Anda di halaman 1dari 11

DM Jaga: Miftachul, Fara, Ronggo

POMR (Problem Oriented Medical Record)

Nama : Ny. V Tanggal Periksa : 30 September 2021


Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Trenggalek
Usia : 17 Tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

SUMMARY OF CLUE AND PROBLEM INITIAL PLANNING


DATABASE CUE LIST DIAGNOSIS
DIAGNOSIS THERAPY MONITORING EDUCATION
Ny. V, 17 tahun - Ny. V, 17 - Prolonged - G1P0000A0 - USG - MRS - Kemajuan - Menjelaskan
Anamnesis: Tahun fase laten 00/T/H/UK - NST - Observ persalinan pada pasien &
KU: Kenceng - kenceng - Kenceng – 40-41 asi CHPB - Keluhan keluarga tentang:
kenceng minggu - Konsul pasien kondisi pasien,
- UK 40 minggu inpartu kala I Sp.OG: hasil - Vital sign penyakit,
RPS: - LI: TFU 30 prolonged NST baik  - CHPB pemeriksaan fisik
Kenceng – kenceng sejak cm, bulat, fase laten observasi per - NST dan pemeriksaan
jam 23.00 2 hari yang lalu. lunak. 4 jam - VT Obs penunjang yang
Pagi datang ke bidan untuk - LII: Punggung - RL 20 (pembukaan, akan dilakukan,
periksa, dikatakan kiri, DJJ: tpm penipisan, tindakan yang
pembukaan 1. Sudah di 128x/menit - Oxitosi penurunan, akan dilakukan,
- LIII: n 5 IU presentasi, prognosis dan
observasi 4 jam tidak
keras,bulat, - Tanda- denominator, komplikasi yang
maju. Kemudian di rujuk PAP belum tanda inpartu ketuban) akan terjadi
ke RS. masuk.  isi - Kala IV - Menjelaskan
- LIV: bagian partograf (perdarahan per pada pasien &
Mual (-), muntah (-), bawah kepala, - Pembu vaginam, luka keluarga tentang
demam, (-), Sakit kepala(-) 5/5 kaan lengkap, jahitan jika ada, efek samping
- -genitalia: ibu ingin USG untuk terapi/ tindakan
- Pembukaan meneran  mengecek sisa yang dilakukan
RPD:
- HT (-), DM (-), penyakit 2cm/25%/kep/ pimpin plasenta) dan jika tidak
jantung (-) ket -/HI. persalinan - Cek Hb dilakukan
- Riwayat Alergi obat (-) - His 2x durasi normal
20-30 menit
- Riw. Asma (-)
RPK:
- HT (-), DM (-)
Rpsos:
- Suami merokok
- BPJS

R. menstruasi:
- Menarche 13 tahun
- Menstruasi teratur
- Lama 7 hari
- HPHT: 13 Desember
2021
- TPL: 26 September 2021

R. Perkawinan:
1x, lama 2 tahun

R. kontrasepsi: Tidak ada

R. Kehamilan dan
persalinan: belum pernah
hamil dan melahirkan

Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: Baik
GCS: 456
Vital sign:
Tekanan Darah: 120/80
mmHg
Nadi: 80 x/menit
RR: 20 x/menit
SpO2: 98%
Suhu: 36,7°C
BB: 58 kg
TB: 152 cm

Pemeriksaan fisik umum


Status Generalis
Kepala: Oedem kelopak
mata - / -, Konjungtiva
anemis - / - sklera ikterus -
/-
Leher: Pembesaran KGB
(-), pembesaran tiroid (-),
bendungan vena leher (-)
Thorax: Bentuk normal,
gerak simetris
Pulmo: Suara nafas
vesikuler, Rh - /-, Wh - / -
Cor: S1S2 tunggal,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
I = Cembung
P = Supel sebelah kanan,
sebelah kiri keras, nyeri
tekan (-)
P = Timpani
A = BU dalam batas
normal
Ekstremitas: dbn, AHKM,
CRT <2 detik

Status obstetric:
LI: TFU 30 cm, bulat,
lunak.
LII: Punggung kiri, DJJ:
128x/menit
LIII: keras,bulat, PAP
belum masuk.
LIV: bagian bawah kepala,
5/5
-genitalia:
Pembukaan
2cm/25%/kep/ket -/HI.
- His 2x, durasi 20-30
detik

