efek supresinya terhadap cytokyne dan chemokyne
imflamasi serta mediator inflamasi lipid dan glukolipid lainnya. Inflamasi, tanpa
memperhatikan penyebabnya, ditandai dengan ekstravasasi dan infiltrasi leukosit
kedalam jaringan yang mengalami inflamasi. Peristiwa tersebut diperantarai oleh
serangkaian interaksi yang komplek dengan molekul adhesi sel, khususnya pada
sel endotel dan dihambat oleh glukokortikoid. Setelah pemberian dosis tunggal
glukokortikoid dengan masa kerja pendek, konsentrasi neutrofil meningkat,
sedangkan limfosit, monosit, eosinofil dan basofil dalam sirkulasi berkurang
jumlahnya. Perubahan tersebut menjadi maksimal dalam 6 jam dan menghilang
setelah 24 jam. Peningkatan neutrofil tersebut disebabkan oleh peningkatan aliran
masuk ke dalam darah dari sum-sum tulang dan penurunan migrasi dari pembuluh
darah, sehingga menyebabkan penurunan jumlah sel pada tempat inflamasi.1
Glukokortikoid juga menghambat fungsi makrofag jaringan dan sel
penyebab antigen lainnya. Kemampuan sel tersebut untuk bereaksi terhadap
antigen dan mitogen diturunkan. Efek terhadap makrofag tersebut terutama
menandai dan membatasi kemampuannya untuk memfagosit dan membunuh
proses penetrasi, glukokortikoid masuk ke dalam inti sel-sel lesi, berikatan dengan
kromatin gen tertentu, sehingga aktivitas sel-sel tersebut mengalami perubahan.
Sel-sel ini dapat menghasilkan protein baru yang dapat membentuk atau
menggantikan sel-sel yang tidak berfungsi, menghambat mitosis (antiproliferatif), bergantung pada jenis dan stadium proses radang. Glukokotikoid
juga dapat mengadakan stabilisasi membran lisosom, sehingga enzim-enzim yang
dapat merusak jaringan tidak dikeluarkan.3
2.2.4
Mekanisme yang terlibat dalam efek ini kurang diketahui. Beberapa studi
menunjukkan bahwa kortikosteroid bisa menyebabkan pengurangan sel mast pada
kulit.2,3
pada pagi hari (jam8), karena kadar kortisol tertinggi dalam darah pada pagi hari.
Keburukan pemberian dosis selang sehari ialah pada hari bebas obat penyakit
dapat kambuh. Untuk mencegahnya, pada hari yang seharusnya bebas obat masih
diberikan kortikosteroid dengan dosis yang lebih rendah daripada dosis pada hari
pemberian obat. Kemudian perlahan-lahan dosisnya diturunkan. Bila dosis telah
mencapi 7,5 mg prednison, selanjutnya pada hari yang seharusnya bebas obat
tidak diberikan kortikosteroid lagi. Alasannya ialah bila diturunkan berarti hanya
5 mg dan dosis ini merupakan dosis fisiologik. Seterusnya dapat diberikan selang
sehari.6
Tabel 3. Berbagai penyakit yang dapat diobati dengan kortikosteroid beserta
dosisnya:1,6
Nama penyakit
Dermatitis
Erupsi alergi obat ringan
SJS berat dan NET
Eritrodermia
Reaksi lepra
DLE
Pemfigoid bulosa
Pemfigus vulgaris
Pemfigus foliaseus
Pemfigus eritematosa
Psoriasis pustulosa
Reaksi Jarish-Herxheimer
Dosis yang tertulis ialah dosis patokan untuk orang dewasa menurut pengalaman,
tidak bersifat mutlak karena bergantung pada respons penderita. Dosis untuk anak
disesuaikan dengan berat badan / umur. Jika setelah beberapa hari belum tampak
perbaikan, dosis ditingkatkan sampai ada perbaikan.6
II.4. Monitor Penggunaan Kortikosteroid Sistemik
Dasar
evaluasi
yang
digunakan
sebelum
dilakukan
pengobatan
10
Efek samping
Hipertensi
Berat badan meningkat
Reaktivasi infeksi
Abnormalitas metabolik
5.
6.
7.
Osteoporosis
Mata
Katarak
Glaukoma
Ulkus peptik
8.
Monitor
Tekanan darah
Berat badan
PPD, (12 hari setelah pemakaian prednison)
Elektrolit, lipid, glukosa (t.u penderita
diabetes dan hiperlipidemia)
Densitas tulang
Pemeriksaan slit lamp (setiap 6 sampai 12
bulan)
Tekanan intraokular (saat bulan pertama dan
ke enam)
Pertimbangkan pengunaan antagonis H2 atau
proton pump inhibitor
Dosis tunggal di pagi hari, periksa serum
kortisol pada jam 8 pagi sebelum tapering
off.
11
Redistribusi lemak tubuh: wajah bulan, punuk kerbau dan truncal obesity.
12
Ada juga efek samping dari mengurangi dosis; termasuk kelelahan, sakit
kepala, nyeri otot dan sendi dan depresi.
