Anda di halaman 1dari 11

DM Jaga : Thaharah Izmi, Masiva Maulidiyah, Rontika Khoir

POMR(Problem Oriented Medical Record)

Nama : Ny. I Tanggal Periksa : 26 Agustus 2021


Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Trenggalek
Usia : 27 Tahun Pekerjaan : Guru
SUMMARY OF CLUE AND PROBLEM INITIAL PLANNING
DATABASE CUE LIST DIAGNOSIS
DIAGNOSIS THERAPY MONITORING EDUCATION
Ny. I, 27 tahun -Ny. I, 27 th G1P000A0 G1P000A0 - NST - infus RL - Keluhan pasien - Menjelaskan dan
Anamnesis : - Lewat taksiran uk 40-41 uk 40-41 mgg 1500cc/24 jam - TTV memberitahukan
KU : belum merasa persalinan mgg dengan dengan - drip - DL kepada pasien dan
kenceng-kenceng melebihi - UK : 40-41 oligohidram oligohidramni oksitosin 10 - input ouput keluarga tentang
HPL mgg nion on IU dalam RL cairan penyakit pasien
RPS: - his (-) 500 ml - Menjelaskan
- Pasien datang rujukan - VT: belum ada - terminasi tentang pemeriksaan
dari poli dengan keluhan pembukaan kehamilan yang dilakukan
tidak kenceng-kenceng - USG: - Konsul kepada pasien untuk
padahal sudah melebihi oligohidramnion Sp.OG menentukan
HPL penyakit pasien
- Bengkak (-), pusing (-), - Menjelaskan
pandangan kabur (-), mual tentang terapi yang
muntah (-) dilakukan kepada
pasien
RPD: - Menjelaskan
- HT (-), DM (-) tentang prognosis
- Riwayat Alergi (-). dan komplikasi yg
mungkin terjadi
RPK: HT (-) DM (-)

- R. menstruasi: menarche
usia 13 tahun, lama haid 5
– 7 hari, siklus haid 28-30
hari, nyeri saat haid –
- R. obstetric: Hamil ini
- R. kontrasepsi: -
- Hpht: 16-11-2020
- Hpl : 23 – 8 - 2021
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: cukup.
GCS: 456
Vital sign:
Tekanan Darah : 112/78
mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,6 °C
SpO2: 97%

Pemeriksaan fisik umum


- Kepala: Anemis (),
Icteric (-), Cyanosis (-),
Dyspnea (-), trismus (-)
- Leher: tidak terdapat
pembesaran KGB
- Jantung: dbN
- Paru: Suara vesikuler,
Ronchi (-), wheezing (-)
- Abdomen: soepel, hepar-
lien tidak teraba, bising
usus (+) N
- Ekstremitas: dbN

Status obstetric:
- Inspeksi:
Abdomen: gravid+, bekas
operasi -, tanda – tanda
peradangan -.
Vulva-vagina: secret -,
darah -, lendir –
L1: teraba bundar lunak
(kesan bokong), TFU 32
cm
L2: puki, djj 140x/menit
L3: teraba bulat keras
(kesan kepala),
L4: belum masuk PAP, 5/5
- VT: belum ada
pembukaan

Pemeriksaan Penunjang:
- USG: oligohidramnion

- DL :
Hb : 13,3 g/dl
WBC : 12.450 /uL
PLT : 284.000 /uL
- UL: dbN
- GDA : 88,5
- SGOT : 16,1 U/l
- SGPT : 5,7 U/l
- Albumin : 3,48 mg/dl
- Ureum : 11,1 mg/dl
- Creatinin : 0,72 mg/dl
- Rapid Antigen : non
reaktif
LANDASAN TEORI

I. Cairan Amnion

Cairan ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim. Cairan ini

ditampung di dalam kantung amnion yang disebut kantung ketuban atau kantung janin. Cairan

ketuban diproduksi oleh buah kehamilan, yaitu sel-sel trofoblas, kemudian akan bertambah

dengan produksi cairan janin, yaitu air seni janin. Sejak usia kehamilan 12 minggu, janin

mulai minum air ketuban dan mengeluarkannya kembali dalam bentuk air seni. Jadi ada pola

berbentuk lingkaran atau siklus yang berulang.1

Cairan amnion pada keadaan normal berwarna putih agak keruh karena adanya

campuran partikel solid yang terkandung di dalamnya yang berasal dari lanugo, sel epitel, dan

material sebasea. Volume cairan amnion pada keadaan aterm adalah sekitar 800 ml, atau

antara 400 ml -1500 ml dalam keadaan normal. Pada kehamilan 10 minggu rata-rata volume

adalah 30 ml, dan kehamilan 20 minggu 300 ml, 30 minggu 600 ml. Pada kehamilan 30

minggu, cairan amnion lebih mendominasi dibandingkan dengan janin sendiri.

Cairan amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki peran

tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion sebagian besar

diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion. Dengan bertambahnya usia kehamilan,

produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin dengan cara difusi membran. Pada

kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai kehilangan permeabilitas, ginjal janin mengambil

alih peran tersebut dalam memproduksi cairan amnion.