Pemeriksaan tambahan:
DL:
- Hb: 12,6 g/dl
- MCV: 93,6
- MCH: 29,6
- MCHC: 31,7
- RDW-SD: 53,6
- RDW-CV: 15,4
- WBC: 12,43/uL
- RBC: 4,25 x
10^6/uL
- Hct: 39,8%
- PLT: 162 x
10^3/uL

Kimia Darah
 Glu: 92,1 mg/dL
 Alb: 3,52 g/dL

UL:
 Makroskopis
- Warna: kuning
- Kekeruhan:
jernih
 Kimia
- pH: 7,5
- berat jenis:
1.020
- protein: -
- leukosit: +
- nitrit: -
- blood: +
- keton: -
- urobilinogen: -
- bilirubin: -
- glukosa: -

 sedimen
- eroitrosit: 8-10
- leukosit: 8-
10/LP
- silinder:
negatif
- epitel: 1-2/LP
- kristal: 0-1/LP

PT: 15,7 detik


APTT: 31,1 detik

HBsAg:negative
Swab Naso Faring :
Negatif
TINJAUAN PUSTAKA

1. Fase Laten Memanjang

1.1 Definisi

Persalinan dibagi menjadi tiga kala, kala pertama persalinan dibagi menjadi dua fase

yaitu fase laten dan fase aktif. Pada fase laten, kontraksi menjadi semakin terkoordinasi,

teratur, dan sering, dan berhubungan dengan perubahan serviks. Friedman mendefinisikan

fase laten memanjang sebagai > 20 jam pada wanita nulipara, dan > 14 jam pada wanita

multipara dengan menggunakan batas persentil ke-95 (1).

1.2 Epidemiologi

Dari sampel penelitian sebanyak 1343 catatan kelahiran yang terdiri dari 662

primipara dan 681 wanita multipara yang memiliki onset persalinan spontan. Lama fase laten

bervariasi, dengan durasi untuk wanita primipara antara 0-96 jam, (Mean = 13.9, SD 15.1)

dan wanita multipara antara 0-105 jam, (Mean = 10.8, SD 12.7) (2). Prevalensi fase laten

memanjang >18 jam adalah 29,2% untuk wanita primipara dan 17% untuk wanita multipara,

berdasarkan waktu onset persalinan yang dilaporkan sendiri oleh wanita (2).

1.3 Faktor risiko (3)

 IMT > 25 kg/m2


 Nullipara
 Hipertensi gestasional
 Preeklamsi
 Ibu hamil yang mendapatkan anestesi epidural
 Augmentasi persalinan menggunakan oksitosin
 Keadaan serviks yang buruk (tebal, tidak mengalami penipisan atau dilatasi)

1.4 Diagnosis

Diagnosis fase laten berkepanjangan ditegakkan apabila lama fase ini lebih dari 20

jam pada nulipara dan 14 jam pada ibu multipara (4). Awitan persalinan laten didefinisikan

menurut Friedman yaitu ketika ibu mulai merasakan kontraksi yang teratur. Selama fase ini

orientasi kontraksi uterus berlangsung bersama perlunakan dan pendataran serviks (4).

Berdasarkan kurva Friedman laten berakhir dan fase aktif dimulai pada pembukaan serviks 4

cm (4).

Gambar 1. Kurva persalinan friedman (4)

1.5 Manajemen

Ada beberapa strategi untuk secara aktif mengelola tahap pertama persalinan ketika

tidak berjalan lancar. Penolong persalinan harus mengikuti dengan cermat kurva persalinan

setiap pasien dan waspada ketika persalinan tidak berkembang seperti yang diharapkan.

