Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN CARDIAC ARREST DAN PERAWATAN

PASCA RESUSITASI
OLEH : RANGGA KEMBANG TARUNA
PENDAHULUAN

 Henti jantung adalah kejadian umum dalam rawat inap, dan meskipun upaya telah dilakukan untuk pendekatan

pengelolaannya melalui pelatihan di seluruh system dalam CPR dan Advanced Cardiac Life Support.

 Namun tantangan signifikan masih tetap ada

 Sekitar 650.000/tahun henti jantung terjadi di AS, dengan 290.000 di RS

 77% pasien henti jantung ritme nonshock seperti asistol atau aktivitas listrik tanpa denyut (PEA)

 Sekitar 21% dari mereka yang mengalami henti jantung di RS dan 9% dari mereka yang mengalami henti di luar

rumah sakit memiliki hasil fungsional yang baik.

 American Heart Association : Pengenalan dini dan intervensi henti jantung, pemberian CPR berkualitas tinggi

dan dukungan lanjutan seperti defibrilasi dan pemberian obat.


PREARREST
Pengenalan Dini, Pencegahan Dan Penanggulangan

 Pengembangan model tim respons cepat dengan tujuan mengidentifikasi

pasien ini di awal perjalanan mereka

 Tim Code Blue atau tim tanggap darurat medis (MERT), bervariasi antara

anggota ICU, UGD, dan atau anestesi dan mungkin termasuk perawat,
dokter,, apoteker, dan praktisi perawatan pernapasan

 Salah satu cara untuk membantu meningkatkan daya tahan pasien adalah

melalui pelatihan Advanced Cardiac Life Support (ACLS)

 The American Heart Association : Saran pendidikan formal untuk tim kode,

pelatihan kepemimpinan, dan simulasi kasus

 Metode Tim : ↑ pengembalian sirkulasi spontan (ROSC) serta

kelangsungan hidup pasien


INTRA-ARREST

a) Compressions
Kompresi 110-120x/menit
 kompresi sternum : Tekanan intratoraks (+) → Darah dari ventrikel & Kedalaman 40 mm - 50 mm

pembuluh darah besar ke dalam sirkulasi masing-masing, sedangkan Memberi waktu Recoil

fase dekompresi mengalirkan darah ke ventrikel kanan Minimal intreupsi kompresi


Kompresi 30 : 2
 Selama fase dekompresi, jantung itu sendiri diperfusi melalui arteri
Gel. Capnograf : Jika PETCO2 < 10
coroner
mmHg (Perbaiki kualitas RJP)
 Jika kompresi dilakukan dengan baik, pada kecepatan dan kedalaman

yang sesuai, kompresi membantu perfusi sirkulasi serebral dan


coroner

 Alas pasien CPR harus keras


b) Defibrillation

 Pada pasien dengan ritme shockable VT / VF, defibrilasi dini adalah kunci
Bifasic : sesuai anjuran pabrik (120-200
keberhasilan resusitasi
joule) jika tidak diketahui gunakan
 Tujuan defibrilasi dini : mengganggu ritme makro atau mikro masuk maximum
kembali dan membiarkan alat pacu jantung fisiologis melanjutkan kontrol Monofasic : 360 joule
ritme jantung

 Berbagai penelitian : Penundaan pemberian terapi listrik mengakibatkan


penurunan ROSC dan hasil yang memburuk.

c) Airway Management

 Manajemen jalan napas dasar selama henti jantung terdiri dari ventilasi
asinkron dengan rasio kompresi dan pernapasan 30:2, dengan bag-valve
mask

 Setelah alat bantu nafas terpasang, saluran napas supraglotis atau (ET), →
napas dengan kecepatan 10x/menit secara sinkron tanpa jeda kompresi