Cairan amnion memiliki fungsi yang penting dalam kehamilan, antara lain :

1. Melindungi janin dari trauma

2. Tempat perkembangan musculoskeletal janin

3. Menjaga suhu tubuh janin

4. Meratakan tekanan uterus pada partus


5. Membersihkan jalan lahir sehingga bayi kurang mengalami infeksi

6. Menjaga perkembangan dan pertumbuhan normal dari paru-paru dan traktus

gastrointestinalis.2

Pada permulaan kehamilan, cairan amnion di ultrafisasi oleh plasma ibu. Pada

permulaan trimester kedua, cairan amnion sebagian besar terdiri dari cairan ekstra seluler

yang berdifusi melalui kulit janin yang kemudian mencerminkan komposisi plasma janin.

Setelah minggu ke-20 kornifikasi dari kulit janin tetap mempertahankan difusi ini dan pada

saat ini komposisi terbesar pada cairan amnion adalah urine janin. Ginjal janin mulai

memproduksi urine pada minggu ke-12 usia kehamilan dan setelah minggu ke-18

memproduksi 7-14 ml per hari. Urin janin lebih banyak terdiri dari urea, kreatinin dan asam

urat dibandingkan plasma. Cairan amnion juga mengandung zat – zat lain seperti prolaktin,

alpha feto protein, lesitin, sitokin, interleukin -1β dan prostaglandin.3

II. Definisi

Oligohidramnion adalah jumlah cairan amnion yang berkurang secara tidak normal.

Oligohidramnion mempersulit sekitar 1 hingga 2 persen kehamilan. 1 Oligohidramnion adalah

air ketuban kurang dari 500 cc. Oligohidramnion kurang baik untuk pertumbuhan janin karena

pertumbuhan dapat terganggu oleh perlekatan antara janin dan amnion atau karena janin

mengalami tekanan dinding rahim.4

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, diagnosis sonografi

oligohidramnion biasanya didasarkan pada AFI kurang dari 5 cm atau satu kantong cairan

amnion terdalam di bawah 2 cm. Menggunakan nomogram Moore, ambang AFI 5 cm di

bawah persentil ke-2,5 selama trimester kedua dan ketiga.1

III. Etiologi

Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Beberapa keadaan

berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu berhubungan dengan obsrtuksi saluran

traktus urinarius janin atau renal agenesis. Oligohidramnion harus dicurigai jika tinggi fundus
uteri lebih rendah secara bermakna dibandingan yang diharapkan pada usia gestasi tersebut.

Penyebab oligohidramnion adalah absorpsi atau kehilangan cairan yang meningkat, ketuban

pecah dini menyebabkan 50 % kasus oligohidramnion, penurunan produksi cairan amnion

yakni kelainan ginjal kongenital akan menurunkan keluaran ginjal janin obstruksi pintu keluar

kandung kemih atau uretra akan menurunkan keluaran urin dengan cara sama. Sebab

oligohidramnion secara primer karena pertumbuhan amnion yang kurang baik, sedangkan

secara sekunder yaitu ketuban pecah dini.5

IV. Patofisiologi

Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari oligohidramnion. Namun,

tidak adanya produksi urine janin atau penyumbatan pada saluran kemih janin dapat juga

menyebabkan oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion, yang terjadi secara

fisiologis, juga mengurangi jumlah cairan.

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan oligohidramnion adalah kelainan

kongenital, Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), ketuban pecah, kehamilan postterm,

insufiensi plasenta dan obatobatan (misalnya dari golongan antiprostaglandin). Kelainan

kongenital yang paling sering menimbulkan oligohidramnion adalah kelainan sistem saluran

kemih dan kelainan kromosom.3

Pada insufisiensi plasenta oleh sebab apapun akan menyebabkan hipoksia janin.

Hipoksia janin yang berlangsung kronik akan memicu mekanisme redistribusi darah. Salah

satu dampaknya adalah terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang dan

terjadi oligohidramnion.3

V. Manifestasi Klinis

a. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.

b. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.

c. Sering berakhir dengan partus prematurus.

d. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
e. Persalinan lebih lama dari biasanya.

f. Sewaktu his akan sakit sekali.

g. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.5

VI. Diagnosis

Pengukuran volume cairan amnion dengan ultrasonografi (USG) telah menjadi suatu

komponen integral dari pemeriksaan kehamilan untuk melihat adanya resiko kematian janin.

emeriksaan cairan amnion dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: pemeriksaan secara

subjektif, pemeriksaan dengan vertical deep single pocket, dan dengan metode AFI (Amniotic

Fluid Indeks) yang diperkenalkan oleh Phelan.

a. Secara Subjektif

1) Membutuhkan pengalaman yang cukup.

2) Secara subjektif dikatakan normal bila: tampak sebagian tubuh janin melekat pada

dinding uterus, dan sebagian lagi tidak menempel ,diantara tubuh janin dan

dinding uterus masih terdapat cairan amnion.

b. Single Pocket

1) Berdasarkan satu kuadran saja.

2) Diambil kantong terbesar yang terletak antara dinding uterus dan tubuh janin.