Dalam situasi tersebut, penolong harus memiliki ambang batas yang rendah untuk
menggunakan intervensi seperti oksitosin, tokodinamometri internal, dan amniotomi untuk

memaksimalkan kemungkinan mencapai persalinan pervaginam (5).

a. Oksitosin

Induksi atau peningkatan persalinan: Oksitosin tidak boleh dimulai selama 6 jam

setelah pemberian prostaglandin vagina. Oksitosin harus diberikan sebagai infus infus (i.v.)

infus atau, lebih disukai, melalui pompa infus berkecepatan variabel. Untuk infus tetes

direkomendasikan sebanyak 5 IU (8,3 mikrogram) Oksitosin ditambahkan ke 500 ml

larutan elektrolit fisiologis (seperti natrium klorida 0,9%). Untuk pasien yang infus natrium

klorida harus dihindari, larutan dekstrosa 5% dapat digunakan sebagai pengencer. Untuk

memastikan pencampuran yang merata, botol atau kantong harus dibalik beberapa kali

sebelum digunakan (6).

b. Internal Tokodinamometri

Tokodinamometri internal dengan kateter tekanan intrauterin (IUPC) sering

digunakan sebagai sarana untuk lebih akurat mengukur frekuensi, durasi, dan besarnya

kontraksi uterus dibandingkan dengan tokodinamometri eksternal. Meskipun tidak ada

bukti bahwa penggunaan IUPC mengurangi tingkat CD, penggunaannya dianjurkan

oleh banyak dokter (5).

Hal ini tidak dianjurkan untuk penggunaan rutin pada semua pasien yang bersalin,

tetapi dianjurkan dalam banyak keadaan khusus. Salah satu keadaan tersebut adalah ibu

obesitas atau kondisi lain di mana tokodinamometri eksternal tidak dapat secara akurat

merekam aktivitas uterus. Selain itu, penggunaannya harus sangat dipertimbangkan

ketika pasien tidak membuat kemajuan yang diharapkan dalam persalinan atau tidak

merespon seperti yang diharapkan terhadap augmentasi oksitosin (5).


c. Amnniotomi

Amniotomi adalah metode lain yang umum digunakan untuk manajemen kala I

persalinan yang abnormal. Sebuah uji coba terkontrol secara acak pada wanita nulipara

dalam persalinan spontan menemukan bahwa amniotomi dini mengurangi panjang rata-

rata waktu untuk berkembang menjadi dilatasi serviks lengkap dan mengurangi tingkat

distosia persalinan. Tidak ada perbedaan dalam hasil ibu atau bayi, termasuk hasil

infeksi (5).

Sebuah studi mengevaluasi kombinasi amniotomi dini dengan augmentasi oksitosin

sebagai intervensi bersama untuk wanita dalam persalinan spontan atau untuk wanita dengan

keterlambatan ringan dalam kemajuan persalinan. Dari meta-analisis 14 percobaan ini

menemukan bahwa amniotomi bersama dengan augmentasi oksitosin dikaitkan dengan

pengurangan durasi kala satu persalinan (perbedaan rata-rata, -1,11 jam; 95% CI, 21,82

hingga 20,41) dan sedikit pengurangan pada tingkat persalinan dengan operasi caesar bila

dibandingkan dengan manajemen hamil (RR, 0,87; 95% CI, 0,77-0,99) (6).

DAFTAR PUSTAKA

1. Bauer Callie. (2019). Management of Prolonged Latent Phase. The Society for
Academic Specialists in General Obstetrics and Gynecology.
2. Angeby, Karen. (2018). Prolonged Latent Phase of Labour : Prevalence, Labour
Outcomes, Quality of Care, Women’s Experiences and Preferences, and Psychometric
Properties of A Questionnaire. Sweden : Karlstad University
3. Blankenship, S. A., Raghuraman, N., Delhi, A., et al. (2020). Association of abnormal
first stage of labor duration and maternal and neonatal morbidity. American Journal of
Obstetrics and Gynecology, 223(3), 445.e1–445.e15. doi:10.1016/j.ajog.2020.06.053
(https://doi.org/10.1016/j.ajog.2020.06.053)
4. Prawirohardjo, Sarwono; Winkjosastro, Hanifa; Rukmono, Siswohanto, et all. (2016).
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
5. Rhoades, J. S., & Cahill, A. G. (2017). Defining and Managing Normal and Abnormal
First Stage of Labor. Obstetrics and Gynecology Clinics of North America, 44(4),
535–545. doi:10.1016/j.ogc.2017.07.001 (https://doi.org/10.1016/j.ogc.2017.07.001)
6. ACOG Committee Opinion No. 766. (2019). Obstetrics & Gynecology, 133(2), e164–
e173. doi:10.1097/AOG.0000000000003074

Anda mungkin juga menyukai