Preeklamsia Berat
Di susun oleh:
Pembimbing :
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan kenikmatan kesehatan baik jasmani maupun rohani
sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Preeklamsia Berat”. Laporan kasus ini merupakan salah satu tugas
dalam mengikuti stase obgyn di RSUD dr. R. Seodjono Selong.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Dewa
Made Sucipta, Sp.OG sebagai dosen pembimbing klinis, serta berbagai pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan laporan kasus ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I. Identifikasi
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 20 tahun
c. Alamat : Labuan Lombok
d. Suku : Sasak
e. Bangsa : Indonesia
f. Agama : Islam
g. Pendidikan : SMU
h. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
i. MRS : 27 Desember 2020 Pukul 00.30 WITA
j. No. RM : 510452
II. Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien hamil 38 minggu mengeluh nyeri kepala dan lemas
Pemeriksaan Khusus
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
THORAX
A. PARU
Inspeksi : Simetris kanan-kiri
Palpasi : Stemfremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler normal di kedua lapangan paru, ronkhi (-),
wheezing (-).
B. JANTUNG
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).
Pemeriksaan Serologis
Covid-19 Non-Reaktif
Pemeriksaan Urinalisis
Parameter Hasil Nilai Rujukan
Berat Jenis 1.010 1.010-1.025
PH 6,5 4,5-8
Nitrit Negatif Negatif
Protein Positif (+1) Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Urobilinogn Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Leukosit Negatif Negatif
V. Diagnosis Medis
G1P0A0 hamil 38 minggu T/H/IU. dengan PEB
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Epideminologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini beium diketahui dengan jelas.
Banyak
teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, terapi
tidak ada
satu pun teori tersebut yang dianggap murlak benar. Teori-teori yang sekarang
banyak
dianut adalah:
Penegakan Diagnosis
Tatalaksana
a. Preeklampsia
Tujuan utama perawatan preeklampsia ialah Mencegah kejang, perdarahan
intrakranial, mencegah gangguan fungsi organ vital, dan melahirkan bayi
sehat.
Ibu hamil dengan preeklampsia dapat dirawat secara rawat jalan.
Dianjurkan ibu hamil banyak istirahat (berbaring/tidur miring), tetapi tidak
harus mutlak selalu tirah baring. Pada umur kehamilan di atas 20 minggu,
tirah baring dengan posisi miring menghilangkan tekanan rahim pada v. kava
inferior, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah curah
jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital.
Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan filtrasi glomeruli dan
meningkatkan diuresis. Diuresis dengan sendirinya meningkatkan ekskresi
natrium, menurunkan reaktivitas kardiovaskular, sehingga mengurangi
vasospasme. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan pula aliran darah
rahim, menarnbah oksigenasi plasenra, dan memperbaiki kondisi janin dalam
rahim.
Diet yang mengandung 2 g natrium atau 4 - 6 g NaCl (garam dapur)
adalah cukup. Kehamilan sendiri lebih banyak membuang garam lewat ginjal,
tetapi pertumbuhan janin justeru membutuhkan lebih banyak konsumsi
garam. Bila konsumsi garam hendak dibatasi, hendaknya diimbangi dengan
konsumsi cairan yang banyak, berupa susu atau air buah. Diet diberikan
cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam secukupnya, dan roboransia
pranatal. Tidak diberikan obat-obat diuretik, antihipertensi, dan sedatif.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium Hb, hematokrit, fungsi hati, urin
lengkap, dan fungsi ginjal.
Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan preeklampsia ringan perlu dirawat
di rumah sakit. Kriteria preeklampsia ringan dirawat di rumah sakit, ialah (a)
bila tidak ada perbaikan : tekanan darah, kadar proteinuria selama 2 minggu;
(b) adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat. Selama
di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorik.
Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa pemeriksaan USG dan Doppler
khususnya untuk evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion.
Pemeriksaannonstress resr dilakukan 2 kali seminggu dan konsultasi dengan
bagian mata, janrung, dan lain-lain.
Menurut Williarns, kehamilan preterm ialah kehamilan antara 22 minggu
sampai < 37 minggu. Pada kehamilan preterm (< 37 minggu), bila tekanan
darah mencapai normotensif, selama perawatan, persalinannya ditunggu
sampai atrem. Sementara itu, pada kehamilan aterm (> 37 minggu),
persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan
untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
Persalinan dapat dilakukan secara spontan; bila perlu memperpendek kala II.
b. Preeklampsia Berat
Pengelolaan preeklampsia dan eklampsia mencakup pencegahan kejang,
pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap
penyuiit organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan. Penderita
preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan
dianjurkan tirah baring miring ke saru sisi (kiri).
Perawatan yang penting pada preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan
karena penderita preeklampsia dan eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk
terjadinya edema paru dan oliguria. Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut
belum jelas, tetapi fakror yang sangat menentukan terjadinya edema paru dan
oliguria ialah hipovolemia, vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan
gradien tekanan onkotik koloid/pulmonary capillary wedge pressure.
OIeh karena itu, monitoring input cairan (melalui oral ataupun infus) dan
output cairan (melalui urin) menjadi sangat penting. Ardnya harus dilakukan
pengukuran secara tepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan
dikeluarkan melalui urin. Bila terjadi tanda-tanda edema paru, segera
dilakukan tindakan koreksi. Cairan yang diberikan dapat berupa (a) 5 %
Ringer-dekstrose atau cairan garam faali jumlah tetesan: < 1.25 cc/jam atau
(b) Infus Dekstrose 5 7o yang tiap 1 liternya diselingi dengan infus Ringer
laktat (60 - 125 cc/jam) 500 cc.
Dipasang Folley catheter untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria
terjadi bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2 - 3 jam arau < 5A0 cc/24 jam.
Diberikan antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak
kejang, dapat menghindari risiko aspirasi asam lambung yang sangar asam.
Diet yang cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam.
- Diberikan obat antikejang
Obat antikejang yang banyak dipakai di Indonesia adalah
magnesium sulfat (MgSO+7HzO). Magnesium sulfat menghambat atau
menurunkan kadar asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan
menghambat transmisi neuromuskular. Transmisi neuromuskular
membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat,
magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak
terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium dan ion
magnesium). Kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat
kerja magnesium sulfat. Magnesium sulfat sampai saat ini tetap menjadi
pilihan pertama untuk antikejang pada preeklampsia atau eklampsia.
Cara pemberian :
- Loading dose: initial dose 4 gram MgSO4: intravena, (40 % dalam
10 cc) selama 15 menit.
- Maintenance dose: Diberikan infus 5 gram dalam larutan Ringer/6
jam; atau diberikan 4 atau 5 gram i.m. Selanjutnya maintenance
dose diberikan 4 gram i.m. tiap 4 - 6 jam.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Premature Birth. In: Williams Obstetric. 23rd Ed. McGrawHill Medical, New
York, 2010.