3) Tidak boleh ada bagian janin yang terletak di dalam area pengukuran tersebut.
Gambar 1. Contoh pengukuran secara single pocket, dimana yang diukur adalah jarak

vertikal terjauh antara bagian janin dan dinding uterus, dan tidak ada bagian janin

yang terletak dalam area pengukuran tersebut.

Tabel 1. Interpretasi pengukuran cairan amnion berdasarkan single pocket.

c. Pengukuran Amnion dengan metode Phelan ( 4 Kuadran/ Amniotic Fluid Index)

1) Abdomen dibagi atas 4 kuadran.

2) Setiap kuadran diukur indeks cairan amnionnya.

3) Pengukuran harus tegak lurus dengan bidang horizontal dan tidak boleh ada

bagian janin diantaranya.

Indeks cairan ketuban diukur dengan membagi rahim menjadi empat kuadran

imajiner. Linea nigra digunakan untuk membagi rahim menjadi bagian kanan dan kiri.

Umbilikus berfungsi sebagai titik pemisah untuk bagian atas dan bawah.6

Gambar 2. Pembagian Empat Kuadran

Transduser dijaga sejajar dengan sumbu longitudinal pasien dan tegak lurus dengan

lantai. Kantong cairan vertikal terdalam, tidak terhalang, diukur di setiap kuadran
dalam sentimeter (Gambar 3). Empat pengukuran saku kemudian ditambahkan untuk

menghitung AFI. Nilai AFI normal berkisar dari 5 hingga 25 cm [1, 4]. Berdasarkan

data yang tersedia dari uji coba kontrol acak (RCT), American College of

Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mendukung penggunaan kantong vertikal

terdalam dari volume cairan ketuban 2 cm atau kurang untuk mendiagnosis

oligohidramnion daripada indeks cairan ketuban 5 cm atau kurang.6

Gambar 3. Pengukuran cairan amnion

Tabel 2. Interpretasi Pengukuran cairan amnion dengan metode AFI

VII. Tatalaksana

Penanganan oligohidramnion bergantung pada situasi klinik dan dilakukan pada

fasilitas kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis janin yang tidak baik. Kompresi

tali pusat selama proses persalinan biasa terjadi pada oligohidramnion, oleh karena itu

persalinan dengan sectio caesarea merupakan pilihan terbaik pada kasus oligohidramnion.

Penatalaksanaan pada ibu dengan oligohidramnion yaitu :

1) Tirah baring

2) Hidrasi dengan kecukupan cairan

3) Perbaikan nutrisi
4) Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin)

5) Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion

Transvagina infus amnion dilakukan pada tiga masalah klinik yaitu:

a. Pengobatan dari variabel atau deselarasi denyut jantung janin yang memanjang.

b. Profilaksis pada kasus – kasus yang diketahui oligohidroamnion dengan pecah

ketuban lama.

c. Untuk mendilusi atau membersihkan mekonium yang tebal. Cara ini dilakukan

dengan memberikan 500 sampai dengan 800 ml bolus cairan normal salin yang

hangat diikuti dengan pemberian infus secara kontinu sebanyak 3 ml per jam.

VIII. Prognosis

Prognosis oligohidramnion tidak baik terutama untuk janin. Bila terjadi kehamilan

muda akan mengakibatkan gangguan bagi pertumbuhan janin, bahkan bisa terjadi foetus

papyreceous, yaitu picak seperti kertas karena tekanan-tekanan. Bila terjadi pada kehamilan

lanjut akan terjadi cacat bawaan, cacat karena tekanan atau kulit menjadi tebal dan kering.

Selain itu, dapat mengakibatkan kelainan musculoskeletal (Sistem otot).5

Oligohidramnion yang berkaitan dengan PPROM pada janin kurang dari 24 minggu

dapat mengakibatkan terjadinya hypoplasia paru-paru. Ada tiga kemungkinan yang akan

terjadi, yaitu:

1) Kompresi toraks, mengakibatkan pengembangan dinding dada dan paru-paru terhambat.

2) Terbatasnya pernapasan janin menurunkan pengembangan paru- paru.

3) Terganggunya produksi serta aliran cairan paru-paru berakibat pada pertumbuhan dan

perkembangan paru-paru.5
DAFTAR PUSTAKA

1. Williams JW, Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS. Williams

obstetrics [Internet]. 2018. Available from:

https://accessmedicine.mhmedical.com/book.aspx?bookid=1918

2. Sofian A. ustam Mochtar Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC; 2011.

3. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. 3rd ed. Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawihardjo; 2007.

4. Sastrawinata S, Wirakusumah FF, Martaadisoebrata D. Obstetri Patologi : Ilmu

Kesehatan Reproduksi. 2nd ed. Bandung: EGC; 2007. 208 p.

5. Khumaira M. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Citra Pustaka; 2012.

6. Rutherford S, Phelan J, Smith J, Jacobs N. The four-quadrant assessment of amniotic

fluid volume: an adjunct to antepartum fetal heart rate testing. In: Obstet Gynecol.

1987. p. 353–6.

Anda mungkin juga menyukai