 Ventilasi yang berlebihan menyebabkan penurunan aliran balik vena dan


berpotensi menyebabkan vasokonstriksi serebral
d) Vasopressors

 Epinefrin, katekolamin endogen bekerja reseptor alfa dan beta, adalah


vasopresor utama digunakan untuk pasien dengan henti jantung
Amiodaron Dosis pertama 300
e) Antiarrhythmics mg, kedua 150mg
bolus IV/IO
 Dua obat inti termasuk dalam algoritme henti jantung untuk ritme yang
dapat dikejutkan: amiodaron dan lidokain Lidokain Dosis pertama 1-
1,5mg/kgbb, Kedua
 Amiodaron : antagonisme beta dan blokade saluran kalsium dan
0,5-0,75mg/kgbb
menghambat arus penyearah kalium pada fase 3 dari siklus depolarisasi
IV/IO
 Lidokain : memperpanjang depolarisasi fase awal dengan mengurangi
kemiringan fase 0, menghasilkan pengurangan propagasi potensial aksi
POSTARREST CARE

a. Identifikasi Dan Pengobatan Penyebab Henti Jantung

ETIOLOGI IDENTIFIKASI PENGOBATAN


Penyakit arteri coroner EKG 12 lead & Angiografi coroner Intervensi koroner perkutan
Emboli paru akut (Bekuan darah) Pencitraan Thorak & Saturasi O2 ↓ Trombolitik agent
Agen kardiotoksik (Antidepresan Anamnesis
trisiklik, glikosida jantung)
Gangguan metabolism Elektrolit • Hiperkalemi : Kalsium glukonat
(hiperkalemia, hypokalemia) dan glukosa + insulin
• Hipokalemia : Pengganti kalium
Sepsis Kultur darah Antibiotik Sesuai (IV)
b. Manajemen jalan napas dan ventilasi

 mempertahankan Airway, memiliki upaya pernapasan spontan dapat dipantau tanpa intubasi

 Pemberian oksigen tambahan dianjurkan, pertahankan 94%-98%

 Pasien koma → Ventilasi mekanik

 Hiperoksia : peningkatan peroksidasi lipid otak, disfungsi metabolisme yang lebih besar, dan degenerasi neurologis.

 Hipokapnia dikaitkan dengan hasil neurologis yang lebih buruk. Saran awal ventilator harus dimulai dengan volume tidal

6-8 mL/kg, kec 10-12 napas/menit

 Hiperventilasi tidak dianjurkan, → ↓ tekanan parsial CO2 → ↓ aliran darah otak → vasokonstriksi serebral dan

memperburuk kerusakan otak anoksik


c. Manajemen hemodinamik

 Tujuan utama untuk menghindari hipotensi dan mencapai tekanan darah sistolik minimal 90 mmHg atau tekanan arteri rata-rata

65 mmHg setelah resusitasi → Perfusi organ penting

 Vasopresor : adrenalin, noradrenalin, dopamin dan dobutamin

 EKG biasanya harus dilakukan pada 24-48 jam setelah ROSC


d. Manajemen suhu yang ditargetkan(TTH) atau hipotermia terapeutik (TH)

 Tujuan : penurunan kebutuhan oksigen otak, mengurangi efek reperfusi dan penurunan produksi radikal oksigen bebas

reaktif

 suhu target 33°C –36°C (24 jam)

 Kompres es atau selimut pendingin yang diaplikasikan pada selangkangan, aksila, leher dan area kulit yang luas, infus dingin

(2°C–4°C), terutama salin normal, kateter pendingin endovascular

 Suhu tubuh inti harus dipantau menggunakan kateter suhu kandung kemih, atau probe esofagus atau vena sentral

 Dihangatkan kembali secara bertahap pada suhu sekitar 0,25°C-0,33°C per jam (tidak melebihi 0,5°C per jam) sampai

kembali ke normotermia.

 Cepat → edema serebral, kejang, dan hiperkalemia.


e. Kontrol glikemik

 Kadar gula darah harus dipertahankan pada 6-10 mmol/L melalui pemantauan glukosa darah secara teratur dan terapi

insulin.

f. Manajemen kejang dan neuroprognostik

 Prevalensi kejang pada pasien pasca henti jantung adalah sekitar 12%-20% → merusak fungsi otak

 benzodiazepin dan obat antikonvulsan lainnya

 Elektroensefalogram pasang
KESIMPULAN

 Pengelolaan henti jantung terdiri dari perawatan sebelum, selama, dan sesudah henti jantung.

 Pendidikan ACLS untuk staff yang terkait, simulasi kasus yang sering, memberikan CPR dan defibrilasi dengan cepat dan

tepat sambil mencari penyebab dari henti jantung pada pasien serta pengelolaan jalan nafas yang tepat

 Setelah ROSC pengelolaan jalan nafas serta ventilasi, stabilisasi hemodinamik, terapi hipotermia, kontrol gula darah, dan

pengelolaan kejang
TERIMAKASIH..

Anda mungkin juga menyukai