Efek samping yang tidak diinginkan berhubungan dengan sifat potensiasi,
tetapi belum dibuktikan kemungkinan efek samping yang terpisah dari potensi,
kecuali mungkin merujuk kepada supresi dari adrenokortikal sistemik. Dengan ini
efek samping hanya bisa dielakkan sama ada dengan bergantung pada steroid
yang lebih lemah atau mengetahui dengan pasti tentang cara penggunaan, kapan,
dan dimana harus digunakan jika menggunakan yang lebih paten. Secara umum
efek samping dari kortikosteroid topikal termasuk atrofi, striae atrofise,
telangiektasis,
purpura,
dermatosis
akneformis,
hipertrikosis
setempat,
dapat
menyebabkan
vasodilatasi
yang
terfiksasi.
14
kortikosteroid
tersebut
menyebabkan
efek
vasokonstriksi,
Nama Generik
0,05% betamethason dipropionate
0,1% amcinonide
0,05% betamethasone dipropionate
0,01% mometasone fuorate
0,05% diflorasone diacetate
0,01% halcinonide
Cyclocort ointment
Diprosone ointment
Elocon ointment
Florone ointment
Halog ointment
Halog solution
Lidex ointment
Lidex solution
Maxiflor ointment
Maxivate ointment
Maxivate cream
Topicort ointment
Topicort cream
Topicort gel
0,05% fluocinonide
0,05% diflorasone diacetate
0,05% betamethasone dipropionate
0,25% desoximetasone
0,05% desoximetasone
15
Golongan V: (potensi
medium)
Aristocort A ointment
Cultivate ointment
Cyclocort cream
Cyclocort lotion
Diprosone cream
Flurone cream
Lidex E cream
Maxiflor cream
Maxivate lotion
Topicort LP cream
Valisone ointment
Aristocort ointment
Cordran ointment
Elocon cream
Elocon lotion
Kenalog ointment
Kenalog cream
Synalar ointment
Cordran cream
Cutivate cream
Dermatop cream
Diprosone lotion
Kenalog lotion
Locoid cream
Synalar cream
Tridesilon ointment
Valisone cream
0,05% flurandrenolide
0,05% fluticasone propionate
0,1% prednicarbate
0,05% betamethasone dipropionate
0,1% triamcinolone acetonide
Aclovate ointment
Aclovate cream
Aristocort cream
Desowen cream
Kenalog cream
Kenalog lotion
Locoid solution
Synalar cream
Synalar solution
Tridesilon cream
Valisone lotion
0,05% aclometasone
16
glumetalone,
prednisolone, dan
metilprednisolone
untuk kulit dan secara kosmetik lebih baik dibandingkan ointments. Meskipun itu,
krim terdiri dari emulsi dan bahan pengawet yang mempermudah terjadi reaksi
alergi pada beberapa pasien. Lotion (bedak kocok) tediri atas campuran air dan
bedak, yang biasanya ditambah dengan gliserin sebagai bahan perekat, lotion
mirip dengan krim. Lotion terdiri dari agents yang membantu melarutkan
kortikosteroid dan lebih mudah menyebar ke kulit. Solution tidak mengandung
minyak tetapi kandungannya terdiri dari air, alkohol dan propylene glycol. Gel
komponen solid pada suhu kamar tetapi mencair pada saat kontak dengan kulit.
Lotion, solution, dan gel memiliki daya penyerapan yang lebih rendah
dibandingkan ointment tetapi berguna pada pengobatan area rambut contoh pada
daerah scalp dimana lebih berminyak dan secara kosmerik lebih tidak nyaman
pada pasien.2,6
Pada umumnya dianjurkan pemakaian salep 2-3 x/hari sampai penyakit
tersebut sembuh. Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis. Takifilaksis
ialah menurunnya respons kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat
yang berulang-ulang berupa toleransi akut yang berarti efek vasokonstriksinya
akan menghilang, setelah diistirahatkan beberapa hari efek vasokonstriksi akan
timbul kembali dan akan menghilang lagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan.
Lama pemakaian kortikosteroid topikal sebaiknya tidak lebih dari 4-6
minggu untuk steroid potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi
kuat. Ada beberapa acuan pemakaian dari kortikosteroid topikal, yakni 3
1. kortikosteroid topikal poten tidak dibenarkan pada bayi dan anak.
2. Pemakaian kortikosteroid poten orang dewasa hanya 40 gram per minggu,
sebaiknya jangan lebih lama dari 2 minggu. Bila lesi sudah membaik,
pilihlah salah satu dari golongan sedang dan bila perlu diteruskan dengan
hidrokortison asetat 1%.
19
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Del Rosso J, Friedlander SF. Corticosteroids: options in the era of steroidsparing therapy. J Am Acad Dermatol. 2005 ;53: S50-8.
10. Rathi SK, D'Souza P. Rational and ethical use of topical corticosteroids
based on safety and efficacy. Indian J Dermatol. 2012 Jul;57(4):251-9
20